BAB I PENDAHULUAN. mengedepankan moralitas dan nilai-nilai keagamaan sebagai basis konsentrasi

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Ai Mintarsih, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Pada era globalisasi peranan sumber daya manusia adalah. sumber penentu atau merupakan faktor dominan dalam pembangunan suatu

BAB 1 PENDAHULUAN. Sebagai negara yang masih berkembang, pendidikan di Indonesia masih. sangat rendah dari segi Sumber Daya Manusia (SDM)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Tuti Rohayati, 2014

BAB I PENDAHULUAN. merupakan suatu wadah yang sangat penting agar warga negara Indonesia dapat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. hal kualitas banyak sekali yang menjadi persolan bersama. Berdasarkan Survey

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pegawai merupakan unsur terpenting dalam menentukan maju

TESIS. Diajukan kepada Program Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Surakarta Untuk Penyusunan Tesis

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan nasional yang diatur secara sistematis. Pendidikan nasional berfungsi

BAB I PENDAHULUAN. di hampir semua aspek kehidupan manusia. Di satu sisi perubahan itu bermanfaat

BAB I PENDAHULUAN. mencapai suatu tujuan cita-cita luhur mencerdaskan kehidupan bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. serta dipupuk secara efektif melalui strategi dan pengelolaan pendidikan dan

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan tidak terlepas dari kualitas pendidikan itu sendiri. Banyak

BAB I PENDAHULUAN. Madrasah Tsanawiyah adalah lembaga pendidikan yang sederajat dengan sekolah

BAB I PENDAHULUAN. dalam rangka meningkatkan kualitas dirinya. Pepatah mengatakan: tuntutlah. bersaing dengan orang lain bahkan dengan negara lain.

DWI KUSTIANTI A FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. pendidikannya, dan demikian pula sebaliknya semakin baik mutu pendidikan.

2015 PENGARUH KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DAN KUALITAS PENDIDIK TERHADAP MUTU PENDIDIKAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Siti Nur Elia Lailasari, 2014

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Upaya penyelenggaraan pendidikan formal yang berkualitas sangat

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah mempunyai tugas penting dalam menyiapkan siswa-siswi untuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. diprioritaskan adalah sektor pendidikan. Menyadari betapa pentingnya. tentang pendidikan harus selalu ditingkatkan.

BAB I PENDAHULUAN. Kebijakan pemerintah yang tertuang dalam Undang-Undang No 32 tahun

BAB I PENDAHULUAN. suatu bangsa, karena dengan pendidikan suatu bangsa dapat mempersiapkan masa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan nasional bertujuan untuk mewujudkan masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN. Sisdiknas No 20/2003, Pasal 5 ayat 1) dalam memperoleh mutu sekolah, tentunya

PERAN KEPALA SEKOLAH DALAM MENINGKATKAN MUTU PENDIDIKAN MELALUI MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH DI MTs. DARUL FALAH PONOROGO

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu pilar dalam kemajuan bangsa, dan

BAB I PENDAHULUAN. kelas, tapi seorang guru juga harus mampu membimbing, mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Kinerja birokrasi pada era reformasi dan otonomi daerah menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Rendahnya mutu lulusan dapat dilihat dari rendahnya daya saing sumber

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam khasanah totalitas mekanisme kerja keorganisasian, dari sekian

BAB I PENDAHULUAN. sebagai bagian dalam upaya menghasilkan karyawan berkualitas.

BAB I PENDAHULUAN. guru, siswa, orang tua, pengelola sekolah bahkan menjadi tujuan pemerintah.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Keberhasilan suatu organisasi sangat tergantung pada kinerja Sumber

KISI-KISI UJI KOMPETENSI KEPALA SEKOLAH/MADRASAH

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. pada kemampuan bangsa itu sendiri dalam meningkatkan kualitas sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. Guru merupakan the key person in the classroom. Berarti guru adalah sosok yang

1. PENDAHULUAN. Madrasah, dalam konteks ini Institusi Pendidikan formal yang berbasis Agama

BAB I PENDAHULUAN. hlm Wahjosumidjo, Kepemimpinan Kepala Sekolah, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2003,

BAB I PENDAHULUAN. seseorang dalam suatu bidang pekerjaan banyak ditentukan oleh tingkat

BAB 1 PENDAHULUAN. begitu ketat, menuntut perusahaan untuk terus membenahi diri melalui pengembangan

