BULETIN TEKNIS NOMOR 01 PELAPORAN HASIL PEMERIKSAAN ATAS LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH

dokumen-dokumen yang mirip
LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN ATAS LAPORAN KEUANGAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Perhatian utama masyarakat pada sektor publik atau pemerintahan adalah

SA Seksi 508 LAPORAN AUDITOR ATAS LAPORAN KEUANGAN AUDITAN. Sumber: PSA No. 29. Lihat SA Seksi 9508 untuk interprestasi Seksi ini PENDAHULUAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Pemerintah telah menerbitkan peraturan tentang tingkat pengungkapan

BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI. Setelah penulis menggali dan mengganalisis data temuan BPK RI Perwakilan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ghia Giovani, 2015

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Reformasi manajemen keuangan negara di Indonesia diawali lahirnya

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam pengelolaan keuangan dengan mengeluarkan Undang-Undang Nomor 17

AKUNTABILITAS PERTANGGUNGJAWABAN KEUANGAN INSTANSI PEMERINTAH

LAPORAN AUDI TOR ATAS LAPORAN KEUANGAN AUDI TAN

Prinsip-prinsip Laporan Hasil Audit Pengkomunikasian Laporan Hasil Audit Tindak Lanjut Audit. tedi last 11/16

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. yang dapat dijadikan milik Negara (UU no 17 pasal1 ayat1). Undang undang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia mulai menerapkan otonomi daerah setelah berlakunya Undang-

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. oleh masyarakat umum (Ritonga, 2012:173). Aset tetap dapat diklasifikasikan

PEMPROV SULTRA KEMBALI RAIH PENILAIAN KEUANGAN WTP

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. Pada sistem pemerintahan yang ada di Indonesia, setiap pemerintah daerah

BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN KEMENTERIAN KEUANGAN RI

BAB I PENDAHULUAN. Mardiasmo (2004) mengatakan, instansi pemerintah wajib melakukan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pengelolaan keuangan, pemerintah melakukan reformasi dengan

BAB I PENDAHULUAN. pertanggungjawaban yang dilaksanakan secara periodik yang disebut. dengan laporan keuangan (Mardiasmo, 2006).

Hasil Pemeriksaan Atas Laporan Keuangan Kementerian Negara/ Lembaga Tahun 2010

SISTEMATIKA DAN CONTOH FORMAT PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN TINGKAT KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang No. 17 Tahun 2003 pasal 32 ayat 1 dan 2 tentang keuangan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Dalam rangka mendukung terwujudnya tata kelola yang baik

BAB I PENDAHULUAN. daerah (Mahmudi, 2011). Laporan keuangan dalam lingkungan sektor publik

BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

BAB I PENDAHULUAN. pengelolaan dan pertanggungjawaban, maka dalam era otonomi daerah sekarang ini

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

SA Seksi 552 PELAPORAN ATAS LAPORAN KEUANGAN RINGKASAN DAN DATA KEUANGAN PILIHAN. Sumber: PSA No. 53 PENDAHULUAN

PERIKATAN AUDIT TAHUN PERTAMA SALDO AWAL

RISIKO AUDIT DAN MATERIALITAS DALAM PELAKSANAAN AUDIT

LAPORAN KEUANGAN BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL Untuk Periode Yang Berakhir 31 Desember 2014 (AUDITED)

Standar Jasa Akuntansi dan Review memberikan panduan yang berkaitan dengan laporan keuangan entitas nonpublik yang tidak diaudit.

BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. audit, hal ini tercantum pada bagian keempat Undang-Undang Nomor 15 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. Good Government Governance di Indonesia semakin meningkat.

BAB 1 PENDAHULUAN. mandiriurusan pemerintahannya sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

BAB I PENDAHULUAN. setidak-tidaknya meliputi Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, Laporan Arus Kas,

BAB I PENDAHULUAN. governance) ditandai dengan diterbitkannya Undang undang Nomor 28 Tahun

I. PENDAHULUAN. Perubahan paradigma pengelolaan keuangan baik pemerintah pusat maupun

BAB I PENDAHULUAN. Frilia Dera Waliah, 2015 ANALISIS KESIAPAN PEMERINTAH KOTA BANDUNG DALAM MENERAPKAN STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN BERBASIS AKRUAL

BAB 1 PENDAHULUAN. pemerintahan yang baik (good government governance), telah mendorong

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

Standar Audit SA 510. Perikatan Audit Tahun Pertama Saldo Awal

1. Pendapat wajar tanpa pengecualian (Unqualiied Opinion)

BAB I PENDAHULUAN. dalam satu periode. Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan (PSAP) No.1

BPK Memberikan Opini WDP untuk LKPD TA 2014 Pemprov NTT

BAB I PENDAHULUAN. keuangan pemerintah masih menemukan fenomena penyimpangan informasi laporan

TINJAUAN YURIDIS ATAS PENERAPAN STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN BERBASIS AKRUAL PADA PEMERINTAH DAERAH. 1

BAB II PEMBAHASAN. 2.1 Tipe Opini Auditor. 1. Pendapat wajar tanpa pengecualian

Standar Audit SA 800. Pertimbangan Khusus Audit atas Laporan Keuangan yang Disusun Sesuai dengan Kerangka Bertujuan Khusus

Pengelolaan Keuangan Satker BLU Kemenristekdikti dan Pengaruhnya Terhadap Opini Laporan Keuangan Kemenristekdikti

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. yang mensyaratkan bentuk dan isi laporan pertanggungjawaban pelaksanaan

REVIU LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH (LKPD) Dra Hj Sastri Yunizarti Bakry, Akt, Msi, CA, QIA

KATA PENGANTAR REVIU LAPORAN KEUANGAN OLEH INSPEKTORAT

BAB I PENDAHULUAN. Tata kelola pemerintahan yang baik (Good Government Governance)

SA Seksi 801 AUDIT KEPATUHAN YANG DITERAPKAN ATAS ENTITAS PEMERINTAHAN DAN PENERIMA LAIN BANTUAN KEUANGAN PEMERINTAH. Sumber: PSA No.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Akuntabilitas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang baik (good government governance), telah mendorong

KONSISTENSI PENERAPAN PRINSIP AKUNTANSI YANG BERLAKU UMUM DI INDONESIA

dalam pelaksanaan kebijakan otonomi daerah. Sejak diberlakukannya otonomi desantralisasi mendorong perlunya perbaikan dalam pengelolaan dan

SELAYANG PANDANG BPK PERWAKILAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU

ANALISIS HASIL AUDIT LAPORAN KEUANGAN KEMENTERIAN/LEMBAGA

RISIKO AUDIT DAN MATERIALITAS DALAM PELAKSANAAN AUDIT

BAB I PENDAHULUAN. Reformasi yang terjadi dalam bidang pengelolaan keuangan daerah. membuat pemerintah daerah dituntut membawa perubahan dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dewasa ini masyarakat Indonesia semakin menuntut pemerintahan untuk

SA Seksi 551 PELAPORAN ATAS INFORMASI YANG MENYERTAI LAPORAN KEUANGAN POKOK DALAM DOKUMEN YANG DISERAHKAN OLEH AUDITOR. Sumber: PSA No.

LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN BADAN PEMERIKSA KEUANGAN RI ATAS LAPORAN KEUANGAN TAHUN 2016 KEMENRISTEKDIKTI

BAB I PENDAHULUAN. Penyusunan laporan keuangan merupakan salah satu kriteria dalam sistem reward. yang dapat menunjukkan kondisi sebenarnya.

BAB I PENDAHULUAN. Nasution (2007) menyatakan beberapa kelemahan yang ditemukan pada

BAB 1 PENDAHULUAN. hal pengelolaan keuangan dan aset daerah. Berdasarkan Permendagri No. 21 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. dengan Good Government Governance (GGG). Mekanisme. penyelenggaraan pemerintah berasaskan otonomi daerah tertuang dalam

a. Pemisahan tugas yang terbatas; atau b. Dominasi oleh manajemen senior atau pemilik terhadap semua aspek pokok bisnis.

