BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Valent Pelangi Gadinasyin, 2014

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. tabungan dan investasi. Negara Indonesia merupakan negara yang sedang

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari konsumen dihadapkan dengan berbagai

2014 PENGARUH KONTROL PERILAKU DAN NIAT TERHADAP PERILAKU MENABUNG MAHASISWA

BAB I PENDAHULUAN. Kesejahteraan suatu kelompok masyarakat dapat diketahui dari tingkat

2015 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU MENABUNG MASYARAKAT

BAB I PENDAHULUAN. Pada zaman yang serba konsumtif, orang tua lupa mengajak anakanaknya. untuk hidup hemat, apalagi menabung. Alih-alih mengajak anak

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan informasi dari BPS (Badan Pusat Statistik), menunjukan

Pidato Sambutan Pencanangan Gerakan Indonesia Menabung dan Peluncuran Produk TabunganKu Jakarta, 20 Februari 2010 Pjs Gubernur Bank Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. besarnya tingkat konsumsi masyarakat sehingga menimbulkan penambahan dari sisi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pembangunan ekonomi membutuhkan modal dasar sebagai alat untuk

I. PENDAHULUAN. kepada penduduknya. Kenaikan kapasitas itu sendiri ditentukan atau. dimungkinkan oleh adanya kemajuan atau penyesuaian-penyesuaian

BAB I PENDAHULUAN. menghambat usaha untuk memobilisasi tabungan.

BAB I PENDAHULUAN. Bank sebagai penghimpun dana masyarakat (financial intermediary)

BAB I PENDAHULUAN. Bank merupakan tempat untuk melakukan berbagai transaksi yang

BAB I PENDAHULUAN. oleh suatu bangsa dalam upaya meningkatkan kesejahteraan maupun taraf hidup

BAB I PENDAHULUAN. perlindungan, hiburan dan kebutuhan hidup lainnya. Untuk memenuhi kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Isi pembukaan Undang-undang Dasar 1945 diantaranya menyatakan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini perkembangan dunia perbankan semakin pesat dan modern

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi di Indonesia dewasa ini mengalami perkembangan dan

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi baik dalam jangka panjang maupun jangka pendek.

BAB I PENDAHULUAN. menentukan maju tidaknya suatu negara. Menurut Adam Smith (2007) tidak ada masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. melalui kegiatan penyaluran kredit dan investasi. Kegiatan perkreditan dan

BAB I PENDAHULUAN. waktu Pada pertengahan tahun 1997, industri perbankan akhirnya

BAB I PENDAHULUAN. dalam suatu periode tertentu, baik atas dasar harga berlaku maupun atas

BAB I. PENDAHULUAN. Dalam pendidikan IPS terdapat lima tradisi social studies, yakni: (1) IPS sebagai

2015 ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU KONSUMSI MASYARAKAT

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Dalam kegiatan perekonomian, dunia perbankan sangat dibutuhkan. Hal

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Kebutuhan manusia selalu berkembang sejalan dengan tuntutan zaman, tidak

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini terdapat fenomena yang terjadi padapegawai negeri sipil di lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. dan strategi pembangunan yang dilaksanakan masing-masing negara. Akan tetapi,

BAB I PENDAHULUAN. fungsi standar menjadi hadirnya sebuah telepon seluler pintar atau smartphone

2014 PERILAKU KONSUMEN MAHASISWA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. ketahui untuk mencapai pengelolaan keuangan yang benar.

BAB I PENDAHULUAN. integral dan menyeluruh. Pendekatan dan kebijaksanaan sistem ini telah

Teknologi Digital Tingkatkan Peluang Pengusaha Kecil Selasa, 30 Agustus 2016

I. PENDAHULUAN. Kegiatan konsumsi telah melekat di sepanjang kehidupan sehari-hari manusia.

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Tingkat Pengangguran Terbuka (PTP) di Indonesia Menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan Tahun

BAB I PENDAHULUAN. menyesuaikan diri dalam menghadapi globalisasi dibidang perekonomian seperti

I. PENDAHULUAN. bentuk investasi kredit kepada masyarakat yang membutuhkan dana. Dengan

BAB I PENDAHULUAN. 1 Peraturan Daerah No 2 tahun 2002 tentang Perpasaran Swasta.

