BAB II KAJIAN PUSTAKA. Corey, ( 1998 : 91 ) adalah suatu proses dimana. dalam tingkah laku tertentu dalam kondisi khusus atau menghasilkan respons

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. maksimal dan penuh tanggung jawab untuk meningkatkan mutu pendidikan.

BAB II KAJIAN TEORI. Pembelajaran merupakan proses komunikasi du arah, mengajar dilakukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. Guru merupakan kunci keberhasilan dalam pengelolaan proses pembelajaran.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Matematika merupakan salah satu bidang studi yang diajarkan di SD. Menurut

BAB II KAJIAN PUSTAKA

PELAKSANAAN PEMBELAJARAN AKTIF DALAM UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA HINDU ` NI NYOMAN SATYA WIDARI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Aktivitas siswa dalam proses belajar mengajar tidak hanya sekedar

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN TEORI Pengertian Belajar Menurut Beberapa Ahli. memperoleh pengetahuan, ketrampilan, dan nilai-nilai positif dengan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. Pembelajaran kooperatif merupakan bentuk pengajaran dimana para siswa bekerja

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. perubahan sikap serta tingkah laku. Di dalam pendidikan terdapat proses belajar,

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pengajaran dan pembelajaran kontekstual atau contextual teaching and

IMPLEMENTASI PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA PADA MATERI PECAHAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA. aktivitas merupakan prinsip yang sangat penting di dalam interaksi belajar. aktivitas tersebut. Beberapa diantaranya ialah:

II. KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Teori Yang Melandasi Model Pembelajaran Make A Match

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Matematika merupakan mata pelajaran yang wajib dipelajari siswa sejak

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Kajian Teori. 1. Aktivitas Belajar. Anak senantiasa berinteraksi dengan sekitarnya dan selalu berusaha

TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran adalah kegiatan guru secara terprogram dalam desain instruksional, untuk

BAB I PENDAHULUAN. pekerjaan daripada bidang-bidang pekerjaan lainnya. Sedangkan menurut Undang Undang

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan kualitas pembelajaran merupakan salah satu pilar upaya

II. TINJAUAN PUSTAKA. Keterampilan proses sains dapat diartikan sebagai keterampilan intelektual,

BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan bidang ilmu yang memiliki kedudukan penting

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Istilah pendekatan (approach) dalam pembelajaran memiliki kemiripan

Syahriani S.Pd.,M.Pd Dosen Non PNS Jurusan Biologi Fakultas Tarbiyah dan keguruan UIN Alauddin Makassar. Abstrak

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran merupakan komunikasi dua arah, yang dilakukan oleh pendidik

PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERDASARKAN TEORI KONSTRUKTIVISME SOSIAL (VYGOTSKY)

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS. kearah yang lebih baik. Menurut Hamalik (2004:37) belajar merupakan

BAB II KAJIAN TEORI Pengertian Belajar Menurut Teori Konstruktivisme. mencoba merumuskan dan membuat tafsirannya tentang belajar.

KAJIAN PUSTAKA. Dalam kegiatan belajar mengajar siswa melakukan aktivitas. Pengajaran yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. laku peserta didik dari tidak tahu menjadi tahu berdasarkan pengalaman dan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Keberhasilan belajar tidak akan tercapai begitu saja jika pembelajaran tidak

I. TINJAUAN PUSTAKA. tersebut bukan diperoleh langsung dari proses pertumbuhan seseorang secara

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan IPA diharapkan menjadi wahana bagi peserta didik untuk

BAB II KAJIAN PUATAKA. tujuan (Mc. Donald dalam Sardiman A.M, 2001:73-74). Menurut Mc. Donald. motivasi mengandung 3 elemen penting, yaitu:

BAB I PENDAHULUAN. masalah menurut Abdullah dalam J. Tombokan Runtukahu (2000: 307).

PENDEKATAN PEMBELAJARAN IPS DI SMP (Oleh: Dra. Neti Budiwati, M.Si.)

PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL. contextual teaching and learning

PENINGKATAN BERFIKIR KREATIF MELALUI CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING PADA PEMBELAJARAN IPS KELAS IV SDN GRABAGAN TULANGAN

BAB II KAJIAN TEORI. yang dikenal dengan sebutan Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian istilah scaffolding berasal dari istilah ilmu teknik sipil yaitu berupa

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Hamalik,1995:57) dalam ( memungkinkan ia turut serta dalam tingkah laku tertentu, sehingga dalam

II. TINJAUAN PUSTAKA. Rasa puas ini (atau lebih tepat barangkali. membangkitkan rasa ingin tahu lebih lanjut yang memerlukan pemuas.

II. TINJAUAN PUSTAKA. untuk mencari sendiri materi (informasi) pelajaran yang akan dipelajari

BAB II KAJIAN PUSTAKA. mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran (Oemar Hamalik, 2002: 57) dalam

BAB I PENDAHULUAN BAB II PEMBAHASAN Contextual Teaching and Learning

BAB II KAJIAN TEORI. Pembelajaran adalah suatu proses membelajarkan subjek. belajar secara aktif, yang menekan pada penyediaan sumber belajar.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

I. TINJAUAN PUSTAKA. yang dikutip oleh Winataputra (2003: 2.3) bahwa belajar adalah suatu proses

Jurnal Publikasi. Oleh: WINDARTI A FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2012

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran secara simpel dapat diartikan sebagai produk interaksi

BAB II KAJIAN TEORI. Piaget berpendapat, bahwa sejak kecil anak sudah mempunyai struktur

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN TEORI Pengertian Belajar Menurut Teori Konstruktivisme. penyelenggaraan jenis dan jenjang pendidikan. Belajar merupakan aktivitas

BAB I PENDAHULUAN. Nasional Pendidikan pasal 19 dikatakan bahwa proses pembelajaran pada satuan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. dan ilmu atau pengetahuan. Tujuan pembelajaran matematika adalah terbentuknya

BAB II PEMBELAJARAN PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING PADA MATERI SEGI EMPAT. A. Hakikat Belajar dan Pembelajaran Matematika

BABH KAJIAN PUSTAKA. A. Pembelajaran Matematika.

I. PENDAHULUAN. Pendidikan di Indonesia sedang mendapat perhatian dari pemerintah. Berbagai

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu wahana untuk mengembangkan semua

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bab 1 ini tentang pendahuluan yang terdiri dari beberapa sub bab,

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. siswa seperti representasi gambar, grafik, tabel, dan teks melalui pendekatan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Undang-Undang RI No.20 tahun 2003 pasal 3. (2005:56) tentang

BAB II. Pembelajaran kooperatif (Cooperatif Learning) adalah pendekatan. pembelajaran yang berfokus pada penggunaan kelompok kecil siswa untuk

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Hamalik (2001, 37) belajar adalah memperoleh. pengetahuan melalui alat indra yang disampaikan dalam bentuk perangsang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. laku individu melalui interaksi dengan lingkungan. Aspek tingkah laku tersebut

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pembelajaran terjadi karena adanya aktivitas guru dan aktivitas siswa. Anwar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran yang efektif adalah pembelajaran yang memberikan

BAB II LANDASAN TEORI. yang berdasarkan faham konstruktivis. 1 Menurut Hamid Hasan, kooperatif

MENINGKATKAN MINAT BELAJAR SAINS (IPA) DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL (CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING)

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu proses yang dinamis yang senantiasa. dari kemajuan ilmu dan teknologi yang menuntut lembaga-lembaga untuk

I. PENDAHULUAN. menguasai informasi dan pengetahuan. Dengan demikian diperlukan suatu

BAB II KAMAN PUSTAKA. A. Meningkatkan Kemampuan Siswa dalam Pemahaman Peredaran Darah. mempertinggi, sedangkan kemampuan. artinya kecakapan.

TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengertian Pembelajaran Kooperatif (Cooperatif Learning) Menurut Nurhadi (2004: 112), pembelajaran kooperatif adalah pendekatan

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan diberikannya mata pelajaran matematika untuk siswa

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara psikologis, Belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu

II. TINJAUAN PUSTAKA. Salah satu teori belajar yang cukup dikenal dan banyak implementasinya dalam

II. KAJIAN TEORI. 2.1 Belajar dan Pembelajaran Pengertian Belajar dan Pembelajaran. Belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Atik Sukmawati, 2013

PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL (CTL) DAN TEORI BANDURA. A. Konsep Dasar Strategi Pembelajaran Kontekstual (CTL)

BAB I PENDAHULUAN. bantu memecahkan masalah dalam berbagai bidang ilmu. Salah satu

BAB II LANDASAN TEORI. Secara umum pengertian pembelajaran adalah seperangkat peristiwa yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) Pembelajaran kooperatif adalah bagian dari strategi pembelajaran yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Transkripsi:

8 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Pembelajaran Pembelajaran adalah sebuah proses perubahan didalam kepribadian manusia dan perubahan tersebut ditampakkan dalam bentuk peningkatan kualitas siswa Pembelajaran menurut Corey, ( 1998 : 91 ) adalah suatu proses dimana lingkungan seseorang secara sengaja dikelola untuk memungkinkan ia turut serta dalam tingkah laku tertentu dalam kondisi khusus atau menghasilkan respons terhadap situasi tertentu, pembelajaran merupakan subset khusus dari pendidikan. Menurut William H. Burton, ( dalam Sagala, 2005 : 213 ), pembelajaran adalah upaya memberikan stimulus, bimbingan pengarahan, dan dorongan kepada siswa agar terjadi proses belajar. Menurut Budiningsih,( 2005 : 103 ) menyatakan, dalam kegiatan pembelajaran hendaknya anak memperoleh kesempatan yang luas untuk mengembangkan zona perkembangan proximalnya atau potensi melalui belajar dan berkembang, guru perlu menyediakan berbagai jenis dan tingkatan bantuan ( helps ) cognitive scaffolding yang dapat memfasilitasi anak agar mereka dapat memecahkan permasalahan yang dihadapinya. Bantuan dapat dalam bentuk

9 contoh, pedoman, bimbingan orang lain, atau teman yang lebih kompeten. Bentuk-bentuk pembelajaran kooperatif, kolaboratif serta belajar kontekstual sangat tepat digunakan. Zona perkembangan proksimal menurutnya perkembangan kemampuan seseorang dapat dibedakan kedalam dua tingkat yaitu : tingkat aktual dan potensial, tingkat perkembangan aktual tampak dari kemampuan seseorang untuk menyelesaikan tugas-tugas atau memecahkan berbagai masalah secara mandiri (intramental) sedangkan potensial kemampuankemampuan memecahkan masalah dan menyelasaikan tugas-tugas ketika di bawah bimbingan orang dewasa atau ketika berkolaborasi dengan teman sebaya yang lebih kompeten (intermental). Berdasarkan beberapa pernyataan diatas dapat disimpulkan pembelajaran merupakan pengorganisasian aktivitas siswa dalam arti peran guru bukan sematamata memberikan informasi, melainkan juga mengarahkan, memotivasi dan memberi fasilitas belajar (directing and facilitating the learning) agar proses belajar lebih memadai. Pembelajaran juga mengandung arti, setiap kegiatan dirancang untuk membantu dalam mempelajari sesuatu kemampuan atau nilai. mengutip pepatah Cina, membaca, mendengar, dan melihat belum cukup dalam belajar, pembelajaran yang melibatkan peserta didik untuk mengalami dan membicarakan bahan tertentu pada orang lain dapat lebih bermakna dalam belajar, terlebih lagi bila peserta didik mempunyai kesempatan untuk mengajarkan pengetahuannya terhadap peserta didik lain, yang bersumber: dari, Scret of Ancient Chinese Art of Motivation, tergambar sebagai berikut.

