BAB I PENDAHULUAN. 2. Memupuk sikap ilmiah yaitu jujur, obyektif, terbuka, ulet, kritis dan dapat bekerjasama dengan orang lain

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. permasalahannya dekat dengan kehidupan sehari-hari. Konsep dan prinsip

61. Mata Pelajaran Fisika Kelompok Teknologi dan Kesehatan untuk Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)/Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK)

BAB I PENDAHULUAN. secara kualitatif maupun kuantitatif serta membantu sikap positif terhadap

FISIKA SEKOLAH 1 FI SKS

BAB I PENDAHULUAN. (SMA)/Madrasah Aliyah (MA). Fungsi dan tujuan mata pelajaran fisika di SMA

52. Mata Pelajaran Fisika untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Madrasah Aliyah (MA) A. Latar Belakang B. Tujuan

I. PENDAHULUAN. Belajar adalah suatu proses yang kompleks yang terjadi pada diri setiap orang

STANDAR KOMPETENSI DAN KOMPETENSI DASAR MATA PELAJARAN FISIKA

BAB I PENDAHULUAN. dilaksanakan di sekolah dengan tujuan agar peserta didik memiliki kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang sangat penting bagi siswa. Seperti

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Elly Hafsah, 2013

PERAWATAN PREVENTIF SARANA/PRASARANA LABORATORIUM

10. Mata Pelajaran Fisika Untuk Paket C Program IPA

BAB I PENDAHULUAN adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Hal tersebut kemudian diatur

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Stevida Sendi, 2013

I. PENDAHULUAN. Karakteristik materi pembelajaran fisika yang abstrak, menuntut kemampuan

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN PREDICT- OBSERVE-EXPLAIN-WRITE (POEW) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR FISIKA PADA SISWA KELAS IX A SMP NEGERI 11 PALU

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Sheny Meylinda S, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Pelajaran Fisika merupakan salah satu bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan kurikulum sains dari kurikulum berbasis kompetensi (KBK) menjadi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan pada hari Jum at, tanggal 25 November

BAB I PENDAHULUAN. salah satunya karena materi fisika memiliki banyak rumus-rumus matematika

Jurnal Ilmiah Guru COPE, No. 01/Tahun XVII/Mei 2013 METODE DISKUSI KELOMPOK BERBASIS INQUIRI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR FISIKA DI SMA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan berpikir kritis dan kreatif untuk memecahkan masalah dalam

BAB I PENDAHULUAN. jenjang pendidikan di Indonesia mengindikasikan bahwa matematika sangatlah

I. PENDAHULUAN. kepada manusia untuk hidup selaras berdasarkan hukum alam. Pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

JIPFRI: Jurnal Inovasi Pendidikan Fisika dan Riset Ilmiah

BAB I PENDAHULUAN. Menteri Pendidikan Nasional (Depdiknas, 2006: ) No. 22 tahun 2006 tujuan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Fisika telah begitu populer di Indonesia, tetapi hanya dari sisi abu-abu.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewi Elyani Nurjannah, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Yuliani Susilawati,2013

BAB I PENDAHULUAN. peserta didik yang dapat memberikan pengaruhnya terhadap pertumbuhan baik

ANALISIS TUJUAN MATA PELAJARAN

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan proses pengubahan sikap dan tata laku seorang atau. kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu mata pelajaran sains yang diberikan pada jenjang pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. mengajukan dan menguji hipotesis melalui percobaan; merancang dan merakit

BAB I PENDAHULUAN. guru. Tugas guru adalah menyampaikan materi-materi dan siswa diberi tanggung

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Muhammad Gilang Ramadhan,2013

BAB I PENDAHULUAN. (1) penyampaian materi pelajaran dapat diseragamkan; (2) proses pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran fisika saat ini adalah kurangnya keterlibatan mereka secara aktif

BAB I PENDAHULUAN. Banyak ahli mengemukakan bahwa pembelajaran merupakan implementasi

BAB I. PENDAHULUAN. GBHN dan UU No.20/2003 tentang sistem pendidikan nasional. Dalam UU No. 20/2003

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan memiliki peran dan berpengaruh positif terhadap segala bidang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan yang penting dalam mempersiapkan

BAB I PENDAHULUAN. Fisika merupakan bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang berkaitan

