Jom FTEKNIK Volume 4 No. 1 Februari

dokumen-dokumen yang mirip
Seminar Nasional ke-2: Sains, Rekayasa & Teknologi UPH Rabu - Kamis, Mei 2017, Gedung D, Kampus UPH Karawaci, Tangerang

Tata cara analisis dan evaluasi data uji pemompaan dengan metode Papadopulos Cooper

PENENTUAN POTENSI AIR TANAH DENGAN METODE PUMPING TEST

PENENTUAN NILAI KONDUKTIVITAS HIDROLIK, KOEFISIEN STORAGE DAN EFISIENSI SUMUR DENGAN UJI PEMOMPAAN DI FATETA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

PERHITUNGAN NILAI KONDUKTIVITAS HIDROLIK AKUIFER MELALUI UJI PEMOMPAAN DENGAN METODE THIEM DI LEUWIKOPO, DRAMAGA, BOGOR MUHAMMAD MAULDY BHAGYA

Studi Analisis Airtanah Pada Confined Aquifer, Unconfined Aquifer dan Half-Confined Aquifer

BAB II DASAR TEORI DAN METODOLOGI PENELITIAN

JURNAL TUGAS AKHIR STUDI EKSPERIMENTAL DEBIT ALIRAN AIR TANAH PADA KONDISI AKUIFER BEBAS DAN AKUIFER TERTEKAN

APLIKASI SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (SIG) UNTUK PEMETAAN POLA ALIRAN AIR TANAH DI KAWASAN SUKAJADI PEKANBARU

PERHITUNGAN KONDUKTIVITAS HIDROLIK MELALUI UJI PEMOMPAAN DENGAN METODE NEUMAN DI LEUWIKOPO, DRAMAGA, BOGOR ARDILA AYU APRINA

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... iii DAFTAR TABEL... vi DAFTAR GAMBAR... viii DAFTAR LAMPIRAN... x

PENELITIAN AIRTANAH UNTUK PENGEMBANGAN DAERAH IRIGASI DI NAINGGOLAN PULAU SAMOSIR TESIS. Oleh HOBBY PARHUSIP NIM :

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENENTUAN NILAI KARAKTERISTIK AKUIFER SUMUR AIR TANAH METODE COOPER-JACOB DI LEUWIKOPO, DARMAGA. Oleh : LUQMAN SJARlF F

Cara uji sifat hidraulik akuifer terkekang dan bebas dengan metode Jacob

Gambar 3 Hidrostratigrafi cekungan airbumi Jakarta (Fachri M, Lambok MH dan Agus MR 2002)

Metode Pumping Test sebagai Kontrol Untuk Pengambilan Airtanah Secara Berlebihan

KARAKTERISTIK AIR TANAH DI KECAMATAN TAMANSARI KOTA TASIKMALAYA

PENYELIDIKAN HIDROGEOLOGI CEKUNGAN AIRTANAH BALIKPAPAN, KALIMANTAN TIMUR

Pascalia Vinca Alvando 1* Achmad Darul 2 Dasapta Erwin Irawan 3 1. Mahasiswi Sarjana Institut Teknologi dan Sains Bandung 2

PENINGKATAN EFEKTIVITAS TAMPUNGAN EMBUNG MELALUI PERBAIKAN BENTUK DAN DIMENSI

BAB III LANDASAN TEORI

Kampus Bina Widya J. HR Soebrantas KM 12,5 Pekanbaru, Kode Pos Abstract

Tata cara analisis data pengujian surutan bertahap pada sumur uji atau sumur produksi dengan metode Hantush-Bierschenk

RSNI3 2527:2012 SNI. Standar Nasional Indonesia. Cara uji sifat hidraulik akuifer terkekang dan bebas dengan metode Jacob

BAB I PENDAHULUAN. air bersih semakin meningkat dan sumber-sumber air konvensional yang berupa

KERANGKA ACUAN KERJA ( TERM OF REFERENCE TOR )

1. Alur Siklus Geohidrologi. dari struktur bahasa Inggris, maka tulisan hydrogeology dapat diurai menjadi

PREDIKSI KEDALAMAN AKUIFER BEBAS RATA-RATA STUDI KASUS KECAMATAN RUMBAI KOTA PEKANBARU. Juandi M., Rofeah,Defrianto

STUDI KETERSEDIAAN AIRTANAH GUNA MENENTUKAN POLA PEMBERIAN AIR UNTUK KEBUTUHAN IRIGASI DI KECAMATAN MOJOSARI KABUPATEN MOJOKERTO