PEMERIKSAAN KEUANGAN DAN SISTEM PENGENDALIAN INTERNAL (SPI) DI PERGURUAN TINGGI

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang baik (good government governance), telah mendorong

Kata Sambutan Kepala Badan

NTT Raih WTP, Ini Untuk Pertama Kalinya

BAB I PENDAHULUAN. memperbaiki kualitas kinerja, transparansi dan akuntabilitas pemerintahan di

PELAPORAN PROSEDUR YANG DISEPAKATI

Topik 3 : Laporan Akuntan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka mewujudkan pemerintahan yang bersih dan berwibawa

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka reformasi di bidang keuangan, pada tahun

I. PENDAHULUAN. melakukan pengelolaan keuangan serta mempertanggungjawabkan pelaksanaan

BAB I PENDAHULUAN. Pemeriksaan Tanggung Jawab Keuangan Negara, BPK RI diamanatkan untuk

MAKALAH AKUNTANSI PEMERINTAHAN OPINI BPK ATAS LKPD DAERAH ACEH

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Laporan keuangan sektor publik merupakan posisi keuangan penting

Persiapan Penerapan Akuntansi Berbasis Akrual di Indonesia. Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang baik (good government governance), telah mendorong

BAB I PENDAHULUAN. untuk menerapkan akuntabilitas publik. Akuntabilitas publik dapat diartikan sebagai bentuk

LAMPIRAN: Keputusan Ketua Bapepam dan LK Nomor : Kep- 63/BL/2007 Tanggal : 13 April 2007

TUGAS MAKALAH ANALISA LAPORAN KEUANGAN

PENINGKATAN AKUNTABILITAS KEUANGAN NEGARA HARUS BERKELANJUTAN

BAB I PENDAHULUAN. akuntansi pemerintahan yang telah diterima secara umum. Kualitas informasi dalam laporan

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah daerah diberi kewenangan untuk penyelenggaraan pengelolaan

Transkripsi:

Keputusan BPK RI Nomor : /K/I-XIII./ / Tanggal: September Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia BULETIN TEKNIS NOMOR 0 PELAPORAN HASIL PEMERIKSAAN ATAS LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH 0 0 0 WTP WDP TW TMP 0 Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia

LAMPIRAN : KEPUTUSAN BPK NOMOR : /K/I-XIII./ / TANGGAL : September BULETIN TEKNIS NOMOR 0 PELAPORAN HASIL PEMERIKSAAN ATAS LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

BULETIN TEKNIS NOMOR 0 PELAPORAN HASIL PEMERIKSAAN ATAS LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH KOMITE STANDAR PEMERIKSAAN KEUANGAN NEGARA BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA TAHUN

DAFTAR ISI DAFTAR ISI... i BAB I PENDAHULUAN... Latar Belakang... Tujuan... Lingkup... BAB II OPINI PEMERIKSA... Definisi... Kesesuaian dengan Standar Akuntansi Pemerintah... Pengaruh Kecukupan Pengungkapan... Pengaruh Kepatuhan Terhadap Peraturan Perundang-Undangan... Pengaruh atas Efektivitas Pengendalian Intern... Jenis Opini... BAB III UNSUR POKOK LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN ATAS LAPORAN KEUANGAN... Umum... Penandatangan Laporan... Tanggal Laporan... BAB IV BENTUK DAN ISI LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN DENGAN OPINI WAJAR TANPA PENGECUALIAN (WTP)... Umum... Bentuk dan Isi Laporan Hasil Pemeriksaan atas Laporan Keuangan dengan Opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP)... Bentuk dan Isi Laporan Hasil Pemeriksaan atas Laporan Keuangan dengan Opini Wajar Tanpa Pengecualian Ditambah Paragraf Penjelasan (WTP-PP)... i

BAB V BENTUK DAN ISI LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN DENGAN OPINI WAJAR DENGAN PENGECUALIAN (WDP)... Umum... Pembatasan Lingkup Pemeriksaan... Penyimpangan dari Standar Akuntansi Pemerintahan... BAB VI BENTUK DAN ISI LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN DENGAN OPINI TIDAK WAJAR (TW)... Umum... Format Laporan Hasil Pemeriksaan atas Laporan Keuangan dengan Opini Tidak Wajar (TW)... BAB VII BENTUK DAN ISI LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN DENGAN OPINI PERNYATAAN MENOLAK MEMBERIKAN OPINI ATAU TIDAK MENYATAKAN PENDAPAT (TMP)... Umum... Format Laporan Hasil Pemeriksaan atas Laporan Keuangan dengan Opini Tidak Menyatakan Pendapat (TMP)... BAB VIII LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN YANG BERBEDA ATAS LAPORAN KEUANGAN KOMPARATIF YANG DISAJIKAN... Umum... Format Laporan Hasil Pemeriksaan dengan Opini Wajar Tanpa Pengecualian atas Laporan Keuangan Tahun Lalu dan Opini Wajar Dengan Pengecualian atas Laporan Keuangan Tahun Sekarang... Format Laporan Hasil Pemeriksaan Jika Opini atas Laporan Keuangan Tahun Lalu Diubah pada Pemeriksaan Tahun Sekarang... BAB IX PENUTUP... Pemberlakuan Buletin Teknis... Perubahan Buletin Teknis... Pemantauan Buletin Teknis... ii

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang 0 Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN) untuk pemeriksaan keuangan memberlakukan (empat) standar pelaporan Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) yang ditetapkan oleh Institut Akuntan Publik Indonesia, kecuali BPK menentukan lain. Dalam pemeriksaan laporan keuangan pemerintah, BPK membutuhkan pengaturan lain terhadap bentuk dan isi laporan hasil pemeriksaan atas laporan keuangan pemerintah. 0 Buletin Teknis (Bultek) ini merupakan peraturan pelaksanaan Pernyataan Standar Pemeriksaan (PSP) Tambahan dari PSP 0 tentang Standar Pelaporan Pemeriksaan Keuangan. Tujuan 0 Tujuan Bultek ini adalah untuk memenuhi persyaratan laporan pemeriksaan yang profesional bagi para pemeriksa dan organisasi pemeriksa dalam menyusun laporan hasil pemeriksaan atas laporan keuangan pemerintah. Lingkup 0 Bultek ini mengatur bentuk dan isi laporan hasil pemeriksan atas Laporan Keuangan Pemerintah, mencakup Laporan Keuangan Pemerintah Pusat (LKPP), Laporan Keuangan Kementerian Negara/Lembaga (LKKL), Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD), dan laporan keuangan lainnya yang menjadi bagian dari laporan keuangan pemerintah. 0 Laporan hasil pemeriksaan atas laporan keuangan memuat opini pemeriksa yang harus didasarkan pada pemeriksaan yang dilaksanakan berdasarkan SPKN. 0 Selain laporan hasil pemeriksaan atas laporan keuangan, pemeriksa juga dapat menerbitkan laporan hasil pemeriksaan atas kepatuhan terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan dan laporan hasil pemeriksaan atas sistem pengendalian intern. 0 Laporan hasil pemeriksaan atas laporan keuangan, laporan hasil pemeriksaan atas kepatuhan terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan, dan laporan hasil pemeriksaan atas sistem pengendalian intern, disajikan dalam bagian Istilah opini sama dengan istilah pendapat pada SPAP.

yang terpisah dan memuat suatu paragraf yang saling merujuk antar laporan, kecuali dinyatakan lain. 0 Bultek ini tidak mengatur bentuk dan isi laporan hasil pemeriksaan atas kepatuhan terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan dan laporan hasil pemeriksaan atas sistem pengendalian intern. Sebagai contoh, jika BPK tidak menemukan masalah dalam sistem pengendalian intern entitas dan atau tidak ada pelanggaran atas peraturan peundang-undangan, maka Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP) atas sistem pengendalian intern dan LHP atas kepatuhan perundang-undangan tidak perlu diterbitkan. Oleh karena itu, pada LHP atas laporan keuangan tidak perlu ada paragraf rujukan.

BAB II OPINI PEMERIKSA Definisi 0 Opini adalah pernyataan profesional sebagai kesimpulan pemeriksa mengenai kewajaran informasi yang disajikan dalam laporan keuangan. Opini didasarkan pada kriteria (a) kesesuaian dengan Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP), (b) kecukupan pengungkapan (adequate disclosures), (c) kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan, dan (d) efektivitas sistem pengendalian intern. Kesesuaian dengan Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) 0 SAP adalah prinsip-prinsip akuntansi yang diterapkan dalam menyusun dan menyajikan laporan keuangan pemerintah. 0 Kesesuaian dengan SAP menjadi dasar opini pemeriksa yang dinyatakan dalam laporan hasil pemeriksaan atas laporan keuangan. Apabila laporan keuangan mengungkapkan ketidaksesuaian terhadap SAP, pemeriksa mempertimbangkan dampak materialitas penyimpangan tersebut terhadap kewajaran laporan keuangan dimaksud. Pengaruh Kecukupan Pengungkapan 0 Kecukupan pengungkapan mengandung arti bahwa laporan keuangan beserta catatannya memberikan informasi memadai yang dapat mempengaruhi penggunaan, pemahaman, dan penafsirannya. Laporan keuangan harus mengungkapkan informasi secara cukup yang diharuskan oleh SAP. 0 Pengungkapan informasi yang memadai atas hal-hal yang material mencakup bentuk, susunan, dan isi laporan keuangan serta catatan atas laporan keuangan. Catatan atas laporan keuangan tersebut meliputi istilah yang digunakan, rincian yang dibuat, penggolongan unsur dalam laporan keuangan, dan dasar-dasar yang digunakan untuk menghasilkan jumlah yang dicantumkan dalam laporan keuangan. 0 Kecukupan pengungkapan informasi yang diharuskan oleh standar akuntansi menjadi dasar bagi pemeriksa untuk menyatakan opini. Apabila pengungkapan informasi dalam laporan keuangan tidak mencukupi sebagaimana diatur dalam SAP, pemeriksa mempertimbangkan dampak materialitas informasi yang tidak diungkapkan secara cukup tersebut.