BAB I PENDAHULUAN. manusia berkualitas dapat diwujudkan melalui tingkat satuan pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. La tar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. kehidupan lainnya seperti keluarga, sosial kemasyarakatan, pemerintahan,

BAB I PENDAHULUAN. membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya setiap instansi yang didirikan mempunyai harapan bahwa kelak

BAB I PENDAHULUAN. potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah Kabupaten Bandung yang merupakan bagian integral dari sistem

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan bangsa dan mengembangkan sumber daya manusia. Oleh karena

PENGARUH KEPEMIMPINAN DAN BUDAYA ORGANISASI TERHADAP KINERJA KARYAWAN PT. AIR MANCUR WONOGIRI

2015 PENGARUH IKLIM ORGANISASI SEKOLAH TERHADAP KINERJA MENGAJAR GURU DI SMK NEGERI SE-KOTA BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. Undang Dasar 1945 yaitu : untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Makna

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. masukan selama periode tersebut (Dossett dan Greenberg, 1981). a. Perbandingan ukuran harga bagi masukan dan hasil.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fitri Indriyani, 2013

KISI-KISI UJI KOMPETENSI KEPALA SEKOLAH/MADRASAH

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kualitasnya secara terus menerus dan berkelanjutan (continuous

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1. Program Studi Pendidikan Akuntansi. Disusun Oleh :

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Mulyasa (2006:3) perwujudan masyarakat yang berkualitas

BAB II KEPALA MADRASAH DAN KINERJA GURU. madrasah. Kata kepala dapat diartikan ketua atau pemimpin dalam suatu

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. Lokasi SMKN Wonorejo di lingkungan pesantren yang merupakan. lembaga sekolah kejuruan yang bernuansa pesantren, siswa SMKN Wonorejo

SKRIPSI. Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat-syarat. Guna Mencapai Gelar Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Akuntansi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kepemimpinan merupakan energi mempengaruhi dan memberi arah yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. seseorang yang memimpin, yang tergantung dari macam-macam faktor, baik

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan memiliki peranan penting dalam meningkatan sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. semua tingkatan manajemen di perusahaan. Bagaimanapun majunya. berhasil atau tidaknya suatu organisasi.

BAB I PENDAHULUAN. sikap, perilaku, intelektual serta karakter manusia. Menurut Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas. Menurut Suryadi (2011: 2) warga negara berhak memperoleh pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. didayagunakan sedemikian rupa. Para guru perlu digerakkan secara efektif, dan

BAB I PENDAHULUAN. Dunia pendidikan selalu mendapatkan sorotan tajam dari masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. melalui pendidikan, baik secara pendidikan formal, non formal maupun

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dalam kehidupan suatu negara memegang peranan yang. sangat penting untuk menjamin kelangsungan hidup negara dan bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang Masalah dan Penegasan Judul. berlangsung sepanjang sejarah dan berkembang sejalan dengan perkembangan

Kisi-Kisi Uji Kompetensi Kepala Sekolah, UKKS

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pendidikan sangat penting apabila berbicara tentang kualitas

BAB I PENDAHULUAN. hidup yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan individu.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bangsa Indonesia kini sedang dihadapkan pada persoalan-persoalan kebangsaan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. acuan dari kemajuan suatu bangsa. Oleh karena itu perlu ditingkatkan, di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan pondasi kemajuan suatu negara, maju tidaknya

BAB I PENDAHULUAN. mencerdaskan kehidupan bangsa dan meningkatkan kualitas manusia Indonesia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memperbaiki lingkungan kerja di tempat kerja. Lingkungan kerja yang buruk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukan pribadi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Anisa Lestari, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indrie Noor Aini, 2013

BAB I PENDAHULUAN. karena di lembaga inilah setiap anggota masyarakat dapat mengikuti proses

BAB I PENDAHULUAN. kependidikan sebagai unsur yang mempunyai posisi sentral dan strategis

