(b) Gambar 3.1 (a) Blok Diagram Sistem Telemetri Bagian Pengirim Data. (b) Blok Diagram Sistem Telemetri Bagian Penerima Data

dokumen-dokumen yang mirip
No Output LM 35 (Volt) Termometer Analog ( 0 C) Error ( 0 C) 1 0, , ,27 26,5 0,5 4 0,28 27,5 0,5 5 0, ,

BAB III RANCANG BANGUN SISTEM KARAKTERISASI LED. Rancangan sistem karakterisasi LED diperlihatkan pada blok diagram Gambar

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN ALAT PENDETEKSI KERUSAKAN KABEL

BAB III ANALISA DAN CARA KERJA RANGKAIAN

RANCANG BANGUN DATA AKUISISI TEMPERATUR 10 KANAL BERBASIS MIKROKONTROLLER AVR ATMEGA16

BAB III PERANCANGAN DAN CARA KERJA SISTEM. Pada bab ini diterangkan tentang langkah dalam merancang cara kerja

BAB III PERANCANGAN. Perancangan tersebut mulai dari: spesifikasi alat, blok diagram sampai dengan

Bab IV PERANCANGAN SISTEM KONTROL NUTRISI HIDROPONIK NFT TUMBUHAN TOMAT

BAB V PENGUJIAN SISTEM DAN ANALISIS

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan mulai pada November 2011 hingga Mei Adapun tempat

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI PERANGKAT KERAS DAN PERANGKAT LUNAK SISTEM. Dari diagram sistem dapat diuraikan metode kerja sistem secara global.

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III DESKRIPSI DAN PERANCANGAN SISTEM

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini mulai dilaksanakan pada bulan April 2015 sampai dengan Mei 2015,

BAB III PERENCANAAN DAN REALISASI

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN PERANGKAT KERAS

BAB III PERANCANGAN SISTEM

TERMOMETER 8 KANAL. Kata-kata kunci: LM35, ADC0808, mikrokontroler AT89S51.

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Sensor TGS 2610 merupakan sensor yang umum digunakan untuk mendeteksi adanya

III. METODE PENELITIAN. Penelitian tugas akhir ini dilaksanakan di Laboratorium Elektronika Dasar

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA DATA

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM

III. METODE PENELITIAN

APLIKASI PENGOLAHAN DATA DARI SENSOR-SENSOR DENGAN KELUARAN SINYAL LEMAH

BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN

BAB III PERANCANGAN ALAT. Gambar 3.1 Diagram Blok Pengukur Kecepatan

SISTEM KENDALI SUHU RUANG BERBASIS MIKROKONTROLER AT89S51

BAB IV ANALISIS DAN PENGUJIAN. Berikut ini adalah diagram blok rangkaian secara keseluruhan dari sistem alat ukur curah hujan yang dirancang.

BAB III PERANCANGAN Bahan dan Peralatan

BAB 1 PENDAHULUAN. Melakukan pengukuran besaran fisik di dalam penelitian, mutlak

BAB III PERANCANGAN. Gambar 3.1. Blok sistem secara keseluruhan. Sensor tegangan dan sensor arus RTC. Antena Antena. Sensor suhu.

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada Bulan Desember 2011 sampai dengan Maret

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA. serta pengujian terhadap perangkat keras (hardware), serta pada bagian sistem

BAB III PROSES PERANCANGAN

BAB III KEGIATAN PENELITIAN TERAPAN

BAB III PERANCANGAN ALAT

BAB IV PENGUKURAN DAN ANALISIS SISTEM. diharapkan dengan membandingkan hasil pengukuran dengan analisis. Selain itu,

BAB III PERANCANGAN STAND ALONE RFID READER. Dalam penelitian ini, perancangan sistem meliputi :

BAB IV PERANCANGAN ALAT. Alat Warning System Dan Monitoring Gas SO 2 merupakan detektor gas

BAB III PERENCANAAN DAN PEMBUATAN ALAT

BAB III PERENCANAAN DAN REALISASI SISTEM

BAB III SISTEM PENGUKURAN ARUS & TEGANGAN AC PADA WATTMETER DIGITAL

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III DESAIN DAN PERANCANGAN

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM. 3.1 Pengantar Perancangan Sistem Pengendalian Lampu Pada Lapangan Bulu