Pengaruh Kepatuhan Terhadap Peraturan Perundang-Undangan 0 Pernyataan Standar Pemeriksaan Nomor 0 menetapkan Standar Pelaporan Tambahan Kedua yang berbunyi sebagai berikut: Laporan hasil pemeriksaan atas laporan keuangan harus mengungkapkan bahwa pemeriksa telah melakukan pengujian atas kepatuhan terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan yang berpengaruh langsung dan material terhadap penyajian laporan keuangan. 0 Standar Pelaporan Tambahan Kedua diungkapkan dalam paragraf lingkup pemeriksaan. Ketentuan mengenai pengungkapan ini dalam unsur pokok laporan hasil pemeriksaan dapat dilihat pada Bab III paragraf 0 huruf i. 0 Ketidakpatuhan dan/atau penyimpangan terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan yang berdampak material terhadap kewajaran laporan keuangan dapat mempengaruhi opini pemeriksa. Ketidakpatuhan dan/atau penyimpangan terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan yang mempengaruhi opini pemeriksa diungkapkan dalam laporan hasil pemeriksaan atas laporan keuangan dan laporan hasil pemeriksaan atas kepatuhan terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan. Pengaruh atas Efektivitas Sistem Pengendalian Intern Pemeriksa harus mempertimbangkan efektivitas sistem pengendalian intern yang berdampak material terhadap kewajaran laporan keuangan dalam menyatakan opini. Pemeriksa harus mengungkapkan kelemahan sistem pengendalian intern yang mempengaruhi opini dalam laporan hasil pemeriksaan atas laporan keuangan dan laporan hasil pemeriksaan atas sistem pengendalian intern. Jenis Opini Terdapat (empat) jenis opini yang dapat diberikan oleh pemeriksa, yakni sebagai berikut: a. Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) memuat suatu pernyataan bahwa laporan keuangan menyajikan secara wajar, dalam semua hal yang material sesuai dengan SAP; b. Wajar Dengan Pengecualian (WDP) memuat suatu pernyataan bahwa laporan keuangan menyajikan secara wajar, dalam semua hal yang material sesuai dengan SAP, kecuali untuk dampak hal-hal yang berhubungan dengan yang dikecualikan;

c. Tidak Wajar (TW) memuat suatu pernyataan bahwa laporan keuangan tidak menyajikan secara wajar dalam semua hal yang material sesuai dengan SAP; dan d. Pernyataan Menolak Memberikan Opini atau Tidak Menyatakan Pendapat (TMP) menyatakan bahwa pemeriksa tidak menyatakan opini atas laporan keuangan.

BAB III UNSUR POKOK LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN ATAS LAPORAN KEUANGAN Umum 0 Laporan hasil pemeriksaan atas laporan keuangan harus menyebutkan dasar hukum pemeriksaan serta laporan keuangan entitas yang diperiksa dalam paragraf pengantar, menggambarkan sifat pemeriksaan dalam paragraf lingkup pemeriksaan, dan menyatakan opini pemeriksa dalam paragraf opini. 0 Unsur pokok laporan hasil pemeriksaan atas laporan keuangan meliputi: a. suatu judul Laporan Hasil Pemeriksaan atas Laporan Keuangan ; b. suatu pernyataan tentang dasar hukum pemeriksaan; c. suatu pernyataan bahwa pemeriksa telah melakukan pemeriksaan; d. suatu pernyataan tentang unsur laporan keuangan yang diperiksa; e. suatu pernyataan bahwa laporan keuangan adalah tanggung jawab entitas dan tanggung jawab pemeriksa terbatas pada opini pemeriksa atas laporan keuangan; f. suatu pernyataan bahwa pemeriksaan dilakukan berdasarkan SPKN; g. suatu pernyataan bahwa SPKN mengharuskan pemeriksa merencanakan dan melaksanakan pemeriksaan agar memperoleh keyakinan yang memadai tentang kewajaran informasi keuangan yang disajikan dalam laporan keuangan; h. suatu pernyataan bahwa suatu pemeriksaan laporan keuangan meliputi pengujian bukti-bukti yang mendukung jumlah-jumlah dan pengungkapan dalam laporan keuangan; i. suatu pernyataan bahwa pemeriksa telah melakukan pengujian atas kepatuhan terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan dan penilaian atas keandalan sistem pengendalian intern yang berdampak material terhadap penyajian laporan keuangan; j. suatu pernyataan bahwa pemeriksa yakin bahwa pemeriksaan yang dilakukan memberikan dasar memadai untuk menyatakan opini; k. suatu pernyataan yang memuat opini pemeriksa atas laporan keuangan; l. suatu pernyataan bahwa laporan hasil pemeriksaan atas kepatuhan terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan dan laporan hasil pemeriksaan atas Dasar hukum meliputi peraturan perundang-undangan yang mengatur pemeriksaan laporan keuangan pemerintah oleh BPK. Contoh Undang-Undang Nomor Tahun 0 tentang Keuangan Negara, Undang-Undang Nomor Tahun 0 tentang Pemeriksaan atas Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara dan Undang-Undang Nomor Tahun 0 tentang Badan Pemeriksa Keuangan.

sistem pengendalian intern dimuat dalam laporan terpisah, namun merupakan satu kesatuan dengan laporan hasil pemeriksaan atas laporan keuangan, apabila terdapat ketidakpatuhan terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan dan kelemahan sistem pengendalian intern yang dianggap sebagai kondisi yang dapat dilaporkan; m. tempat dan tanggal laporan hasil pemeriksaan atas laporan keuangan; dan n. identitas penanda tangan dan tanda tangan (identitas kantor, jabatan/peran, dan nama). 0 Unsur pokok laporan hasil pemeriksaan atas laporan keuangan pemerintah tidak mencantumkan pihak yang dituju (addressee) karena ketentuan peraturan perundang-undangan yang mengatur mengenai pemeriksaan BPK telah mencantumkan pihak yang dituju sesuai dengan kewenangannya. Penanda Tangan Laporan 0 Penanda tangan laporan hasil pemeriksaan atas laporan keuangan adalah Ketua, atau Wakil Ketua, atau Anggota BPK. Kewenangan penanda tangan laporan hasil pemeriksaan atas laporan keuangan dapat didelegasikan oleh Ketua, atau Wakil Ketua, atau Anggota BPK kepada Penanggung Jawab Pemeriksaan yang memiliki kompetensi untuk menandatangani laporan tersebut. Tanggal Laporan 0 Tanggal laporan hasil pemeriksaan atas laporan keuangan adalah tanggal pertemuan akhir pemeriksaan keuangan (exit meeting). Jika pemeriksa memperoleh informasi tambahan setelah tanggal pertemuan akhir namun sebelum tanggal penerbitan laporan hasil pemeriksaan, maka pemeriksa harus mempertimbangkan pengaruh informasi tersebut terhadap laporan hasil pemeriksaan. Kompetensi yang dimaksud adalah penanggung jawab pemeriksaan keuangan harus memiliki sertifikasi keahlian yang diakui secara profesional. Selanjutnya persyaratan kompetensi ini diatur oleh pedoman atau panduan yang berada dibawah bultek ini. Tanggal Exit meeting ditetapkan sebagai tanggal berakhirnya pekerjaan lapangan. Jika setelah pekerjaan lapangan sampai dengan penerbitan Laporan Hasil Pemeriksaan ada kejadian-kejadian yang menurut pemeriksa layak dipertimbangkan atau dapat mempengaruhi persepsi pembaca laporan audit maka bisa diberikan tanggal ganda (dual date), misalnya untuk catatan no. xx berlaku tanggal XX bulan YY tahun ZZ.

