PENYELESAIAN WANPRESTASI DARI PEMBAYARAN KREDIT DI LPD DESA PAKRAMAN LEBIH GIANYAR

dokumen-dokumen yang mirip
Penyelesaian Kredit Macet bagi Debitur Di Lembaga Perkreditan Desa (LPD), Desa Pakraman Kaba Kaba Kecamatan Kediri, Kabupaten Tabanan

PELAKSANAAN PEMBERIAN KREDIT BAGI NASABAH PADA LPD KESIMAN

PEMBERIAN KREDIT KEPADA WARGA LUAR DESA PAKRAMAN SETEMPAT OLEH LEMBAGA PERKREDITAN DESA (LPD) DESA PAKRAMAN PANGI KECAMATAN DAWAN KABUPATEN KLUNGKUNG

PELAKSANAAN PEMBERIAN KREDIT KEPADA ANGGOTA MASYARAKAT PADA LEMBAGA PERKREDITAN DESA DI KOTA DENPASAR

Oleh : I Made Hengki Permadi Dewa Gde Rudy I Wayan Novy Purwanto. Program Kekhususan Hukum Perdata, Universitas Udayana

PERSYARATAN JAMINAN DAN PENYELESAIAN KREDIT MACET DALAM PRAKTEKNYA PADA LEMBAGA PERKREDITAN DESA (LPD) DESA ADAT KUTA

BENTUK PENGIKAT JAMINAN DAN PENYELESAIAN KREDIT MACET DI LEMBAGA PERKREDITAN DESA (LPD) CANGGU DI KABUPATEN BADUNG

IMPLEMENTASI KREDIT TANPA AGUNAN DALAM HAL DEBITUR WANPRESTASI PADA PT BANK OVERSEAS CHINEESE BANKING CORPORATION (OCBC) NISP TBK CABANG DENPASAR

PENYELESAIAN WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN KREDIT PADA LEMBAGA PERKREDITAN DESA PADA DESA PAKRAMAN PADANGSAMBIAN DENPASAR

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 43 TAHUN 2006 TENTANG

TANGGUNGJAWAB PENGURUS LPD DALAM PENGELOLAAN KEUANGAN DESA PAKRAMAN Oleh I Gusti Ngurah Rama Darmawangsa*, I Ketut Mertha**, I Made Sarjana***

TINJAUAN UMUM PERJANJIAN KREDIT DAN LEMBAGA PERKREDITAN DESA (LPD) Oleh: M.S Chandra Jaya ABSTRACT

BAB I PENDAHULUAN. lembaga ekonomi milik Desa Pekraman. Pasal 1 angka 11 Peraturan Daerah

PENYELESAIAN KREDIT MACET BAGI DEBITUR DI LEMBAGA PERKREDITAN DESA (LPD), DESA PAKRAMAN KABA KABA KECAMATAN KEDIRI, KABUPATEN TABANAN

GUBERNUR BALI PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 3 TAHUN 2017 TENTANG LEMBAGA PERKREDITAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI,

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG LEMBAGA PERKREDITAN DESA. 2.1 Sejarah Singkat Terbentuknya Lembaga Perkreditan Desa (LPD)

PEMBERIAN KREDIT DENGAN JAMINAN FIDUSIA SEBAGAI UPAYA PENGAMANAN PIHAK BANK PADA BANK PEMBANGUNAN DAERAH CABANG KLUNGKUNG

oleh I Nyoman Triambara Saputra Desak Dewi Kasih Bagian Hukum Bisnis Fakultas HukumUniversitas Udayana

RINGKASAN SKRIPSI ABSTRAK

EKSISTENSI LEMBAGA PERKREDITAN DESA SETELAH DIKELUARKANNYA UNDANG UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG LEMBAGA KEUANGAN MIKRO

PENYELESAIAN KREDIT BERMASALAH DALAM PERJANJIAN KREDIT DENGAN JAMINAN HAK TANGGUNGAN DI BPR KARYA SARI SEDANA DENPASAR

AKIBAT HUKUM KREDIT TANPA JAMINAN BAGI PIHAK DEBITUR

JUAL-BELI TANAH PEKARANGAN DESA (PKD) (STUDI KASUS DI DESA PEKRAMAN PENESTANAN, KECAMATAN UBUD, KABUPATEN GIANYAR)

PELAKSANAAN PERJANJIAN KREDIT DENGAN JAMINAN SURAT SERTIFIKAT TANAH YANG BUKAN MILIK DEBITUR PADA PT. BPR. DEWATA CANDRADANA DI DENPASAR *

WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN KREDIT PADA BANK RAKYAT INDONESIA (PT PERSERO)Tbk CABANG DENPASAR

Oleh : I MADE WISNU SAPUTRA ADIWATI I NYOMAN MUDANA. Hukum Bisnis, Fakultas Hukum, Universitas Udayana

KENDALA DALAM PENYELESAIAN KREDIT MACET PADA PT. BANK PEMBANGUNAN DAERAH BALI CABANG DENPASAR.