BAB III PERANCANGAN ALAT

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA DATA

PERANCANGAN TELEMETRI SUHU DENGAN MODULASI DIGITAL ON-OFF KEYING (OOK) MODULASI FREKUENSI (FM)

BAB III PERANCANGAN ALAT

BAB III PERANCANGAN SISTEM. sebuah alat pemroses data yang sama, ruang kerja yang sama sehingga

LAB PTE - 05 (PTEL626) JOBSHEET 8 (ADC-ANALOG TO DIGITAL CONVERTER)

BAB II LANDASAN TEORI

BAB III PERENCANAAN DAN REALISASI

ADC (Analog to Digital Converter)

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM. pada sistem pengendali lampu telah dijelaskan pada bab 2. Pada bab ini akan dijelaskan

BAB III PERANCANGAN ALAT

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT

RANCANG BANGUN KONTROL PERALATAN LISTRIK OTOMATIS BERBASIS AT89S51

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV CARA KERJA DAN PERANCANGAN SISTEM. Gambar 4.1 Blok Diagram Sistem. bau gas yang akan mempengaruhi nilai hambatan internal pada sensor gas

BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI SISTEM. Dalam tugas akhir ini dirancang sebuah modulator BPSK dengan bit rate

POLITEKNIK NEGERI JAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian di atas, dapat dikemukakan permasalahan sebagai berikut:

BAB III METODE PENELITIAN. Pada pengerjaan tugas akhir ini metode penelitian yang dilakukan yaitu. dengan penelitian yang dilakukan.

BAB III DESKRIPSI MASALAH

BAB 2 LANDASAN TEORI. Dengan perkembangan terakhir, yaitu generasi AVR (Alf and Vegard s Risc

RANCANG BANGUN DATA AKUISISI TEMPERATUR 10 KANAL BERBASIS MIKROKONTROLLER AVR ATMEGA16. Enis Fitriani,DidikTristianto,SlametWinardi

BAB III PERANCANGAN. Pada perancangan perangkat keras (hardware) ini meliputi: Rangkaian

BAB III RANCANGAN DAN CARA KERJA ALAT

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL. HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING. HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI... HALAMAN PERSEMBAHAN. HALAMAN MOTTO.. ABSTRAKSI... DAFTAR ISI...

RANCANG BANGUN DAN ANALISIS PERANGKAT TELEMETRI SUHU DAN CAHAYA MENGGUNAKAN AMPLITUDE SHIFT KEYING (ASK) BERBASIS PC

RANCANG BANGUN PENGUKUR DAN PENGENDALI SUHU BERBASIS MIKROKONTROLER AT 89S51 DAN SENSOR SUHU LM 35

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB 2 LANDASAN TEORI. Mikrokontroler AT89S52 termasuk kedalam keluarga MCS-51 merupakan suatu. dua macam memori yang sifatnya berbeda yaitu:

BAB III PERANCANGAN ALAT

BAB II TEORI DASAR 2.1 Pendahuluan 2.2 Sensor Clamp Putaran Mesin

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil dari perancangan perangkat keras sistem penyiraman tanaman secara

III. METODE PENELITIAN. Elektronika Dasar Jurusan Fisika Fakultas MIPA Universitas Lampung.

BAB III ANALISIS MASALAH DAN RANCANGAN PROGRAM

BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB IV PENGUJIAN ALAT DAN ANALISA HASIL PENGUJIAN

BAB III PERANCANGAN SISTEM

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret 2015 sampai dengan Agustus 2015.