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

UJI SUMUR TUNGGAL DENGAN PEMOMPAAN BERTINGKAT ( STEP DRAWDOWN TEST ) UNTUK IRIGASI AIR TANAH DI SUMUR DALAM PROBOLINGGO (SDPB) 195, DESA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

DAFTAR ISI. BAB III TEORI DASAR Lereng repository.unisba.ac.id. Halaman

PENENTUAN BESARNYA LAJU INFILTRASI AIR OLEH TANAH DENGAN METODE SINGLE RING INFILTROMETER. ABSTRACT

Penentuan Zonasi Kawasan Imbuhan Cekungan Air Tanah (CAT) Subang yang ada di Wilayah Kabupaten Subang Provinsi Jawa Barat

BAB I PENDAHULUAN. masuk ke dalam tanah, sebagian menjadi aliran permukaan,

POTENSI AIR TANAH DI PULAU MADURA

Kondisi dan Potensi Dampak Pemanfaatan Air Tanah di Kabupaten Sumenep ABSTRAK

I. PENGUKURAN INFILTRASI

STUDI NERACA AIR DI KAWASAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA JURNAL ILMIAH. Diajukan untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana Teknik (S.T.

BAB III KONDISI EKSISTING DKI JAKARTA

Analisis Potensi Air A I R

TINJAUAN PENURUNAN MUKA TANAH AKIBAT PEMANFAATAN UNTUK IRIGASI DI DAERAH JOGONALAN-KLATEN JAWA TENGAH

Cadangan Airtanah Berdasarkan Geometri dan Konfigurasi Sistem Akuifer Cekungan Airtanah Yogyakarta-Sleman, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta

Karakteristik Fluktuasi Muka Airtanah Pada Akuifer Dangkal Di Kelurahan Cibabat, Kecamatan Cimahi Utara

PREDIKSI PENURUNAN MUKA AIR TANAH AKIBAT PEMOMPAAN DI DAERAH JOGONALAN KLATEN JAWA TENGAH

Unjuk Kerja Resapan Air Hujan

PENELITIAN HYDROGEOLOGI TAMBANG UNTUK RENCANA DRAINASE TAMBANG BATUBARA BAWAH

ANALISIS KEBERADAAN DAN KETERSEDIAAN AIR TANAH BERDASARKAN PETA HIDROGEOLOGI DAN CEKUNGAN AIR TANAH DI KOTA MAGELANG

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Rumusan Masalah

ANALISA POTENSI SUMUR INJEKSI SECARA GRAVITASI DI WILAYAH PERUMAHAN

Sub Kompetensi. Pengenalan dan pemahaman pengembangan sumberdaya air tanah terkait dalam perencanaan dalam teknik sipil.

KAJIAN KAPASITAS SERAP BIOPORI DENGAN VARIASI KEDALAMAN DAN PERILAKU RESAPANNYA

IDENTIFIKASI AIR TANAH DAN PEMANFAATANYA UNTUK PERTANIAN. Hendri Sosiawan. Identifikasi Air Tanah dan Pemanfaatannya untuk Pertanian

TINJAUAN SISI OPERASI WADUK DALAM MENUNJANG INTENSITAS TANAM

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KEMAMPUAN SUMUR RESAPAN SELAMA EMPAT PULUH HARI PADA AWAL MUSIM HUJAN WILAYAH STUDI: KELURAHAN MALEBER KOTA BANDUNG

MENENTUKAN AKUIFER LAPISAN AIR TANAH DENGAN METODE GEOLISTRIK KONFIGURASI SCHLUMBERGER DI PERUMAHAN GRIYO PUSPITO DAN BUMI TAMPAN LESTARI

ZONASI POTENSI AIRTANAH KOTA SURAKARTA, JAWA TENGAH

DAFTAR ISI. Halaman Judul... Halaman Persetujuan... Kata Pengantar... Daftar Isi... Daftar Tabel... Daftar Gambar... Daftar Peta... Daftar Lampiran...

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

ANALISIS DEBIT ANDALAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

PENENTUAN KARAKTERISTIK AKIFER DAN POTENSI AIR BUMI DI JAKARTA MARIA WRIGHTIA RELIGIOSA

Kondisi dan Potensi Dampak Pemanfaatan Air Tanah di Kabupaten Bangkalan ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. masuk ke dalam tanah, sebagian menjadi aliran permukaan, yang sebagian besar

DRAINASE PERKOTAAN BAB I PENDAHULUAN. Sub Kompetensi

Pasal 6 Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

Karakteristik Fluktuasi Muka Air Tanah Pada Akuifer Tidak Tertekan Di Kelurahan Cibabat, Kecamatan Cimahi Utara, Kota Cimahi

DAFTAR ISI. Kata Pengantar... i. Daftar Isi... ii. Daftar Tabel... vii. Daftar Gambar... ix. Daftar Lampiran... xiv. Intisari... xv. Abstract...