BAB I PENDAHULUAN. piutang ini dalam Kitab Undang-undang Hukum Perdata (yang selanjutnya disebut

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan pembangunan nasional adalah mewujudkan masyarakat adil dan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari manusia tak lepas dari kebutuhan yang

BAB IV PENUTUP. 1. Latar belakang pihak kreditur membuat perjanjian kredit dalam bentuk akta

AKIBAT HUKUM PERJANJIAN KERJASAMA KOPERASI DENGAN BANK DI DENPASAR DALAM PEMBERIAN KREDIT PEMILIKAN RUMAH (KPR)

PENYELESAIAN KREDIT MACET PADA KSU.TUMBUH KEMBANG, PEMOGAN, DENPASAR SELATAN Oleh: Gde Dianta Yudi Pratama I Ketut Westra Ni Putu Purwanti

ASPEK HUKUM PEMBERIAN KREDIT DENGAN JAMINAN OBLIGASI NEGARA RITEL

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan kepastian hukum bagi lembaga-lembaga ekonomi khususnya bagi

PENYELESAIAN KREDIT MACET DENGAN JAMINAN FIDUSIA AKIBAT DEBITUR WANPRESTASI

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 3/16/PBI/2001 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 3/1/PBI/2001 TENTANG PROYEK KREDIT MIKRO

BAB I PENDAHULUAN. dengan memiliki lembaga keuangan yang kuat dan modern. Dimana

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan, Bank

I. PENDAHULUAN. Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, dalam rangka memelihara

ANALISIS PERJANJIAN KREDIT DENGAN OBJEK JAMINAN BERUPA SURAT KEPUTUSAN PENSIUN JANDA/DUDA PADA BANK TABUNGAN PENSIUNAN NASIONAL DENPASAR

PELAKSANAAN PERJANJIAN PINJAM-MEMINJAM DENGAN JAMINAN BENDA TIDAK BERGERAK PADA KOPERASI SIMPAN PINJAM (KSP) SRINADI DI KABUPATEN KLUNGKUNG

BAB II KAJIAN PUSTAKA. berupa uang/surat-surat berharga lainnya. hidup krama desa untuk menunjang pembangunan.

BAB I PENDAHULUAN. sangat besar. Sektor sektor ekonomi yang menopang perekonomian di Indonesia

CATUR PURUSA ARTHA SEBAGAI DASAR KEGIATAN USAHA LEMBAGA PERKREDITAN DESA (LPD) DI DESA PAKRAMAN KIKIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dunia perbankan merupakan salah satu lembaga keuangan yang mempunyai

Oleh: Made Andri Rismayani I Gusti Ayu Puspawati Ida Bagus Putu Sutama. Bagian Hukum Bisnis Fakultas Hukum Universitas Udayana

DAFTAR WAWANCARA Jawab

BAB I PENDAHULUAN. disertai oleh kebutuhan manusia yang semakin meningkat,sehingga. Nasional merupakan salah satu upaya untuk mewujudkan kesejahteraan

PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. nilai strategis dalam kehidupan perekonomian suatu negara. Lembaga. Perubahan Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan,

PENYELESAIAN KREDIT MACET TANPA JAMINAN PADA KOPERASI

BAB I PENDAHULUAN. perubahan terencana dan terarah yang mencakup aspek politis, ekonomi, demografi, psikologi, hukum, intelektual maupun teknologi.