10 Keberhasilan Dalam Pembelajaran 1. Apa yang kita baca 10% 2. Apa yang kita dengar 20% 3. Apa yang kita lihat 30% 4. Apa yang kita dengar dan lihat 50% 5. Apa yang kita bicarakan dengan orang lain 70% 6. Apa yang kita alami sendiri 80% 7. Apa yang kita ajarkan kepada orang lain 95% 2.2 Pendekatan Melalui Diskusi kelompok Pembelajaran Diskusi adalah pembelajaran yang mengaitkan materi pelajaran yang diajarkan dengan situasi dunia nyata, dengan konsep tersebut diharapkan hasil pembelajaran lebih bermakna bagi siswa, sebagaimana dikemukakan Subandar (2003:2) bahwa pembelajaran diskusi adalah suatu konsep tentang pembelajaran yang membantu guru untuk menghubungkan isi bahan ajar dengan situasi dunia nyata, serta memotivasi siswa untuk melakukan koneksi-koneksi diantara pengetahuan dan menerapkannya ke dalam kehidupan mereka Menurut Depdiknas (2003:1),pendekatan diskusi (Contextual Teaching Learning) adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Berdasarkan pernyataan diatas dapatlah dipahami bahwa pembelajaran dengan diskusi lebih menekankan kepada pengaitan antara materi pelajaran dengan kehidupan nyata sehari-hari.

11 Menurut Sanjaya (2006:109), pendekatan diskusil (Contextual Teaching Learning) adalah suatu pendekatan pembelajaran yang menekankan kepada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk dapat menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata sehingga mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan mereka. Hal ini berarti pembelajaran yang dilakukan lebih terpusat pada siswa bukan pada guru. Guru bukan sebagai sumber ilmu, melainkan perancang, fasilitator, dan motivator dalam pembelajaran. Dari penjelasan diatas, penerapan diskusi sangatlah penting dalam pembelajaran di sekolah, karena pendekatan diskusi adalah proses yang menekankan kepada siswa untuk menemukan sendiri materi yang dipelajari dan menerapkannya dalam kehidupan sendiri. Team C-Star University of Washington (dalam Subandar, 2003:5-6) Menyatakan bahwa pembelajaran diskusi memiliki 7 karateristik sebagai berikut : 1. Komunikasi belajar : siswa akan lebih mudah meningkatkan pengetahuan dan ketrampilannya apabila bekerjasama dengan siswwa lain. 2. Penilaian autentik : pengetahuan dan ketrampilan yang diperoleh siswa dapat diketahui secara benar apabila penilaian yang dilakukan menuntut siswa menggunakan pengetahuan dan ketrampilan yang dimiliki mereka, baik melalui penilaian produk maupun proses.

12 3. Konstruktivisme : pembelajaran diskusi berlandaskan pada pemahaman bahwa individu membangun pemahamannya terhadap realitas melalui pengalaman dan interaksi dengan lingkungannya. 4. Inkuiri : pemahaman harus ditemukan sendiri oleh siswa melalui proses yang dimulai dari pengamatan. 5. Bertanya : penemuan hanya mungkin terjadi apabila siswa bertanya 6. Refleksi : merupakan aktivitas untuk mendapatkan gambaran dari halhal yang telah terjadi (dalam hal ini sehubungan dengan pembelajaran), baik hasil yang diperoleh, kelebihan maupun kekurangannya. Refleksi dilakukan terhadap peristiwa, aktivitas, apa yang dipelajari dan bagaimana menggunakannya, serta apa yang dirasakan. 7. Permodelan : permodelan adalah suatu proses pemberian contoh tentang bagaimana kondisi yang harus terwujud, Dengan permodelan guru melakukan apa yang diharapkan dapat dilakukan siswa. Pembelajaran diskusi dapat dilakukan dengan berbagai model, sesuai dengan konteksnya, misalnya pembelajaran kooperatif, pembelajaran berbasis masalah, pembelajaran berbasis proyek, pembelajaran berbasis jasa layanan, dan pembelajaran berbasis kerja (Subandar,2003:6). Menurut Sanjaya (2006:113) komponen-komponen pembelajaran yang digunakan dalam pembelajaran Diskusi adalah konstruktivisme, Inquiri, Questioning, LearninG Community, Modeling, Refleksi, dan Authentic, Assesment.