BAB I PENDAHULUAN telah menembus angka 6,6 % pada bulan November, dan diperkirakan akan

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya pertumbuhan ekonomi secara makro salah satunya ditopang

BAB I PENDAHULUAN. pengertian bank menurut UU Nomor 10 Tahun 1998 yaitu Bank adalah badan

SAMBUTAN KETUA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN Pada Gerakan Nasional Cinta (GeNTa) Pasar Modal Istora Senayan, Jakarta, 12 Npvember 2014

BAB I PENDAHULUAN. fantastis dan memiliki potensi yang strategis jika dipandang sebagai potensi

Perekonomian Indonesia

Ketimpangan Komposisi Kredit Perbankan. Oleh M. Firdaus (Deputy SEN ASPPUK)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kondisi global menghadapi tekanan yang berat dari krisis

BAB I PENDAHULUAN. 1 SD ke bawah , , ,69. 2 Sekolah Menengah Pertama , ,

I. PENDAHULUAN. Sistem keuangan terdiri dari lembaga keuangan, pasar keuangan, serta

Bab. Penggunaan Uang. kompetensi dasar. Mengetahui penggunaan uang sebagai alat pemenuhan kebutuhan dalam kehidupan sehari-hari.

BAB I PENDAHULUAN. yang dikonsumsinya atau mengkonsumsi semua apa yang diproduksinya.

BAB I PENDAHULUAN. suatu bank adalah untuk pencapaian profitabilitas yang maksimal, maka perlu

BAB 1 PENDAHULUAN. tingkat suku bunga. Tingginya tingkat suku bunga seolah menjadi bayang-bayang

BOKS 3 Survei Optimalisasi Penggunaan Alat Pembayaran Non Tunai Di Sulawesi Tenggara

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi berarti perkembangan kegiatan dalam. perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang diproduksi dalam

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan Nasional secara makro pada hakekatnya bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. banyak diminati oleh para investor karena saham tersebut sangat liquid. Sahamsaham

BAB I PENDAHULUAN. elektronik, seperti televisi, internet dan alat-alat komunikasi yang

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Perbankan Indonesia sekarang ini semakin berkembang terutama dalam

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan kerja serta kemampuan lainnya pada suatu perusahaan. Sama seperti

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai salah satu program pendidikan non formal dan dalam rangka ikut

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, masing-masing bank berlomba-lomba dalam menyediakan produk

BAB I PENDAHULUAN. Bank memiliki fungsi utama yaitu menghimpun dana dari masyarakat dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Hampir semua sektor yang berhubungan dengan keuangan selalu

BAB I PENDAHULUAN. Tahun Tertinggi yang Ditamatkan

I. PENDAHULUAN. menghimpun dana dari pihak yang berkelebihan dana dan menyalurkannya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pengalokasian dana dalam perusahaan harus dikelola secara tepat, dan efisien

BAB I PENDAHULUAN. dampak positif bagi pertumbuhan e-commerce. Menurut Asosiasi. Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII, 2013), jumlah pengguna

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu studi yang masih menimbulkan kontroversi hingga saat ini,

BAB I PENDAHULUAN. global telah menciptakan multi crisis effect yang membuat perusahaan di

KREDIT/PEMBIAYAAN PERBANKAN BABEL TRIWULAN III 2008 MASIH CUKUP EKSPANSIF

BAB I PENDAHULUAN. keuangan memberikan kontribusi yang besar di Indonesia. Lembaga keuangan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sebagai negara berkembang, Indonesia membutuhkan dana yang tidak

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. berupaya memajukan perekonomiannya dengan berbagai faktor yang

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan, dimana negara-negara di seluruh dunia menjadi satu kekuatan pasar

BAB I PENDAHULUAN. 7 tahun 1992 tentang Perbankan, yang secara eksplisit menetapkan bahwa

Pengkajian Pendanaan Pendidikan Secara Masal

ekonomi K-13 KEBIJAKAN MONETER DAN KEBIJAKAN FISKAL K e l a s A. PENGERTIAN KEBIJAKAN MONETER Tujuan Pembelajaran

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 14/ 16 /PBI/2012 TENTANG FASILITAS PENDANAAN JANGKA PENDEK BAGI BANK UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PENDAHULUAN. Paska krisis global tahun 2008, perekonomian Indonesia mampu. tumbuh tinggi disertai dengan stabilitas yang terjaga.

