BAB I PENDAHULUAN. dalam pendidikan. Akibat pengaruh itu pendidikan semakin mengalami. telah menunjukkan perkembangan yang sangat pesat.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. perubahan yang terjadi. Dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional. nomor 20 tahun 2003 Bab I pasal 1 disebutkan bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. menghubungkannya dengan kehidupan sehari-hari. 1 Proses pembelajaran yang

BAB I PENDAHULUAN. faktor yang mendukung perkembangan tersebut adalah pendidikan. pembelajaran, sumber-sumber belajar dan lain sebagainya.

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah melalui kegiatan bimbingan, pengajaran atau latihan yang

BAB I PENDAHULUAN. berlangsung dalam segala lingkungan dan sepanjang hidup. 1 Keberhasilan proses

BAB I PENDAHULUAN. berlangsung dalam segala lingkungan dan sepanjang hidup. 1 Keberhasilan

BAB I PENDAHULUAN. telah menunjukkan perkembangan yang sangat pesat. kemajuan pendidikan adalah suatu determinasi. Dalam undang-undang sistem

BAB I PENDAHULUAN. menuntut kita untuk mengimbangi dengan ilmu pengetahuan yang modern. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang. diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara.

BAB I PENDAHULUAN. sitematis ke arah perubahan tingkah laku menuju kedewasaan peserta didik.

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dalam dirinya. Pendidikan merupakan kebutuhan sepanjang hayat. Setiap manusia

BAB I PENDAHULUAN. didik dapat meraih hasil belajar dan prestasi yang optimal 1. para guru dalam melaksanakan pembelajaran. Untuk pemilihan model ini

BAB I PENDAHULUAN. masih banyak aspek yang harus diperbaiki secara terus-menerus. Diharapkan

memberikan gairah dan motivasi kepada para siswa. Sesuai dengan Undang dengan visi misi pendidikan nasional dan reformasi pendidikan menyebutkan

BAB I PENDAHULUAN. Peserta didik merupakan masa depan bangsa. Jika peserta didik di didik

BAB 1 PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar yang dilakukan pemerintah melalui kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Oleh karena itu, pendidikan menjadi kebutuhan manusia. 1

BAB I PENDAHULUAN. melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, atau latihan yang berlangsung di

BAB I PENDAHULUAN. penting dan dominan menetukan maju mundurnya suatu bangsa, serta. membentuk generasi penerus bangsa yang berkualitas.

BAB I PENDAHULUAN. mendorong dan memfasilitasi kegiatan belajar mereka. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. ini sesuai pendapat Didi Supriadie yang menyatakan bahwa pendidikan. dapat menjalankan hidup dan kehidupannya sesuai dengan harapan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kegiatan pembelajaran tersebut, terjadi interaksi antara siswa dengan

BAB I PENDAHULUAN. kelas. 1 Dalam undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang sistem

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu sektor penentu keberhasilan untuk

BAB I PENDAHULUAN. penigkatan kualitas sumber daya manusia. Sebab tanpa pendidikan manusia

BAB I PENDAHULUAN. berlangsung dalam segala lingkungan dan sepanjang hidup. 2 Keberhasilan. kualitas sumber daya manusia pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan bernilai universal, artinya meliputi seluruh dimensi ruang dan

BAB I PENDAHULUAN. mengalami kemajuan, pendidikan di madrasah-madrasah juga telah

BAB I PENDAHULUAN. inovatif. Mampu beradaptasi dengan perubahan kehidupan yang sangat cepat.

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Pendidikan di Indonesia terus berkembang

BAB 1 PENDAHULUAN. penguasaan IPTEK oleh masyarakat Indonesia. 1

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pesan itu sendiri yang biasanya berupa materi pelajaran. Kadang-kadang

BAB I PENDAHULUAN. bangsa, karena salah satu faktor penting dalam kemajuan suatu bangsa itu terletak

BAB I PENDAHULUAN. membentuk sumber daya manusia yang berkualitas. Tanpa adanya pendidikan,

BAB I PENDAHULUAN. sampai berakhirnya kehidupan di muka bumi ini. Pendidikan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. dengan baik apa yang akan dilakukan dalam kelas selama pertemuan berlangsung.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia membutuhkan pendidikan dalam kehidupannya. Dimana

BAB I PENDAHULUAN. dan melaksanakan pendidikan. Anak-anak menerima pendidikan dari

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. siswa. Siswa yang belajar akan mengalami perubahan baik dalam pengetahuan,

BAB I PENDAHULUAN. kualitas sumber daya manusia, terutama dalam proses pembangunan nasional.