TATA CARA PEMANFAATAN AIR HUJAN

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

ANALISA KUANTITAS DAN KUALITAS AIRTANAH DI KECAMATAN KUBU KABUPATEN KARANGASEM PROVINSI BALI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Prosiding Teknik Pertambangan ISSN:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PROYEKSI KETERSEDIAAN DAN KEBUTUHAN AIR INDUSTRI DI KABUPATEN TANGERANG

BAB II LANDASAN TEORI

PENENTUAN KEDALAMAN AKUIFER BEBAS DENGAN MENGGUNAKAN METODE GEOLISTRIK KONFIGURASI SCHLUMBERGER

BAB I PENDAHULUAN. ini. Terdapat kira-kira sejumlah 1,3-1,4 milyard Km 3 air dengan persentase 97,5%

VARIASI TEMPORAL KANDUNGAN HCO - 3 TERLARUT PADA MATAAIR SENDANG BIRU DAN MATAAIR BEJI DI KECAMATAN SUMBERMANJING WETAN DAN KECAMATAN GEDANGAN

STUDI KAPASITAS DEBIT AIR TANAH PADA AKUIFER TERTEKAN DI KOTA MALANG

BAB I PENDAHULUAN. ini, ketidakseimbangan antara kondisi ketersediaan air di alam dengan kebutuhan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Air merupakan sumberdaya alam yang terbarukan dan memiliki peranan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pengembangan perumahan di perkotaan yang demikian pesatnya,

BAB 4 PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR TANAH KASUS WILAYAH JABODETABEK

Jurnal APLIKASI ISSN X

Diterima ; Diterima dengan revisi ; Disetujui

APLIKASI METODE GEOLISTRIK KONFIGURASI WENNER UNTUK MENDAPATKAN SUMBER AIR YANG BERKUALITAS DI DENPASAR BARAT SKRIPSI BIDANG MINAT KEBUMIAN

STUDI POTENSI AIRTANAH BEBAS DI DAERAH KEBUMEN JAWA TENGAH

ANALISIS KETERSEDIAAN AIR PULAU-PULAU KECIL DI DAERAH CAT DAN NON-CAT DENGAN CARA PERHITUNGAN METODE MOCK YANG DIMODIFIKASI.

Universitas Gadjah Mada

BAB III HIDROGEOLOGI

BAB I PENDAHULUAN. Muka bumi yang luasnya ± juta Km 2 ditutupi oleh daratan seluas

POTENSI AIR TANAH DANGKAL DAERAH KECAMATAN NGEMPLAK DAN SEKITARNYA, KABUPATEN SLEMAN, D.I. YOGYAKARTA

PENENTUAN PARAMETER MODEL NRECA UNTUK PULAU NATUNA

STUDI POTENSI AIRTANAH UNTUK IRIGASI PADA LAHAN KERING ( Kasus Lahan Kering DAS Bedadung, Jember )

Cyclus hydrogeology

Transkripsi:

ANALISIS KARAKTERISTIK HIDRAULIS AIR TANAH GAMBUT BERDASARKAN UJI PEMOMPAAN (PUMPING TEST) Vito Charly 1), Bambang Sujatmoko 2), Ari Sandhyavitri 2) 1) Mahasiswa Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Riau 2) Dosen Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Riau Kampus Bina Widya Jl. HR Soebrantas KM 12,5 Pekanbaru, Kode Pos 28293 Email : vito.charly@student.unri.ac.id ABSTRACT Pumping test was conducted to determine the characteristics of an aquifer transmissivity and storativity values. Pumping test can measure the amount of water from an aquifer so that the potential of groundwater can be determined from any research areas. Pumping test carried out in two stages, first is the production well pumping test to observe the drawdown caused by the pumping process and second is recovery test were performed to observe the recharge process of pumped production wells. This research located in Rantau Baru village s groundwater wells. Analytical method used is Cooper Jacob method (straight-line method) so that the obtained transmissivity (T) value is 1822,639 m 2 /day and storativity (S) value is 9,978 10-5. Based on these acquired two parameters, the availability potential of groundwater at this research location is 467,8 m 3 /day. By identification of groundwater discharge, the utilization of groundwater at the research location can be controlled in order to avoid any ground water depletion. Keyword : Pumping test, drawdown, aquifer, Cooper Jacob A. PENDAHULUAN Lahan gambut merupakan sejenis tanah yang terbentuk dari akumulasi sisa sisa tumbuhan yang telah mati (serasah) yang mengalami pembusukan secara alami sehingga lahan tersebut kaya akan bahan organik dan memiliki kandungan air yang sangat tinggi. Peran lahan gambut sangatlah penting dalam mengatur aliran dan menyimpan air. Eksploitasi yang berlebihan dan tidak berwawasan lingkungan terhadap lahan gambut dapat menyebabkan lahan gambut menjadi kering. Hal inilah yang menyebabkan penurunan permukaan lahan (subsidence) serta mengalami proses kering tidak balik (irreversible drying) sehingga menyebabkan lahan gambut menjadi kering dan pada saat musim kemarau lahan gambut tersebut berpotensi terbakar. Pemadaman lahan gambut yang terbakar dapat dilakukan dengan memanfaatkan air tanah yang berada pada lahan gambut sebagai sumber air utama pada proses pemadaman lahan gambut yang terbakar. Untuk memanfaatkan air tanah sebagai Jom FTEKNIK Volume 4 No. 1 Februari 2017 1