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan rangkaian terdiri dari blok mikrokontroler, blok

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT

Gambar 3.1 Diagram Blok Sistem

BAB II LANDASAN TEORI. Dalam merancang sebuah peralatan yang cerdas, diperlukan suatu

TERMOMETER BADAN DIGITAL OUTPUT SUARA BERBASIS MIKROKONTROLLER AVR ATMEGA8535

Transkripsi:

39 Penerima FM Demodulator FSK Level Converter PC Gambar 3.1 (a) Blok Diagram Sistem Telemetri Bagian Pengirim Data (b) (b) Blok Diagram Sistem Telemetri Bagian Penerima Data 3.2 Perancangan Perangkat Keras (hardware) Perancangan perangkat keras ini meliputi perancangan komponenkomponen yang dibutuhkan serta tata letak komponen pada masing-masing rangkaian baik secara manual maupun menggunakan software elektronika hingga menjadi rangkaian elektronika yang dipasang pada PCB. 3.2.1 Sensor Suhu LM 35 Pada Tugas Akhir ini sensor suhu yang digunakan adalah sensor suhu seri LM 35, LM 35 adalah sensor suhu yang teliti dan terkemas dalam bentuk Integrated Circuit (IC), dimana output tegangan keluaran sangat linear berpadanan dengan perubahan suhu. Sensor ini berfungsi sebagai pengubah dari besaran fisis suhu ke besaran tegangan yang memiliki koefisien sebesar 10 mv / C yang berarti bahwa kenaikan suhu 1 C maka akan terjadi kenaikan tegangan sebesar 10 mv. IC LM 35 ini tidak memerlukan pengkalibrasian atau penyetelan dari luar karena ketelitiannya sampai lebih kurang seperempat derajat celcius pada temperature ruang. Jangka sensor mulai dari 55 C sampai dengan 150 C, IC LM35 penggunaannya sangat mudah. IC LM 35 dapat dialiri arus 60 m A dari

40 supply sehingga panas yang ditimbulkan sendiri sangat rendah kurang dari 0 C di dalam suhu ruangan. Adapun keistimewaan dari IC LM 35 adalah : Kalibrasi dalam satuan derajat celcius. Lineritas +10 mv/ º C. Akurasi 0,5 º C pada suhu ruang. Range +0 º C 150 º C. Dioperasikan pada catu daya 4 V 20 V. Arus yang mengalir kurang dari 60 µa Gambar 3.2 Konfigurasi Sensor Suhu LM35 3.2.2 Sensor Gas TGS 2442 Gambar 3.3 Bentuk Fisik dan Konfigurasi Sensor TGS 2442

41 Sensor gas yang dipakai dalam tugas akhir ini adalah sensor TGS 2442 yang berfungsi sebagai pendeteksi gas KarbonMonoksida (CO). Sensor ini mempunyai nilai resistansi Rx yang akan berubah bila terkena gas Karbon Monoksida (CO). Selain itu sensor ini juga mempunyai sebuah pemanas (heater) yang digunakan untuk membersihkan ruangan sensor dari kontaminasi udara luar. Elemen dari sensor terdiri dari bahan semikonduktor, metaloksida dan aluminasubtrate yang digabung bersama heater (pemanas). Dalam pendeteksian gas Karbon Monoksida (CO), perubahan daya konduksi sensor tergantung pada konsentrasi gas yang dideteksi. Rangkaian eletronika sederhana dapat merubah daya konduksi menjadi sinyal keluaran dengan penyesuaian pada konsentrasi gas. Berikut ini spesifikasi dari sensor TGS 2442 : Target Gas : Carbon monoxide Output : Resistance Typical Detection Range : 30ppm - 1.000ppm Heater Voltage : 5 ± 0.2 (DC/AC) Sensor resistance : 6.81KW - 68.1KW (pada 100ppm) Gambar 3.4 Rangkaian Dasar TGS 2442