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan adalah suatu determinasi. Dalam undang-undang sistem. pendidikan nasional tahun 2003 disebutkan bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan. Nasional :

BAB I PENDAHULUAN. kualitas sumber daya manusia. Pendidikan mempengaruhi secara penuh

BAB I PENDAHULUAN. nasional, pasal 1 ayat (1) dikemukakan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. Proses belajar mengajar merupakan suatu proses yang mengandung

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah sebuah proses dengan metode- metode tertentu sehingga

BAB I PENDAHULUAN. yang diajarkan di sekolah dasar. Dalam mengajarkan mata pelajaran Ilmu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Era globalisasi saat ini ditandai dengan ilmu teknologi yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAMS GAMES TOURNAMENT

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk menjadikan manusia memiliki kualitas yang lebih baik.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan memegang peranan yang amat penting untuk menjamin

BAB I PENDAHULUAN. pendidikannya, karena kualitas pendidikan merupakan. tingkat kesejahteraan masyarakat pada suatu negara. Melalui pendidikan yang

BAB I PENDAHULUAN. kewajiban sebagai warga negara yang baik. Pendidikan pada dasarnya merupakan

BAB I PENDAHULUAN. rohaninya untuk mencapai tingkat dewasa. 2 Dengan demikian, pendidikan. berlangsung di sekolah dan di luar sekolah.

BAB I PENDAHULUAN. untuk mencapai tujuan pendidikan yang berlangsung dalam lingkungan. atau penghidupan yang lebih tinggi dalam arti mental.

I. PENDAHULUAN. belajar dan proses pemebelajaran agar peserta didik secara aktif

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Fiqih merupakan sebuah cabang ilmu, yang tentunya bersifat ilmiyah,

BAB I PENDAHULUAN. Yusi Rosidah, 2013 PENGARUH METODE TEAMS GAMES TOURNAMENT TERHADAPA PARTISIPASI BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPS

BAB I PENDAHULUAN. keberhasilan dan kelangsungan hidup Bangsa dan Negara di segala bidang. dan mengembangkan kualitas sumber daya manusia.

2016 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT DALAM PEMBELAJARAN PERMAINAN BOLA BESAR TERHADAP KERJASAMA SISWA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. macamnya, maka masalah-masalah kehidupan itu pun muncul dan semakin

BAB I PENDAHULUAN. menamabah jumlah alokasi dana untuk pendidikan, jumlah jam pelajaran, dan

BAB I PENDAHULUAN. Yoppi Andrianti, 2014

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Pasal 31 ayat 2 Undang-Undang

I. PENDAHULUAN. Pendidikan menentukan kualitas sumber daya manusia di suatu negara,

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan menengah kejuruan adalah pendidikan yang menyiapkan

BAB I PENDAHULUAN. dan keterampilan. Menurut Suharjo (2006: 1), pendidikan memainkan peranan. emosi, pengetahuan dan pengalaman peserta didik.

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATERI PERKEMBANGAN NEGARA MELALUI MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE TEAM GAMES TOURNAMENT

BAB 1 PENDAHULUAN. kebudayaan, dan upaya lain yang dilakukan oleh manusia.

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan oleh orang dewasa (pendidik) kepada orang yang belum dewasa

BAB 1 PENDAHULUAN. mensosialisasikan kemampuan baru kepada mereka agar mampu. mengantisipasi tuntutan masyarakat yang dinamis. 3

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. proses pendidikan pada umumnya yang bertujuan membawa anak didik atau

BAB I PENDAHULUAN. aktif yaitu ditandai adanya rangkaian kegiatan terencana yang melibatkan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat baik negara maupun bangsa. Pendidikan merupakan wahana untuk

BAB I PENDAHULUAN. pimpinan yang di dalamnya mengandung unsur-unsur seperti guru, peserta didik,

BAB I PENDAHULUAN. menghubungkannya dengan kehidupan sehari-hari. Hal semacam itulah yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan mempunyai peranan yang penting dalam membina kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. mengantisipasi, mengatasi persoalan-persoalan, dan tantangan-tantangan. yang terjadi dalam masyarakat pada kini dan masa depan.