13 Dari pendapat diatas dapat disimpulkan tujuan dalam pembelajaran dengan menggunakan pendekatan diskusi dapat dilaksanakan dengan melakukan serangkaian kegiatan pembelajarn. Siswa dituntut untuk saling bekerja sama dalam menyelesaikan masalah dengan sesama anggota kelompoknya, dan guru hanya sebagai fasilitator. 2.3 Pembelajaran Marematika Melalui Diskusi kelompok Pembelajarn diskusi dibangun atas dasar teori konstruktivis sosial dari Vigotsky, teori konstruktivis personal dari piaget dan teori motivasi. Kegiatan belajar adalah kegiatan aktif siswa menemukan sesuatu dan membangun sendiri. Permodelan dalam perilaku kelompok kolaboratif lebih maju dari pada penampilan secara individu (Slavin, 1997:47) Pembelajaran diskusi merupakan model pembelajaran dimana siswa belajar dalam kelompok kecil, saling membantu dalam memahami materi. Menyelesaikan tugas atau kegiatan lain agar semua siswa dalam kelompok mencapai hasil belajar yang tinggi (Slavin, 1997:284). Anggota dalam kelompok diskusi bersifat heterogen, terutama dari segi kemampuannya. Dalam pembelajaran diskusi siswa lebih mudah menemukan dan menangani konsep-konsep sulit jika mereka saling mendiskusikan masalah tersebut dengan temannya (Wikandari, 2000:8) Dengan bekerja secara kelompok diharapkan siswa dapat lebih mendiskusikan konsep dan prinsip tentang pembelajaran mereka. Menurut Slavin (1995:71) melaksanakan pembelajaran yang

14 menggunakan konsep belajar yang diskusi kelompok ada beberapa tahap yang dilakukan : 1. Presentasi kelas Materi pembelajaran disampaikan pada presentasi kelas, bisa menggunakan pembelajaran langsung atau diskusi belajar yang dipimpin oleh guru. 2. Belajar kelompok Kelompok terdiri dari 4 sampai 5 anggota dengan memperhatikan perbedaan kemampuan, jenis kelamin, ras dan etnisnya,diskusi kelompok menjadi ciri penting karena setiap anggota kelompok harus bertanggung jawab atas keberhasilan anggota kelompok mereka. Keberhasilan dan kegagalan anggota kelompok akan sangat mempengaruhi kesuksesan kelompok. 3. Kuis atau tes Setelah melakukan 1 atau 2 kali pertemuan dan 1 atau 2 kali kegiatan kelompok, siswa diberi tes secara individual, siswa tidak boleh membantu satu sama lain pada saat tes. 4. Point peningkatan individu Ide yang mendasari poin peningkatan individu adalah memberikan kepada siswa sasaran yang dapat dicapai jika mereka bekerja giat, dan memperlihatkan prestasi yang lebih baik dibandingkan dengan yang dicapai sebelumnya. 5. Penghargaan kelompok setelah dilakukan peningkatan point individual, dilakukan pemberian penghargaan kelompok berdasarkan pada poin