GUBERNUR BANK INDONESIA,

BAB 1 PENDAHULUAN. ekonomi di setiap negara. Tujuan peningkatan penyerapan tenaga kerja sering

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan masyarakat terhadap produk pembiayaan seperti pembiayaan

BAB I PENDAHULUAN. Rencana siswa setalah lulus Jumlah Persentase (%) Manjadi Pegawai Berwirausaha 8 10 Melanjutkan sekolah Total

BAB I PENDAHULUAN. orang. Manfaat bagi kegiatan setiap orang yakni, dapat mengakomodasi

BAB I PENDAHULUAN. dari masyarakat terhadap perbankan dan juga sebaliknya tanpa adanya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang Masalah. negara agraris sedikit demi sedikit bergeser meninggalkan pola kehidupan pertanian

BAB I PENDAHULUAN. sebagai khalifah Allah di dunia. Manusia dalam menjalankan kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. fluktuasi karena pengaruh dari kondisi perekonomian dunia. Beberapa contoh

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Bank Indonesia dalam Laporan Perekonomian Indonesia tahun 2008

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Menabung belum menjadi kebiasan bagi sebagian besar masyarakat Indonesia (Rissa Rendra: 2012). Banyak orang yang mengakui bahwa menabung merupakan perilaku ekonomi yang sulit untuk dilakukan meskipun mereka sadar akan manfaat dari menabung. Pola pikir yang keliru bahwa kebiasaan menabung hanya berlaku apabilaindividu memiliki sisa uang dari pendapatannya atau menabung harus dengan angka yang lumayan besar mengakibatkan individu gagal untuk menabung (Rissa Rendra: 2012). Jumlah kepemilikan rekening masyarakat Indonesia dinilai masih rendah. Bahkan, jumlahnya terendah se-asean. Hal ini didukung menurut anggota Komisi XI DPR Kemal Azis Stamboel (2012) bahwa: Jumlah kepemilikan rekening tabungan masih di bawah 50 persen dari total penduduk Indonesia saat ini. Berdasarkan penelitiannya, hanya sekitar 19,6 persen masyarakat Indonesia berusia di atas 15 tahun yang mempunyai rekening tabungan. Padahal, jumlah di Malaysia sudah 66,2 persen, Thailand 72,7 persen, dan Singapura 98,2 persen. Menurut pjs Gubernur BI Darmin Nasution (2010), berdasarkan pada data survey perbankan tahun 2010, saat ini setidaknya ada sekitar 40 hingga 50 juta orang yang belum atau enggan menabung. Bank Indonesia (BI) mencatat, persentase tabungan dan kredit di perbankan masih timpang. Artinya, kesadaran menabung masih rendah. Upaya-upaya untuk memancing masyarakat menabung telah dilakukan. Gerakan Indonesia Menabung merupakan suatu terobosan baru yang dilakukan oleh Bank Indonesia bekerja sama dengan Perbankan Nasional. Gerakan ini akan mengajak kembali budaya menabung di kalangan masyarakat Indonesia. Gerakan ini juga meluncurkan suatu produk terbaru perbankan nasional yaitu Tabunganku, yang dilaunching di Hall D Jakarta International Expo, Jakarta, Sabtu 20 Februari 2012 lalu, oleh Presiden