sumber air utama pada proses pemadaman lahan gambut diperlukan melakukan kajian mengenai potensi ketersediaan air tanah yang ada dilokasi penelitian. Adapun metode penelitian yang akan digunakan yaitu melalui uji pemompaan (pumping test). Data uji pemompaan ini berguna untuk mengetahui kualitas akuifer baik berupa nilai transmisivitas (T) dan koefisien kapasitas penyimpanan air tanah/ storativitas (S), sehingga dari kedua parameter ini dapat diketahui potensi ketersediaan air tanah yang terdapat di lokasi penelitian. Oleh karena itu dapat diketahui debit yang tersedia dari air tanah tersebut sehingga pemanfaatannya dapat dimanfaatkan secara optimal sebagai sumber air utama pada proses pemadaman lahan gambut yang terbakar. B. TINJAUAN PUSTAKA B.1 Deskripsi Air Tanah Air tanah adalah air yang bergerak di dalam tanah yang terdapat di dalam ruang ruang antar butirbutir tanah dan dalam retak-retak batuan yang juga disebut sebagai air celah atau fissure water (Mori dkk, 1999 di dalam (Susiloputri & Farida, 2011). Keberadaan air tanah sangat tergantung dari besarnya curah hujan dan besarnya air yang meresap ke dalam tanah. Faktor lain yang mempengaruhi adalah kondisi litologi (batuan) dan geologi setempat. Keberadaan air tanah juga dipengaruhi oleh perubahan lahalahan terbuka menjadi pemukiman dan industri, serta penebangan hutan tanpa kontrol. Hal tersebut akan mempengaruhi infiltrasi bila terjadi pada daerah resapan (recharge area). Air tanah terdapat pada akuifer tanah, secara alami pengeluaran air tanah terjadi melalui evaporasi dan ranspirasi, namun pengeluarannya dapat ditingkatkan melalui pemompaan dan drainase. Beberapa faktor yang berpengaruh terhadap gerakan air bawah permukaan tanah antara lain : (Usman dkk, 2006 di dalam (Susiloputri & Farida, 2011). 1. Perbedaan kondisi energi didalam air tanah itu sendiri 2. Kelulusan lapisan pembawa air 3. Keterusan (Transmisibility) 4. Kekentalan air tanah (viscosity) B.2 Lapisan Akuifer Sebagai lapisan kulit bumi, maka akuifer membentang sangat luas menjadi semacam reservoir bawah tanah. Pengisian akuifer ini dilakukan oleh resapan air hujan kedalam tanah. Sesuai dengan sifat dan lokasinya dalam siklus hidrologi, maka lapisan akuifer mempunyai fungsi ganda sebagai media penampung (storage fungtion) dan media aliran (conduit fungtion). a. Akuifer Tertekan (confined aquifer) Merupakan lapisan rembesan air yang mengandung kandungan air tanah yang bertekanan lebih besar dari tekanan udara bebas/ tekanan atmosfir, karena bagian bawah dan atas dari akuifer ini tersusun dari lapisan kedap air (biasanya tanah liat). Jom FTEKNIK Volume 4 No. 1 Februari 2017 2

