3. METODE PENELITIAN. Gambar 3. Peta lokasi pengamatan dan pengambilan sampel di Waduk Cirata

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

TINGKAT PENCEMARAN PERAIRAN WADUK CIRATA, JAWA BARAT: PENGARUH SUNGAI DAN KERAMBA JARING APUNG (KJA)

PENENTUAN STATUS MUTU AIR

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN

3. METODE PENELITIAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

Lampiran 1. Kebutuhan air di kampus IPB Dramaga saat libur

III. METODE PENELITIAN

GUNAKAN KOP SURAT PERUSAHAAN FORMULIR PERMOHONAN IZIN PEMBUANGAN AIR LIMBAH KE SUMBER AIR

FORMULIR ISIAN IZIN PEMBUANGAN LIMBAH CAIR KE LAUT. 1. Nama Pemohon : Jabatan : Alamat : Nomor Telepon/Fax. :...

3. METODE PENELITIAN

BAKU MUTU LIMBAH CAIR UNTUK INDUSTRI PELAPISAN LOGAM

METODOLOGI PENELITIAN. pengambilan sampel pada masing-masing 3 lokasi sampel yang berbeda

L A M P I R A N DAFTAR BAKU MUTU AIR LIMBAH

PERATURAN MENTERI KESEHATAN NOMOR: 429/ MENKES/ PER/ IV/ 2010 TANGGAL: 19 APRIL 2010 PERSYARATAN KUALITAS AIR MINUM

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG BAKU MUTU AIR LAUT

TARIF LAYANAN JASA TEKNIS BADAN PENGKAJIAN KEBIJAKAN, IKLIM DAN MUTU INDUSTRI BALAI RISET DAN STANDARDISASI INDUSTRI SAMARINDA

GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 188/330/KPTS/013/2012 TENTANG

Lampiran 3. Hasil Analisis Air Limbah Domestik PT Inalum. No. Parameter Satuan Konsentrasi Metoda Uji mg/l mg/l mg/l

EVALUASI KUALITAS AIR MINUM PADA HIPPAM DAN PDAM DI KOTA BATU

Konsentrasi (mg/l) Titik Sampling 1 (4 April 2007) Sampling 2 (3 Mei 2007) Sampling

3. METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian 3.2. Alat dan Bahan 3.3. Metode Pengambilan Contoh Penentuan lokasi

3. METODE PENELITIAN

Lampiran 1. Kep.Men. LH Nomor 51 tahun 2004 tentang Baku Mutu Air Laut Untuk Biota Laut

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKABUMI NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG RETRIBUSI PEMAKAIAN KEKAYAAN DAERAH BERUPA LABORATORIUM

ph TSS mg/l 100 Sulfida mg/l 1 Amonia mg/l 5 Klor bebas mg/l 1 BOD mg/l 100 COD mg/l 200 Minyak lemak mg/l 15

LAMPIARAN : LAMPIRAN 1 ANALISA AIR DRAIN BIOFILTER

KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR : 115 TAHUN 2003 TENTANG PEDOMAN PENENTUAN STATUS MUTU AIR MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

Universitas Sumatera Utara

Lampiran 1 Hasil analisa laboratorium terhadap konsentrasi zat pada WTH 1-4 jam dengan suplai udara 30 liter/menit

Lampiran 1. Dokumentasi Penelitian. Pengambilan Sampel Rhizophora apiculata. Dekstruksi Basah

3. METODE PENELITIAN

METODELOGI PENELITIAN. penduduk yang dilalui saluran lindi bermuara ke laut dengan jarak drainase 2,5

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

LAMPIRAN 1 DAFTAR PERSYARATAN KUALITAS AIR MINUM. - Mg/l Skala NTU - - Skala TCU

EVALUASI KUALITAS DAN KUANTITAS AIR YANG DITERIMA PELANGGAN PDAM KECAMATAN WATULIMO KABUPATEN TRENGGALEK

LAMPIRAN A : Bagan Uji Pendugaan, Penegasan dan Sempurna. Di Pipet

KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR: 51 TAHUN 2004 TENTANG BAKU MUTU AIR LAUT MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

III. METODOLOGI PENELITIAN

BUPATI LOMBOK BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

I. Tujuan Setelah praktikum, mahasiswa dapat : 1. Menentukan waktu pengendapan optimum dalam bak sedimentasi 2. Menentukan efisiensi pengendapan

GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 188/331/KPTS/013/2012 TENTANG

KAJIAN STATUS KUALITAS AIR SUNGAI RIAM KANAN Studi Kasus Sungai Riam Kanan Di Desa Awang Bangkal Kecamatan Karang Intan Kabupaten Banjar

GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 188/231/KPTS/013/2005 TENTANG

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian survei melalui kegiatan wawancara,

Peraturan Pemerintah RI No. 20 tahun 1990, tanggal 5 Juni 1990 Tentang Pengendalian Pencemaran Air

GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 188/331/KPTS/013/2012 TENTANG

PELAKSANAAN KEGIATAN BIDANG PENGENDALIAN KERUSAKAN PERAIRAN DARAT TAHUN 2015

2. TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 2. Zonasi pada perairan tergenang (Sumber: Goldman dan Horne 1983)

Lampiran A. Prosedur Analisa Logam Berat Pb dan Cd Dalam Kerang Bulu (Anadara inflata) Diambil daging. Ditambah 25 ml aquades. Ditambah 10 ml HNO 3

Lampiran 1. Diagram alir instalasi pengolahan air Dekeng

3. METODE PENELITIAN

: Baku mutu air kelas I menurut Peraturan Pemerintah RI no. 82 tahun 2001 (hanya untuk Stasiun 1)

Lampiran 1. Rata-rata Kandungan Logam Berat (mg/kg berat basah) dalam Pakan Ikan yang Digunakan Di Waduk Cirata.

PENENTUAN STATUS PENCEMARAN KUALITAS AIR DENGAN METODE STORET DAN INDEKS PENCEMARAN (Studi Kasus: Sungai Indragiri Ruas Kuantan Tengah)

Gambar 7. Lokasi penelitian

REKAPITULASI HASIL PEMANTAUAN KUALITAS AIR SUNGAI OYO TAHUN Jembatan Kedungwates Gunungkidul

TARIF LINGKUP AKREDITASI

Bab III Metodologi Penelitian

DAFTAR ISI. Kata Pengantar. Daftar Isi. Daftar Tabel. Daftar Gambar

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

LEMBARAN DAERAH PERATURAN DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 07 TAHUN 2013

Lampiran F - Kumpulan Data

identifikasi masalah sampling ekstraksi AAS analisis data

Penentuan status mutu air dengan sistem STORET di Kecamatan Bantar Gebang

Lampiran 1. Pengukuran Konsentrasi Logam Sebenarnya

GUBERNUR JAWA TIMUR, 4. Peraturan Pemerintah Nomor 93 Tahun 1999 tentang Perusahaan Umum Jasa Tirta I ;

3. METODE PENELITIAN

Metode Pengumpulan Data Komponen Lingkungan Metode Analisis Dampak Lingkungan Metode dan Teknik Indentifikasi, Prediksi, Evaluasi dan Interpretasi

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 12 TAHUN 2006 TENTANG PERSYARATAN DAN TATA CARA PERIZINAN PEMBUANGAN AIR LIMBAH KE LAUT

BAB IV TINJAUAN SUMBER AIR BAKU AIR MINUM

GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 188/ 21/ KPTS/013/2005 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Salah satu sumber air baku bagi pengolahan air minum adalah air sungai. Air sungai

Acta Aquatica, 4:2 (Oktober, 2017): Acta Aquatica. Aquatic Sciences Journal

ANALISIS KUALITAS AIR SUNGAI KONAWEHA PROVINSI SULAWESI TENGGARA

SNI butir A Air Minum Dalam Kemasan Bau, rasa SNI butir dari 12

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN,

NO SERI. E PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NO SERI. E

Lampiran 1. Gambar Lembar Pengamatan yang digunakan (Mckenzie & Yoshida 2009)

DINAMIKA KUALITAS DAN KELAYAKAN AIR WADUK SEI HARAPAN UNTUK BAHAN BAKU AIR MINUM

A = berat cawan dan sampel awal (g) B = berat cawan dan sampel yang telah dikeringkan (g) C = berat sampel (g)

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN

3. METODE PENELITIAN

Lampiran A. Bagan Kerja Metode Winkler untuk Mengukur Kelarutan Oksigen (DO) 1 ml MnSO 4 1 ml KOH KI dikocok didiamkan

Lampiran 1. Perhitungan Jumlah Zooplankton yang ditemukan. Jumlah Individu/l St 1 St 2 St 3 St 4 St 5

BAB III METODE PENELITIAN. data sampel yaitu dengan pengamatan atau pengambilan sampel secara langsung,

METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian 3.2. Pelaksanaan Penelitian Penentuan stasiun

Bab V Hasil dan Pembahasan

Gambar 2. Peta lokasi pengamatan.