2 Susilo Bambang Yudhoyono. Program ini diikuti oleh 70 Perbankan Nasional dan lebih dari 910 Bank Perkreditan Rakyat (BPR), selain mengajak dan membudayakan kembali menabung di masyarakat, BI dan Perbankan Nasional ini juga sekaligus mengajak masyarakat agar mengurangi budaya konsumtif yang kurang berkontribusi positif atas peningkatan produktivitas nasional. Tujuan utama dari program Tabunganku adalah untuk mengurangi tingkat kemiskinan dan mendukung pertumbuhan ekonomi kalangan bawah. Satu tahun yang lalu, Bank Indonesia mencanangkan Gerakan Indonesia Menabung dengan meluncurkan program Tabunganku. Gerakan ini adalah kelanjutan dari program Ayo ke Bank pada 27 Januari 2008 yang dimaksudkan untuk mendorong budaya menabung dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Sayangnya, program ini belum begitu terasa. Padahal, gerakan ini bisa menjadi pemacu kemajuan bangsa ke depannya. Untuk posisi simpanan masyarakat rupiah dan valuta asing dapat dilihat pada Tabel 1.1. Tabel 1.1 Rata-rata Posisi Simpanan Masyarakat Rupiah dan Valuta Asing Tahun 2006 2011 (dalam Juta Rp) Jenis Simpanan Masyarakat No. Tahun Simpanan Total Giro Tabungan Berjangka 1. 2006 17.689.447 35.884.967 53.203.633 106.778.046 2. 2007 23.087.018 46.284.303 54.025.783 123.397.104 3. 2008 24.985.595 52.279.153 61.765.440 142.030.189 4. 2009 27.546.229 64.815.171 69.062.675 161.424.075 5. 2010 34.088.123 79.289.443 89.160.398 202.537.964 6. 2011 10.798.868 97.221.605 93.311.281 231.331.754 Total 138.195.280 375.774.642 420.529.210 967.499.132 Rata-rata 23.032.546,7 62.629.107 70.088.201,7 161.249.855 Sumber: BPS (Badan Pusat Statistik).

3 Pada Tabel 1.1 dapat dilihat bahwa, simpanan masyarakat terbagi menjadi 3 (tiga) jenis, yaitu; simpanan masyarakat dalam bentuk giro, simpanan masyarakat dalam bentuk tabungan, dan simpanan masyarakat dalam bentuk simpanan berjangka. Dimana simpanan masyarakat dalam bentuk giro dari tahun 2006-2010 terus mengalami kenaikan. Pada tahun 2010-2011 simpanan masyarakat dalam bentuk giro mengalami penurunan dari 34,088,123 (juta Rp) menjadi 10,798,868 (juta Rp). Sedangkan untuk tabungan dan simpanan berjangka dari tahun 2006-2011 terus mengalami kenaikan. Untuk presentase perkembangan ketiga jenis simpanan masyarakat setiap tahunnya dapat dilihat pada Tabel 1.2. Tabel 1.2 Rata-rata Presentase Perkembangan Simpanan Masyarakat Tahun 2006 2011 No. Tahun Jenis Simpanan Masyarakat Simpanan Giro Tabungan Berjangka 1. 2006 - - - 2. 2007 30,51 28,98 1,55 3. 2008 8,22 12,95 14,33 4. 2009 10,25 23,98 11,81 5. 2010 23,75 22,33 29,10 6. 2011-68,32 22,62 4,66 Total 4,41 110,86 61,45 Rata-rata 0,74 18,48 10,24 Sumber: BPS (Badan Pusat Statistik); data diolah. Pada Tabel 1.2 dapat dilihat bahwa, pada tahun 2006-2007 giro mengalami kenaikan sebesar 30,51%, pada tahun 2007-2008 mengalami kenaikan sebesar 8,22%, pada tahun 2008-2009 mengalami kenaikan sebesar 10,25%, pada tahun 2009-2010 mengalami kenaikan sebesar 23,75%, namun pada tahun 2010-2011 mengalami penurunan sebesar 68,32%. Sedangkan pada tabungan dimana pada tahun 2006-2007 mengalami kenaikan sebesar 28,98%, pada tahun 2007-2008 mengalami kenaikan sebesar 12,95%, pada tahun 2008-2009 mengalami kenaikan sebesar 23,98%, pada tahun 2009-2010 mengalami kenaikan sebesar 22,33%, dan pada tahun 2010-2011 mengalami kenaikan sebesar 22,62%. Pada simpanan