42 Sensor membutuhkan tegangan (Vc) input 5V yang dihubungkan pada heater (Vh) dan Rs, tegangan Vc digunakan sebagai tegangan input Rs di dalam sensor. Rs merupakan resistansi sensor yang terhubung pada pin 2 dan pin 3 pada sensor, dan merupakan elektroda sensor. Pada pin 2 diberikan hambatan (RL) dan sebagai output tegangan dari sensor yang kemudian dihubungkan pada rangkaian ADC. Tegangan Vc juga digunakan sebagai input pada elemen heater (pemanas) yang terhubung pada pin 1 dan 2 di dalam sensor. Untuk menentukan nilai konsentrasi gas KarbonMonoksida terlebih dahulu harus mengetahui nilai Rs, nilai Rs merupakan nilai konsentrasi gas untuk menentukan nilai satuan yang diukur, dalam hal ini nilai satuan gas dinyatakan sebagai ppm. Satuan ppm merupakan Part per Milion yang artinya partikel per sejuta, dan nilai Rs dapat ditentukan dengan rumus seperti berikut : Rs = ((Vcc x RL) / Vout) RL..(3.1) Vcc merupakan tegangan input yang dibutuhkan pada rangkaian, dalam hal ini Vcc diberikan tegangan 5V. RL merupakan hambatan pada sensor dan diberikan hambatan sebesar 20 K ohm, sedangkan Vout merupakan nilai output sensor yang nilainya selalu berubah-ubah. Sebagai acuan atau pembanding untuk mengetahui nilai ppm dibutuhkan tabel Rs dan nilai konsentrasi gas Karbon Monoksida (ppm), dan nilai tersebut dapat dilihat pada gambar 3.4 karena kepekaan sensor TGS 2442 berada pada 30 1000 ppm maka nilai Rs tertinggi berada pada 5 dan nilai konsentrasi gas CO berada pada 30 ppm, sedangkan nilai Rs terendah berada pada 0.08 dan nilai konsentrasi gas CO berada pada 1000 ppm.

43 Gambar 3.5 Grafik Konsentrasi Gas (ppm) Terhadap Nilai Rs 3.2.3 Sensor Getar Sensor ini berfungsi untuk mendeteksi getaran yang terjadi di suatu tempat, karena sulitnya mencari komponen tesebut serta keterbatasan anggaran maka penulis memakai komponen sensor getar sederhana yang bekerja secara mekanik. Sensor getar ini adalah sensor getar air raksa yang akan bekerja jika ada getaran yang mengenainya. Berikut ini adalah gambar dari sensor getar tersebut : Gambar 3.6 Sensor getar dengan air raksa Seperti terlihat pada gambar di atas, di dalam sensor getar tersebut terdapat air raksa yang akan menghubungkan kedua kawat di dalam sensor tersebut jika ada getaran yang mengenainya, sehingga komponen ini dapat berfungsi layaknya

44 sebuah switching yang akan memberikan informasi berupa peringatan bahwa ada suatu pergerakkan atau getaran. 3.2.4 Penguat Operasional (Op-Amp) Tegangan yang dihasilkan dari output LM 35 sangat kecil, yaitu hanya sebesar 10mV setiap kenaikan 1 0 C, untuk memudahkan pembacaan pada alat ukur dan agar tingkat kenaikan tegangan berada di atas toleransi ketelitian dari rangkaian ADC maka diperlukan rangkaian Op-Amp. IC Op-Amp yang akan digunakan disini adalah IC LM 358 yang memiliki keunggulan dalam pemakaian daya yang lebih rendah, kemampuan penggunaan saluran input yang berkorelasi dengan saluran pentanahan, dapat dicatu menggunakan mode catu daya tunggal maupun catu daya ganda. Gambar 3.7 Simbol Diagram LM 358 Besarnya penguatan yang diharapkan oleh penulis adalah sebesar 3 kali sehingga rangkaiannya adalah seperti di bawah ini : Vcc Vin 8 U1:A R1 3 2 1 Vo 1k 4 LM358 R2 2k Gambar 3.8 Skema Rangkaian Op-Amp (non-inverting) LM358

45 Dari rangkaian tersebut, besarnya penguatan yang dihasilkan didapatkan dari persamaan : = + 1....(3.2) = + 1 10 = 30..(3.3) = = = 3 kali.....(3.4) 3.2.5 Multiplekser (IC 4051) Rangkaian ini berfungsi untuk menggabungkan beberapa input data ke dalam satu keluaran agar dapat diterima oleh rangkaian ADC 0804. Berikut ini adalah bentuk dari IC 4051 beserta tabel kebenarannya : (a) (b) Gambar 3.9 (a) Bentuk Fisik dari IC 4051 (b) Tabel Kebenaran Multiplekser IC 4051 IC 4051 ini merupakan multiplekser yang mempunyai 8 kanal input dan satu kanal output dan dapat bekerja pada rentang tegangan 3 18 Volt DC. IC ini harus diberi masukan berupa sinyal clock untuk mengontrol saluran input mana yang akan diaktifkan sesuai dengan tabel kebenaran diatas.