Lampiran 1. Peta Tititk Pemantauan DAS Citarum

BAB IV TINJAUAN AIR BAKU

ANALISIS BOD dan COD DI SUNGAI SROYO SEBAGAI DAMPAK INDUSTRI DI KECAMATAN JATEN

Lampiran 1. Bagan Kerja Metode Winkler untuk Mengukur Kelarutan Oksigen (DO) (Suin, 2002) Sampel Air. Sampel Dengan Endapan Putih/Coklat 1 ml H 2

Makalah Pendamping: Kimia Paralel A STATUS MUTU AIR LAUT DI PELABUHAN BENOA BALI PASCA PENGEMBANGAN KAWASAN PELABUHAN

BERITA DAERAH KOTA CILEGON TAHUN : 2003 NOMOR : 6 PERATURAN WALIKOTA CILEGON NOMOR 6 TAHUN 2005 T E N T A N G

Lampiran 1. Alat dan Satuan yang Dipergunakan dalam Pengukuran Faktor Fisik dan Kimia Perairan.

3. METODE PENELITIAN. Keterangan : Peta Lokasi Danau Lido. Danau Lido. Inset. 0 km 40 km 6 40' 42" ' 47" Gambar 2. Peta lokasi Danau Lido, Bogor

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

Transkripsi:

11 3. METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Waduk Cirata, Jawa Barat pada koordinat 107 o 14 15-107 o 22 03 LS dan 06 o 41 30-06 o 48 07 BT. Lokasi pengambilan sampel disajikan pada Gambar 3. Pengambilan sampel air dilaksanakan pada 14 Februari 2012 dan analisis kualitas air dilakukan di Laboratorium Pusat Penelitian Sumberdaya Alam dan Lingkungan, Universitas Padjajaran, Bandung. Gambar 3. Peta lokasi pengamatan dan pengambilan sampel di Waduk Cirata 3.2. Pengumpulan Data Penelitian ini merupakan bagian dari kegiatan monitoring kualitas air Waduk Cirata yang dilakukan oleh BPWC tahun 1989. Monitoring dilakukan setiap tiga bulan. Pada penelitian ini ditambahkan dua stasiun pengamatan baru yaitu Muara Sungai Cibalagung dan Cikundul.

12 3.2.1. Data primer Data primer didapat dengan menggunakan metode survei lapangan dan pengambilan contoh. Pengambilan contoh dilakukan bersama tim dari BPWC sebanyak 7 stasiun pengamatan. Data yang diambil meliputi parameter fisika, kimia, dan biologi air. Beberapa parameter kualitas fisika dan kimia diukur secara langsung (in situ) dan parameter yang lain dianalisis di Laboratorium Pusat Penelitian Sumberdaya Alam dan Lingkungan, Universitas Padjajaran, Bandung. 3.2.2. Data Sekunder Data sekunder diperoleh dari pengumpulan data parameter kualitas air fisika, kimia, dan biologi Waduk Cirata selama lima tahun terakhir mulai tahun 2007 periode 1 sampai tahun 2011 periode 4. Data tersebut merupakan hasil pemantauan yang dilakukan oleh Badan Pengelola Waduk Cirata (BPWC) setiap tiga bulan. Pemantauan kualitas air dilakukan empat kali dalam setahun. Periode pertama mewakili bulan Januari-Februari, periode kedua mewakili bulan April- Mei, periode ketiga mewakili bulan Juli-Agustus, dan periode keempat mewakili pada akhir tahun yaitu bulan Oktober-November. 3.3. Penentuan Stasiun Penentuan stasiun secara horizontal sebanyak tujuh titik pengamatan dengan tiga kedalaman di perairan waduk. Distribusi horizontal diamati pada inlet (muara sungai), tengah waduk (zona pemanfaatan KJA), dan outlet waduk (sebelum turbin PLTA). Penentuan posisi dari lokasi pengambilan contoh dilakukan dengan GPS (Global Positioning System) Receiver Garmin Vista C. Koordinat pengambilan contoh dapat dilihat pada Tabel 1. Pengamatan secara vertikal dilakukan pada tiga kedalaman, yaitu permukaan, kedalaman 5 meter, dan kedalaman dekat dasar. Hal ini dilakukan agar contoh dapat mewakili berbagai lapisan pada setiap kedalaman. Lapisan permukaan menggambarkan kondisi kualitas air pada lapisan eufotik atau lapisan yang masih mendapatkan banyak cahaya matahari. Secara fungsional, lapisan permukaan dimanfaatkan untuk berbagai aktivitas seperti KJA, wisata, dan