4 berjangka dari tahun 2006-2007 mengalami kenaikan sebesar 1,55%, pada tahun 2007-2008 mengalami kenaikan sebesar 14,33%, pada tahun 2008-2009 mengalami kenaikan sebesar 11,81%, pada tahun 2009-2010 mengalami kenaikan sebesar 29,10%, dan pada tahun 2010-2011 mengalami kenaikan sebesar 4,66%. Pola konsumsi masyarakat sangat berpengaruh pada perilaku menabung mereka. Masyarakat Indonesia dikenal sebagai masyarakat yang sangat konsumtif, hal tersebut mengakibatkan motivasi untuk menabung cenderung masih rendah padahal dengan menabung masyarakat dapat meninggalkan sikap konsumtif dan boros. Selain itu menabung juga penting untuk pegangan diakhir kehidupan saat tidak memperoleh pendapatan lagi, melatih sikap hemat, melatih sikap mandiri, yang apabila setiap individu memiliki tabungan yang tinggi (berjaga-jaga), maka dana yang terhimpun dari masyarakat pun akan tinggi. Hal tersebut berpengaruh dalam jangka panjang, untuk meningkatkan kegiatan investasi, sehingga apabila investasi meningkat, maka pertumbuhan ekonomi pun akan meningkat. Jika tidak menabung maka tidak akan ada dana untuk kebutuhan yang bersifat mendadak tetapi urgent atau penting, jika tidak menabung maka akan memicu sikap boros, dan akan bergantung kepada orang lain. Ketika kita berada di jenjang pendidikan Taman Kanak-kanak (TK), Sekolah Dasar (SD), SLTP (Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama) dan SMA (Sekolah Menengah Atas), kita pernah atau bahkan sering melakukan kegiatan menabung. Karena sedari kecil kita sudah ditanamkan untuk bersikap hemat dengan berprilaku menabung. Namun, seiring berjalannya waktu, kegiatan menabung sedikit demi sedikit mengalami penurunan. Hal ini dapat dilihat ketika kita memasuki jenjang pendidikan Strata 1 (S1) atau mahasiswa. Pada saat mahasiswa, perilaku menabung mengalami kemerosotan. Padahal menabung itu penting untuk pegangan diakhir kehidupan saat tidak memperoleh pendapatan lagi, melatih sikap hemat, melatih sikap mandiri, yang apabila setiap individu memiliki tabungan yang tinggi (berjaga-jaga), maka dana yang terhimpun dari masyarakat pun akan tinggi. Hal tersebut berpengaruh dalam jangka panjang, untuk meningkatkan kegiatan investasi, sehingga apabila investasi meningkat, maka pertumbuhan

5 ekonomi pun akan meningkat. Jika tidak menabung maka tidak akan ada dana untuk kebutuhan yang bersifat mendadak tetapi urgent atau penting, jika tidak menabung maka akan memicu sikap boros, dan akan bergantung kepada orang lain. Perilaku menabung merupakan suatu sikap yang positif, dimana di dalamnya tersimpan makna yang luar biasa, yaitu sikap menahan diri dan jujur. Dengan diterapkannya perilaku menabung sejak usia dini, maka perilaku ini akan terbawa hingga dewasa nanti. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005), menabung adalah kegiatan menyimpan uang (di celengan, pos, bank, dsb). Menabung juga bukanlah kata yang asing lagi ditelinga kita, hampir semua orang tahu tentang menabung. Namun yang menjadi masalah adalah kebiasaan menabung itu sendiri. Memang kata menabung selalu terngiang di telinga kita, tetapi tetap saja perilaku menabung bukan menjadi kebiasaan kita, walau memang ada sebagian orang yang gemar menabung, namun menabung terbukti sangat sulit diterapkan. Melihat fenomena tersebut, pada kenyataannya tabungan belum menjadi kebiasaan bagi masyarakat Indonesia. Padahal, tabungan mempunyai multimanfaat dimana dengan semakin tinggi tingkat tabungan, maka stok modal akan meningkat, dan akhirnya output perekonomian pun tumbuh pesat. Fenomena tersebut juga terjadi pada sebagian kalangan mahasiswa di Kota Bandung khususnya mahasiswa FPEB UPI Bandung, dimana mereka berusaha menjadi trendsetter dalam berpakaian, gaya hidup, pergi ke tempat-tempat perbelanjaan, nonton dengan teman-teman sepergaulannya, dan lain-lain. Hal tersebut didukung oleh kondisi kota Bandung sebagai salah satu kota besar di Indonesia yang padat dengan pusat-pusat perbelanjaan, factory outlet, café, mallmall yang berdiri dengan megah sebagai simbol pergaulan bagi remaja di kota Bandung (Iis Aisyah: 2010). Dari hal tersebut membuat sebagian kalangan mahasiswa tidak menyisihkan uang nya untuk menabung, melainkan lebih banyak mengeluarkan uang nya untuk berkonsumsi.