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Di era yang sudah modern ini, madrasah sebagai lembaga pendidikan yang mengedepankan moralitas dan nilai-nilai keagamaan sebagai basis konsentrasi pengembangan pendidikannya sudah tidak dipandang sebelah mata oleh kebanyakan masyarakat kita, mereka dewasa ini mulai memilih untuk menyekolahkan putra-putri mereka ke madrasah yang dianggap lebih mampu menciptakan manusia berilmu sekaligus bermoral. Karena pendidikan umum dianggap telah gagal menciptakan lulusan yang beretika dan beragama, sebagai identitas bangsa Indonesia berasaskan nilai-nilai ketuhanan. Hal itu bisa dilihat dari banyaknya kasus kekerasan, narkoba, dan seks bebas di sekolah umum (Dirjen Pendis Kemenag, 2011: 1). Merujuk pada akar sejarah munculnya madrasah adalah sebagai reaksi atas pola pendidikan yang dibangun oleh pemerintahan Belanda di zaman penjajahan, maka sudah seharusnya kita merefleksikan kembali spirit tersebut dalam mengembangkan madrasah. Dengan tugas utama meraih kembali citra positif sebagai model pendidikan lokal yang kental dengan nuansa lokal dan tentunya seiring sejalan dengan karakter kebangsaan Indonesia sebagai bangsa yang bermoral (Marno dan Trio Suprayitno, 2008: 30). Karena pendidikan pada hakikatnya adalah proses pembentukan watak individu, maka lembaga pendidikan sudah semestinya menjadi lingkungan positif

2 bagi pertumbuhan watak generasi bangsa ini, bukan semata menjadi training center untuk memenuhi kebutuhan industri atau lapangan pekerjaan yang juga belum cukup signifikan keberadaannya sebagai penopang struktur ekonomi kebangsaan. Akibat dari ketidak mampuan pendidikan umum menciptakan lulusan yang berilmu sekaligus bermoral, fakta menunjukkan bahwa mutu pendidikan nasional masih rendah dan jauh ketinggalan dibandingkan dengan negara-negara lain. Berbagai kritikan tajam yang berasal dari berbagai sudut pandang terus ditujukan kepada dunia pendidikan nasional dengan berbagai alasan dan kepentingan. Misalnya, survey yang dilakukan United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO) tahun 2011 terhadap kualitas pendidikan di negara-negara berkembang di Asia Pacific, hasilnya Indonesia menempati peringkat 10 dari 14 negara (Bappenas, 2012). Untuk itulah, madrasah harus mampu memerankan sebagai lembaga pendidikan yang berkualitas dan mampu membawa Indonesia menjadi bangsa yang bermoral. Kualitas pendidikan salah satunya dipengaruhi oleh kinerja mengajar guru dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya, salah satu cermin peningkatan mutu pendidikan di sekolah adalah prestasi guru dalam meningkatkan mutu lulusan yang produktif, dengan semangat kinerja mengajar guru yang tinggi akan menciptakan lulusan dengan kualitas yang berilmu dan berkarakter. Kinerja atau performance dapat diartikan sebagai prestasi kerja, pelaksanaan kerja, pencapaian kerja, hasil kerja, atau unjuk kerja (Mulyasa, 2003: 136). Pendapat lain menyatakan bahwa, kinerja adalah perbuatan dan prestasi

3 serta keterampilan yang ditunjukkan oleh seseorang di dalam melakukan perbuatan atau pekerjaan (Mangkunegara, 2005: 13). Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa kinerja adalah pelaksanaan kerja, unjuk kerja, dan hasil kerja yang dicapai oleh karyawan sesuai dengan wewenang dan tanggung jawabnya untuk mencapai tujuan organisasi, meliputi adanya sasaran, kuantitas, kualitas, efektifitas dan efesiensi. Sedangkan Kinerja mengajar guru adalah kemampuan seorang guru untuk melaksanakan pekerjaan sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Salah satu tugas guru menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, Bab XI, Pasal 39 Ayat (2) adalah merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan. Namun, keinginan regulasi tersebut belum sepenuhnya dilaksanakan oleh guru. Hal ini dibuktikan dengan hasil survey yang dilakukan oleh UNESCO untuk kualitas kinerja guru di Indonesia berada pada level 14 dari 14 negara berkembang. Hal itu menunjukkan bahwa kompetensi dan kinerja guru di Indonesia jauh dari harapan sosok pendidik yang mampu membawa siswanya berkualitas (Bappenas, 2012). Dampak rendahnya kinerja mengajar guru terhadap produktifitas atau kualitas lulusan sangat berperan. Hasil wawancara dengan Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten Sumenep, Idham Chalid menyatakan bahwa lulusan untuk tingkat Madrasah Tsanawiyah Satu Atap di Kabupaten Sumenep pada tahun ajaran 2011/2012 berdasarkan SKL (Standar Kompetensi Lulusan)