BAB IV BENTUK DAN ISI LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN DENGAN OPINI WAJAR TANPA PENGECUALIAN (WTP) Umum 0 Bentuk dan isi laporan hasil pemeriksaan atas laporan keuangan dengan opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) memuat pernyataan bahwa laporan keuangan menyajikan informasi keuangan secara wajar, dalam semua hal yang material, sesuai dengan SAP. Bentuk dan Isi Laporan Hasil Pemeriksaan atas Laporan Keuangan Dengan Opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) 0 Format laporan hasil pemeriksaan atas laporan keuangan komparatif untuk opini WTP disajikan sebagai berikut : BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN ATAS LAPORAN KEUANGAN Berdasarkan Undang-Undang Nomor Tahun 0 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara dan Undang-Undang Nomor Tahun 0 tentang Badan Pemeriksa Keuangan, BPK telah memeriksa Neraca [NAMA ENTITAS] tanggal Desember X dan X0, Laporan Realisasi Anggaran dan Laporan Arus Kas untuk tahun yang berakhir pada tanggal-tanggal tersebut serta Catatan atas Laporan Keuangan. Laporan keuangan adalah tanggung jawab [NAMA ENTITAS]. Tanggung jawab BPK terletak pada pernyataan opini atas laporan keuangan berdasarkan pemeriksaan yang telah dilakukan. BPK melaksanakan pemeriksaan berdasarkan Standar Pemeriksaan Keuangan Negara. Standar tersebut mengharuskan BPK merencanakan dan melaksanakan pemeriksaan agar memperoleh keyakinan yang memadai bahwa laporan keuangan bebas dari salah saji material. Suatu pemeriksaan meliputi pengujian bukti-bukti yang mendukung jumlah-jumlah dan pengungkapan dalam laporan keuangan. Pemeriksaan juga meliputi penilaian atas penerapan prinsip akuntansi yang digunakan dan estimasi signifikan yang dibuat oleh [NAMA ENTITAS], penilaian atas kepatuhan terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan, penilaian atas keandalan sistem pengendalian intern yang berdampak material terhadap laporan keuangan, serta penilaian terhadap penyajian atas laporan

keuangan secara keseluruhan. BPK yakin bahwa pemeriksaan tersebut memberikan dasar yang memadai untuk menyatakan opini. Menurut opini BPK, laporan keuangan yang disebut di atas menyajikan secara wajar, dalam semua hal yang material, posisi keuangan [NAMA ENTITAS] tanggal Desember Xdan X0, dan Realisasi Anggaran, serta Arus Kas untuk tahun yang berakhir pada tanggal-tanggal tersebut sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan. Untuk memperoleh keyakinan yang memadai atas kewajaran laporan keuangan tersebut, BPK juga melakukan pemeriksaan terhadap sistem pengendalian intern dan kepatuhan terhadap ketentuan perundang-undangan. Laporan hasil pemeriksaan atas Sistem Pengendalian Intern dan Laporan hasil pemeriksaan atas Kepatuhan Terhadap Ketentuan Peraturan Perundang-undangan disajikan dalam Laporan Nomor [NOMOR LAPORAN] dan Nomor [NOMOR LAPORAN] tanggal [TANGGAL, BULAN DAN TAHUN], yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari laporan ini. [TEMPAT], [TANGGAL, BULAN, DAN TAHUN] BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA Ketua/ Wakil Ketua/ Anggota/ Penanggung Jawab Pemeriksaan, [TANDA TANGAN] [NAMA] [REGISTER NEGARA [NOMOR REGISTER]] Bentuk dan Isi Laporan Hasil Pemeriksaan atas Laporan Keuangan dengan Opini Wajar Tanpa Pengecualian Ditambah Paragraf Penjelasan (WTP-PP) 0 Opini Wajar Tanpa Pengecualian dapat ditambah dengan bahasa penjelasan karena keadaan tertentu. Keadaan tersebut meliputi: a. opini pemeriksa sebagian didasarkan atas laporan pemeriksa lain (paragraf 0-0); b. penyimpangan dari SAP (paragraf 0-0); c. ketidakkonsistenan penerapan SAP (paragraf 0- ); d. penekanan atas suatu hal (paragraf dan ); dan e. pengungkapan informasi rahasia yang disebabkan oleh ketentuan peraturan perundang-undangan (paragraf -). Jika penanda tangan adalah seorang akuntan maka harus mencantumkan pula nomor register akuntannya

Opini Pemeriksa Sebagian Didasarkan atas Laporan Pemeriksa Lain 0 Apabila pemeriksa memutuskan untuk mengacu ke laporan pemeriksa lain sebagai sebagian dari dasar pernyataan opininya, pemeriksa harus menjelaskan keputusan pengacuan dimaksud dalam paragraf pengantar laporan hasil pemeriksaan atas laporan keuangan, termasuk opini pemeriksa lain tersebut. Pengungkapan pemeriksa dalam paragraf pengantar tersebut merupakan petunjuk pemisahan tanggung jawab pemeriksa dan pemeriksa lain. Misalnya: entitas mempunyai Badan Layanan Umum (BLU) yang laporan keuangannya diperiksa oleh Kantor Akuntan Publik. Keadaan tersebut harus diungkap di dalam paragraf pengantar dan paragraf opini. Jika laporan keuangan entitas merupakan konsolidasi lebih dari (dua) laporan keuangan BLU yang diperiksa pemeriksa lain, maka nama dan opini masingmasing BLU tidak perlu diungkap dalam paragraf pengantar. Paragraf pengantar merujuk pada catatan atas laporan keuangan entitas yang menginformasikan BLU dan hasil pemeriksaannya. 0 Contoh paragraf pengantar, paragraf lingkup, dan paragraf opini laporan hasil pemeriksaan atas laporan keuangan yang memuat opini pemeriksa lain adalah sebagai berikut: BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN ATAS LAPORAN KEUANGAN Berdasarkan Undang-Undang Nomor Tahun 0 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara dan Undang-Undang Nomor Tahun 0 tentang Badan Pemeriksa Keuangan, BPK telah memeriksa Neraca [NAMA ENTITAS] tanggal Desember X dan X0, Laporan Realisasi Anggaran dan Laporan Arus Kas untuk tahun yang berakhir pada tanggal-tanggal tersebut serta Catatan atas Laporan Keuangan. Laporan keuangan adalah tanggung jawab [NAMA ENTITAS]. Tanggung jawab BPK terletak pada pernyataan opini atas laporan keuangan berdasarkan pemeriksaan yang telah dilakukan. BPK tidak memeriksa Laporan Keuangan Badan Layanan Umum [NAMA ENTITAS YANG DIPERIKSA OLEH PEMERIKSA LAIN] Tahun X dan X0, yang merupakan bagian dari laporan keuangan [NAMA ENTITAS]. Laporan keuangan Badan Layanan Umum [NAMA ENTITAS YANG DIPERIKSA OLEH PEMERIKSA LAIN] mengungkapkan total aset sebesar Rp... dan Rp... berturut-turut pada Pemeriksa lain adalah pemeriksa yang mengeluarkan laporan hasil pemeriksaan keuangan yang menjadi bagian atas laporan keuangan pemerintah yang sedang diperiksa misalnya laporan keuangan badan layanan umum