Gambar 1. Confined aquifer dan Unconfined aquifer (Todd, 1959 dalam (Susiloputri & Farida, 2011) b. Akuifer Bebas/ Tak Tertekan (unconfined aquifer) Merupakan lapisan rembesan air yang mempunyai lapisan dasar kedap air, tetapi bagian atas muka air tanah lapisan ini tidak kedap air, sehingga kandungan air tanah yang bertekanan sama dengan tekanan udara bebas/ tekanan atmosfir. B.3 Uji Pemompaan (Pumping Test) Uji pemompaan (pumping test) disebut juga dengan uji akuifer. Maksud uji akuifer ini adalah untuk mengetahui ketetapan akuifer seperti transmisivitas (transmisivity) dan koefisien penampungan (storage coefficient). Jadi uji akuifer ini sangat penting untuk perencanaan sumur dan pengontrolannya. Untuk menghitung parameter-parameter seperti transmisivitas dan storativitas dapat menggunakan metode Cooper Jacob atau disebut juga metode garis lurus yang dipengaruhi oleh konsep waktu yang dilakukan secara grafis. Tahapan-tahapan pengujian akuifer atau sering disebut dengan tahap pumping, yaitu : 1. Pemompaan Menerus Uji pemompaan menerus dilakukan secara terus-menerus dengan debit tetap selama 45 menit, pengujian ini dilakukan untuk pengamatan penurunan muka air tanah dan apabila didapatkan penurunan muka air yang drastis serta mempengaruhi sumur sumur lain yang ada maka dilakukan uji pemompaan dengan penurunan debit (Dinas Pengelolaan dan Pendayagunaan Air Tanah, 2008 di dalam (Susiloputri & Farida, 2011). 2. Uji Kambuh (Recovery Test) Uji kambuh dilakukan setelah uji menerus selesai dilakukan, pada tahap uji kambuh pompa dimatikan dan diamati kenaikan air tanah (recharge) setelah pemompaan diberhentikan. Pada tahapan ini dapat dilihat apakah terjadi pengisian air tanah kembali atau tidak (Dinas Pengelolaan dan Pendayagunaan Air Tanah, 2008 di dalam (Susiloputri & Farida, 2011). B.4 Karakteristik Sumur Untuk mengetahui besarnya debit pompa yang dihasilkan oleh suatu sumur dilakukan dengan cara uji pemompaan/ uji akuifer. Pemompaan dilakukan dengan memompa air tanah dari sumur uji dengan debit konstan. Pada pengujian ini dapat diketahui parameter akuifer, berupa koefisien transmisivitas (T) dan koefisien penampungan (storage coefficient) (S). Jom FTEKNIK Volume 4 No. 1 Februari 2017 3

Gambar 2. Sumur yang memompa dari akuifer tertekan (Susiloputri & Farida, 2011) Menurut Jacob (Susiloputri & Farida, 2011), jika hubungan antara jangka waktu (t) sejak pemompaan dimulai dan penurunan permukaan air (s) dalam sumur uji/ pengamatan kirakira merupakan garis lurus, maka berlaku : Dimana : T= 2,3 Q 4 π s S= 2,25 T t 0 r 2 T = Koefisien (m 2 /hari) Transmisivitas S = Koefisien Penampungan Q = Besarnya debit pemompaan (m 3 /hari) Δs = Selisih s dalam satu siklus logaritmis dalam t to = Waktu untuk s = 0 (hari) r = Jarak antara sumur pemompaan dan sumur uji/ pengamatan (m) Apabila perhitungan berdasarkan dengan pemulihan permukaan air, jika besar pemompaan yang tetap Q, waktu sejak dimulainya pemompaan t, waktu setelah pemompaan dihentikan t, selisih antara permukaan asli air dan pemulihan permukaan air s dan jika hubungan antara s dan log (t/t ) dibuat mendekati garis lurus yang melalui titik asal, maka dapat ditetapkan rumus sebagai berikut : T= 0,183 Q s log t t' Dalam siklus logaritmis, log (t/t ) = 1 dan selisih permukaan air Δs, maka : T= 0,183 Q s Air dapat dipompa berturutturut dari sumur artinya kondisi besarnya pemompaan yang tetap dapat diperoleh pada permukaan air yang tetap. Jadi air yang keluar dari sumur pertama-tama diperkirakan terjadi pada penurunan permukaan air dan umumnya air yang keluar sama dengan besarnya pemompaan. Penurunan muka air tanah pada sumur tunggal berbeda dengan penurunan muka air pada sumur yang banyak. Pada sumur yang banyak penurunan tersebut akan saling mempengaruhi, hal ini tergantung dari jarak antar sumur. Gambar 3. Pengaruh Interfensi Antara Sumur-Sumur (Linsley dkk, 1986 dalam (Susiloputri & Farida, 2011) Jom FTEKNIK Volume 4 No. 1 Februari 2017 4