ASPEK-ASPEK HUKUM PERKREDITAN PADA BANK EKA AYU ARTHA BHUWANA KABUPATEN GIANYAR. Oleh: I Gede Sakih Sastrawan Ida Bagus Putra Atmadja Dewa Gede Rudy

ANALISIS PROSEDUR PEMBERIAN KREDIT KONSUMTIF KEPADA NASABAH PADA PT.BANK PEMBANGUNAN DAERAH BALI CABANG RENON PERIODE

BUPATI PAKPAK BHARAT

PENYELESAIAN PERUSAHAAN PEMBIAYAAN KONSUMEN DALAM HAL DEBITUR WANPRESTASI PADA SUZUKI FINANCE CABANG DENPASAR

BAB I PENDAHULUAN. hukum membutuhkan modal untuk memulai usahanya. Modal yang diperlukan

BAB I PENDAHULUAN. rakyat banyak saat ini terus dilakukan. Berbagai upaya ke arah itu khususnya di

JAMINAN TANAH WARIS DI LUAR DESA TENGANAN PEGRINGSINGAN

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 69 Tahun 1958 tentang

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 16 TAHUN 2008 TENTANG PENGURUS DAN PENGAWAS INTERNAL LEMBAGA PERKREDITAN DESA

BAB I PENDAHULUAN. dengan adanya jaminan dalam pemberian kredit merupakan keharusan yang tidak

PROSEDUR PEMBERIAN KREDIT KONSUMTIF PADA PT. BANK PEMBANGUNAN DAERAH BALI CABANG PEMBANTU KAMBOJA DENPASAR

PENYELESAIAN PERKARA DI LUAR PENGADILAN DI DALAM KONDISI DUALISME PEMERINTAHAN DESA Oleh : Luh Putu Yandi Utami. Wayan P. Windia Ketut Sudantra

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Perbankan) Pasal 1 angka 11, menyebutkan : uang agar pengembalian kredit kepada debitur dapat dilunasi salah satunya

PERALIHAN KREDIT MODAL KERJA PERMANEN MENJADI KREDIT UMUM PADA LEMBAGA PEMBIAYAAN BANK PEMBANGUNAN DAERAH BALI CABANG NEGARA KABUPATEN JEMBRANA

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 3/1/PBI/2001 TENTANG PROYEK KREDIT MIKRO GUBERNUR BANK INDONESIA

CONTOH SURAT PERJANJIAN SEWA BELI RUMAH

BAB IV ANALISIS HUKUM TERHADAP PERUBAHAN BANK GARANSI DALAM SUATU PENJAMINAN. A. Prosedur Perubahan/Amendment Bank Garansi Terhadap Perubahan Nilai

I. PENDAHULUAN. perusahaan harus dijalankan dan dikelola dengan baik. Pengelolaan perusahaan

PENYELESAIAN PERKARA OLEH LEMBAGA ADAT MENGENAI PERKELAHIAN ANTAR SESAMA KRAMA DESA YANG TERJADI DI DESA PAKRAMAN SARASEDA

BAB III PELAKSANAAN PENALTI PADA NASABAH YANG MELUNASI HUTANG SEBELUM MASA JATUH TEMPO DI BANK DANAMON SIMPAN PINJAM

ABSTRAK. Prosedur pemberian kredit modal kerja

AKIBAT HUKUM BAGI DEBITUR YANG TELAH MENANDATANGANI PERJANJIAN STANDAR KREDIT PADA BPR TATA ANJUNG SARI DENPASAR

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

I. PENDAHULUAN. untuk menanggung pembayaran kembali suatu hutang, oleh karena itu

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya setiap orang yang hidup di dunia dalam memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah masalah perekonomian. Dengan sempitnya lapangan

PENYELESAIAN KREDIT MACET PADA PT. BANK PERKREDITAN RAKYAT ULATIDANA RAHAYU DI KABUPATEN GIANYAR

BAB I PENDAHULUAN. Negara Republik Indonesia merupakan negara hukum (rechtstaat) dimana

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan nasional suatu bangsa mencakup di dalamnya

PENYELESAIAN WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN KREDIT BANK PADA PT. BANK NEGARA INDONESIA (BNI) KANTOR CABANG UNIT (KCU) SINGARAJA

BAB I PENDAHULUAN. ini hampir seluruh kegiatan ekonomi yang terjadi, berkaitan dengan bank. Untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. Namun demikian perjanjian kredit ini perlu mendapat perhatian khusus dari

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. untuk memotivasi individu-individu untuk mencapai keselarasan tujuan. Teori ini

BAB I PENDAHULUAN. segala kebutuhannya tersebut, bank mempunyai fungsi yang beragam dalam

