PENCAK SILAT GAYA BOJONG PADA PAGURON MEDALSARI DESA BOJONG KECAMATAN KARANG TENGAH DI KABUPATEN CIANJUR

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Kesenian terlahir dari ekspresi dan kreativitas masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. sendiri. Seperti yang diungkapkan oleh Koentjaraningrat dalam buku

BAB I PENDAHULUAN. Kebudayaan merupakan salah satu potensi bagi sebuah negara dimana

BAB I PENDAHULUAN. Manusia tidak bisa terlepas dari hidup bermasyarakat karena, hanya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Lilis Melani, 2014 Kajian etnokoreologi Tari arjuna sasrabahu vs somantri di stsi bandung

BAB I PENDAHULUAN. disetiap daerahnya memiliki corak dan budaya. karakteristiknya tidak akan lepas dari pengaruh dan perubahan sesuai dengan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Nova Silvia, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

80. Mata Pelajaran Seni Budaya untuk Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Tunalaras (SMALB E)

BAB I PENDAHULUAN. perasaan, yaitu perasaan estetis. Aspek estetis inilah yang mendorong budi

BAB I PENDAHULUAN. berkembang sekitar abad ke-iv, ketika berdirinya kerajaan-kerajaan Hindu. Hal

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Fanny Ayu Handayani, 2013

77. Mata Pelajaran Seni Budaya untuk Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Tunanetra (SMALB A)

2015 PEMBELAJARAN GITAR DALAM KEGIATAN EKSTRAKURIKULER DI SMP AL-AZHAR SYIFA BUDI PARAHYANGAN PADALARANG

78. Mata Pelajaran Seni Budaya untuk Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Tunarungu (SMALB B)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Prima Suci Lestari, 2013

BAB I PENDAHULUAN. yang termasuk dalam aspek kebudayaan, sudah dapat dirasakan oleh

79. Mata Pelajaran Seni Budaya untuk Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Tunadaksa (SMALB D)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Nurul Kristiana, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

2015 EKSISTENSI KESENIAN HADRO DI KECAMATAN BUNGBULANG KABUPATEN GARUT

BAB I PENDAHULUAN. Pencak silat merupakan ilmu beladiri warisan budaya nenek moyang

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diana Susi, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari banyak pulau

BAB I PENDAHULUAN. Moses, 2014 Keraton Ismahayana Landak Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu

BAB I PENDAHULUAN. Hilda Widyawati, 2013 Eksistensi Sanggar Seni Getar Pakuan Kota Bogor Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.

59. Mata Pelajaran Seni Budaya untuk Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Tunarungu (SMPLB B)

BAB I PENDAHULUAN. menghawatirkan, baik dari segi penyajian, maupun kesempatan waktu dalam

I. PENDAHULUAN. Budaya adalah cermin suatu bangsa dan bangsa yang besar ialah bangsa yang

60. Mata Pelajaran Seni Budaya untuk Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Tunadaksa (SMPLB D)

BAB I PENDAHULUAN. generasi muda untuk mengembangkan generasi muda yang berkualitas sehingga

BAB I PENDAHULUAN LatarBelakang Eko Juliana Susanto, 2015

58. Mata Pelajaran Seni Budaya untuk Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Tunanetra (SMPLB-A)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Elwin Adlian Raharja, 2015

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Destri Srimulyan, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Payung Geulis Nova Juwita, 2014 Analisis Estetik Payung Geulis Tasikmalaya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indra Jaya, 2014 Kesenian Janeng Pada Acara Khitanan Di Wonoharjo Kabupaten Pangandaran

ANALISIS PERBANDINGAN AIKIDO DI JEPANG DAN SILEK DI MINANGKABAU SEBAGAI SENI BELADIRI TRADISIONAL

BAB I PENDAHULUAN. merupakan bentuk ungkapan kehidupan atau pernyataan diri masyarakat