B.5 Metode Cooper Jacob Metode ini merupakan salah satu metode yang digunakan untuk mengetahui nilai transmisivitas dan koefisien storativitas suatu sumur air tanah pada aliran tak steady (unsteady- state flow). Metode Cooper Jacob biasa disebut juga dengan metode garis lurus. Metode ini dapat digunakan dengan asumsi, yaitu akuifer yang diuji merupakan akuifer tertekan, akuifer homogen dan isotropik, akuifer yang dipompa dengan debit konstan, aliran pada sumur berupa aliran tak steady, nilai u kecil (u < 0,01) dimana u = r 2 S/4Tt (Kreseman and De Ridder, 1991 di dalam (Sjarif, 2003). Menurut Sosrodarsono dan Takeda (1983) didalam (Sjarif, 2003) bahwa rumus Cooper Jacob dapat diterapkan jika antara jangka waktu t sejak pemompaan dimulai dan penurunan muka air dalam sumur pengamatan lebih kurang merupakan garis lurus. Metode ini didasarkan pada hubungan antara penurunan muka air tanah terhadap waktu yang cenderung linier. Dari hubungan ini diperoleh perubahan penurunan muka air tanah yang terjadi sehingga nilai transmisivitas dan storativitas dapat dihitung. C. METODOLOGI PENELITIAN C.1 Lokasi Lokasi penelitian karakteristik hidraulis air tanah pada lahan gambut ini terletak di Desa Rantau Baru Kecamatan Pangkalan Kerinci, Kabupaten Pelalawan, Provinsi Riau. Adapun lokasi penelitian dapat ditunjukkan pada gambar di bawah ini. Gambar 4. Desa Rantau Baru Sumber : Google Maps, 2016 C.2 Alat dan Bahan Lokasi Penelitian 1) Sumur Pantau Sumur pantau adalah sumur yang diukur fluktuasi muka air tanahnya ketika sumur produksi dipompa. Pada penelitian ini jarak sumur pantau ke sumur produksi sebesar 10 m, 20 m, dan 30 m. 2) Sumur Produksi Sumur produksi adalah sumur yang akan dipompa, dimana sebelum pemompaan dilakukan pengukuran tinggi muka air tanahnya. Pengukuran ini bertujuan untuk mengetahui apakah pemompaan pada sumur produksi berpengaruh terhadap tinggi muka air tanah pada sumur disekitarnya. 3) Pompa Pompa yang digunakan pada saat proses pemompaan (pumping test) di sumur produksi yaitu pompa Honda WB 30 XN dengan kapasitas pompa yang digunakan yaitu sebesar 1100 liter/menit. 4) Water Level Meter Water Level Meter digunakan untuk mengukur elevasi muka air tanah pada sumur pantau dan sumur produksi, baik pada saat Jom FTEKNIK Volume 4 No. 1 Februari 2017 5

pemompaan berlangsung dan sebelum pemompaan dilakukan. 5) Pita Ukur (meteran) Pita ukur digunakan untuk mengukur kedalaman muka air atau sumur secara manual. Pita ukur juga digunakan untuk mengukur jarak antar sumur produksi dengan sumur pengamatan. 6) Stopwatch Stopwatch digunakan untuk menghitung waktu dari penurunan muka air tanah pada saat pemompaan berlangsung ataupun pada saat pemompaan dihentikan (recovery test). 7) Wadah Penampungan Wadah penampungan digunakan untuk menghitung ataupun mengetahui debit pemompaan yang sedang berlangsung. C.3 Teknik Pengukuran Tahap tahap yang dilakukan pada proses uji pemompaan (pumping test) adalah sebagai berikut : a. Mentukan sumur pantau yang akan diukur tinggi muka airnya ketika sumur produksi dilakukan pemompaan. b. Mencatat lokasi ataupun jarak dari sumur pantau ke sumur produksi. c. Mengukur tinggi muka air tanah masing-masing sumur pantau sebelum pemompaan dilakukan. d. Siapkan pita ukur yang telah diberi pemberat untuk mengukur tinggi muka air tanah pada sumur pantau ketika pemompaan berlangsung. e. Melakukan pengukuran debit pemompaan setelah pompa dinyalakan. f. Mencatat tinggi muka air tanah pada sumur pantau pada waktu yang telah ditentukan ketika dilakukan pemompaan pada sumur produksi. g. Matikan pompa setelah waktu pemompaan yang ditentukan selesai. h. Mencatat kembali kenaikan muka air tanah (recharge) pada sumur pantau ketika pompa dimatikan. i. Menganalisis data yang telah didapatkan dari pengujian. C.4 Diagram Alir Gambar 5. Diagram Alir Penelitian D. HASIL DAN PEMBAHASAN Uji pemompaan terdiri dari dua tahapan, yaitu uji pemompaan menerus (continuous test) dan uji kambuh (recovery test). Pemompaan dilakukan sebanyak dua kali pemompaan pada sumur yang berbeda. Pemompaan pertama dilakukan dengan debit sebesar 2,764 lt/dt (9,951 m 3 /jam atau 238,827 m 3 /hari), pemompaan kedua Jom FTEKNIK Volume 4 No. 1 Februari 2017 6