46 3.2.6 Pengubah Analog ke Digital (ADC 0804) Sistem mikroprosesor hanya dapat mengolah (memproses) data dalam bentuk biner saja, atau lebih sering disebut besaran digital, oleh sebab itu setiap data analog yang akan diproses oleh mikroprosesor harus diubah terlebih dahulu ke dalam bentuk kode biner (digital). Tegangan analog yang merupakan masukan dari ADC berasal dari sensor. Sensor inilah yang mengubah besaran fisis menjadi tegangan listrik. Tegangan listrik yang dihasilkan oleh sensor yang berubah secara kontinyu pada suatu range tertentu disebut tegangan analog, dan tegangan analog ini diubah oleh ADC menjadi bentuk digital yang sebanding dengan tegangan analognya. Pada perancangan ini digunakan IC ADC 0804 yang dapat mengubah tegangan analog yang berasal dari output penguat menjadi kode digital (biner 8 bit). Gambar 3.10 Skema Rangkaian ADC 0804 ADC 0804 mempunyai resolusi 8 bit dengan waktu konversi 100 µs untuk clock 640 Khz serta mempunyai 8 kanal output. Pin 19 dan 4 dihubungkan dengan R dan C untuk membangkitkan clock internal sehingga tidak membutuhkan lagi pembangkit clock eksternal.

47 Gambar 3.11 Konfigurasi Pin dan Kaki ADC 0804 3.2.7 Mikrokontroler AT89S52 Data yang berasal dari ADC 0804 masih berupa data paralel, sehingga membutuhkan rangkaian mikrokontroler untuk mengubah data tersebut ke dalam bentuk serial. Rangkaian mikrokontroler ini merupakan pengolah data bagi sistem yang telah dibuat. Pada dasarnya rangkaian mikrokontroler ini merupakan sistem minimum dari mikrokontroler AT89S52. Agar mikrokontroler dapat bekerja, maka dibutuhkan suatu rangkaian osilator sebagai sumber clock, dan dalam hal ini digunakan osilator internal yang sudah ada dalam mikrokontroler AT89S52 yang langsung dihubungkan dengan sebuah kristal. Kristal yang digunakan adalah kristal 12 Mhz supaya mikrokontroler dapat bekerja dengan kecepatan maksimum. Fungsi dari kapasitor C1 dan C2 merupakan sebagai penstabil clock, seperti terlihat pada gambar 3.11 berikut :

48 C1 Vcc 33pF C2 33pF C3 10uF R1 10k X1 12 Mhz 19 18 9 29 30 31 IC XTAL1 XTAL2 RST PSEN ALE EA P0.0/AD0 P0.1/AD1 P0.2/AD2 P0.3/AD3 P0.4/AD4 P0.5/AD5 P0.6/AD6 P0.7/AD7 P2.0/A8 P2.1/A9 P2.2/A10 P2.3/A11 P2.4/A12 P2.5/A13 P2.6/A14 P2.7/A15 39 38 37 36 35 34 33 32 21 22 23 24 25 26 27 28 1 2 3 4 5 6 7 8 P1.0/T2 P1.1/T2EX P1.2 P1.3 P1.4 P1.5 P1.6 P1.7 P3.0/RXD P3.1/TXD P3.2/INT0 P3.3/INT1 P3.4/T0 P3.5/T1 P3.6/WR P3.7/RD 10 11 12 13 14 15 16 17 AT89S52 Gambar 3.12 Sistem Minimum AT89S52 3.2.8 Modulator FSK (XR 2206) Data digital yang dikirimkan secara serial oleh mikrokontroler sebelum diteruskan ke pemancar harus dimodulasikan atau diubah parameternya dari parameter tegangan menjadi frekuensi. Modulator FSK akan mengubah data yang dikirimkan mikrokontroler menjadi sinyal sinusiodal dengan frekuensi yang bergantung pada data dari mikrokontroler. Nilai frekuensi yang dihasilkan bergantung pada nilai R 1, R 2 dan nilai C yang merupakan komponen eksternal yang harus ditambahkan pada IC XR-2206. Nilai frekuensi yang dihasilkan akan sesuai dengan persamaan : f 1 = 1/(R 1.C).. (3.5) dan f 2 = 1/(R 2.C)..(3.6) f 1 merupakan frekuensi yang dihasilkan pada saat input berupa data logika high, sedangkan f 2 merupakan frekuensi yang dihasilkan pada saat input berupa data logika low. Rangkaian modulator FSK dapat dilihat pada gambar 3.12. Pulsa logika high pada penelitian ini akan setara dengan f 1 yaitu sebesar 1100 Hz. Nilai