2015 TARI MAKALANGAN DI SANGGAR SAKATA ANTAPANI BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

61. Mata Pelajaran Seni Budaya untuk Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Tunalaras (SMPLB E)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kesenian merupakan unsur atau bagian dari kebudayan yang hidup di

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan menurut istilah paedagogie berarti bimbingan atau pertolongan yang

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Sunda memiliki identitas khas yang ditunjukkan dengan

BAB I PENDAHULUAN. kelompok atau lapisan sosial di dalam masyarakat. Kebudayaan ini merupakan suatu cara

BAB I PENDAHULUAN. Seni Dzikir Saman Di Desa Ciandur Kecamatan Saketi Kabupaten Pandeglang Banten

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan. Proses pendidikan tak dapat dipisahkan dari proses pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seni adalah karya cipta manusia yang memiliki nilai estetika dan artistik.

BAB I PENDAHULUAN. Kesenian tradisional pada Masyarakat Banten memiliki berbagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. Indonesia merupakan salah satu negara yang sedang berkembang di bidang

56. Mata Pelajaran Seni Budaya untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Prastyca Ries Navy Triesnawati, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Tingkat penampilan atlet dapat dilihat dari beberapa faktor seperti

BAB I PENDAHULUAN. Menurut sejarah, sesudah Kerajaan Pajajaran pecah, mahkota birokrasi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Helda Rakhmasari Hadie, 2015

I. NAMA KEGIATAN. Nama kegiatan ini adalah MARTIAL ARTS FESTIVAL CHAMPIONSHIPS MEMPERKAYA SENI BELADIRI ASLI INDONESIA YANG MENDUNIA PADA PELAJAR

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia disatupadukan dari kebudayaan nasional dan kebudayaan. daerah. Kebudayaan nasional Indonesia merupakan puncak puncak

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Innez Miany Putri, 2013

2015 TARI KREASI DOGDOG LOJOR DI SANGGAR MUTIARA PAWESTRI PELABUHAN RATU KABUPATEN SUKABUMI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pendidikan nasional yang berdasarkan Pancasila dan Undang-

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

A. LATAR BELAKANG MASALAH

56. Mata Pelajaran Seni Budaya untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs)

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat majemuk dalam berbagai

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah , 2014 Pembelajaran Rampak Bedug Pada Ekstrakurikuler Di SDN Cilegon-2 Kecamatan Jombang Banten

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rina Arifa, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. fenomena/gejala kian merenggangnya nilai-nilai kebersamaan, karena semakin suburnya

BAB I PENDAHULUAN. belajar kepada siswa melalui proses pembelajaran yang baik.

Teknik dan Kriteria Evaluasi Pendidikan Seni Tari Dewi Karyati dan Maman Tocharman

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang

PERKEMBANGAN PENCAK SILAT NU PAGAR NUSA DI KECAMATAN SINGKUT, KABUPATEN SAROLANGUN TAHUN SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan seni di sekolah dalam kurikulum pendidikan terdapat dalam

BAB I PENDAHULUAN. rumah adat yang menjadi simbol budaya daerah, tetapi juga tradisi lisan menjadi

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Jawa Barat adalah salah satu daerah di Indonesia yang kaya akan kesenian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

2015 KESENIAN SASAPIAN PADA ACARA SALAMETAN IRUNG-IRUNG DI CIHIDEUNG PARONGPONG KABUPATEN BANDUNG BARAT

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

2015 PEMBELAJARAN TARI KREASI UNTUK MENINGKATKAN MINAT BELAJAR PADA SISWA KELAS VIII DI SMPN 45 BANDUNG

53. Mata Pelajaran Seni Budaya dan Keterampilan untuk Sekolah Dasar Luar Biasa Tunanetra (SDLB A)

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Putri Utami Lasmawati, 2013

2016 PELESTARIAN TARI TRADISIONAL DI SANGGAR SUNDA RANCAGE KABUPATEN MAJALENGKA

BAB I PENDAHULUAN. Eksistensi budaya dalam kehidupan sosial masyarakat suatu bangsa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif. mencakup tingkat SD, SMP, SMA, dan Perguruan Tinggi.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang kaya keanekaragaman seni dan budaya.