BAB 1 PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan zaman yang semakin maju, persoalan

BAB I PENDAHULUAN. Media,2003), hlm 6. 1 UU RI No.20 th 2003 Bab II pasal 3 tentang SISDIKNAS, (Bandung: Fokus

BAB I PENDAHULUAN. dengan hasil belajar berfikir logis, sistematis, kritis dan kreatif, serta hasil belajar

BAB I PENDAHULUAN. hakikatnya manusia membutuhkan pendidikan dalam kehidupannya. Pendidikan

BAB 1 PENDAHULUAN. melalui pendidikan merupakan upaya yang sungguh- sungguh dan terus

BAB I PENDAHULUAN. pada jenjang yang lebih sempurna yaitu keberhasilan guru atau pendidik untuk

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah mahkluk belajar (learning human). Sejak lahir manusia. mengenal lingkungannya, memahami dirinya sendiri, dan

BAB I PENDAHULUAN. mempersiapkan dirinya menuju masyarakat global adalah kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. pendidikannya. Dengan kata lain, peran pendidikan sangat penting untuk. pendidikan yang adaptif terhadap perubahan zaman.

BAB I PENDAHULUAN. Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS), merupakan muatan wajib

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring dengan berkembangnya zaman yang semakin maju, sistem pendidikan di Indonesia telah mengalami banyak perubahan. Perubahanperubahan itu terjadi karena telah dilakukan berbagai usaha pembaharuan dalam pendidikan. Akibat pengaruh itu pendidikan semakin mengalami kemajuan. Sejalan dengan kemajuan tersebut maka pendidikan disekolahsekolah telah menunjukkan perkembangan yang sangat pesat. Pendidikan adalah usaha yang sadar, teratur dan sistematis di dalam memberikan bimbingan atau bantuan kepada orang lain (anak) yang sedang berproses menuju kedewasaan. 1 Masalah-masalah ini harus di atasi dengan kualitas pendidikan yang baik. Pendidikan merupakan suatu sarana strategis untuk meningkatkan kualitas bangsa karenanya kemajuan suatu bangsa dan kemajuan pendidikan adalah suatu determinasi. Dalam undang-undang sistem pendidikan nasional tahun 2003 disebutkan bahwa: Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara. 2 1 Binti Maunah, Ilmu Pendidikan, (Yogyakarta: Teras, 2009), cet. I, hal. 7 2 Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas, (Surabaya : wacana Intelektual, 2009), hal. 339 1

2 Pendidikan adalah proses/usaha bimbingan secara sadar dari pendidik kepada anak didik/peserta didik terhadap perkembangan kearah kedewasaan jasmani dan rohani sehingga terbentuk kepribadian yang sesuai dengan tujuan pendidikan. 3 Inti dari proses pendidikan adalah pembelajaran yang merupakan suatu proses belajar-mengajar. Proses belajar mengajar merupakan suatu proses yang mengandung serangkaian perbuatan guru dan peserta didik atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu. Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungan. Belajar merupakan perubahan tingkah laku atau penampilan, dengan serangkaian kegiatan, misalnya dengan membaca, mengamati, mendengarkan, meniru dan lain sebagainya 4 Belajar dimulai dengan adanya dorongan, semangat dan upaya yang timbul dalam diri seseorang sehingga orang itu melakukan kegiatan belajar. Kegiatan belajar yang dilakukan menyesuaikan dengan tingkah laku dalam upaya meningkatkan kemampuan diri. 5 Pada hakekatnya, kegiatan belajar mengajar adalah suatu proses interaksi atau hubungan timbal balik antara guru dan peserta didik dalam satuan pembelajaran. Guru sebagai salah satu komponen dalam proses belajar 3 Nursyamsiyah Yusuf, Buku Ajar Ilmu Pendidikan, (Pusat Penerbitan dan Publikasi Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Tulungagung, 2000), hal. 6-7 4 Muhammad Fathurrohman dan Sulistyorini, Belajar dan Pembelajaran, (Yogyakarta: Teras, 2012) hal.118 5 Abdul Majid, Strategi Pembelajaran, (Bandung: Rosda Karya, 2013), hal.33