49 dari C ditetapkan sebesar 33nF, karena itu nilai R 1 adalah sebesar 27,5 k ohm. Sedangkan data logika low akan setara dengan f 2 sebesar 2200 Hz, sehingga nilai R 2 adalah 13,7 k ohm. Untuk memudahkan pengesetan dan karena tidak ada nilai resistor sebesar itu maka untuk R 1 dan R 2 digunakan resistor variabel masingmasing sebesar 50 k ohm. Gambar 3.13 Rangkaian Modulator FSK 3.2.9 Demodulator FSK (XR 2211) Rangkaian demodulator FSK menerima sinyal yang berasal dari receiver. Seperti pada waktu dipancarkan, sinyal ini berupa sinyal sinusiodal yang berubahubah frekuensinya sesuai dengan data yang dikirimkan. Demodulator akan mengubah kembali sinyal sinusoidal tersebut menjadi sinyal digital (biner) yang dapat diterima mikrokontroler melalui pin RxD. Pengubahan oleh demodulator dilakukan dengan membandingkan dengan frekuensi tengah (f 0 ). Frekuensi yang lebih besar dari frekuensi tengah akan menghasilkan output logika high, sedangkan frekuensi input yang kurang dari frekuensi tengah akan menghasilkan output logika low. Frekuensi tengah ditentukan dengan mengatur besarnya

50 hambatan pada R 0 dan besarnya C 0 (kondensator yang terhubung pada pin 13 dan 14 IC XR 2211). Nilai frekuensi tengah ditentukan berdasarkan nilai kedua frekuensi yang dihasilkan oleh modulator FSK. Penentuan nilai frekuensi tengah dihitung dengan persamaan : =..(3.7) Pemilihan nilai R 0 dan C 0 dilakukan berdasarkan persamaan : f 0 = 1/(R 0.C 0 )...(3.8) Nilai f 1 dan f 2 berturut-turut adalah 1100 Hz dan 2200 Hz sehingga didapatkan nilai f 0 adalah sebesar 1556 Hz. Berdasarkan nilai f 0 ini, ditentukan nilai C sebesar 33 nf dan R 0 sebesar 19,4 k ohm, dengan demikian R 0 yang digunakan dalam rangkaian adalah variabel resistor sehingga dapat diubah-ubah nilainya untuk pengesetan. Gambar 3.14 Rangkaian Demodulator FSK

51 3.2.10 Antarmuka Serial RS232 Data yang berasal dari demodulator FSK adalah pada level tegangan TTL (Transistor Transistor Logic), sedangkan komputer hanya dapat menerima data dalam bentuk level tegangan RS232. Oleh karena itu digunakanlah IC MAX232 yang dapat mengubah level tegangan TTL menjadi level tegangan RS232 dan sebaliknya sehingga data dapat terbaca. Seperti kita ketahui bahwa level tegangan pada TTL adalah antara 0 sampai 5 volt, dimana tegangan 0 volt mewakili kondisi low dan 5 volt mewakili kondisi high. Sedangkan pada RS232 level tegangannya berkisar antara -3 sampai -25 volt untuk mewakili kondisi low dan +3 sampai +25 volt untuk kondisi high. Gambar 3.14 merupakan gambar aplikasi dari IC MAX232 sebagai antarmuka serial RS232. C1 PIN 2 DB9 1 1uF 3 U1 C1+ C1- VCC INPUT 11 12 10 9 T1IN R1OUT T2IN R2OUT T1OUT R1IN T2OUT R2IN VS+ VS- 14 13 7 8 2 6 C2 1uF C5 1uF C2+ 4 C3 C2-5 MAX232 C4 1uF 1uF Gambar 3.15 Antarmuka Serial RS232 dengan IC MAX232 Komunikasi serial membutuhkan port sebagai saluran data, salah satunya dengan menggunakan port serial DB9. Berikut tampilan port serial DB9 yang umum digunakan sebagai port serial :