BAB I PENDAHULUAN. yang tersusun secara terbimbing. Hal ini sejalan dengan kurikulum KTSP bahwa

11. Mata Pelajaran Kimia Untuk Paket C Program IPA

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Heri Sugianto, 2013

12. Mata Pelajaran Biologi Untuk Paket C Program IPA

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. konsep fisika dan mampu menerjemaahkan representasi-representasi suatu konsep

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Hermansyah, 2014 Universitas Pendidikan Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. dianggap sulit (Angell et all., 2004). Hal ini terjadi karena materi fisika memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Biologi merupakan salah satu bidang IPA yang menyediakan berbagai

I. PENDAHULUAN. proses ini perubahan tidak terjadi sekaligus tetapi terjadi secara bertahap

53. Mata Pelajaran Biologi untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Madrasah Aliyah (MA) A. Latar Belakang B. Tujuan

PENINGKATAN KECAKAPAN AKADEMIK SISWA SMA DALAM PEMBELAJARAN FISIKA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu pengetahuan alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Peningkatan kualitas pendidikan terus-menerus dilakukan untuk mewujudkan

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CHILDREN LEARNING IN SCIENCE (CLIS) BERBANTUAN MULTIMEDIA UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP FISIKA SISWA SMA

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan sehari-hari, seperti perhitungan dalam jual-beli, menghitung kecepatan

BAB I PENDAHULUAN. Penerapan Kurikulum Tingkat Satuan pendidikan (KTSP) menuntut

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

54. Mata Pelajaran Kimia untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Madrasah Aliyah (MA) A. Latar Belakang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Mata pelajaran Biologi memiliki peran penting dalam peningkatan mutu

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang

BAB I PENDAHULUAN. siswa sebagai pengalaman yang bermakna. Keterampilan ilmiah dan sikap ilmiah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nelly Fitriani, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. serta bertanggung jawab. Salah satu cara memperoleh sumber daya manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. Fisika bukan hanya penguasaan sekumpulan pengetahuan yang berupa faktafakta,

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan utama dalam proses pendidikan di sekolah adalah proses belajar

I. PENDAHULUAN. demi peningkatan kualitas maupun kuantitas prestasi belajar peserta didik,

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap percaya diri. 1

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan hal yang paling pokok dalam

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. (Tim BSNP, 2006: 1). Menurut Rustaman et al., (2005: 12) biologi merupakan ilmu

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dampak globalisasi saat ini sangat berpengaruh bagi perkembangan IPTEK dan

1.1 LATAR BELAKANG PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. panas. Pada zaman modern sekarang ini, ilmu fisika sangat mendukung

BAB I PENDAHULUAN. Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. matematika di sekolah adalah berpikir kritis. Menurut Cockroft (dalam Uno

BAB I PENDAHULUAN. penemuan. Trianto (2011:136) mengatakan bahwa Ilmu Pengetahuan. Alam merupakan suatu kumpulan teori yang sistematis.

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan aspek penting dalam kehidupan

PENERAPAN METODE PROBLEM SOLVING MODEL POLYA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIKA PADA MATERI PECAHAN

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah Dasar merupakan salah satu bentuk satuan pendidikan dasar

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fisika merupakan salah satu cabang IPA yang mendasari perkembangan teknologi maju dan konsep hidup harmonis dengan alam. Pada tingkat SMA, fisika dipandang penting untuk diajarkan sebagai mata pelajaran tersendiri dengan beberapa pertimbangan salah satunya karena mata pelajaran Fisika dimaksudkan sebagai wahana untuk menumbuhkan kemampuan berpikir yang berguna untuk memecahkan masalah di dalam kehidupan sehari-hari ( Depdiknas, 2006). Pada tingkat SMA terdapat lima tujuan mata pelajaran fisika yang tercantum dalam standar kompetensi dan kompetensi dasar (Depdiknas, 2006), yaitu 1. Membentuk sikap positif terhadap fisika dengan menyadari keteraturan dan keindahan alam serta mengagungkan kebesaran Tuhan Yang Maha Esa 2. Memupuk sikap ilmiah yaitu jujur, obyektif, terbuka, ulet, kritis dan dapat bekerjasama dengan orang lain 3. Mengembangkan pengalaman untuk dapat merumuskan masalah, mengajukan dan menguji hipotesis melalui percobaan, merancang dan merakit instrumen percobaan, mengumpulkan, mengolah, dan menafsirkan data, serta mengkomunikasikan hasil percobaan secara lisan dan tertulis 4. Mengembangkan kemampuan bernalar dalam berpikir analisis induktif dan deduktif dengan menggunakan konsep dan prinsip fisika untuk menjelaskan berbagai peristiwa alam dan menyelesaian masalah baik secara kualitatif maupun kuantitatif 5. Menguasai konsep dan prinsip fisika serta mempunyai keterampilan mengembangkan pengetahuan, dan sikap percaya diri sebagai bekal untuk melanjutkan pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi serta mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi.