ELV 9,03 dilakukan dengan debit sebesar 1,829 lt/dt (6,585 m 3 /jam atau 158,036 m 3 /hari) selama 45 menit,, hal ini dikarenakan pada menit ke-45 drawdown telah mencapai keadaan steady sehingga pemompaan dihentikan. Gambar 6. Sketsa Pemompaan Tabel 1. Rekapitulasi Hasil Uji Pemompaan Tahap 1 Tahap 2 ELV 10,00 Q Sumur Pantau h1 = 0,97 m h2 = 1,04 m h3 = 1,06 m h4 =1,05 m r (m) r1 =10 m ELV 10,07 ELV 10,09 ELV 10,08 r2 = 20 m r3 = 30 m 1 2 3 4 L a p i s a n K e d a p A i r Transmisivitas (T)) (m 2 /hari) Storativitas (S) Uji Menerus Uji Kambuh Uji Menerus Uji Kambuh 2 10 1822,257 930,514 9,978 10-5 - 3 20 2618,813 7,589 10-4 - 4 30 3338,487 0,0012-3 10 695,668 5,55 10-4 - 2 20 1315,445 0,0011-1 30 6029,124 0,0347 - Permukaan Tanah Muka Air Tanah Awal Berdasarkan Tabel 1 diperoleh nilai Transmisivitas sebesar 1822,257 m 2 /hari dan nilai Storativitas (S) sebesar 9,978 10-5 dan pada saat uji kambuh (recovery test) diperoleh nilai Transmisivitas (T) sebesar 930,514 m 2 /hari. Nilai Transmisivitas dari uji pemompaan dan uji kambuh ini akan digunakan untuk menentukan potensi ketersediaan air tanah di lokasi penelitian dengan cara melakukan trial and error nilai Q. Potensi ketersediaan air tanah pada lokasi penelitian dapat ditentukan dengan cara melakukan trial and error nilai Q, agar diperoleh nilai Transmisivitas (T) pada saat pemompaan sama dengan Transmisivitas (T) pada saat uji kambuh (recovery test). Residual Drawdown, s' (m) Gambar 7. Grafik Uji Pemompaan Dari grafik didapat persamaan garis data : s=0,047 log t/t'+0,0031 Pada saat s = 0, t = to sehingga : 0=0,047 log (t/t') 0 +0,0031 Jadi, 0,06 0,05 0,04 0,03 0,02 0,01 log(t/t') 0 = -0,0031 0,047 =-0,067 Sehingga t o =10-0,067 t o =1,1667 menit = 0,00081 hari s = 0,047 m Uji Kambuh Q = 467,8 m 3 /hari T= 2,3 Q 4 π s = 2,3 238,827 4 3,14 0,047 = 1822,257 m 2 /hari y = 0,047x - 0,0031 0 0,000 0,400 0,800 1,200 t/t' (menit) Nilai T saat uji kambuh (recovery test) T kambuh = 1822,257 m 2 /hari Nilai T saat pemompaan T pemompaan = 1822,639 m 2 /hari Jom FTEKNIK Volume 4 No. 1 Februari 2017 7