4 dinyatakan lulus 100%, namun perlu perbaikan dari tingkat pencapaian nilai standar minimum UASBN. Karena hanya 25 % yang mendapatkan di atas nilai standar minimum UASBN. Untuk itu, diperlukan kinerja mengajar guru yang harus dipupuk dan dikembangkan pada diri guru yang didukung oleh semua pihak di madrasah khususnya kepala madrasah di wilayah Kabupaten Sumenep Jawa Timur. Sebab menurut Idham Chalid, kinerja mengajar guru di MTs Satu Atap di Kabupaten Sumenep saat ini masih dalam tataran normatif dan mengalir saja, tanpa ada peningkatan kinerja yang tinggi dan tidak ada kesadaran untuk mengembangkan kompetensinya untuk menunjang kinerja mengajarnya. Oleh karena itu, jika kinerja mengajar guru tidak baik maka kualitas pendidikan yang dihasilkan juga tidak baik. Kinerja mengajar guru memiliki fungsi vital dalam penyelenggaraan pendidikan, karena kinerja mengajar guru merupakah roh sekaligus jazad dari proses pendidikan. Jika dibandingkan dengan kendaraan bermotor, kinerja mengajar guru sama halnya dengan mesin, apabila kinerja mesin sebuah kendaraan baik maka gerak dan jalan kendaraan tersebut akan baik pula. Selain itu, adanya sarana prasarana, kurikulum, dan semua komponen yang ada di dalam sekolah diadakan untuk menunjang kinerja mengajar guru. Menurut Davis (2007: 276), kinerja dipengaruhi oleh 3 faktor antara lain: (1) Faktor individual yang terdiri dari; kemampuan dan keahlian, latar belakang, dan demografi. (2) Faktor psikologis yang terdiri dari; persepsi, attitude, personality, motivasi, dan pembelajaran. (3) Faktor organisasi yang terdiri dari; sumber daya, kepemimpinan, penghargaan, struktur, dan job desain.

5 Oleh karena itu, jika sekolah menginginkan guru dapat menjalankan tugastugasnya dengan kinerja mengajar yang tinggi, maka di antaranya harus memerankan faktor organisasi (kepemimpinan) dan faktor psikologis (motivasi). Kepemipinan kepala madrasah harus mampu mengoptimalkan tingkat kinerja mengajar guru melalui kebijakan-kebijakannya agar tujuan sekolah dapat dicapai jika guru memiliki kinerja yang tinggi. Selain itu, untuk menghasilkan kinerja mengajar guru yang produktif perlu diciptakan iklim sekolah yang kondusif sehingga muncul motivasi berprestasi dalam melaksanakan tugas-tugasnya di madrasah. Perilaku kepemimpinan kepala madrasah sebagai salah satu peran kepemimpinan secara langsung maupun tidak langsung berperan bagi kinerja mengajar guru. Perilaku kepemimpinan berpengaruh terhadap kinerja bawahan telah dibuktikan Widya Astuti (2008: 79-81) dalam penelitiannya yang berjudul pengaruh perilaku kepemimpinan terhadap kinerja pegawai Dinas Tata Kota Pekanbaru. Hasil penelitiannya menjelaskan bahwa perilaku kepemimpinan yang lebih berpusat pada bawahan, akan menimbulkan motivasi dan kinerja bawahan yang tinggi dalam menjalankan tugasnya. Sebaliknya, jika perilaku kepemimpinan yang tidak efektif akan berdampak terhadap kinerja bawahan. Oleh karena itu, dengan perilaku kepemimpinan kepala madrasah yang efektif dalam sekolah, maka seluruh sumber daya yang dimiliki dapat tergerakkan dengan baik termasuk kinerja mengajar guru. Dalam menjalankan roda kepemimpinan di sekolah, kepala madrasah perlu memerankan dirinya sebagai