BAB I PENDAHULUAN. penyelenggaraan pendidikan nasional, yang sesuai dengan kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Prinsip pendidikan seni dan budaya meliputi pengembangan dimensi

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesenian terlahir dari ekspresi dan kreativitas masyarakat yang dilatarbelakangi oleh keadaan sosial budaya, ekonomi, letak geografis, pola kegiatan keseharian. Oleh karena itu, keberadaannya lahir melalui proses pewarisan, maka kesenian menjadi tradisi turun temurun. Kesenian tidak berdiri sendiri, melainkan didukung oleh unsur-unsur seni lainnya. Misalnya seni tari tidak akan lepas dari unsur seni musik dan seni rupa bahkan seni sastra dan drama. Dari sekian banyak kesenian, Pencak Silat merupakan salah satu cabang seni beladiri tradisional yang berkembang dan diapresiasi oleh berbagai lapisan masyarakat. Pencak Silat di Indonesia mempunyai dua wadah organisasi yang menghimpun seluruh perguruan Pencak Silat, yaitu Ikatan Pencak Silat Indonesia (IPSI) dan Persatuan Pencak Silat Indonesia (PPSI), dimana keduanya mempunyai tujuan yang sama yaitu mengembangkan, melestarikan serta memasyarakatkan Pencak Silat sebagai seni beladiri yang tangguh. Di Indonesia Silat atau Pencak Silat, yaitu berkelahi dengan menggunakan teknik pertahanan diri. Sementara itu ada pendapat lain yang mengatakan bahwa silat adalah bergerak cepat untuk melumpuhkan lawan. Pada umumnya silat mengandalkan kecepatan gerak dalam melawan musuh. Asikin (1975:9) mendefinisikan. Sekilas tentang Pencak Silat atau Seni Silat di Indonesia Silat atau Pencak silat, yaitu berkelahi dengan menggunakan teknik pertahanan diri. Pencak silat kini telah berkembang pesat, tidak hanya menjadi jawara di negeri sendiri melainkan sudah ke mancanegara.pencak Silat sebagai ilmu pengetahuan yang merupakan permainan rakyat asli di Indonesia yang dipengaruhi oleh kodrat Illahi dan budaya daerah yang menjadi ciri khas kepribadian bangsa Indonesia. 1

2 Pendapat lain menyatakan bahwa: Pencak Silat juga diartikan sebagai olah batin, olah nafas, perasaan seni, dan rasa kebersamaan yang tinggi. Sebagai seni Pencak Silat wujud kebudayaan dalam bentuk kaidah gerak dan irama, terletak pada keselarasan, keseimbangan dan keserasian antara wiraga, wirahma dan wirasa. (Maryono, 1995:23). Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pencak silat tidak hanya mengandalkan jurus atau ibing tetapi juga dapat digunakan sebagai penyebaran agama islam, olah batin, olah nafas dan sebagai olah raga. Dalam proses penyebaran agama islam itu sendiri, banyak dipengaruhi oleh para ulama yang mengajarkan pencak silat kepada para santrinya bersamaan dengan pelajaran agama islam. Jurus itu sendiri adalah gerak inti dalam dunia persilatan sebagai senjata anatomi tubuh untuk menyerang dan mempertahankan diri. Tidak heran jurus-jurus tersebut sering dipergunakan oleh para pesilat baik pada saat peragaan, maupun tanding atau bertarung. Pencak Silat sebagai bagian dari kebudayaan bangsa Indonesia berkembang sejalan dengan sejarah masyarakat Indonesia, dengan aneka ragam situasi geografis dan etnologis serta perkembangan zaman yang dialami oleh bangsa Indonesia. Pencak Silat dibentuk oleh situasi dan kondisi serta Pencak Silat kita kenal dengan wujud dan corak yang beraneka ragam. Dengan demikian, Pencak Silat merupakan unsur-unsur kepribadian bangsa Indonesia yang dimiliki dari hasil budi daya yang turun temurun bahkan Pencak Silat ini sudah membudaya ke Mancanegara. Di tatar Sunda keberadaan Pencak Silat tumbuh pesat bersamaan dengan persebaran penduduk di berbagai daerah. Hal ini ditandai dengan munculnya perguruanperguruan yang khusus membina dan mengajarkan seni Pencak Silat atau seni beladiri. Dari keterangan di atas dapat diketahui, pada perkembangan selanjutnya sistem beladiri yang bersifat murni terus menerus disempurnakan