6 Menabung merupakan hal yang penting namun dalam kenyataannya kegiatan menabung masih terlihat kurang di kalangan mahasiswa, terlihat dari Tabel 1.3. Pada Tabel 1.3, dapat dilihat bahwa pengeluaran mahasiswa FPEB UPI untuk kebutuhan yang sifatnya kesenangan (membeli pulsa, nonton di bioskop, membeli baju/ shopping) lebih tinggi nilainya dibandingkan dengan pengeluaran mahasiswa untuk tabungan dan kebutuhan pendidikan (membeli buku, alat tulis, dll). Misalnya saja di program studi pendidikan ekonomi, rata-rata prosentase pengeluaran untuk kesenangan yaitu sebesar 35,94% (pulsa sebesar 6,48%, nonton di bioskop sebesar 4,92%, beli baju/ shopping sebesar 24,54%) sedangkan untuk kebutuhan pendidikan yaitu sebesar 12,33%, untuk kebutuhan kesehatan sebesar 2,60%. Begitu pula dengan tabungan yang rata-rata hanya 6,93%. Hal tersebut juga terjadi pada kalangan mahasiswa di program studi pendidikan manajemen bisnis, program studi pendidikan manajemen perkantoran, dan program studi pendidikan akuntansi. Tabel 1.3 Alokasi Pengeluaran Mahasiswa FPEB UPI dalam Satu Bulan ALOKASI PENGELUARAN BERDASARKAN JENIS EKONOMI TDK MANAJEMEN BISNIS TDK MANAJEMEN PERKANTORAN TDK AKUNTANSI TDK PRIMER KESENANGAN 53,98 30,41 53,45 46,27 55,13 35,20 51,28 56,63 30,83 41,05 35,94 24,72 31,39 28,06 19,36 30,40 Pulsa 7,04 5,91 7,24 7,00 9,11 7,20 5,25 6,86 Nonton di bioskop 2,74 7,09 0,78 1,25 1,14 3,20 7,33 6,71 Beli baju/ shoping 21,04 28,04 16,70 23,14 9,11 20,00 20,39 14,90 8,78 15,88 15,59 11,71 11,39 4,80 6,59 5,96 KESEHATAN 1,83 3,38 4,01 4,38 3,42 8,00 4,27 1,49 TABUNGAN 4,57 9,29 2,23 6,25 10,71 21,60 4,88 7,45 TOTAL 100 100 100 100 100 100 100 100