3 mengajar memegang peranan yang sangat penting dalam keberhasilan proses pembelajaran. Salah satu problematika yang dihadapi dunia pendidikan di Indonesia adalah lemahnya proses pembelajaran. Dalam proses pembelajaran, siswa kurang didorong untuk mengembangkan kemampuan berfikirnya. Proses pembelajaran dikelas kebanyakan diarahkan pada kemampuan siswa untuk menghafal informasi. Otak anak dipaksa untuk mengingat dan menimbun berbagai informasi tanpa dituntut untuk menghubungkannya dengan kehidupan sehari-hari. 6 Sering terjadi, dalam suatu peristiwa belajar dan mengajar, antara guru dan siswa tidak berhubungan. Guru asik menjelaskan materi pelajaran didepan kelas. Sementara itu di kelas siswa juga asik dengan kegiatannya sendiri, melamun, mengobrol bahkan mengantuk. Dalam peristiwa semacam ini tidak terjadi proses pembelajaran, karena dua komponen penting dalam sistem pembelajaran tidak saling bekerjasama. Dalam suatu peristiwa belajar dan mengajar dikatakan terjadi pembelajaran, manakala guru dan siswa secara sadar bersama-sama mengarah pada tujuan yang sama. Oleh karena itu, baik guru maupun siswa dalam suatu proses pembelajaran selamanya memanfaatkan segala potensi yang dimiliki untuk keberhasilan belajar. Untuk mengatasi problematika tersebut, guru harus bisa melakukan inovasi agar kegiatan belajar-mengajar berjalan secara efektif, tidak membosankan dan menyenangkan serta mampu mencapai tujuan 6 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta: Prenada Media Group, 2010), hal. 1

4 pembelajaran secara optimal. Tujuan pembelajaran pada hakikatnya adalah perubahan perilaku siswa baik perubahan perilaku dalam bidang kognitif, afektif maupun psikomotorik. Sedangkan pengembangan perilaku dalam bidang kognitif secara sederhana adalah pengembangan kemampuan intelektual siswa, misalnya kemampuan penambahan wawasan dan penambahan informasi agar pengetahuan siswa lebih baik, pengembangan perilaku dalam bidang afektif adalah pengembangan sikap siswa baik pengembangan sikap dalam arti sempit maupun dalam arti luas. Dalam arti sempit adalah sikap siswa terhadap bahan dan proses pembelajaran sedangkan dalam arti luas adalah pengembangan sikap sesuai dengan norma-norma masyarakat, dan pengembangan ketrampilan, adalah pengembangan kemampuan motorik, baik motorik kasar maupun motorik halus. Motorik kasar adalah ketrampilan menggunakan otot, misalnya ketrampilan menggunakan alat tertentu. Sedangkan motorik halus adalah ketrampilan menggunakan potensi otak, misalnya ketrampilan memecahkan suatu persoalan. 7 Guru merupakan komponen yang menentukan keberhasilan sistem pembelajaran. Hal ini disebabkan, karena guru merupakan orang yang secara langsung berhadapan dengan siswa. Dalam melaksanakan perannya, guru bukan hanya berperan sebagai model atau teladan bagi siswa yang diajarnya, akan tetapi juga sebagai pengelola pembelajaran (manager of learning). Dengan demikian efektifitas proses pembelajaran terletak di pundak guru. hal.28 7 Wina Sanjaya, Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran, (Jakarta: Kencana, 2009),