Berdasarkan perhitungan diatas dengan menggunakan trial and error nilai Q, agar nilai Transmisivitas (T) pada saat pemompaan mendekati nilai Transmisivitas (T) saat recovery maka diperoleh potensi ketersediaan air tanah pada lokasi penelitian tersebut sebesar 467,8 m 3 /hari. Sehingga dapat diketahui bahwa debit yang tersedia pada air tanah di lokasi penelitian tersebut yang dapat dimanfaatkan sebesar 467,8 m 3 /hari. E. KESIMPULAN 1. Uji pemompaan (pumping test) yang dilakukan terdiri dari uji pemompaan menerus (continuous test) dan uji kambuh (recovery test) dimana akuifer pada air tanah yang diteliti diasumsikan merupakan akuifer tidak tertekan (unconfined aquifer). 2. Pemompaan yang dilakukan pada sumur produksi menyebabkan terjadinya penurunan muka air tanah (drawdown) pada sumur disekitarnya yang diamati melalui sumur pantau. Penurunan muka air tanah (drawdown) yang terjadi relatif kecil baik pada pemompaan pertama maupun pemompaan kedua, dimana nilai drawdown yang terbesar yaitu sebesar 0,095 m. Pemompaan dilakukan selama 45 menit dimana pada menit ke-45 tidak terjadi penurunan muka air tanah (drawdown) sehingga pemompaan dihentikan. 3. Pada sumur air tanah yang diteliti pada lokasi penelitian diperoleh nilai Transmisivitas (T) pada saat uji pemompaan sebesar 1822,639 m 2 /hari dan pada saat uji kambuh sebesar 930,514 m 2 /hari, serta nilai storativitas (S) diperoleh sebesar 9,978 10-5. 4. Jari-jari pengaruh (ro) akibat pemompaan yang dilakukan pada sumur produksi dengan debit 238,827 m 3 /hari diperoleh sebesar 29,999 m, sehingga sumur yang berada di luar radius jari-jari pengaruh tidak akan mengalami penurunan muka air tanah (drawdown). 5. Dari uji pemompaan (pumping test) yang dilakukan dengan membandingkan nilai Transmisivitas (T) pada saat pemompaan dan Transmisivitas (T) saat recovery dengan menggunakan metode trial and error nilai Q, maka diperoleh potensi ketersediaan air tanah pada lokasi penelitian sebesar 467,8 m 3 /hari. 6. Dengan diperolehnya potensi ketersediaan air tanah pada sumur air tanah, maka dapat diketahui debit air tanah yang tersedia pada lokasi penelitian, sehingga pemanfaatan air tanah pada lokasi penelitian tersebut dapat dibatasi pengambilan air tanahnya agar tidak terjadi penurunan muka air tanah yang drastis. F. SARAN Beberapa saran yang dapat dijadikan pertimbangan untuk penelitian selanjutnya adalah : 1. Sebaiknya pada saat pengukuran elevasi muka air tanah baik pada saat pemompaan maupun saat recovery pengukurannya dilakukan dengan menggunakan water level meter disetiap sumur agar diperoleh data yang lebih akurat dan meminimalisir terjadinya kesalahan pada saat pengambilan data. Jom FTEKNIK Volume 4 No. 1 Februari 2017 8

2. Analisis data uji pemompaan (pumping test) yang diperoleh dapat dilakukan dengan menggunakan metode lain seperti metode Theis. G. DAFTAR PUSTAKA Dariah, A. (2013). Karakteristik Lahan Gambut. Balai Penelitian Tanah, Bogor. Riyadi, A., & Wibowo, K. (2007). Karakteristik Air Tanah di Kecamatan Tamansari Kota Tasikmalaya. Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi Sjarif, L. (2003). Penentuan Nilai Karakteristik Akuifer Sumur Air Tanah Melalui Uji Pemompaan (Pumping Test) dengan Metode Cooper-Jacob di Leuwikopo, Darmaga. Institut Pertanian Bogor, Bogor Susiloputri, S., Farida, N. S. (2011). Pemanfaatan Air Tanah Untuk Memenuhi Air Irigasi di Kabupaten Kudus Jawa Tengah. Laporan Tugas Akhir Universitas Diponegoro. Semarang. Wibowo, A. (2009). Peran Lahan Gambut Dalam Perubahan Iklim Global. Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan Tanaman. BPS. (2016). Kabupaten Pelalawan Dalam Angka. BPS Kabupaten Pelalawan. Harjito. (2014). Metode Pumping Test sebagai kontrol Pengambilan Airtanah Secara Berlebihan. Jurnal Sains dan Teknologi Lingkungan UGM. Yogyakarta Todd, D. K. (1980). Groundwater Hydrology. Third Edition. Macmilan Publishing Company New York, USA. Abduh, M. (2012). Studi Kapasitas Debit Air Tanah Pada Akuifer Tertekan di Kota Malang. Jurnal Teknik Pengairan. Malang. Soewandita, H. (2008). Studi Muka Air Tanah Gambut dan Implikasinya Terhadap Degradasi Lahan Pada Beberapa Kubah Gambut di Kabupaten Siak. Pusat Teknologi Sumberdaya Lahan Wilayah dan Mitigasi Bencana BPPT. Jom FTEKNIK Volume 4 No. 1 Februari 2017 9