0 tanggal Desember X dan X0, total pendapatan sebesar Rp... dan Rp..., total belanja sebesar Rp... dan Rp...untuk tahun yang berakhir untuk tanggal-tanggal tersebut. Laporan keuangan tersebut diperiksa oleh [NAMA PEMERIKSA LAIN] dengan opini [JENIS OPINI] yang laporannya telah diserahkan kepada BPK. Terhadap laporan keuangan [NAMA ENTITAS YANG DIPERIKSA OLEH PEMERIKSA LAIN], opini BPK hanya didasarkan atas laporan hasil pemeriksa lain tersebut. BPK melaksanakan pemeriksaan berdasarkan Standar Pemeriksaan Keuangan Negara. Standar tersebut mengharuskan BPK merencanakan dan melaksanakan pemeriksaan agar memperoleh keyakinan yang memadai bahwa laporan keuangan bebas dari salah saji material. Suatu pemeriksaan meliputi pengujian bukti-bukti yang mendukung jumlah-jumlah dan pengungkapan dalam laporan keuangan. Pemeriksaan juga meliputi penilaian atas penerapan prinsip akuntansi yang digunakan dan estimasi signifikan, yang dibuat oleh [NAMA ENTITAS], penilaian atas kepatuhan terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan, penilaian atas keandalan sistem pengendalian intern yang berdampak material terhadap laporan keuangan, serta penilaian terhadap penyajian atas laporan keuangan secara keseluruhan. BPK yakin bahwa pemeriksaan tersebut memberikan dasar memadai untuk menyatakan opini. Menurut opini BPK, berdasarkan pemeriksaan dan laporan pemeriksa independen lain yang disebut di atas, laporan keuangan konsolidasian di atas menyajikan secara wajar, dalam semua hal yang material, posisi keuangan [NAMA ENTITAS] dan Badan Layanan Umum tanggal Desember X, dan X0, serta arus kas untuk tahun yang berakhir pada tanggal-tanggal tersebut sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan. Untuk memperoleh keyakinan yang memadai atas kewajaran laporan keuangan tersebut, BPK juga melakukan pemeriksaan terhadap sistem pengendalian intern dan kepatuhan terhadap ketentuan perundang-undangan. Laporan hasil pemeriksaan atas Sistem Pengendalian Intern dan Laporan hasil pemeriksaan atas Kepatuhan Terhadap Ketentuan Peraturan Perundang-undangan, disajikan dalam Laporan Nomor [NOMOR LAPORAN] dan Nomor [NOMOR LAPORAN] tanggal [TANGGAL, BULAN DAN TAHUN], yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari laporan ini. [TEMPAT], [TANGGAL, BULAN, DAN TAHUN] BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA Ketua/ Wakil Ketua/ Anggota/ Penanggung Jawab Pemeriksaan, [TANDA TANGAN] [NAMA] [REGISTER NEGARA [NOMOR REGISTER]] Jika penanda tangan adalah seorang akuntan maka harus mencantumkan pula nomor register akuntannya

Penyimpangan dari Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) 0 Pemeriksa tidak diperkenankan menerbitkan laporan hasil pemeriksaan dengan opini WTP atas laporan keuangan pemerintah, apabila laporan keuangan memuat penyimpangan dari SAP yang berdampak secara material. 0 Laporan hasil pemeriksaan atas laporan keuangan harus mengungkapkan penyimpangan dari SAP dalam suatu paragraf terpisah. 0 Dalam keadaan luar biasa, pemeriksa dapat memberikan opini WTP, jika pemeriksa dapat menunjukkan bahwa laporan tidak akan menyesatkan apabila memuat penyimpangan tersebut. Pemeriksa mengungkapkan penyimpangan dan estimasi dampaknya, serta alasan ketidakpatuhan terhadap SAP akan menghasilkan laporan keuangan yang menyesatkan, dalam suatu paragraf penjelasan. Paragraf penjelasan diungkapkan setelah paragraf opini menunjukkan sifat penyimpangan dan mengacu ke catatan atas laporan keuangan yang membahas secara rinci penyimpangan tersebut. Misalnya: hibah diberikan kepada entitas berupa barang tanpa diketahui nilai wajarnya sehingga entitas menentukan nilai sendiri atas barang tersebut yang bertentangan dengan Standar Akutansi Pemerintahan. Keadaan luar biasa tersebut diungkap dalam paragraf penjelas. Ketidakkonsistenan Penerapan Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) 0 Pemeriksa tidak diperkenankan menerbitkan laporan hasil pemeriksaan dengan opini WTP atas laporan keuangan entitas, apabila laporan keuangan memuat ketidakkonsistenan penerapan SAP. Apabila terjadi perubahan penerapan SAP yang berdampak material pada daya banding laporan keuangan entitas yang diperiksa, pemeriksa harus menilai perubahan dalam standar akuntansi dengan kriteria (a) standar akuntansi yang baru diterapkan adalah SAP, (b) metode akuntansi untuk memperlakukan dampak perubahan tersebut sesuai dengan SAP, dan (c) alasan yang mendasari perubahan akuntansi adalah beralasan. Apabila ketiga kriteria ini terpenuhi, pemeriksa dapat memberikan opini wajar tanpa pengecualian dengan menyatakan perubahan tersebut dalam paragraf penjelasan dalam laporan hasil pemeriksaan atas laporan keuangan. Paragraf penjelasan diungkapkan setelah paragraf opini menunjukkan sifat perubahan dan mengacu ke catatan atas laporan keuangan yang membahas secara rinci perubahan tersebut. Jika perubahan akuntansi tidak memenuhi kriteria sebagaimana tersebut, laporan pemeriksa harus menunjukkan hal ini, dan opini pemeriksa harus berisi pengecualian seperti yang diuraikan pada Bab V paragraf 0. Jika dampak

perubahan tersebut cukup material, pemeriksa menyatakan opini tidak wajar atas laporan keuangan, seperti yang diuraikan dalam Bab VI paragraf 0. Persetujuan pemeriksa terhadap suatu perubahan bersifat tersirat kecuali jika pemeriksa tidak ingin menyatakan opini WTP mengenai penyajian laporan keuangan sesuai dengan SAP. Misalnya: Pada tahun Xterdapat perubahan batas nilai pengeluaran yang dikapitalisasi. Hal ini berdampak pada perubahan nilai penyajian aset tetap dan biaya pemeliharaan apabila dibandingkan dengan kebijakan akuntansi pada periode sebelumnya. Pemeriksa harus mengungkapkan dampak dan alasan perubahan metode tersebut dalam paragraf penjelasan. Contoh Paragraf penjelasan yang sesuai dengan perubahan tersebut di atas adalah sebagai berikut: Seperti telah dijelaskan pada Catatan X [SEBUTKAN NOMOR PADA CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN YANG MERINCI PERUBAHAN AKUNTANSI] atas laporan keuangan, entitas mengubah batas pengeluaran yang dapat dikapitalisasi menjadi aset [SEBUTKAN PERUBAHAN AKUNTANSI] dalam tahun X.. Jika tahun terjadinya perubahan penerapan standar akuntansi disajikan dan dilaporkan dalam laporan keuangan entitas, maka tambahan paragraf penjelasan disajikan dalam laporan hasil pemeriksaan atas laporan keuangan tahun yang diperiksa. Namun, jika perubahan akuntansi dipertanggungjawabkan dengan cara penyajian kembali laporan keuangan yang terpengaruh, paragraf tambahan harus disajikan hanya dalam tahun terjadinya perubahan karena dalam tahun-tahun berikutnya, semua periode yang disajikan akan dapat dibandingkan. Jika perubahan akuntansi tidak memenuhi kriteria sebagaimana disebut pada Bab V paragraf 0, laporan pemeriksa harus menunjukkan hal ini, dan opini pemeriksa harus berisi pengecualian. Jika dampak perubahan tersebut cukup material, pemeriksa menyatakan opini tidak wajar atas laporan keuangan, seperti yang diuraikan dalam Bab VI paragraf 0. Penekanan atas Suatu Hal Pemeriksa dapat memberi penekanan atas suatu hal yang berkaitan dengan laporan keuangan yang diperiksa. Penekanan atas suatu hal mengungkapkan informasi atau penjelasan kepada pengguna laporan hasil pemeriksaan atas laporan keuangan. Pemeriksa mengungkapkan penekanan atas suatu hal dalam suatu paragraf terpisah dalam laporan hasil pemeriksaan atas laporan keuangan setelah paragraf opini.