5 Oleh karenanya, keberhasilan suatu proses pembelajaran sangat ditentukan oleh kualitas dan kemampuan guru. Sebagai perencana, guru dituntut untuk memahami secara benar kurikulum yang berlaku, karakteristik siswa, fasilitas dan sumber daya yang ada, sehingga semuanya dijadikan komponen-komponen dalam menyusun rencana pembelajaran. Dalam hal ini guru harus dapat menciptakan inovasi-inovasi pembelajaran agar kegiatan belajar mengajar membuat siswa merasa senang, tidak bosan dan aktif dalam mempelajari materi. Pembelajaran Sains di Sekolah Dasar atau Madrasah Ibtidaiyah diharapkan dapat menjadi wahana bagi siswa untuk mempelajari dirinya sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannnya dalam kehidupan sehari-hari. Untuk itu pembelajaran Sains menekankan pada pemberian pengalaman secara langsung. Dalam proses pembelajaran sebagian besar guru berperan aktif menyampaikan materi dan peserta didik dituntut mendengarkan dan mencatat penjelasan guru serta menyelesaikan latihan-latihan yang diberikan guru. Sebagai pengajar seorang guru harus dapat memotivasi belajar peserta didik dalam segala situasi. Seorang gurur harus mempunyai metode tersendiri untuk memberikan dorongan pada peserta didiknya agar mereka mau berubah dan mampu mencapai hasil yang memuaskan. Agar belajar menjadi menarik dan bermanfaat ialah dengan mengikutsertakan peserta didik dalam memilih, menyusun rencana, dan ikut terjun pada situasi belajar. Konsekuensinya

6 adalah peserta didik dapat merasakan suatu tingkat pencapaian belajar. Salah satunya dengan pelajaran Sains Mata pelajaran Sains adalah pelajaran yang banyak membutuhkan hafalan serta pembuktian secara konkrit dalam kehidupan nyata. Jadi dalam mengajar pelajaran Sains guru dituntut untuk bias membantu siswa agar dapat memahami suatu materi pelajaran dengan cara memperlihatkan atau mempraktekkan secara langsung kejadian atau hal-hal yang terdapat dalam materi tersebut. Keberhasilan proses belajar Sains tidak terlepas dari persiapan siswa dan persiapan tenaga pendidik kebidangnya dan bagi siswa sudah mempunyai minat untuk belajar Sains akan merasa senang dan dan penuh perhatian akanmengikuti pelajaran tersebut. Metode mengajar yang berfariatif adalah suatu cara-cara yang dapat digunakan oleh seorang guru agar pembelajarannya menjadi bermakna. Salah satu metode yang dapat diterapkan dalam melibatkan siswa secara aktif guna menunjang kelancaran proses belajar mengajar adalah dengan menggunakan pembelajaran kooperatif. Karena dengan pembelajaran kooperatif terjadi interaksi antar siswa yang satu dengan yang lain. Siwa lebih berani mengungkapkan pendapat atau bertanya dengan siswa lain sehingga dapat melatih mental siswa untuk belajar bersama dan berdampingan, menekan kepentingan individu dan mengutamakan kepentingan kelompok. Adapun salah satu dari model pembelajaran kooperatif adalah tipe

7 Team Games Tournament (TGT) dimana model pembelajaran kooperatif ini yang mudah diterapkan, melibatkan aktivitas seluruh siswa tanpa harus ada perbedaan status, melibatkan peran siswa sebagai tutor sebaya dan mengandung unsur-unsur permainan dan reinforcement. Aktivitas belajar dengan permainan yang dirancang dalam pembelajaraan kooperatif model Team Games Tournament (TGT) memungkinkan siswa dapat belajar lebih rileks di samping menumbuhkan tanggung jawab, kerja sama, persaingan sehat, dan keterlibatan belajar. 8 Namun pembelajaran Sains di MI Bendiljati Wetan ini masih terdapat beberapa hambatan dalam pebelajarannya, diantaranya adalah: 1) Adanya metode yang digunakan dalam proses pembelajaran Sains kurang bervariatif, misalnya ceramah, Tanya jawab, dan diskusi. Ada kalanya siswa akan merasa bosan dan kurang semangat dalam belajar, dan kalupun diadakan Tanya jawab siswa yang aktif akan mendominasi siswa yang kurang aktif atau bahkan tidak aktif serta tidak semua siswa juga berani menyatakan pendapatnya. 2) Perolehan hasil belajar Sains beberapa siswa kelas IV yang masih dibawah KKM sekolah yaitu 75. Hal ini juga disampaikan oleh guru mata pelajaran Sains yang bersangkutan bahwasanya hasil belajar siswa khususnya kelas IV pada mata pelajaran Sains masih rendah, hal ini ditunjukkan dengan nilai yang diperoleh siswa setiap diadakan ulangan harian yang masih dibawah KKM. 9 Dan terlihat bahwa partisipasi beberapa 8 Kokom Komalasari, Pembelajaran Kontekstual, (Bandung: PT. Rafika Aditama, 2011), hal 67 9 Hasil wawancara dengan Pak Roni Selaku Guru Mata Pelajaran Sains Kelas IV MI Bendiljati wetan Sumbergempol Tulungagung, Tanggal 11 Maret 2015