7 Sumber: Angket Pra Penelitian, data diolah Tabungan pun dapat dilihat berdasarkan karakteristik mahasiswa yang kos atau tidak kos. Pada umumnya, mahasiswa yang tinggal dirumah orang tua ataupun yang berstatus anak kos dalam pengeluaran untuk kebutuhan yang sifatnya kesenangan lebih tinggi di bandingkan dengan tabungan ataupun kebutuhan pendidikan. Tetapi, disini terlihat ada hal yang menarik bahwa rata-rata pengeluaran untuk kesenangan dibandingkan dengan tabungan mahasiswa FPEB UPI yang kos lebih tinggi dibandingkan dengan mahasiswa yang tinggal dirumah orang tuanya. Contohnya saja pada mahasiswa jurusan pendidikan manajemen perkantoran, bagi mahasiswa yang berstatus anak kos kebutuhan untuk kesenangannya yaitu sebesar 31,39% sedangkan bagi mahasiswa yang tidak kos yaitu hanya sebesar 28,06%. Dan tabungan pada mahasiswa jurusan pendidikan manajemen perkantoran yang berstatus anak kos hanya sebesar 10,71% sedangkan bagi mahasiswa yang tidak kos yaitu sebesar 21,60%. Hal ini pun terjadi pada mahasiswa jurusan pendidikan manajemen bisnis, dimana kebutuhan untuk kesenangan bagi mahasiswa yang berstatus anak kos yaitu sebesar 35,94% sedangkan bagi mahasiswa yang tidak kos hanya sebesar 24,72%. Dan tabungan pada mahasiswa jurusan pendidikan manajemen bisnis yang berstatus anak kos hanya sebesar 2,23% sedangkan pada mahasiswa yang tidak kos yaitu sebesar 6,25%. Namun, hal tersebut berbanding terbalik dengan jurusan lainnya, mahasiswa jurusan pendidikan ekonomi misalnya, kebutuhan untuk kesenangan bagi mahasiswa yang berstatus anak kos hanya sebesar 30,83% sedangkan bagi mahasiswa yang tidak kos yaitu sebesar 41,05%. Dan tabungan pada mahasiswa jurusan pendidikan ekonomi yang berstatus anak kos hanya sebesar 4,57% sedangkan pada mahasiswa yang tidak kos yaitu sebesar 9,29%. Pada mahasiswa jurusan pendidikan akuntansi pun terjadi seperti halnya pada mahasiswa jurusan pendidikan ekonomi. Berdasarkan fakta dan argumen diatas, penulis tertarik untuk meneliti masalah yang terkait dengan faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku

8 menabung, mengingat menabung itu sangatlah penting namun bermasalah khususnya ditataran mahasiswa. Judul penelitian yang akan penulis angkat adalah FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU MENABUNG (Studi pada Kalangan Mahasiswa Fakultas Pendidikan Ekonomi dan Bisnis Universitas Pendidikan Indonesia). 1.2. Rumusan Masalah 1. Bagaimana pengaruh sikap perilaku menabung terhadap niat perilaku menabung? 2. Bagaimana pengaruh norma subjektif terhadap niat perilaku menabung? 3. Bagaimana pengaruh sikap perilaku menabung terhadap perilaku menabung? 4. Bagaimana pengaruh norma subjektif terhadap perilaku menabung? 5. Bagaimana pengaruh niat perilaku menabung terhadap perilaku menabung? 1.3. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1.3.1. Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui pengaruh sikap perilaku menabung terhadap niat perilaku menabung. 2. Untuk mengetahui pengaruh norma subjektif terhadap niat perilaku menabung. 3. Untuk mengetahui pengaruh sikap perilaku menabung terhadap perilaku menabung. 4. Untuk mengetahui pengaruh norma subjektif terhadap perilaku menabung. 5. Untuk mengetahui pengaruh niat perilaku menabung terhadap perilaku menabung.

9 1.3.2. Kegunaan Penelitian 1.3.2.1.Kegunaan Teoritis 1. Untuk memberikan informasi mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku menaung mahasiswa berdasarkan Theory of Reasoned Action(TRA). 2. Penelitian ini dikaji berdasarkan teori perilaku yaitu Theory of Reasoned Action (TRA) untuk memahami fenomena perilaku menabung. Dengan demikian, penelitian ini berimplikasi pada teori yang mendukung daya prediksi teori tersebut dalam menjelaskan fenomena perilaku menabung. 1.3.2.2.Kegunaan Praktis 1. Hasil penelitian ini dapat dijadikan pertimbangan bagi pihak-pihak yang berkepentingan di dunia pendidikan dan ekonomi Negara dalam rangka meningkatkan perilaku menabung. 2. hasil penelitian ini juga dapat dijadikan dasar bagi para ahli untuk menggunakan Theory of Reasoned Action (TRA) untuk suatu penelitian dalam memahami pengaruh sikap, norma subjektif dan niat terhadap fenomena perilaku tertentu.