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG

DESA PAKRAMAN UBUNG KECAMATAN DENPASAR UTARA KOTA DENPASAR Alamat : Jl. Cokroaminoto, No. 125 Denpasar, Telp. (0361)

BAB I PENDAHULUAN. tugas yang diemban perbankan nasional tidaklah ringan. 1. perbankan menyatakan bahwa bank adalah : badan usaha yang menghimpun

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 44 TAHUN 2017 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul

BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI HUKUM JAMINAN KREDIT. Istilah hukum jaminan berasal dari terjemahan zakerheidesstelling,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 10/ 35 /PBI/2008 TENTANG FASILITAS PENDANAAN JANGKA PENDEK BAGI BANK PERKREDITAN RAKYAT

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional, salah satu usaha untuk mewujudkan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana terkandung dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992

TANGGUNG JAWAB PEGAWAI NEGERI SIPIL YANG DIBERHENTIKAN DENGAN TIDAK HORMAT TERKAIT DENGAN KREDIT YANG DIPEROLEHNYA PADA PT

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Munculnya berbagai lembaga pembiayaan dewasa ini turut memacu

Oleh I Wayan Gede Pradnyana Widiantara I Nengah Suantra Hukum Perdata Fakultas Hukum Universitas Udayana ABSTRAK

Transkripsi:

PENYELESAIAN WANPRESTASI DARI PEMBAYARAN KREDIT DI LPD DESA PAKRAMAN LEBIH GIANYAR I GUSTI NGURAH NYOMAN ARNAWA ADIWATI I NYOMAN MUDANA Hukum Perdata Fakultas Hukum Universitas Udayana Denpasar ABSTRACT Village Credit Institutions is belong of custom village that specified in the awig-awig and perarem of custom village. In return of credit at Credit Institutions village, people more tend to pay off all their loans in the Village Credit Institutions rather than custome penalized because according to their that custom sanctions they will faced by the public. And if the Village Credit Institutions difficulty in collecting the loan hence the Village Credit Institutions will bestow to the custom village. Customary sanctions to be awarded it depends on from the result of custom village meeting which may in the form of seizure of the wealth of the borrower's credit, and others. Keywords: Village Credit Institution,credit,customsanctions. ABSTRAK Lembaga Perkreditan Desa yang merupakan milik Desa Adat diatur didalam Awig-Awig Desa Adat dan Perarem Desa Adat. Dalam mengembalikan kredit pada Lembaga Perkreditan Desa, masyarakat lebih cenderung untuk melunasi semua pinjamannya di Lembaga Perkreditan Desa daripada dikenakan sanksi adat karena menurut mereka di dalam sanksi adat mereka akan berhadapan dengan masyarakat. Dan apabila Lembaga Perkreditan Desa mengalami kesulitan di dalam menagih pinjaman kredit maka Lembaga Perkreditan Desa akan melimpahkan pada Desa Adat. Sanksi adat yang akan diberikan itu tergantung dari hasil rapat Desa Adat yang dapat berupa perampasan kekayaan dari peminjam kredit, dan lain-lain. Kata Kunci : Lembaga Perkreditan Desa,Kredit,Sanksi Adat. I. PENDAHULUAN LPD merupakan suatu bentuk lembaga ekonomi milik desa pakraman yang melaksanakan kegiatan usaha di lingkungan Desa dan 1