2 Berdasarkan tujuan tersebut, peserta didik harus memiliki beberapa kemampuan, salah satunya yaitu memiliki kemampuan berpikir analisis dan kemampuan memecahkan masalah setelah mendapatkan pembelajaran fisika di SMA. Khaeruddin et al (Suardika, 2012) mengungkapkan bahwa kemampuan memecahkan masalah adalah kemampuan suatu individu atau kelompok untuk menemukan jawaban berdasarkan pemahaman yang telah dimiliki sebelumnya dalam rangka memenuhi tuntutan situasi yang lumrah. Mata pelajaran fisika bukan hanya mata pelajaran yang berisi konsepkonsep yang dapat divisualisasikan ke dalam persamaan matematis saja, tetapi konsep-konsep tersebut masih harus divisualisasikan kedalam format lain seperti yang telah diungkapkan oleh Angell (Ulfarina, 2010:1) menyatakan bahwa mata pelajaran fisika menuntut siswa untuk menguasai representasi yang berbeda (grafik, konseptual/keterangan lisan/verbal, persamaan, gambar/diagram) secara bersamaan dan mengelola perubahan diantara representasi-representasi ini. Representasi sendiri adalah suatu konfigurasi (bentuk atau susunan) yang dapat menggambarkan, mewakili atau melambangkan sesuatu dalam suatu cara (Goldin, 2002). Untuk memecahkan masalah fisika, siswa harus memahami konsep fisika secara mendalam dan menuntut siswa untuk menguasai berbagai representasi secara bersamaan. Oleh karena itu, dalam proses pembelajaran fisika seyogyanya disisipi berbagai representasi secara bersamaan. Namun demikian pada kenyaataannya kondisi pembelajaran fisika di lapangan tidak sepenuhnya mendukung siswa untuk lebih memahami konsep fisika. Hal ini terlihat ketika peneliti melakukan observasi di sekolah yang akan menjadi tempat penelitian. Hasil observasi secara langsung pada kegiatan pembelajaran di kelas pada salah satu SMA Negeri di Sukabumi, menunjukan bahwa pembelajaran kurang mendukung siswa untuk menguasi kemampuan menggunakan berbagai representasi secara bersamaan. Kegiatan pembelajaran yang berlangsung lebih banyak mendukung siswa untuk lebih memahami mata pelajaran fisika secara matematis saja. Selain itu, berdasarkan angket yang disebarkan pada saat observasi, sebanyak 33% guru lebih banyak menggunakan