Paragraf penekanan perlu ditambahkan atas pertimbangan pemeriksa. Contoh-contoh hal yang menurut pertimbangan pemeriksa perlu mendapatkan penekanan adalah: a. Bahwa entitas yang diperiksa merupakan komponen dari suatu organisasi yang lebih besar; Misalnya: Laporan Keuangan Kementerian dan Lembaga (LKKL) merupakan bagian dari Laporan Keuangan Pemerintah Pusat (LKPP). b. Bahwa entitas mempunyai transaksi signifikan dengan pihak yang memiliki hubungan istimewa; Misalnya: Laporan Keuangan Provinsi A yang memiliki saham kepemilikan pada perusahaan tambang yang beroperasi di wilayahnya. c. Peristiwa kemudian yang penting dan luar biasa; Misalnya: Laporan Keuangan Pemerintah Daerah akan kehilangan salah satu aset tanah yang cukup material dalam sengketa karena kalah di pengadilan. d. Masalah-masalah akuntansi, selain yang berkaitan dengan perubahan dalam standar akuntansi, yang berdampak atas daya banding laporan keuangan dengan laporan keuangan periode sebelumnya. Misalnya: Laporan Keuangan Pemerintah Pusat (LKPP), Laporan Keuangan Kementerian dan Lembaga (LKKL), dan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah yang harus mengikuti ketentuan Peraturan Pemerintah Nomor Tahun tentang pemberlakuan akrual untuk pencatatannya. Pengungkapan Informasi Rahasia Informasi rahasia yang dilarang oleh ketentuan peraturan perundangundangan untuk diungkapkan kepada umum tidak diungkapkan dalam laporan hasil pemeriksaan. Namun laporan hasil pemeriksaan harus mengungkapkan sifat informasi yang tidak dilaporkan tersebut dan ketentuan peraturan perundangundangan yang menyebabkan tidak dilaporkannya informasi tersebut. Jika informasi rahasia tersebut berdampak terhadap kewajaran penyajian laporan keuangan, maka pemeriksa mengungkap dampak tersebut di dalam laporan hasil pemeriksaan tanpa harus mengungkap informasi rahasianya. Contoh: bila suatu belanja barang/modal yang mengandung informasi rahasia berdampak kepada kewajaran penyajian laporan keuangan maka pemeriksa hanya mengungkapkan dampak realisasi belanjanya saja tanpa mengungkap informasi yang ada di belanja tersebut. Jika pemeriksa menemukan informasi rahasia yang menjadi bagian temuan pemeriksaan dalam laporan hasil pemeriksaan sistem pengendalian intern maupun kepatuhan, maka pemeriksa dapat tidak mengungkapkan informasi rahasia tersebut disertai dengan alasan yang berkaitan dengan undang-undang atau pertimbangan pemeriksaannya.

BAB V BENTUK DAN ISI LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN DENGAN OPINI WAJAR DENGAN PENGECUALIAN (WDP) Umum 0 Pemeriksa harus memberikan opini Wajar Dengan Pengecualian (WDP) karena kondisi tertentu. Opini ini dinyatakan apabila: a. Ketiadaan bukti kompeten yang cukup atau ketidakcukupan catatan akuntansi, atau adanya pembatasan terhadap lingkup pemeriksaan yang mengakibatkan pemeriksa berkesimpulan tidak dapat menyatakan opini wajar tanpa pengecualian dan berkesimpulan tidak menyatakan menolak memberikan opini. Pemeriksa menilai sifat dan besarnya dampak yang mungkin timbul sebagai akibat hal yang dikecualikan tersebut dan pentingnya bagi laporan keuangan. b. Pemeriksa yakin, atas dasar pemeriksaannya, bahwa laporan keuangan berisi penyimpangan dari SAP, yang berdampak material, dan pemeriksa berkesimpulan untuk tidak menyatakan opini tidak wajar. Dampak material dari penyimpangan terhadap SAP tidak mempengaruhi kewajaran LK secara keseluruhan namun hanya pada (satu) atau beberapa pos/akun. 0 Jika pemeriksa menyatakan opini wajar dengan pengecualian, maka pemeriksa menjelaskan semua alasan yang menguatkan dalam (satu) atau lebih paragraf terpisah yang dicantumkan sebelum paragraf opini. Pemeriksa harus juga mencantumkan bahasa pengecualian yang sesuai dan menunjuk ke paragraf penjelasan di dalam paragraf opini. Opini wajar dengan pengecualian harus berisi kata kecuali atau pengecualian dalam suatu frasa seperti kecuali untuk atau dengan pengecualian untuk. Pembatasan Lingkup Pemeriksaan 0 Pembatasan lingkup pemeriksaan tidak memungkinkan pemeriksa memperoleh keyakinan yang memadai bahwa laporan keuangan bebas dari salah saji yang material. Pembatasan lingkup pemeriksaan meliputi pembatasan oleh entitas yang diperiksa atau oleh keadaan yang mengakibatkan pemeriksa tidak dapat melakukan pemeriksaan sesuai dengan standar pemeriksaan. 0 Pembatasan lingkup pemeriksaan yang berdampak material terhadap laporan keuangan memberikan pertimbangan pemeriksa untuk mengungkapkan opini wajar dengan pengecualian atau pernyataan menolak memberikan opini. Pertimbangan opini tersebut didasarkan materialitas dampak pembatasan lingkup. Apabila pembatasan lingkup hanya berdampak pada pos-pos/akun tertentu laporan

keuangan maka pemeriksa mempertimbangkan pemberian opini wajar dengan pengecualian. 0 Pembatasan terhadap lingkup pemeriksaan, baik yang dikenakan oleh entitas maupun oleh keadaan, seperti kegagalan memperoleh bukti kompeten yang cukup, atau ketidakcukupan catatan akuntansi, mungkin mengharuskan pemeriksa memberikan pengecualian di dalam opininya atau pernyataan menolak memberikan opini. Dalam hal ini, alasan pengecualian atau pernyataan menolak memberikan opini harus dijelaskan dalam laporan hasil pemeriksaan. 0 Keputusan pemeriksa dalam memberikan opini wajar dengan pengecualian atau pernyataan menolak memberikan opini karena pembatasan lingkup pemeriksaan tergantung atas penilaian pemeriksa terhadap pentingnya prosedur yang tidak dapat dilaksanakan tersebut. Penilaian ini akan dipengaruhi oleh sifat dan besarnya dampak yang mungkin timbul sebagai akibat hal yang dikecualikan tersebut dan pentingnya bagi laporan keuangan. Jika dampak yang mungkin timbul menyangkut banyak pos/akun laporan keuangan, maka pentingnya hal yang dikecualikan tersebut lebih besar jika dibandingkan dengan jika hanya menyangkut pos laporan keuangan yang lebih sedikit. 0 Contoh pembatasan yang umum terhadap lingkup pemeriksaan meliputi: a. pembatasan pengamatan terhadap penghitungan fisik persediaan di daerah konflik; b. piutang pajak tidak didukung dengan bukti surat ketetapan pajak; c. pembatasan untuk memeriksa dokumentasi atau bukti pertanggungjawaban penggunaan dana tertentu; dan d. pembatasan dalam akuntansi investasi jangka panjang jika pemeriksa tidak memperoleh laporan keuangan dari pihak investee. 0 Suatu kondisi dianggap tidak terdapat pembatasan terhadap lingkup pemeriksaan, jika pemeriksa dapat menerapkan prosedur alternatif. Dalam hal dapat melaksanakan prosedur alternatif, maka pemeriksa tidak perlu mengungkapkan dalam laporan hasil pemeriksaan mengenai penghilangan prosedur yang tidak dapat dilaksanakan atau penggunaan prosedur alternatif sebagai pengganti prosedur yang tidak dapat dilaksanakan tersebut. 0 Pembatasan terhadap penerapan prosedur pemeriksaan atau prosedur pemeriksaan lain terhadap unsur penting dalam laporan keuangan, akan menentukan apakah pemeriksa memiliki bukti kompeten yang cukup untuk menyatakan opini WTP, opini WDP, atau opini TMP. Apabila entitas mengenakan

pembatasan yang secara signifikan membatasi lingkup pemeriksaan, biasanya pemeriksa harus mempertimbangkan untuk tidak menyatakan pendapat. Apabila opini WDP disebabkan oleh pembatasan lingkup pemeriksaan atau kurangnya bukti pemeriksaan, kondisi ini harus dijelaskan dalam paragraf penjelasan yang dicantumkan sebelum paragraf opini dalam laporan hasil pemeriksaan. Apabila pemeriksa membuat pengecualian dalam opini karena pembatasan terhadap lingkup pemeriksaan, kata-kata yang dicantumkan dalam paragraf opini harus menunjukkan bahwa pengecualian tersebut berkaitan dengan dampak yang mungkin timbul terhadap laporan keuangan dan bukan terhadap pembatasan lingkup pemeriksaan itu sendiri. Format laporan hasil pemeriksaan atas laporan keuangan dengan opini WDP karena pembatasan lingkup pemeriksaan yang berhubungan dengan persediaan yang berada di daerah konflik (misalnya dampak pembatasan tersebut tidak menyebabkan auditor menyatakan menolak memberikan opini) disajikan sebagai berikut: BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN ATAS LAPORAN KEUANGAN Berdasarkan Undang-Undang Nomor Tahun 0 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara dan Undang-Undang Nomor Tahun 0 tentang Badan Pemeriksa Keuangan, BPK telah memeriksa Neraca [NAMA ENTITAS] tanggal Desember X dan X0, Laporan Realisasi Anggaran dan Laporan Arus Kas untuk tahun yang berakhir pada tanggal-tanggal tersebut serta Catatan atas Laporan Keuangan. Laporan keuangan adalah tanggung jawab [NAMA ENTITAS]. Tanggung jawab BPK terletak pada pernyataan opini atas laporan keuangan berdasarkan pemeriksaan yang telah dilakukan. Kecuali terhadap hal yang diuraikan dalam paragraf berikut ini, BPK melaksanakan pemeriksaan berdasarkan Standar Pemeriksaan Keuangan Negara. Standar tersebut mengharuskan BPK merencanakan dan melaksanakan pemeriksaan agar memperoleh keyakinan yang memadai bahwa laporan keuangan bebas dari salah saji material. Suatu pemeriksaan meliputi pengujian bukti-bukti yang mendukung jumlah-jumlah dan pengungkapan dalam laporan keuangan. Pemeriksaan juga meliputi penilaian atas penerapan prinsip akuntansi yang digunakan dan estimasi signifikan, yang dibuat oleh [NAMA ENTITAS], penilaian atas kepatuhan terhadap ketentuan peraturan perundangundangan, penilaian atas keandalan sistem pengendalian intern yang berdampak material terhadap