6 pembimbing dan pendidik yang baik bagi warga sekolah, khususnya bagi guru dalam menjalankan kinerja mengajar guru. Salah satu bentuk perilaku kepemimpinan kepala madrasah untuk mencapai tujuan pendidikan melalui serangkaian strategi yang diterapkan meliputi cara membina, membimbing, mengembangkan, memotivasi, bekerjasama, berkomunikasi, memantau, dan mengevaluasi seluruh komponen di sekolah khususnya kompetensi guru sangat diperlukan untuk terciptanya kinerja mengajar guru yang baik (Wahjosumidjo, 2003: 105). Menurut Gary Yukl (2010: 345) kepemimpinan (Leadership) merupakan proses mempengaruhi orang lain agar bekerja untuk pencapaian tujuan organisasi. Kepala madrasah sebagai pemimpin menurut Wahjusumijo (2003: 95), harus memiliki strategi yang tepat untuk meningkatkan profesionalisme tenaga kependidikan di sekolahnya untuk mencapai tujuan sekolah. Menciptakan iklim sekolah yang kondusif, memberi nasehat kepada warga sekolah, memberi dorongan kepada seluruh tenaga kependidikan, dan seterusnya. Kepala madrasah juga harus berusaha menanamkan, memajukan dan meningkatkan sedikitnya empat nilai, yaitu pembinaan mental, pembinaan moral, pembinaan fisik, pembinaan artistik Kepemimpinan dengan pendekatan dan perilaku yang sesuai sangat dibutuhkan untuk menghadapi perubahan yang sangat cepat, baik di luar maupun di dalam lingkungan sekolah. Dengan demikian, perilaku kepemimpinan kepala madrasah harus mampu mengembangkan gerakan inovatif, mampu memberdayakan staf dan sekolah sebagai organisasi pendidikan ke dalam suatu

7 perubahan cara berpikir, pengembangan visi, pengertian dan pemahaman yang terus menerus melalui pengolahan aktivitas kerja dengan memanfaatkan bakat, keahlian, kemampuan, ide, dan pengalaman sehingga semua guru merasa terlibat dan bertanggung jawab dalam melaksanakan tugasnya. Diharapkan perilaku kepemimpinan kepala madrasah di MTs Satu Atap di Kabupaten Sumenep dapat menfasilitasi guru untuk memperbaiki, meningkatkan dan mengembangkan kinerja mengajarnya, serta mampu memotivasi kinerja mengajar guru. Selain perilaku kepemimpinan kepala madrasah, faktor lain yang dapat mempengaruhi kinerja mengajar guru adalah motivasi berprestasi guru. Motivasi yang tinggi dari guru akan memunculkan kinerja mengajar guru yang baik pula. Penelitian yang dilakukan oleh Alice Tjandralila Rahardja (2004: 17-18) di SMUK BPK Penabur Jakarta membuktikan bahwa terdapat hubungan positif antara motivasi kerja dengan kinerja mengajar guru. Alice menjelaskan bahwa motivasi merupakan faktor utama yang mendukung berhasilnya kinerja guru, dengan adanya motivasi yang tinggi dalam diri seorang guru maka kinerja mengajar guru akan meningkat dan membaik. Namun, jika guru tidak memimiliki motivasi yang tinggi, maka kinerja mengajar guru juga tidak akan berjalan dengan baik. Robbins (2003: 207) mendefinisikan motivasi sebagai proses yang menjelaskan intensitas, arah dan ketekunan usaha untuk mencapai suatu tujuan. Mangkunegara (2005: 61) menyatakan : motivasi terbentuk dari sikap (attitude) karyawan dalam menghadapi situasi kerja di perusahaan (situation). Motivasi

8 merupakan kondisi atau energi yang menggerakkan diri karyawan yang terarah atau tertuju untuk mencapai tujuan organisasi perusahaan. Sikap mental karyawan yang pro dan positif terhadap situasi kerja itulah yang memperkuat motivasi kerjanya untuk mencapai kinerja maksimal. Karena itu, motivasi berprestasi guru bisa diartikan sebagai dorongan mental yang tinggi yang dimiliki oleh seorang guru dalam melakukan pekerjaan untuk mencapai tujuan sekolah. Kaitannya dengan kinerja mengajar guru, motivasi yang tinggi dan baik memiliki peran penting untuk membantu guru dalam melaksanakan kegiatan belajar menagajar di kelas, sehingga mutu lulusan yang berkualitas tercapai. Motivasi berprestasi guru terasa begitu signifikan untuk menciptakan input, proses, dan output peserta didik yang bermutu tinggi, dengan melalui kinerja mengajar yang baik. Melahirkan motivasi kerja positif di lingkungan kerja para guru penting, namun sering terhalangi kendala seperti kepemimpinan kepala madrasah dan iklim lingkungan kerja yang tidak membangkitkan motivasi berprestasi agar lebih baik, lebih adil, lebih jujur serta bersungguh-sungguh (Mi raj Dodi Kurniawan, 2009: 1). Kunci keberhasilan seorang pemimpin dalam menggerakkan para guru atau bawahannya terletak pada kemampuannya untuk memahami faktor-faktor motivasi kerja sedemikian rupa sehingga menjadi daya pendorong yang efektif (Siagian, 2006: 139). Kebutuhan yang dimaksud di atas merupakan suatu petunjuk bagi kepala madrasah untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan guru seefektif mungkin. Secara teoritik hubungan kepemimpinan kepala madrasah itu apabila