13 transportasi. Lapisan kedalaman 5 meter menggambarkan kondisi kualitas air pada lapisan batas kedalaman jaring KJA. Lapisan kedalaman dekat dasar diambil 2-3 meter di atas dasar menggambarkan kondisi kualitas air pada lapisan yang sudah tidak lagi mendapatkan cahaya. Tabel 1. Nama dan koordinat stasiun pengamatan Stasiun Nama lokasi Lintang Selatan Bujur Timur Kedalaman 1A Muara Citarum 107 o 17 46,5 06 o 47 13,7 30 m 1B Muara Cisokan 107 o 16 61,7 06 o 46 01,6 22 m 1C Muara Cibalagung 107 o 15 33,4 06 o 44 42,6 10 m 1D Muara Cikundul 107 o 14 73,7 06 o 44 23,2 3 m 2 Tengah Waduk Cirata 107 o 16 61,7 06 o 43 70,2 60 m 3 Batas zona Pemanfaatan 107 o 19 70,7 06 o 42 40,4 70 m 4 Outlet Waduk Cirata 107 o 20 72,7 06 o 41 50,1 65 m 3.4. Pengukuran kualitas air Pengukuran parameter kualitas air fisika, kimia, dan biologi dilakukan secara in situ (langsung di lapangan) dan ex situ (di laboratorium). Parameterparameter yang diukur secara in situ adalah DO, ph, CO 2, TDS, DHL, dan suhu. Alat yang digunakan di lapangan terdiri atas Van Dorn water sampler, thermometer, Secchi disc, conductivity meter, ph meter, botol Winkler, dan alat titrasi, sedangkan parameter yang lainnya diukur di laboratorium. Contoh air yang digunakan untuk pengukuran ex situ sebelumnya dilakukan penangan. Alat dan instrumen yang digunakan di laboratorium antara lain alat gelas, turbidimeter, BOD inkubator, single beam spectrophotometer, dan Atomic Absorption Spectrophotometer (AAS) Model Simadzu AA-6300. Pengukuran parameter kualitas air fisika, kimia, dan biologi mengikuti standar pengukuran kualitas air Standar Method For Examination Water and Wastewater (APHA 1989) dan SNI tahun 1990 pada Tabel 2. 3.5. Analisis Data Analisis data kualitas air Waduk Cirata dilakukan dua pendekatan yaitu analisis kualitas air berdasarkan perbandingan dengan baku mutu air secara deskriptif dan analisis menggunakan metode STORET (Canter 1997 dalam PPRI 2001). Berikut adalah parameter-parameter kualitas yang yang dianalisis berserta metode analisisnya.