laporan keuangan, serta penilaian terhadap penyajian atas laporan keuangan secara keseluruhan. BPK yakin bahwa pemeriksaan tersebut memberikan dasar memadai untuk menyatakan opini. BPK tidak dapat melaksanakan pengujian fisik atas persediaan dan pengujian lain yang mendukung persediaan entitas yang berada di daerah konflik masing-masing sebesar Rp.dan Rp pada tanggal Desember X dan X0, yang dicantumkan dalam laporan keuangan, seperti yang dijelaskan pada Catatan X dalam catatan atas laporan keuangan. BPK juga tidak dapat memperoleh keyakinan atas nilai persediaan dengan prosedur pemeriksaan. Menurut opini BPK, kecuali untuk dampak penyesuaian, jika ada, yang mungkin perlu dilakukan jika dilaksanakan pemeriksaan persediaan di daerah konflik, laporan keuangan yang disebut dalam paragraf pertama di atas menyajikan secara wajar dalam semua hal yang material, posisi keuangan [NAMA ENTITAS] tanggal Desember X dan X0, serta realisasi anggaran, dan arus kas untuk tahun yang berakhir tanggal-tanggal tersebut sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan. Untuk memperoleh keyakinan yang memadai atas kewajaran laporan keuangan tersebut, BPK juga melakukan pemeriksaan terhadap sistem pengendalian intern dan kepatuhan terhadap ketentuan perundang-undangan. Laporan hasil pemeriksaan atas Sistem Pengendalian Intern dan Laporan hasil pemeriksaan atas Kepatuhan Terhadap Ketentuan Peraturan Perundang-undangan disajikan dalam Laporan Nomor [NOMOR LAPORAN] dan Nomor [NOMOR LAPORAN] tanggal [TANGGAL, BULAN DAN TAHUN], yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari laporan ini. [TEMPAT], [TANGGAL, BULAN DAN TAHUN] BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA Ketua/ Wakil Ketua/ Anggota/ Penanggung Jawab Pemeriksaan, [TANDA TANGAN] [NAMA] [REGISTER NEGARA [NOMOR REGISTER]] Penyimpangan dari Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) Penyimpangan dari SAP yang berdampak material terhadap laporan keuangan memberikan pertimbangan pemeriksa untuk mengungkapkan opini WDP atau opini TW. Pemeriksa mempertimbangkan dampak materialitas penyimpangan dari SAP baik kualitatif maupun kuantitatif. Faktor-faktor yang harus diperhitungkan dalam mempertimbangkan materialitas antara lain: a. signifikansi atau tidak suatu unsur bagi suatu entitas, seperti akun aset tetap sangat signifikan untuk entitas pemerintahan; Jika penanda tangan adalah seorang akuntan maka harus mencantumkan pula nomor register akuntannya

b. dampak salah saji terhadap laporan keuangan secara keseluruhan, seperti temuan atau salah saji yang melebihi batas materialitas keseluruhan laporan keuangan; dan c. luas dampak salah saji akun/pos, yaitu apakah suatu salah saji berdampak terhadap jumlah dan penyajian satu atau berbagai pos laporan keuangan. Pemeriksa mempertimbangkan pemberian opini WDP jika dampak materialitas penyimpangan hanya pada pos-pos/akun tertentu laporan keuangan. Apabila pemeriksa menyatakan opini WDP, pemeriksa harus menjelaskan semua alasan yang menyebabkan kesimpulan bahwa terdapat penyimpangan dari SAP, dalam paragraf (atau beberapa paragraf) penjelasan yang terpisah, sebelum paragraf opini dalam laporan hasil pemeriksaan. Paragraf opini harus berisi bahasa pengecualian yang sesuai dan yang merujuk ke paragraf penjelasan tersebut. Paragraf (atau beberapa paragraf) penjelasan harus pula menjelaskan dampak utama hal yang dikecualikan terhadap neraca, laporan realisasi anggaran dan laporan arus kas serta catatan atas laporan keuangan, jika hal ini praktis untuk dilaksanakan. Jika dampak tersebut tidak dapat secara beralasan ditentukan, laporan hasil pemeriksaan harus menyatakan hal itu. Jika pengungkapan tersebut dicantumkan dalam catatan atas laporan keuangan, paragraf penjelasan dapat diperpendek dengan menunjuk ke catatan tersebut. Format laporan hasil pemeriksaan atas laporan keuangan dengan opini WDP berupa penyimpangan terhadap SAP atas penyajian aset tetap disajikan sebagai berikut: BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN ATAS LAPORAN KEUANGAN Berdasarkan Undang-Undang Nomor Tahun 0 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara dan Undang-Undang Nomor Tahun 0 tentang Badan Pemeriksa Keuangan, BPK telah memeriksa [NAMA ENTITAS] tanggal Desember X dan X0, Laporan Realisasi Anggaran dan Laporan Arus Kas untuk tahun yang berakhir pada tanggaltanggal tersebut serta Catatan atas Laporan Keuangan. Laporan keuangan adalah tanggung jawab

[NAMA ENTITAS]. Tanggung jawab BPK terletak pada pernyataan opini atas laporan keuangan berdasarkan pemeriksaan yang telah dilakukan. BPK melaksanakan pemeriksaan berdasarkan Standar Pemeriksaan Keuangan Negara. Standar tersebut mengharuskan BPK merencanakan dan melaksanakan pemeriksaan agar memperoleh keyakinan yang memadai bahwa laporan keuangan bebas dari salah saji material. Suatu pemeriksaan meliputi pengujian bukti-bukti yang mendukung jumlah-jumlah dan pengungkapan dalam laporan keuangan. Pemeriksaan juga meliputi penilaian atas penerapan prinsip akuntansi yang digunakan dan estimasi signifikan, yang dibuat oleh [NAMA ENTITAS], penilaian atas kepatuhan terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan, penilaian atas keandalan sistem pengendalian intern yang berdampak material terhadap laporan keuangan, serta penilaian terhadap penyajian atas laporan keuangan secara keseluruhan. BPK yakin bahwa pemeriksaan tersebut memberikan dasar memadai untuk menyatakan opini. Sebagaimana diungkapkan catatan XX atas laporan keuangan, aset tetap per Desember X dan X0 disajikan masing-masing sebesar Rp dan Rp.. [NAMA ENTITAS] belum menilai kembali aset tetap yang diperoleh sebelum tanggal neraca awal. Menurut opini BPK, kecuali untuk dampak belum menilai kembali aset tetap seperti yang diuraikan dalam paragraf di atas, laporan keuangan yang disebut di paragraf pertama menyajikan secara wajar, dalam semua hal yang material, posisi keuangan [NAMA ENTITAS] tanggal Desember X dan X0, dan laporan realisasi anggaran, serta arus kas untuk tahun yang berakhir pada tanggal-tanggal tersebut sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan. Untuk memperoleh keyakinan yang memadai atas kewajaran laporan keuangan tersebut, BPK juga melakukan pemeriksaan terhadap sistem pengendalian intern dan kepatuhan terhadap ketentuan perundang-undangan. Laporan hasil pemeriksaan atas Sistem Pengendalian Intern dan Laporan hasil pemeriksaan atas Kepatuhan Terhadap Ketentuan Peraturan Perundang-undangan disajikan dalam Laporan Nomor [NOMOR LAPORAN] dan Nomor [NOMOR LAPORAN] tanggal [TANGGAL, BULAN DAN TAHUN], yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari laporan ini. [TEMPAT], [TANGGAL, BULAN, DAN TAHUN] BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA Ketua/ Wakil Ketua/ Anggota/ Penanggung Jawab Pemeriksaan, [TANDA TANGAN] [NAMA] [REGISTER NEGARA [NOMOR REGISTER]] Pengungkapan yang tidak cukup dalam laporan keuangan dapat dianggap penyimpangan dari standar akuntansi. Informasi pokok untuk penyajian laporan keuangan secara wajar sesuai dengan SAP harus disajikan dalam laporan Jika penanda tangan adalah seorang akuntan maka harus mencantumkan pula nomor register akuntannya

keuangan (termasuk catatan atas laporan keuangan yang bersangkutan). Jika laporan keuangan, termasuk catatan atas laporan keuangan, tidak menjelaskan informasi yang diharuskan oleh SAP, pemeriksa harus menyatakan opini WDP atau opini TW, karena adanya penyimpangan dari SAP. Dalam kondisi tersebut, pemeriksa harus menyediakan informasi tersebut dalam laporan hasil pemeriksaan, bila secara praktis dapat dilaksanakan, kecuali jika tidak disajikannya informasi tersebut dalam laporan hasil pemeriksaan diakui sesuai dengan Pernyataan Standar Pemeriksaan Keuangan Negara.