8 siswa rendah dalam kegitan belajar Sains. 10 Proses belajar mengajar selama ini hanya sebatas pada upaya menjadikan siswa mampu dan terampil mengerjakan soal - soal yang ada sehingga pembelajaran yang berlangsung kurang bermakna dan terasa membosankan bagi siswa. Hal ini apabila dibiarkan terus menerus akan mengakibatkan tidak tercapainya tujuan pembelajaran seperti yang telah diharapkan. Berdasarkan uraian yang telah diungkapkan diatas, maka perlu satu tindakan guru untuk mengungkapkan apakah dengan model pembelajaran kooperatif tipe TGT tersebut dapat meningkatkan prestasi belajar Sains. Oleh karena itu, peneliti mencoba melakukan penelitian tindakan kelas (classroom action research) yang berjudul Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (TGT) untuk Meningkatkan Hasil Belajar Sains Siswa Kelas IV MI Bendiljati Wetan Sumbergempol Tulungagung. B. Rumusan Masalah dan Pemecahannya 1. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraiakan di atas, maka fokus penelitian ini adalah sebagai berikut : 1) Bagaimana peningkatan kerjasama siswa dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) pada mata pelajaran sains pokok bahasan energi dan penggunaannya siswa kelas IV MI Bendiljati Wetan? 10 Hasil Observasi di Kelas IV MI Bendiljati wetan Sumbergempol Tulungagung, Tanggal 11 Maret 2015

9 2) Apakah Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (TGT) pada mata pelajaran sains pokok bahasan energi dan penggunaannya dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV MI Bendiljati Wetan? C. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian yang ingin dicapai adalah sebagai berikut: 1. Mendeskripsikan peningkatan kerjasama dengan menerapan model pembelajaran kooperatif tipe Team Games Tournament (TGT) pada mata pelajaran sains pokok bahasan energi dan penggunaannya siswa kelas IV MI Bendiljati Wetan. 2. Untuk meningkatkan hasil belajar siswa dengan menerapkan Model Pembelajaran Kooperatif Team Games Tournament (TGT) pada mata pelajaran Sains pokok bahasan energi dan penggunaannya siswa kelas IV MI Bendiljati Wetan. D. Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian tentang penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Team Games Tournament (TGT) adalah : 1. Manfaat teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah dan mengembangkan ilmu pendidikan, menambah literatur khususnya tentang ilmu pendidikan dan model pembelajaran kooperatif tipe Team Games Tournament (TGT) dalam meningkatkan hasil belajar Sains.

10 2. Manfaat praktis a. Bagi Kepala MI Bendiljati Wetan, Sumbergempol, Tulungagung. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan kebijakan dalam menyusun program pembelajaran yang lebih baik dan sebagai motivasi dalam proses pembelajaran. b. Bagi Guru MI Bendiljati Wetan, Sumbergempol, Tulungagung. Dengan dilaksanakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini, guru dapat mengidentifikasi kembali pembelajaran yang telah dilakukan dan dapat memvariasi model pembelajaran yang lebih kreatif dalam membantu siswa meningkatkan hasil belajar khususnya dalam mata pelajaran Sains. c. Bagi siswa MI Bendiljati Wetan, Sumbergempol, Tulungagung. Dengan dilaksanakan penelitian ini, diharapkan dapat: 1) Menumbuhkan motivasi belajar siswa untuk belajar lebih giat dalam mata pelajaran Sains. 2) Meningkatkan pemahaman dan prestasi belajar siswa dalam mata pelajaran Sains. 3) Mengurangi kejenuhan siswa dalam belajar mata pelajaran Sains. d. Bagi peneliti selanjutnya/pembaca Hasil penelitian ini diharapkan dapat :