9 dibina dan dilaksanakan dengan baik, maka motivasi berprestasi akan muncul dalam diri guru setiap melaksanakan kinerja mengajar guru. Dengan motivasi yang positif dan tinggi muncul dari diri seorang guru, maka kesadaran guru akan perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi pembelajaran akan selalu diperhatikan dalam melaksanakan tugasnya. Oleh karena teori dan penelitian terdahulu di atas, peneliti akan mengungkapkan dan membuktikan seberapa besar kontribusi kepemimpinan kepala madrasah dan motivasi berprestasi guru terhadap kinerja mengajar guru berpendidikan S1 pada MTs Satu Atap di Kabupaten Sumenep Jawa Timur. B. Identifikasi Masalah dan Perumusan Masalah 1. Identifikasi Masalah Berdasarkan dari latar belakang masalah yang dipaparkan di atas, peneliti dapat mengidentifikasi masalah yang berkaitan dengan kinerja mengajar guru berpendidikan S1 pada MTs Satu Atap di Kabupaten Sumenep Jawa Timur. Kinerja Mengajar Guru adalah prestasi kerja, pelaksanaan kerja, pencapaian kerja, hasil kerja atau unjuk kerja, dan kemampuan yang dimiliki oleh guru dalam melakukan kegiatan mengajar, sehingga terlihat prestasi pekerjaannya dalam mencapai tujuan pendidikan. Bidang-bidang yang menjadi tanggung jawab guru dalam mengajar adalah tiga bidang pokok, yaitu mempersiapkan pengajaran, melaksanakan pengajaran, dan menilai hasil-hasil pengajaran (UU No. 20 Tahun 2003, Bab XI Pasal 39 Ayat 2).

10 Kualitas pendidikan dipengaruhi oleh kinerja mengajar guru dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya, dengan semangat kinerja mengajar guru yang tinggi, akan tercipta lulusan dengan kualitas yang bagus. Namun, kinerja mengajar guru di Indonesia masih sangat rendah, hal ini terbukti dari hasil survey yang dilakukan oleh UNESCO untuk kualitas kinerja menggajar guru di Indonesia berada pada level 14 dari 14 negara berkembang. Hal itu menunjukkan bahwa kinerja dan kompetensi pendidik di Indonesia jauh dari harapan sosok pendidik yang mampu membawa siswanya berkualitas (Bappenas, 2012). Oleh karena kinerja mengajar guru yang rendah tersebut berdampak terhadap kualitas pendidikan Indonesia. Selain itu, Idham Chalid, kepala Kemenag Sumenep, mengatakan bahwa kinerja mengajar guru di MTs Satu Atap di Kabupaten Sumenep saat ini masih dalam tataran normatif dan mengalir saja, tanpa ada peningkatan kinerja yang tinggi dan tidak ada kesadaran untuk mengembangkan kompetensinya untuk menunjang kinerja mengajarnya. Hal itu dibuktikan dari hasil UN siswa yang 75% hanya memperoleh standar minimal nilai UN yang diberlakukan pemerintah. Sebagai komponen utama dalam pelayanan pendidikan, kinerja mengajar guru tidak bisa berdiri sendiri dalam mencapai tujuan madrasah yang diharapkan. Aspek eksternal maupun internal harus memerankan dirinya untuk membantu terjadinya kinerja mengajar guru yang baik. Dalam hal ini, peneliti fokus pada faktor perilaku kepemimpinan kepala madrasah dan motivasi berprestasi dalam memperbaiki dan meningkatkan kinerja mengajar guru berpendidikan S1 pada MTs Satu Atap di Kabupaten Sumenep Jawa Timur. Karena dari hasil studi awal