untuk Krama Desa. 1 Ketentuan tersebut menunjukkan bahwa LPD merupakan suatu bentuk lembaga ekonomi, yang oleh Perda diakui dan dikukuhkan dalam status hukum sebagai suatu bentuk Badan Usaha Keuangan, dengan sifat yang bersifat khusus, karena hanya menyelenggarakan kegiatan usaha dalam wilayah desa pakraman. Dalam menyalurkan kredit, Lembaga Perkreditan Desa memberikan bunga pada setiap kelambatan pembayaran angsuran pokoknya dan untuk penjaminan pembayaran kredit, berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Nyoman Mudayasa selaku Ketua LPD dan Nyoman Tirtayasa selaku bendahara LPD menyatakan : Jika krama desa selaku anggota LPD meminjam uang lebih dari 1 juta diwajibkan memakai agunan benda seperti : BPKB sepeda motor, BPKB mobil, sampai dengan sertifikat tanah yang dimiliki nasabah tanpa melalui perjanjian pembebanan. Jika krama desa meminjam ua ng kurang dari 1 juta, tidak perlu memakai jaminan berupa benda cukup dengan surat keterangan dari kelian adat setempat (wawancara pada tanggal 8 Oktober 2012). Apa yang dinyatakan oleh pengurus LPD tentang jaminan sebagai pelunasan utang tersebut, dalam pelaksanaannya jika terjadi wanprestasi atau utang sudah tidak bisa terbayar, yang diutamakan adalah penerapan sanksi adat yang terdapat dalam awig-awig desa pakraman bukan menyita jaminannya sebagai pelunasan utang. Penerapan sanksi adat lebih ditekankan dalam penyelesaian kredit yang tidak memenuhi pelunasan kredit (wanprestasi) untuk lebih mendisiplinkan para nasabah atau peminjam kredit yang tidak taat dengan aturan-aturan LPD. Tujuan penulisan artikel ini adalah untuk mengetahui syarat-syarat mendapatkan kredit di Lembaga Perkreditan Desa dan untuk mengetahui upaya penyelesaian apabila debitur wanprestasi. 1 Ida Bagus Wiyasa Putra edit, 2001, Landasan Teoritis Pengaturan LPD, Udayana University Press, Denpasar, hal.35. 2

II. ISI MAKALAH 2.1 METODE PENELITIAN Dalam penyusunan skripsi ini menggunakan metode hukum empiris. Dalam arti bahwa penelitian hukum ini menggunakan pendekatan dari aspek empiris yang bertumpu pada sifat hukum yang nyata/sesuai dengan kenyataan hidup dalam masyarakat. Karena penelitian ini adalah penelitian empiris maka sumber datanya ada lah: Penelitian kepustakaan (library research) dan Penelitian Lapangan ( Field research). Di dalam pengumpulan data-data yang diperoleh dari kepustakaan dikumpulkan melalui pencatatan-pencatatan dari buku literatur karangan-karangan ilmiah dan peraturan perundang-undangan yang berhubungan dengan masalah yang diteliti. Sedangkan pengumpulan data dari penelitian lapangan dipergunakan teknik wawancara. Teknik pengolahan data yang dipergunakan adalah teknik kualitatif. Kemudian data tersebut dianalisis secara kualitatif selanjutnya disajikan secara diskripti. 2.2. HASIL DAN PEMBAHASAN 2.2.1. Proses Peminjaman Kredit Pada LPD Desa Pakraman Lebih. Fungsi utama LPD adalah kegiatan simpan-pinjam dalam menyelenggarakan fungsinya, LPD menggunakan sistem manajemen keuangan modern, mendekati manajemen perbankan. 2 Perjanjian pinjaman yang diberikan oleh Lembaga Perkreditan Desa (LPD) Desa Pekraman Lebih kepada penerima kredit adalah merupakan format yang diberikan oleh Bank Pembangunan Daerah (BPD). Bank Pembangunan Daerah milik Pemerintah Daerah Bali sebagai Bank yang dipercayakan oleh Pemerintah Daerah Tingkat I Bali dalam ikut membantu keu angan Lembaga Perkreditan Desa 3 Lembaga Perkreditan Desa (LPD) Desa 2 Ibid, hal.37 3 Mahayana Putra I Komang, Et. al, Identifikasi Permasalahan Dalam Pengelolaan Lembaga Perkreditan, Makalah, Denpasar 3