3 dari generasi satu ke generasi lainnya. Pencak Silat pada awalnya berkembang di lingkungan keraton, khususnya keraton Cirebon hingga menyebar ke wilayah lain, kemudian lebih dikenal dan dikembangkan di daerah Cianjur. Sekaitan dengan itu, penyebaran Pencak Silat di Jawa Barat berasal dari daerah Cianjur, dalam perjalanan keberadaannya telah menyebar ke berbagai pelosok daerah dengan tujuan yang berbeda dan telah mengalami beberapa perubahan fungsi sesuai dengan perkembangan jaman. Semula Pencak Silat berfungsi sebagai alat untuk mempertahankan diri dari berbagai rintangan alam baik yang datang dari manusia maupun binatang. Sekarang Pencak Silat berfungsi sebagai alat untuk kepentingan beladiri, seni, olah raga juga untuk kepentingan mental spiritual. Pencak Silat sebagai kepentingan beladiri yakni berkelahi dengan teknik pertahanan diri dari serangan lawan atau musuh. Sebagai kepentingan seni, pencak silat merupakan wujud kebudayaan dalam bentuk kaidah gerak dan irama. Selain itu juga seni bela diri merupakan cabang olah raga yang menggunakan kekuatan fisik dan untuk kepentingan pemeliharaan kesegaran jasmani atau pencapaian prestasi melalui pertandingan. Sedangkan pencak silat untuk kepentingan mental spiritual pada umumnya menggambarkan membangun dan mengembangkan kepribadian dan karakter mulia seseorang.adapun Pencak Silat di kota Cianjur khususnya, memiliki banyak gaya Pencak Silat diantaranya yaitu gaya Sabandar, gaya Cimande, gaya Cikalong dan gaya Bojong dengan ciri khasnya masing-masing. Setiap aliran yang dianut oleh suatu paguron tentu memiliki jurusjurus yang khas. Di wilayah budaya masyarakat Cianjur untuk istilah aliran dikenal juga dengan istilah gaya dan ameng. Gaya adalah kumpulankumpulan dari ciri-ciri atau penonjolan yang mungkin merupakan sebuah susunan yang harmonis atau ciri pokok dari suatu paguron atau padepokan pencak silat.