14 Tabel 2. Parameter dan metode analisis kualitas air (APHA 1989) No Parameter Satuan Metoda Analisis Alat Keterangan FISIKA 1 Temperatur 0 C Pemuaian Termometer Primer 2 Total Disolve Solid mg/l Gravimetrik Timbangan Primer (TDS) analitik 3 Residu mg/l Gravimetrik Timbangan Sekunder Tersuspensi (TSS analitik 4 Kedalaman M Visual Tali ukur Primer 5 Kekeruhan NTU Refraksi cahaya Turbiditimeter Sekunder 6 Transparansi Cm Visual Secchi disk Primer 7 DHL mmhos/cm Potensiometrik Primer KIMIA 8 BOD mg/l Inkubasi Botol gelap Primer 9 COD mg/l Reflux kalium Peralatan gelas Primer dikromat 10 ph - Elektroda ph Meter Primer 11 DO mg/l Modifikasi Winkler DO meter Primer 12 Posfat (PO 4 ) mg/l Colorimetrik Spektrofotometer Primer SNI M 52 1990 03 13 Amonia (NH 3 -N) mg/l Nessler Spektrofotometer Primer 14 Nitrat (NO 3 ) mg/l Bruncine Spektrofotometer Primer 15 Nitrit (NO 2 ) mg/l Sulfanilamide Spektrofotometer Primer 16 Natrium (Na) mg/l Serapan atom AAS Sekunder 17 Kesadahan mg/l Kompleksometrik Peralatan gelas Sekunder EDTA 18 CO 2 Bebas mg/l Tritasi asam basa Peralatan gelas Primer 19 Sulfida (H 2 S) mg/l Iodometri Peralatan gelas Primer 20 Cl Bebas mg/l Titrimetrik Peralatan gelas Sekunder 21 Arsen (As) mg/l serapan atom AAS Sekunder 22 Besi (Fe) mg/l serapan atom AAS Primer 23 Selenium (Se) mg/l serapan atom AAS Sekunder 24 Kadmium (Cd) mg/l serapan atom AAS Primer 25 Krom (VI) mg/l serapan atom AAS Sekunder 26 Tembaga (Cu) mg/l serapan atom AAS Primer 27 Timbal (Pb) ppb serapan atom AAS Primer 28 Nikel (Ni) mg/l serapan atom AAS Sekunder 39 Merkuri (Hg) mg/l serapan atom AAS Sekunder 30 Minyak dan Lemak mg/l Gravimetrik Timbangan analitik Sekunder SNI M 68 1990 03 31 Seng (Zn) mg/l serapan atom AAS Primer 32 Mangan (Mn) mg/l serapan atom AAS Sekunder BIOLOGI 33 Fecal Coliform Jum/100 ml MPN Peralatan gelas Sekunder 34 Total Coliform Jum/100 ml MPN Peralatan gelas Sekunder

15 3.5.1. Analisis deskriptif kualitas air Pendekatan ini bertujuan untuk mengetahui tingkat pencemaran Waduk Cirata dengan membandingkan nilai konsentrasi hasil pengamatan dengan baku mutu air menurut Perda Prov. Jawa Barat No.39 Tahun 2000 Golongan C (untuk keperluan perikanan) dan Golongan D (untuk keperluan PLTA) dan baku mutu air menurut Peraturan Pemerintah RI No.82 Tahun 2001 Kelas III (untuk keperluan perikanan) dan Kelas IV (untuk keperluan PLTA). Adapun tahapan analisis data sebagai berikut. a) Menghitung niai maksimum, minimum, dan rata-rata dari masing-masing parameter pada setiap stasiun dan setiap tahun pengamatan selama periode tahun 2007-2011 ditambah dengan hasil pengamatan langsung pada bulan Februari 2012. b) Menyajikan data dalam bentuk grafik yang berhubungan antara periode pada tahun pengamatan atau stasiun lokasi pengamatan dengan nilai pencemaran, dibandingkan terhadap baku mutu air menurut Perda Prov. Jawa Barat No.39 Tahun 2000 Golongan C dan Golongan D dan baku mutu air menurut Peraturan Pemerintah RI No.82 Tahun 2001 Kelas III dan Kelas IV. 3.5.2. Indeks STORET Indeks STORET merupakan salah satu metode untuk menentukan status mutu air. Indeks STORET dihitung dengan mengikutsertakan data analisis semua parameter kualitas air yang diperoleh dan dibandingkan dengan baku mutu air menurut Perda Prov. Jawa Barat No.39 Tahun 2000 Golongan C (untuk keperluan perikanan) dan Golongan D (untuk keperluan PLTA) dan baku mutu air menurut Peraturan Pemerintah RI No.82 Tahun 2001 Kelas III (untuk keperluan perikanan) dan Kelas IV (untuk keperluan PLTA). Perhitungan indeks STORET dilakukan untuk mengetahui kualitas perairan setiap titik lokasi pengamatan sehingga akan didapatkan gambaran yang lebih komprehensif mengenai kualitas perairan tersebut. Penilaian indeks ini terdiri dari tiga kategori paramater kualitas air yang nantinya dijumlahkan, yaitu parameter kualitas air fisika, kimia, dan biologi. Penilaian setiap parameter dibedakan berdasarkan jumlah sampel, yaitu sampel di bawah, sama dengan, atau di atas 10 kali pengambilan. Setiap parameter yang