52 Gambar 3.16 Port Serial DB9 Keterangan mengenai fungsi pada konektor DB-9 adalah sebagai berikut : Received Line Signal Detect, dengan saluran ini DCE memberitahukan ke DTE bahwa pada terminal masukan ada data masuk. Receive Data, digunakan DTE menerima data dari DCE. Transmit Data, digunakan DTE mengirimkan data ke DCE. Data Terminal Ready, pada saluran ini DTE memberitahukan kesiapan terminalnya. Signal Ground, saluran ground DCE ready, sinyal aktif pada saluran ini menunjukkan bahwa DCE sudah siap. Request to Send, dengan saluran ini DCE diminta mengirim data oleh DTE. Clear to Send, dengan saluran ini DCE memberitahukan bahwa DTE boleh mulai mengirim data. Ring Indicator, pada saluran ini DCE memberitahukan ke DTE bahwa sebuah stasiun menghendaki hubungan dengannya.

53 3.3 Perancangan Perangkat Lunak (Software) Perangkat lunak pada sistem telemetri ini berfungsi sebagai pengolah dan penampil data. Untuk mengolah data digunakan program lunak mikrokontroller menggunakan bahasa assembly MCS51. Program mikrokontroler ini berfungsi sebagai pengolah data, sedangkan untuk menampilkan data pada PC, program yang digunakan adalah program Borland Delphi. Sebelum melakukan perancangan software, hal pertama yang harus dilakukan adalah membuat skematik diagram alur (flowchart) agar program yang dibuat dapat berjalan seperti yang diharapkan. Pada program pengolah data ini tahapan pertama dimulai dengan fungsi start yaitu tahap dimana memulai keadaan pada pemrograman yang dalam bahasa assembler yaitu dengan mengetikkan org 00h. Selanjutnya diikuti oleh proses initialisasi untuk mempersiapkan parameter apa saja yang dibutuhkan untuk proses selanjutnya, setelah itu program mulai membaca data. Setelah data terbaca lalu diteruskan oleh fungsi selanjutnya sampai data ditampilkan pada PC selama selang waktu beberapa detik kemudian menampilkan data selanjutnya secara bergantian. Berikut ini adalah contoh potongan program initialisasi untuk menghasilkan baudrate sebesar 1200 bps : Initserial : mov scon,#52h mov tmod,#20h mov th1,#0e6h setb tr1 ret

54 Untuk mendapatkan baudrate sebesar 1200 bps maka kita harus menentukan nilai dari th1 yaitu dengan menggunakan rumus : 1 = 256 (3.9) Di bawah ini adalah flowchart program utama dari sistem telemetri untuk pendeteksi keadaan gunung berapi : Start Inisialisasi Baca Data Sensor Ambil Data Suhu Ambil Data Getaran Ambil Data Gas CO Ubah ke Data Serial Kirimkan Data Ubah ke Data Serial Kirimkan Data Ubah ke Data Serial Kirimkan Data Delay 5 detik Delay 5 detik Delay 5 detik no Sudah 5 yes no Sudah 5 yes no Sudah 5 yes detik? detik? detik? Gambar 3.17 Flowchart Program Utama Sistem Telemetri Pendeteksi Keadaan Gunung Berapi Dari gambar flowchart diatas dapat disimpulkan bahwa pada sistem telemetri yang dibuat ini keadaan pertama yang akan dideteksi sistem adalah perubahan data atau besaran suhu kemudian disusul oleh perubahan data getaran dan kemudian adalah perubahan besaran gas CO.