15 peningkatan kelompok untuk menentukan poin kelompok digunakan rumus : NK = 2.4 Motivasi Belajar JUMLAH POIN PENINGKATAN SETIAP ANGGOTA KELOMPOK BANYAKNYA ANGGOTA KELOMPOK Seseorang akan berhasil dalam belajar apabila dirinya sendiri ada keinginan untuk belajar. Keinginan atau dorongan untuk belajar inilah yang disebut dengan motivasi. Dalam kegiatan belajar, motivasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak didalam diri siswa yang menimbulkan, menjamin kelangsungan dan memberikan arah, kegiatan belajar, sehingga diharapkan tujuan dapat tercapai. Tanpa motivasi kegiatan belajar mengajar sulit untuk berhasil. Faktor yang cukup berarti dalam keberhasilan siswa adalah factor yang dapat menimbulkan dorongan untuk belajar, sering disebut dengan motivasi. Menurut Sardiman (1994:83) motivasi dapat diartikan sebagai daya penggerak aktif atau sebagai keseluruhan daya penggerak didalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan kegiatan dan menjamin arah dalam belajar sehingga tujuan yang dikehendaki segera tercapai. Pengalaman menyatakan bahwa motivasi yang berasal dari diri siswa lebih baik dan lebih berperan dalam mempengaruhi aktivitas siswa dibandingkan dengan motivasi dari luar. Dimyati dan Mudjiono (1999:78) mengemukakan bahwa motivasi belajar adalah dorongan mental yang menggerakkan dan mengarahkan perilaku belajar siswa. Sedangkan menurut Muhibbin (1999:43) motivai belajar adalah aspek psikologi yang akan menumbuhkan kebutuhan atau keinginan untuk

16 menguasai pelajaran yang belum dipahaminya. Denhgan demikian motivasi belajar adalah dorongan yang timbul pada diri siswa untuk belajar. Menurut Sardiman (1994:80) motivasi belajar ini memiliki tiga fungsi, yaitu : 1. Mendorong siswa untuk berbuat dalam mencapai tujuan yang diingankan. 2. Menentukan arah perubahan (berkenaan dengan cara belajar) 3. Menyeleksi perbuatan (menyesuaikan antara perbuatan dengan tujuan) Berdasarkan penjelasan ahli diatas apabila seorang menunjukkan cirri-ciri tersebut, yaitu menunjukkan minat terhadap bermacam-macam masalah, senang mencari dan memecahkan masalah berupa soal-soal, berarti siswa tersebut menunjukkan kreatifitas dalam dirinya. Hal tersebut erat hubungannya dengan proses pengembangan diri siswa terutama untuk belajar. Dengan membangkitkan motivasi dalam dirinya, berarti keinginan belajar pada siswa tidak terjadi dengan terpaksa, melainkan atas keinginan dan inisiatif sendiri. Dengan demikian peranan motivasi sangat penting dalam belajar. Karena itu dari berbagai pihak perlu menciptakan situasi dan kondisi yang dapat membangkitkan semangat belajar siswa. 2.5 Hasil Belajar Menrut Marsell (1995:27) hasil belajar merupakan pemahaman, pengertian, pengetahuan atau wawasan. Sedangkan menurut Syamsuddin (1999:115)hasil Belajar dapat dimanifestasikan dalam wujud: 1).Pertambahan materi pengetahuan yang berupa fakta,informasi dan prinsitif,

17 2).Penguasaan pola-pola perilaku kognitif efektif dan psikomotorik, 3). Perubahan dalam sifat-sifat kepribadian, baik yang selalu dapat diamati dalam wujud perilaku maupun yang mungkin pada waktu tertentu hanya siswa yang dapat menghayati. Dimyati (1999:3) mengemukakan bahwa : hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar, dari sisi guru tindak mengajar diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar, dari sisi siswa hasil belajar merupakan berakhirnya penggal dan puncak belajar. Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan tingkat kemampuan siswa dalam pembelajaran dan hasil belajar ini dapat berupa pernyataan dalam bentuk angka dan tingkah laku. Sedangkan factor yang mempengaruhi hasil belajar adalah hasil yang diperoleh setelah siswa melalui proses pembelajaran. 2.6 Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar a. Karakteristik Anak usia SD Pembelajaran Matematika di SD akan berhasil dengan baik apabila guru memahami perkembangan intelektual anak usia SD. Usia anak SD berkisar antara 7 tahun sampai dengan 11 tahun. Menurut Piaget perkembangan anak usia SD tersebut termasuk dalam kategori operasional konkrit. Pada usia operasional konkret dicirikan dengan system pemikiran yang didasarkan pada aturan tertentu yang logis, hal tersebut dapat diterapkan dalam memecahkan persoalan-persoalan konkrit yang dihadapi. Anak operasional konkrit sangat membutuhkan benda-benda konkrit untuk menolong pengembangan intelektualnya. Anak SD sudah mampu memahami tentang penggabungan