BAB VI BENTUK DAN ISI LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN DENGAN OPINI TIDAK WAJAR (TW) Umum 0 Opini Tidak Wajar (TW) dinyatakan apabila menurut pertimbangan pemeriksa laporan keuangan secara keseluruhan tidak disajikan secara wajar sesuai dengan SAP. 0 Apabila pemeriksa menyatakan opini TW, pemeriksa harus menjelaskan pada paragraf terpisah sebelum paragraf opini dalam laporan hasil pemeriksaan atas laporan keuangan. Penjelasan tersebut meliputi: (a) semua alasan yang mendukung opini tidak wajar, dan (b) dampak utama hal yang menyebabkan pemberian opini tidak wajar terhadap laporan keuangan. Paragraf opini harus berisi rujukan langsung ke paragraf terpisah yang menjelaskan dasar untuk Opini Tidak Wajar tersebut. Misalnya: tidak dikonsolidasikannya laporan BLU yang berdampak sangat material terhadap laporan keuangan pemerintah; tidak disetorkannya pendapatan daerah ke kas daerah yang nilainya sangat material; hibah atau bantuan sosial yang tidak dilaporkan atau dipertanggungjawabkan yang nilainya sangat material. Format Laporan Hasil Pemeriksaan atas Laporan Keuangan Dengan Opini Tidak Wajar (TW) 0 Format laporan hasil pemeriksaan atas laporan keuangan dengan opini TW disajikan sebagai berikut: BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN ATAS LAPORAN KEUANGAN Berdasarkan Undang-Undang Nomor Tahun 0 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara dan Undang-Undang Nomor Tahun 0 tentang Badan Pemeriksa Keuangan, BPK telah memeriksa [NAMA ENTITAS] tanggal Desember X dan X0, Laporan Realisasi Anggaran dan Laporan Arus Kas untuk tahun yang berakhir pada tanggal-

tanggal tersebut serta Catatan atas Laporan Keuangan. Laporan keuangan adalah tanggung jawab [NAMA ENTITAS]. Tanggung jawab BPK terletak pada pernyataan opini atas laporan keuangan berdasarkan pemeriksaan yang telah dilakukan. BPK melaksanakan pemeriksaan berdasarkan Standar Pemeriksaan Keuangan Negara. Standar tersebut mengharuskan BPK merencanakan dan melaksanakan pemeriksaan agar memperoleh keyakinan yang memadai bahwa laporan keuangan bebas dari salah saji material. Suatu pemeriksaan meliputi pengujian bukti-bukti yang mendukung jumlah-jumlah dan pengungkapan dalam laporan keuangan. Pemeriksaan juga meliputi penilaian atas penerapan prinsip akuntansi yang digunakan dan estimasi signifikan, yang dibuat oleh [NAMA ENTITAS], penilaian atas kepatuhan terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan, penilaian atas keandalan sistem pengendalian intern yang berdampak material terhadap laporan keuangan, serta penilaian terhadap penyajian atas laporan keuangan secara keseluruhan. BPK yakin bahwa pemeriksaan tersebut memberikan dasar memadai untuk menyatakan opini. [PARAGRAF-PARAGRAF YANG MENGUNGKAPKAN SEMUA ALASAN YANG MENDUKUNG OPINI TIDAK WAJAR] Karena penyimpangan dari Standar Akuntansi Pemerintahan seperti diuraikan di atas, pada tanggal Desember X dan X0, saldo [DAMPAK UTAMA HAL YANG MENYEBABKAN OPINI TIDAK WAJAR TERHADAP NERACA, REALISASI ANGGARAN, DAN ARUS KAS]. Menurut opini BPK, karena pengaruh hal-hal yang diuraikan dalam paragraf di atas, laporan keuangan yang disebut pada paragraf pertama di atas tidak menyajikan secara wajar, posisi keuangan [NAMA ENTITAS] tanggal Desember X dan X0, serta realisasi anggaran, dan arus kas untuk tahun yang berakhir tanggal-tanggal tersebut. Untuk memperoleh keyakinan yang memadai atas kewajaran laporan keuangan tersebut, BPK juga melakukan pemeriksaan terhadap sistem pengendalian intern dan kepatuhan terhadap ketentuan perundang-undangan. Laporan hasil pemeriksaan atas Sistem Pengendalian Intern dan Laporan hasil pemeriksaan atas Kepatuhan Terhadap Ketentuan Peraturan Perundang-undangan disajikan dalam Laporan Nomor [NOMOR LAPORAN] dan Nomor [NOMOR LAPORAN] tanggal [TANGGAL, BULAN DAN TAHUN], yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari laporan ini. [TEMPAT], [TANGGAL, BULAN, DAN TAHUN] BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA Ketua/ Wakil Ketua/ Anggota/ Penanggung Jawab Pemeriksaan, [TANDA TANGAN] [NAMA] [REGISTER NEGARA [NOMOR REGISTER]] Jika penanda tangan adalah seorang akuntan maka harus mencantumkan pula nomor register akuntannya

BAB VII BENTUK DAN ISI LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN DENGAN OPINI PERNYATAAN MENOLAK MEMBERIKAN OPINI ATAU TIDAK MENYATAKAN PENDAPAT (TMP) Umum 0 Pemeriksa memberikan pernyataan menolak memberikan opini atau Tidak Menyatakan Pendapat (TMP) apabila pemeriksaan tidak dapat dilaksanakan sesuai dengan standar pemeriksaan. Keadaan tersebut dapat disebabkan pembatasan lingkup pemeriksaan yang berdampak material terhadap laporan keuangan secara keseluruhan. 0 Suatu pernyataan menolak memberikan opini, menyatakan bahwa pemeriksa tidak menyatakan opini atas laporan keuangan. Pemeriksa dapat tidak menyatakan suatu opini, bilamana pemeriksa tidak dapat merumuskan atau tidak merumuskan suatu opini tentang kewajaran laporan keuangan, sesuai dengan SAP. Jika pemeriksa menyatakan tidak memberikan opini, laporan auditor harus memberikan semua alasan substantif yang mendukung pernyataannya tersebut. 0 Pernyataan menolak memberikan opini, diungkapkan jika pemeriksa tidak melaksanakan pemeriksaan yang lingkupnya memadai untuk memungkinkan memberikan opini atas laporan keuangan. Pernyataan menolak memberikan opini (TMP) tidak boleh diberikan jika atas dasar pemeriksaannya pemeriksa yakin terdapat penyimpangan material dari SAP. Jika terdapat penyimpangan material dari SAP maka opini yang diberikan adalah WDP atau TW seperti pada Bab V paragraf -. Jika pernyataan menolak memberikan opini disebabkan pembatasan lingkup audit, pemeriksa harus menunjukkan dalam paragraf terpisah semua alasan substantif yang mendukung pernyataan tersebut. Pemeriksa menyatakan bahwa lingkup pemeriksaannya tidak memadai untuk menyatakan opini atas laporan keuangan. 0 Pemeriksa tidak mengungkapkan prosedur pemeriksaan yang dilaksanakan dan tidak menjelaskan karakteristik pemeriksaannya dalam suatu paragraf (yaitu, paragraf lingkup audit dalam laporan hasil pemeriksaan). Jika pemeriksa menjelaskan bahwa pemeriksaan telah dilaksanakan berdasarkan Standar Pemeriksaan Keuangan Negara, pengungkapan ini dapat mengaburkan pernyataan menolak memberikan opini.