4 Dari sekian banyak Paguron Pencak Silat yang berada di kota Cianjur, terdapat pula Pencak Silat yang tumbuh dan berkembang di Desa Bojong yaitu pada Paguron Medalsari atau yang lebih dikenal MESAdi bawah pimpinan Bapak. H.Uus. Paguron Medalsari didirikan pada tahun 1977 di Kampung Babakan Berenuk Desa Limbangansari Kecamatan dan Kabupaten Cianjuryang asal mulanya di prakarsai oleh Abah H. Hasbulloh (almarhum) yang mereka panggil dengan sebutan Papih Hamdun, beliau adalahguru besar di paguron tersebut. Walaupun seni bela diri (Pencak Silat) tersebut sudah tidak asing didengar, namun pada paguron ini masih asri dan belum ada yang meneliti keberadaan Pencak Silat di paguron Medalsari. Kekhasan yang terdapat pada paguron ini sangat mencolok baik dalam berpakaian, gaya, jurus maupun dalam segi adat atau ritualnya.namun demikian, keberadaan Paguron Medalsari yang mengembangkan Pencak Silat gaya Bojong belum banyak diketahui keberadaanya oleh masyarakat luas, baik dalam segi berdirinya (sejarahnya) maupun pencak silatnya itu sendiri. Cikal bakal Pencak Silat yang diajarkan oleh keluarga pesilat yaitu olehabah H. Hasbulloh (almarhum) sebelum beliau wafat, beliau memberikan mandat atau amanat kepada H. Uus untuk meneruskan atau melanjutkan hasil pembelajaran Pencak Silat gaya Bojong harus tetap berjalan sebagai mana mestinya dan berkembang. Inilah Pencak Silat gaya Bojong diajarkan kepada murid-muridnya kemudian sampai saat ini penyebaran keberadaannya tetap diminati oleh masyarakat setempat. Disetiap paguron-paguron tentunya tidak lepas dari adanya faktor pendukung misalnya dari segi material ataupun dalam segi pembentukan suatu ikatan organisasi. Pencak Silat gaya Bojong pada Paguron Medalsari dibawah naungansuatu organisasi ikatan Pencak Silat Indonesia (IPSI).Namun, dengan hebatnya paguron Medalsari ini berdiri tegak sendiri tanpa adanya bantuan berupa material dari organisasi manapun. Walaupun keberadaannya tidak mengandalkan orang lain namun, paguron Medalsari tetap berperan teguh

5 untuk terus maju dan mengembangkan serta melestarikan Pencak Silat gaya Bojong hingga sekarang ini agar tidak punah ataupun hilang. Pencak Silat gaya Bojong ini merupakan perpaduan dari Pencak Silat Kari, Cimande dan Sabandar. Hal ini tentunya tidak mengherankan apabila Pencak Silat gaya Bojong merupakan penyebarluasan dari pencak silat lainnya. Misalnya Kari, Cimande dan Sabandar. Meskipun latar belakang bapak. H.Uus bukan berasal dari sekolah seni atau sekolah formal, namun kiprahnya dalam mengolah, menata, dan memadukan pola gerak Pencak Silat gaya Bojong perlu mendapat apresiasi positif. Sudah tentu kemampuan yang dimiliki bapak H.Uus didapat melalui kerja keras dan upaya nyata beliau dalam proses kreatif dan inovatif dalam pelestarian seni tradisional khususnya seni Pencak Silat gaya Bojong. Pencak Silat gaya Bojong pimpinan bapak H.Uus ini mendalami dan mempelajarijurus yang disebut Jurus lima atau ilmu kebatinan. Jurus lima ini sendiri diambil dari filosofi yang berdasar kepada aturan-aturan yang terkandung dalam rukun Islam. Oleh karena itu, Jurus lima ini sendiri merupakan salah satu jurus yang mengarahkan kepada perubahan perilakuserta nilai-nilai kehidupan. Berdasarkan paparan di atas, maka peneliti sangat tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Pencak Silat gaya Bojong pada Paguron Medalsari Desa Bojong Kecamatan Karang Tengah di Kabupaten Cianjur.Hal ini mengingat, sepanjang pengamatan peneliti, bahwa penelitian terhadap Paguron Medalsari atau MESA tersebut belum pernah ada yang melakukan penelitian. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang penelitian yang telah dipaparkan di atas, maka permasalahan penelitian ini dirumuskan dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut :

6 1. Bagaimana latar belakang berdirinya Paguron Medalsari di Kabupaten Cianjur? 2. Faktor-faktor apa saja yang mendukung keberadaan Pencak Silat gaya Bojong pada Paguron Medalsari? 3. Bagaimana proses pembelajaran Pencak Silat gaya Bojong di Paguron Medalsari Desa Bojong Kecamatan Karang Tengah Kabupaten Cianjur? C.Tujuan Penelitian Berpijak pada rumusan masalah di atas, penelitian ini diharapkan dapat menjawab berbagai permasalahan yang menarik untuk dianalisis. Untuk lebih jelasnya penelitian ini bertujuan sebagai berikut : 1. Tujuan Umum a. Untuk kepentingan akademik. b. Melestarikan kesenian khas dari Kabupaten Cianjur. c. Agar Pencak Silat gaya Bojong pada Paguron Medalsari di Kabupaten Cianjur dapat dikenal oleh masyarakat luas khususnya di Kabupaten Cianjur. 2. Tujuan Khusus a. Mengetahui dan mendeskripsikan latar belakang berdirinya Paguron Medalsari di Kabupaten Cianjur. b. Mendeskripsikan faktor-faktor pendukung keberadaan Pencak Silat gaya Bojong pada Paguron Medalsari. c. Mengetahui dan mendeskripsikan proses pembelajaran Pencak Silat gaya Bojong di Paguron Medalsari Desa Bojong Kecamatan Karang Tengah Kabupaten Cianjur. D. Manfaat Penelitian

7 Berdasarkan rumusan masalah penelitian di atas, peneliti berharap penelitian yang dilakukan dapat memberikan manfaat khususnya: 1. Bagi Peneliti a. Dapat menambah pengetahuan dan wawasan yang luas sehingga dapat dijadikan pengalaman yang lebih berguna baik untuk sekarang maupun di masa yang akan datang. b. Dapat dijadikan langkah awal untuk penelitian lebih lanjut mengenai Pencak Silat gaya Bojong pada Paguron Medalsari Desa Bojong Kecamatan Karang Tengah di Kabupaten Cianjur. 2. Bagi Lembaga Pendidikan a. Dapat menambah khasanah kepustakaan khususnya di Jurusan Pendidikan Seni Tari UPI. b. Untuk kepentingan akademik 3. Bagi Paguron Medalsari a. Sebagai motivasi untuk Paguron Medalsari agar terus berkreasi untuk menciptakan dan mengembangkan Pencak Silat Gaya Bojong. b. Merupakan suatu masukan, sehingga Pencak Silat gaya Bojong yang berada di Paguron Medalsari terus berkembang tidak mengalami kepunahan. 4. Bagi Masyarakat Umum a. Menambah wawasan dan pengetahuan mengenai kesenian tradisional khususnya Jawa Barat. b. Memperkaya khasanah seni dan budaya dan apresiasi masyarakat terhadap kesenian. F. Sistematika Penulisan Skripsi

8 dalam skripsi. Berisi rincian tentang urutan penulisan dari setiap bab dan bagian bab BAB I BAB II PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah B. Rumusan Masalah C. Tujuan Penelitian D. Manfaat Penelitian E. Sistematika Penulisan Skripsi TINJAUAN TEORETIS TENTANG PENCAK SILAT GAYA BOJONG BAB III BAB IV A. Pencak Silat B. Aliran-aliran Pencak Silat 1. Aliran Cikalong 2. Aliran Cimande 3. Aliran Sabandar C. Pencak Silat Gaya Bojong METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian B. Definisi Operasional C. Teknik Pengumpulan Data D. Instrumen Penelitian E. Sumber Data E. Teknik Pengolahan Data dan Analisis Data F. Tahap-tahap Penelitian G. Lokasi dan Subjek Penelitian 1. Lokasi Penelitian 2. Subjek Penelitian HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian

9 BAB V 1. Berdirinya Paguron Pencak Silat Medalsari 2. Faktor Pendukung Keberadaan Pencak Silat gaya Bojong 3. Proses Pembelajaran Pencak Silat Gaya Bojong di Paguron Medalsari B. Pembahasan KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan B. Rekomendasi