16 diukur dirata-ratakan dan didapatkan juga angka maksimum dan minimumnya. Ketiga nilai tersebut kemudian dibandingkan nilai baku mutu untuk kemudian diberi skor. Menurut Kepmen LH No.115 Tahun 2003 langkah-langkah perhitungan indeks STORET adalah sebagai berikut: 1. Sajikan tabel analisis kualitas air yang memuat semua nilai-nilai hasil pengukuran parameter fisika, kimia, dan biologi perairan. Kemudian cantumkan nilai minimum, maksimum, dan rata-rata dari hasil pengukuran masing-masing parameter pada tabel tersebut. 2. Pada tabel yang sama, dicantumkan pula nilai baku mutu untuk masingmasing parameter sesuai peruntukannya. Baku mutu air adalah ukuran batas atau kadar makhluk hidup, zat, energi, atau komponen yang ada atau harus ada dan atau unsur pencemar yang ditenggang keberadaannya di dalam air. 3. Bandingkan nilai minimum, maksimum, dan rata-rata hasil pengukuran dari masing-masing parameter terhadap nilai baku mutu yang telah ditetapkan. 4. Berikan skor terhadap masing-masing parameter di atas dengan ketentuan sebagai berikut: a. Skor nol (0), jika nilai-nilai parameter hasil pengukuran telah memenuhi atau berada di bawah ( ) nilai baku mutu yang telah ditetapkan. b. Skor (-1 s/d -9), jika nilai (minimal, maksimal, atau rata-rata parameter) hasil pengukuran telah melewati ( ) nilai baku mutu yang telah ditetapkan dan jumlah contoh air yang dianalisis kurang dari (<) 10. c. Skor (-2 s/d -18), jika nilai (minimal, maksimal, atau rata-rata r) hasil pengukuran telah melewati ( ) nilai baku mutu yang telah ditetapkan dan jumlah contoh air yang dianalisis lebih sama dengan dari ( ) 10. Tabel 3. Penentuan sistem nilai untuk menentukan status mutu air berdasarkan metode STORET Jumlah contoh Air < 10 10 Nilai Parameter Kelompok Parameter Fisika Kimia Biologi Maksimum -1-2 -3 Minimum -1-2 -3 Rata-rata -3-6 -9 Maksimum -2-4 -6 Minimum -2-4 -6 Rata-rata -6-12 -18 Sumber : Canter 1977 dalam Kepmen LH No.115 Tahun 2003

17 5. Setelah masing-masing parameter memiliki nilai skor, lalu menjumlahkan nilai-nilai dari seluruh parameter (fisika, kimia, dan biologi) dan membandingkan jumlah tersebut terhadap klasifikasi mutu air berdasarkan US-EPA sebagai berikut: a. total skor = 0 (kualitas air tergolong sangat baik) b. total skor -1 s/d -10 (kualitas air tergolong baik) c. total skor -11 s/d -21 (kualitas air tergolong sedang) d. total skor -31 (kualitas air tergolong buruk) Nilai indeks STORET yang mendekati nol menggambarkan semakin baik kualitas air yang diamati. Perincian sistem pemberian nilai bagi setiap nilai minimum, maksimum, dan rata-rata masing-masing parameter fisika, kimia, dan biologi bedasarkan jumlah contoh yang digunakan ditampilkan dalam Tabel 4. Indeks STORET memiliki kelebihan dan kekurangan dibandingkan dengan indeks kualitas air lainnya. Menurut Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No.115 Tahun 2003, kelebihan indeks STORET adalah dapat menggabungkan banyak data parameter kualitas air sehingga gambaran mengenai kualitas air akan lebih komprehensif dan tidak terpaku pada parameter-parameter tertentu. Kekurangan yang dimiliki adalah tidak adanya jumlah parameter tetap yang harus digunakan. Semakin banyak parameter kualitas air yang digunakan dalam perhitungan indeks STORET, maka akan semakin tepat gambaran kualitas air yang didapat. Contoh perhitungan indeks STORET dapat dilihat pada Lampiran 2.