Pekraman Lebih hanya menambahkan hal-hal yang kurang seperti surat kuasa. Pengambil kredit jika ingin meminjam kredit pada Lembaga Perkreditan Desa harus mematuhi dan melaksanakan aturan-aturan yang ada. Aturan-aturan yang mengatur tentang perjanjian kredit pada Lembaga Perkreditan Desa telah diatur secara tegas di dalam Perarem Desa Pekraman Lebih Indik Lembaga Perkreditan Desa yaitu pada Sarga VI Pawos 13 Perarem Desa Pekraman Lebih. Proses peminjaman harus diawali dengan mengisi formulir permohonan, persetujuan dari kelihan adat atau bendesa dan persetujuan dari istri/suami untuk kemudian disetujui oleh Kelihan Desa. 2.2.2. paya LPD Dalam Penyelesaian Kredit Apabila Debitur Wanprestasi Berdasarkan Awig-Awig Desa Di LPD Desa Pakraman Lebih Penyaluran kredit dari LPD kepada masyarakat ikut mendorong laju pertumbuhan industri kecil/mikro sehingga pertumbuhan ekonomi masyarakat desa semakin maju, hal ini juga berarti dapat mempengaruhi peningkatan pendapat masyarakat (Multifer Effet) 4.Warga yang tidak melunasi utang-utangnya di Lembaga Perkreditan Desa itu walaupun tidak dikenakan sanksi adat seperti yang termuat didalam Awig-Awig tapi di dalam pelaksanaan dari hasil paruman dilaksanakan dengan sebaik-baiknya dan bahkan terkadang warga merasa aman dan dilindungi oleh Desa Adatnya. Apabila tidak dapat memenuhi sanksi denda, akan dijatuhkan sanksi adat kanorayang. Lebih lanjut dinyatakan oleh Bapak I Nyoman Mudayasa (Ketua Lembaga Perkreditan Desa (LPD) Desa Pekraman Lebih), Sanksi denda yang dijatuhkan oleh Desa Adat kepada I Nyoman Temen(salah satu debitur yg wanprestasi) itu dilaksanakan dengan sebaik-baiknya oleh I Nyoman Temen tanpa adanya hambatan. 4 Dw Putu Eka Wirjaya Werdana, 2010, Perkembangan Pengaturan LPD Sebagai Lembaga Keuangan Komunitas Pada Komunitas Desa Pakraman Udayana University Press, hal.103 4

Upaya penyelesain kredit apabila debitur dinyatakan wanprestasi pada Lembaga Perkreditan Desa Lebih,dilakukan dua tahap yaitu: 1. Oleh Lembaga Perkreditan Desa : Pendekatan oleh staf seksi kredit terhadap peminjam kredit dengan cara mendatangi rumah peminjam kredit; kemudian melakukan teguran oleh ketua LPD,jika teguran itu diberikan sebanyak tiga kali berturut-turut selama tiga bulan dan peminjam kredit tidak menghiraukan maka Lembaga Perkreditan Desa melimpahkannya kepada desa. 2. Oleh Desa Adat dilakukan melalui : Pendekatan oleh Pengurus Desa Adat terhadap peminjam kredit yang tidak melunasi kreditnya di Lembaga Perkreditan Desa,dan jika tidak dihiraukan maka Desa Adat membahasnya dalam paruman desa;dalam paruman Desa itu diputuskan sanksi yang diberikan kepada pengambil kredit tersebut yang berupa sanksi denda. III. KESIMPULAN Untuk mendapatkan kredit pada LPD Desa Pakraman lebih diutamakan harus sudah menikah dan telah menjadi warga Desa Pakraman. Proses dan Pemberian kredit ini diawali dengan mengisi formulir, formulir yang didalamnya memuat syarat-syarat baku tentang jumlah kredit, jaminan, sanksi adat. Formulir yang sudah diisi harus disetujui oleh kelian adat atau bendesa disamping persetujuan dari istri/suami penerima kredit. Upaya penyelesaian kredit yang dinyatakan wanprestasi pada Lembaga Perkreditan Desa Lebih, dilakukan dua tahap. Pada tahap pertama, pendekatan oleh staf seksi kredit terhadap peminjam kredit dengan cara pemberian somasi langsung mendatangi rumah peminjam kredit. Tahap kedua dilakukan apabila somasi tidak ditindaklanjuti oleh debitur yang bersangkutan, yaitu dengan melimpahkannya kepada Desa Adat yang kemudian oleh Desa Adat dilakukan melalui pendekatan oleh pengurus Desa Adat terhadap peminjam kredit yang tidak melunasi 5

kreditnya di Lembaga Perkreditan Desa, dan jika tidak dihiraukan maka Desa Adat memberikan sanksi adat dalam paruman desa. DAFTAR PUSTAKA Dw Putu Eka Wirjaya Werdana, 2010, Perkembangan Pengaturan LPD Sebagai Lembaga Keuangan Komunitas Pada Komunitas Desa Pakraman Udayana University Press Mahayana Putra I Komang, Et. al, Identifikasi Permasalahan Dalam Pengelolaan Lembaga Perkreditan, Makalah, Denpasar Wiyasa Putra I.B, 2001, Landasan Teoritis Pengaturan LPD, Udayana University Press, Denpasar Perarem Desa Pekraman Lebih Indik Lembaga Perkreditan Desa. 6