11 1) Menambah pengetahuan yang dimiliki peneliti selanjutnya/pembaca dalam bidang ilmu pendidikan, khususnya menyangkut penelitian ini. 2) Menyumbang pemikiran dalam upaya peningkatan kualitas pendidikan. 3) Menambah wawasan dan sarana tentang berbagai model pembelajaran yang kreatif dan tepat untuk anak usia sekolah dasar dalam meningkatkan kemampuan dan kualitas peserta didik. e. Bagi Perpustakaan IAIN Tulungagung Dengan diadakan penelitian ini, maka hasil yang diperoleh diharapkan dapat berguna untuk dijadikan bahan koleksi dan referensi juga menambah literatur dibidang pendidikan sehingga dapat digunakan sebagai sumber belajar atau bacaan bagi mahasiswa lainnya. E. Definisi Istilah 1. Model pembelajaran adalah seperangkat prosedur yang sitematis yang meliputi segala aspek sebelum, sedang dan sesudah pembelajaran yang dilakukan guru dalam proses belajar mengajar. 2. Model pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran yang menekankan pada pemanfaatan kelompok-kelompok siswa. Dan siswa yang ada kelompok tersebut harus mempunyai tingkat kemampuan yang heterogen. 3. Model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) merupakan pembelajaran kooperatif yang melibatkan kelompok, di

12 dalamnya terdapat diskusi kelompok dan diakhiri sutau game/turnamen. Dalam TGT siswa memainkan game akademik dengan anggota-anggota tim lain untuk menyumbangkan poin untuk skor timnya 4. Hasil belajar adalah hasil yang dicapai dalam bentuk angka setelah diberikan tes pada setiap akhir pembelajaran. F. Sistematika Penulisan Skripsi Susunan karya ilmiah akan teratur secara sistematis dan terurut serta alur penyajian laporan penelitian lebih terarah maka diperlukan sistematika pembahasan. Adapun sistematika pembahasan dalam skripsi yang akan disusun adalah sebagai berikut: 1. Bagian awal terdiri dari: halaman sampul depan, halaman judul, halaman persetujuan, halaman pengesahan, motto, persembahan, kata pengantar, daftar isi, daftar tabel, daftar gambar, daftar lampiran, transliterasi dan abstrak. 2. Bagian teks atau isi,terdiri dari lima bab masing-masing bab berisi sub-sub bab antara lain : BAB I PENDAHULUAN, terdiri dari: membahas tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, definisi istilah, dan sistematika penulisan skripsi. BAB II KAJIAN PUSTAKA, terdiri dari: (a) kajian teori meliputi konsep dasar belajar dan pembelajaran, pengertian pembelajaran, pengertian model pembelajaran, pengertian pembelajaran kooperatif, tinjauan Times Games Tournament, tinjauan hasil belajar, tinjauan tentang pembelajaran

13 sains, (b) penelitian terdahulu yang relevan, (c) hipotesis tindakan, (d) kerangka penelitian. BAB III METODE PENELITIAN: pada bab ini membahas tentang: (a) jenis dan desain penelitian, (b) lokasi dan waktu penelitian, (c) prosedur penelitian, (d) teknik pengumpulan data, (e) teknik analisis data, (f) indicator keberhasilan, (g) tahap-tahap penelitian. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN: Hasil Penelitian dan Pembahasan, meliputi: deskripsi hasil penelitian (paparan data dan temuan penelitian), temuan penelitian, serta pembahasan temuan penelitian. BAB V PENUTUP: di bab ini terdiri dari kesimpulan dan saran. Bagian akhir terdiri dari: daftar rujukan, lampiran-lampiran, surat pernyataan keaslian tulisan, dan daftar riwayat hidup.