11 di lapangan, kedua variabel tersebut memiliki kontribusi dalam meningkatkan kinerja mengajar guru berpendidikan S1 pada MTs Satu Atap di Kabupaten Sumenep. Perilaku kepemimpinan kepala madrasah merupakan tugas dalam kepemimpinan dalam mengarahkan dan memanfaatkan segala sumber daya yang tersedia demi proses belajar di sekolah. Guru merupakan sumber daya yang paling utama dalam proses pendidikan. Dengan motivasi, bimbingan, pengarahan, dan pemberian fasilitas dari kepala madrasah terhadap guru dalam menjalankan tugasnya. Karena faktor perilaku kepemimpinan kepala madrasah tersebut, kinerja mengajar guru dapat optimal dan mampu menciptakan mutu lulusan yang berkualitas. Widya Astuti (2008: 79-81) dari hasil penelitiannya menjelaskan bahwa perilaku kepemimpinan yang lebih berpusat pada bawahan, akan memperbaiki, menimbulkan, dan meningkatkan motivasi dan kinerja bawahan yang tinggi dalam menjalankan tugasnya. Sebaliknya, jika perilaku kepemimpinan yang tidak efektif akan berdampak terhadap kinerja bawahan. Jadi, kinerja mengajar guru sangat bergantung dengan perilaku kepemimpinan kepala madrasah. Selain faktor perilaku kepemimpinan kepala madrasah, motivasi berprestasi guru juga sangat signifikan untuk menciptakan input, proses, dan output peserta didik yang bermutu tinggi, dengan melalui kinerja mengajar yang baik. Melahirkan motivasi berprestasi di lingkungan kerja guru sangat penting, dengan adanya motivasi yang tinggi dalam diri setiap guru, maka akan mendorong guru untuk melaksanakan kinerja mengajar yang baik.

12 Alice Tjandralila Rahardja (2004: 17-18) dalam penelitiannya menjelaskan bahwa motivasi merupakan faktor utama yang mendukung berhasilnya kinerja guru, dengan adanya motivasi yang tinggi dalam diri seorang guru maka kinerja mengajar guru akan meningkat dan membaik. Namun, jika guru tidak memimiliki motivasi yang tinggi, maka kinerja mengajar guru juga tidak akan berjalan dengan baik. Faktor perilaku kepemimpinan kepala madrasah dan motivasi berprestasi guru dalam memperbaiki dan mengkatkan kinerja mengajar guru diperkuat pendapat Davis (2007: 276), yang mengemukakan bahwa kinerja dipengaruhi oleh 3 faktor antara lain: (1) Faktor individual yang terdiri dari; kemampuan dan keahlian, latar belakang, dan demografi. (2) Faktor psikologis yang terdiri dari; persepsi, attitude, personality, motivasi, dan pembelajaran. (3) Faktor organisasi yang terdiri dari; sumber daya, kepemimpinan, penghargaan, struktur, dan job desain. Lebih jelasnya bisa dilihat pada gambar berikut ini : Individual : Kemampuan Keterampilan Latar Belakang Demografi Kinerja Organisasi : Struktur Kepemimpinan Desain Sumber Daya Penghargaan Psikologis: Mental Motivasi Kepribadian Sikap Pembelajaran Gambar 1.1 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kinerja

13 Berdasarkan itu, perilaku kepemimpinan kepala madrasah dan motivasi berprestasi guru harus selalu berperan dalam memperbaiki dan meningkatkan kinerja mengajar guru, sehingga dengan kinerja mengajar guru yang baik, kualitas pendidikan dapat tercapai. 2. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah tersebut di atas, permasalahan yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah : a. Bagaimana perilaku kepemimpinan kepala madrasah pada MTs Satu Atap di Kabupaten Sumenep Jawa Timur? b. Bagaimana motivasi berprestasi guru MTs Satu Atap di Kabupaten Sumenep Jawa Timur? c. Bagaimana kinerja mengajar guru berpendidikan S1 MTs Satu Atap di Kabupaten Sumenep Jawa Timur? d. Seberapa besar kontribusi perilaku kepemimpinan kepala madrasah terhadap kinerja mengajar guru berpendidikan S1 pada MTs Satu Atap di Kabupaten Sumenep Jawa Timur? e. Seberapa besar kontribusi motivasi berprestasi guru terhadap kinerja mengajar guru berpendidikan S1 pada MTs Satu Atap di Kabupaten Sumenep Jawa Timur? f. Seberapa besar kontribusi perilaku kepemimpinan kepala madrasah dan motivasi berprestasi guru terhadap kinerja mengajar guru