18 (penambahan atau pengurangan), mampu mengurutkan,msalnya mengurutkan dari yang kecil sampai yang besar, yang pendek sampai yang panjang. Anak SD juga sudah mampu menggolongkan atau mengklasifikasikan berdasarkan bentuk luarnya saja, misalkan menggolongkan berdasarkan warna, bentuk persegi atau bulat, dan sebagainya. Pada akhir operasional konkret mereka dapat memahami tentangbagian, mampu menganalisis dan melakukan sistesis sederhana. b. Prinsip proses pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar Menurut Bruner dalam Karso (2004:1.12) prinsip-prinsip pembelajaran yang dapat dikembangkan sebagai proses belajar terbagi menjadi tiga tahapan, yaitu : 1. Tahap Enaktif atau tahap kegiatan (Enactive) Tahap pertama anak belajar konsep adalah berhubungan dengan benda-benda real atau mengalami peristiwa didunia sekitarnya 2. Tahap Ikonik atau tahap gambar bayangan (Iconic) Pada tahap ini anak telah mengubah, menandai, dan menyimpan peristiwa atau benda dalam bentuk bayangan mental. 3. Tahap simbolik (symbolic) Pada tahap terakhir ini anak dapat mengutarakan bayangan mental tersebut dalam bentuk simbul bahasa. Pembelajaran dengan pendekatan kontekstual dengan model metode diskusi kelompok seperti di atas diharapkan akan dapat meningkatkan aktivitas belajar matematika siswa, karena pemahaman siswa terhadap materi pelajaran

19 matematika menjadi lebih baik, dan akhirnya dapat meningkatkan prestasi belajar matematika siswa 2.7 Kerangka Pikir Pembelajaran kontekstual adalah pengaitan antara materi pelajaran yang diajarkan disekolah, dengan keadaan yang terjadi dalam kehidupan nyata. Pembelajaran kontekstual memiliki 7 karakteristik, yaitu konstruktivisme, inkuiri, bertanya, komunitas belajar, penilaian autentik, refleksi dan permodelan. Pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang menekankan siswa belajar dalam kelompok kecil yang terdiri dari 4-5 orang. Pembagian kelompok dilakukan berdasarkan pada skor yang diperoleh dari tes awal sehingga terbentuk kelompok heterogen terutama dari segi kemampuannya. Dengan sifat yang heterogen dalam kelompok maka setiap siswa dapat saling membantu dan memahami materi pelajaran, menyelesaikan tugas atau kegiatan lan agar setiap siswa dalam kelompok mencapai hasil belajar yang tinggi. Tujuan kelompok ini dapat lebih memotivasi siswa dalam belajar karena siswa memiliki tanggung jawab untuk menguasai materi pelajaran, melakukan aktivitas bersama dan kesempatan yang sama untuk mencapai keberhasilan. Keberhasilan dan kegagalan anggota kelompok sangat mempengaruhi anggota kelompok. Dengan demikian setiap anggota kelompok akan beruhasa memberikan yang terbaik guna kesuksesan kelompoknya, sehingga motivasi dari setiap kelompok pun akan meningkat.

20 2.8 Hipotesis Tindakan Secara umum hipotesis dari penelitian ini adalah dengan melalui Metode diskusi Kelompok siswa kelas IV B SD Negeri 2 Pelita dapat meningkatkan prestasi belajar Matematika.