3 representasi matematis dan verbal ketika pembelajaran di kelas. Hal ini dibuktikan dengan hasil angket bahwa sebanyak 30% siswa menggunakan representasi verbal dan 27% siswa menggunakan representasi matematis untuk memahami konsep fisika. Sedangkan untuk membantu dalam memecahkan masalah fisika, 42% siswa menggunakan representasi matematis dan verbal. Kedua representasi tersebut tidak cukup untuk membantu siswa dalam memecahkan masalah fisika. Jika melihat hasil ujian tengah semester (UTS) siswa, hasil tersebut menunjukan bahwa kemampuan siswa dalam memecahkan masalah fisika masih dibawah kriteria ketuntasan minimal (KKM). Dengan kondisi di lapangan yang menunjukan bahwa baik siswa maupun guru lebih banyak menggunakan representasi verbal dan matematis ketika proses pembelajara di kelas, dan hasil dari nilai UTS siswa lebih banyak dibawah nilai KKM, sedangkan tuntutan atau harapan yang diinginkan oleh Depdiknas dari mata pelajaran fisika yang salah satunya agar siswa memiliki kemampuan memecahkan masalah fisika. Hal ini menunjukkan adanya kesenjangan antara harapan dan kenyataan. Melihat adanya kesenjangan antara harapan dan kenyataan yang menimbulkan adanya masalah, maka diperlukan suatu solusi untuk menyelesaikan permasalahan tersebut. Salah satu solusi yang dianjurkan oleh peneliti dalam penelitian ini yaitu dengan menerapkan pendekatan multirepresentasi pada proses pembelajaran fisika. Pendekatan multirepresentasi yaitu pendekatan dengan menggunakan berbagai representasi (multirepresentasi) dalam proses pembelajarannya (Rosengrant, 2007:3). Untuk membantu memecahkan masalah fisika terdapat lima tahapan yang perlu dilaksanakan seperti diungkapkan oleh Rosengrant (2007) yaitu : (1) gambar dan terjemahkan masalah yang ditanyakan, (2) sederhanakan permasalahan tersebut,(3) gambarkan bentuk fisisnya, (4) gambarkan bentuk matematisnya, dan (5) evaluasi atau selesaikan. Pendekatan multirepresentasi ini memiliki beberapa keunggulan diantaranya untuk membantu siswa untuk lebih memahami kosep dan membantu memecahkan masalah dengan menggunakan berbagai representasi secara bersamaan dan sistematis.

4 Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk meneliti secara lebih lanjut mengenai profil kemampuan siswa dalam memecahkan masalah fisika dengan menggunakan berbagai representasi setelah mendapatkan pembelajarandengan menggunakan pendekatan multi representasi. Oleh karena itu, penelitian ini diberi judul Profil kemampuan siswa dalam memecahkan masalah fisika melalui pendekatan multirepresentasi. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, maka permasalahan penelitian ini dirumuskan sebagai berikut: Bagaimana profil kemampuan siswa dalam memecahkan masalah fisika melalui pendekatan multirepresentasi? Permasalahan penelitian diatas dapat dijabarkan menjadi beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut: 1. Bagaimana kemampuan siswa dalam memecahkan masalah fisika dengan menggunakan multirepresentasi? 2. Bagaimana profil representasi yang digunakan siswa dalam memecahkan masalah fisika? C. Definisi Operasional Beberapa variabel penelitian yang perlu didefinisikan secara operasional yaitu: 1. Kemampuan memecahkan masalah fisika dalam penelitian ini dimaksudkan sebagai kemampuan siswa dalam menyelesaian permasalahan fisika sesuai dengan konsep fisika. 2. Pendekatan multirepresentasi dalam penelitian ini dimaksudkan sebagai pendekatan yang menggunakan berbagai representasi pada proses pembelajaran untuk membantu dalam memecahkan masalah. Pendekatan multi representasi ini memiliki tahapan dalam memecahkan masalah fisika. Tahapantahapan itu yaitu menggambar dan menerjemahkan masalah yang ditanyakan,

5 menyederhanakan permasalahan tersebut, menggambarkan bentuk fisisnya, menggambarkan bentuk matematisnya dan mengevaluasi atau selesaikan. D. Tujuan Penelitian Mengacu pada rumusan masalah yang telah dipaparkan sebelumnya, maka secara umum tujuan penelitian ini adalah: Mengetahui profil kemampuan siswa dalam memecahkan masalah fisika melalui pendekatan multirepresentasi. Secara khusus tujuan penenlitian ini adalah: 1. Mengetahui kemampuan siswa dalam memecahkan masalah fisika dengan menggunakan pendekatan multirepresentasi. 2. Mengetahui profil representasi yang muncul dalam pemecahan masalah fisika. E. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat: 1. Untuk siswa Siswa dapat mengetahui bahwa terdapat tahapan pemecahan masalah fisika terutama dengan menggunakan multirepresentasi. 2. Untuk guru Penelitian diharapkan dapat menjadi salah satu rujukan untuk guru dalam melakukan kegiatan pembelajaran di kelas terutama ketika memberikan contoh pemecahan masalah fisika. 3. Untuk peneliti Penelitian ini diharapkan dapat menambah referensi dalam proses pembelajaran di kelas dan membuat soal evaluasi. 4. Untuk peneliti lain Penelitian ini diharapkan menjadi bahan masukan dan kajian untuk penelitian lebih lanjut.