14 berpendidikan S1 pada MTs Satu Atap di Kabupaten Sumenep Jawa Timur? C. Tujuan Penelitian Tujuan umum yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah untuk memperbaiki dan meningkatkan kinerja mengajar guru berpendidikan S1 pada MTs Satu Atap di Kabupaten Sumenep Jawa Timur melalui peran perilaku kepemimpinan kepala madrasah yang efektif dan motivasi berprestasi guru yang tinggi. Sedangkan tujuan khusus yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah: 1. Untuk menganalisis perilaku kepemimpinan kepala madrasah pada MTs Satu Atap di Kabupaten Sumenep Jawa Timur. 2. Untuk menganalisis motivasi berprestasi guru pada MTs Satu Atap di Kabupaten Sumenep Jawa Timur. 3. Untuk menganalisis kinerja mengajar guru berpendidikan S1 pada MTs Satu Atap di Kabupaten Sumenep Jawa Timur. 4. Untuk menganalisis seberapa besar kontribusi perilaku kepemimpinan kepala madrasah terhadap kinerja mengajar guru berpendidikan S1 pada MTs Satu Atap di Kabupaten Sumenep Jawa Timur. 5. Untuk menganalisis seberapa besar kontribusi motivasi berprestasi guru terhadap kinerja mengajar guru berpendidikan S1 pada MTs Satu Atap di Kabupaten Sumenep Jawa Timur.

15 6. Untuk menganalisis seberapa besar kontribusi perilaku kepemimpinan kepala madrasah dan motivasi berprestasi guru terhadap kinerja mengajar guru berpendidikan S1 pada MTs Satu Atap di Kabupaten Sumenep Jawa Timur. D. Manfaat / Signifikansi Penelitian Manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini adalah : 1. Manfaat Teoritis Dari segi ilmiah, penelitian ini diharapkan dapat menambah khazanah ilmu pengetahuan tentang kontribusi kepemimpinan kepala madrasah dan motivasi berprestasi terhadap kinerja mengajar guru dan dapat digunakan sebagai bahan acuan di bidang penelitian yang sejenis. 2. Manfaar Praktis a. Bagi MTs Satu Atap di Kabupaten Sumenep Jawa Timur Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan wacana yang positif bagi kepala madrasah untuk meningkatkan kepemimpinan kepala madrasah dan motivasi berprestasi dalam meningkatkan kinerja mengajar guru berpendidikan S1 di MTs Satu Atap di Kabupaten Sumenep Jawa Timur. b. Bagi Peneliti Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan tentang kontribusi kepemimpinan kepala madrasah dan motivasi berprestasi

16 guru terhadap kinerja mengajar guru berpendidikan S1 MTs Satu Atap di Kabupaten Sumenep Jawa Timur. Di samping itu, diharapkan juga sebagai penelitian awal yang di kemudian hari akan ditindaklanjuti dengan penelitian lain di bidang perilaku kepemimpinan kepala madrasah, motivasi berprestasi guru, dan kinerja mengajar guru yang lebih aplikatif. E. Struktur Organisasi Tesis Untuk memudahkan pemahaman dan pemecahan masalah secara lebih terstruktur dan sistematis, maka penulis menyusun suatu bentuk penulisan sebagai berikut: Bab I: Pendahuluan. Pada bab ini berisi tentang latar belakang penelitian, identifikasi dan rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat/signifikansi penelitian, dan struktur organisasi tesis. Bab II: Kajian Pustaka, Kerangka Pemikiran, Dan Hipotesis. Pada bagian ini memaparkan landasan teori berupa uraian mengenai teori-teori yang mendukung penelitian ini sebagai dasar pemikiran dan pemecahan masalah yang kemudian dijadikan kerangka pikir penilitian untuk selanjutnya diperoleh hipotesis penelitian. Bab III: Metode Penelitian. Bab ini berisi tentang lokasi dan subjek populasi/sampel penelitian, pendekatan dan metode penelitian, definisi operasional, instrumen penelitian, teknik pengumpulan data, dan analisis data.

17 Bab IV: Hasil Penelitian dan Pembahasan. Bagian ini berisi keseluruhan data dari hasil observasi dan kuesioner. Memaparkan hasil pengolahan data berdasarkan prosedur yang telah ditetapkan serta memaparkan hasil analisis data yang dilakukan. Hasil analisis ini kemudian dilakukan pembahasan berkaitan dengan permasalahan penelitian. Bab V: Kesimpulan dan Saran. Bab ini berisi penafsiran dan pemaknaan peneliti terhadap hasil temuan penelitian dan implikasi. Saran atau rekomendasi yang dihasilkan ditujukan kepada para pengguna hasil penelitian dan kepada peneliti berikutnya yang berminat untuk melakukan penelitian selanjutnya.