BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

dokumen-dokumen yang mirip
2 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 1, Tambahan Lembaran Negara

2015, No pembatalan, dan pengakhiran Wind Shear Warning dan Aerodrome Warning; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huru

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI, DAN GEOFISIKA. Pelayanan Informasi. Aerodrome Forecast.

2017, No Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5058); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Pengamatan dan Pen

2011, No.81 2 Memperhatikan : 3. Keputusan Kepala Badan Meteorologi dan Geofisika Nomor KEP.005 Tahun 2004 tentang Organisasi dan Tata Kerja Balai Bes

2 tentang Tata Cara Tetap Pelaksana Harian Jabatan Struktural di Lingkungan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika dengan Peraturan Kepala Bada

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN KEPALA BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA NOMOR : KEP.001 TAHUN 2009 TENTANG TATA CARA TETAP PELAKSANAAN SANDI METAR DAN SPECI

- 3 - BAB I KETENTUAN UMUM

2016, No Penerbangan (Aeronautical Meteorological Information Services); Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan

2 Klimatologi, dan Geofisika dengan Peraturan Kepala Badan; Mengingat : 1. Undang-undang Nom 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan (Lembaran Negara Republi

2 Tahun 2009 Nomor 1, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4956); 2. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2009 tentang Meteorologi, Klimatologi,

BAB I MAKSUD, TUJUAN DAN RUANG LINGKUP

2017, No Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 139, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5058); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tah

BMKG PRESENTASI KEPALA STASIUN METEOROLOGI KELAS I NGURAH RAI DENPASAR, BALI

LAPORAN INFORMASI MKG TERKAIT AKTIFITAS GUNUNG AGUNG, PROVINSI BALI UPDATE TANGGAL 28 SEPTEMBER 2017

LAPORAN INFORMASI MKG TERKAIT AKTIFITAS GUNUNG AGUNG, PROVINSI BALI

LAPORAN INFORMASI MKG TERKAIT AKTIFITAS GUNUNG AGUNG, PROVINSI BALI

KECELAKAAN AIRASIA QZ 8501 ANALISIS METEOROLOGIS Oleh : Prof. Edvin Aldrian, Ferdika Amsal, Jose Rizal,Kadarsah

KECELAKAAN AIRASIA QZ 8501 ANALISIS METEOROLOGIS

2015, No menetapkan jaringan informasi geospasial di lingkungan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika dengan Peraturan Kepala Badan; Me

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2

Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2009 tentang Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 139, Tam

Mengenal Lebih Dekat Informasi Cuaca Penerbangan

2 pengenaan sanksi administratif; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan. 2. Peraturan Pemerintah Nomor 77 Tahun 2012 tentang

2 Menetapkan : 3. Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009 tentang Pembentukan Organisasi Kementerian Negara sebagaimana diubah terakhir dengan Peratura

2017, No di Lingkungan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika; Mengingat : 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 31 Tahun 2009 tenta

BMKG. Metereologi Penerbangan. Personil. Uji Kompetensi. Pedoman.

2015, No Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2001 tentang Keamanan dan Keselamatan Penerbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 200

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

TURBULENSI HEBAT di INDONESIA Tahun 2016 M. Heru Jatmika, Heri Ismanto, Zulkarnaen, M. Arif Munandar, Restiana Dewi, Kurniaji

Menimbang : a. bahwa dalam Pasal 18 Peraturan Merited Perhubungan

ANALISA CUACA TERKAIT KEJADIAN HUJAN EKSTREM SURABAYA DI SURABAYA TANGGAL 24 NOVEMBER 2017

2016, No Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2001 tentang Keamanan dan Keselamatan Penerbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001

2015, No Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2009 Tentang Meteorologi, Klimatologi Dan Geofisika (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 No

2 3. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2009 tentang Jenis dan Tarif atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahu

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : PM 36 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR

NOMOR: PM 17 TAHUN 2014

2015, No Meteorologi, Klimatologi,dan Geofisika sehingga perlu dilakukan penyesuaian; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud p

2017, No Tahun 2010 tentang Tata Cara Tetap Pelaksanaan Pembuatan Gas Hidrogen dan Pemeliharaan Tabung Gas; c. bahwa berdasarkan pertimbangan

2015, No Mengingat : 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Ta

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN KEPALA BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI, DAN GEOFISIKA NOMOR : KEP.14 TAHUN 2010 TENTANG

PMG Pelaksana Lanjutan Stasiun Meteorologi Nabire

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 1997 tentang

2016, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Perhubungan tent

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

ANALISIS KEJADIAN HUJAN LEBAT DAN BANJIR DI BATAM, KEPULAUAN RIAU TANGGAL 14 NOVEMBER 2017

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA

ANALISA CUACA TERKAIT KEJADIAN ANGIN KENCANG DI PRAMBON SIDOARJO TANGGAL 02 APRIL 2018

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN METEOROLOGI KELAS I NGURAH RAI - DENPASAR

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. dan tentu saja akan meningkatkan kebutuhan akan transportasi.

2015, No Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

ANALISIS FENOMENA HUJAN ES (HAIL) DUSUN PAUH AGUNG, LUBUK MENGKUANG, KAB. BUNGO, PROVINSI JAMBI TANGGAL 2 FEBRUARI 2017

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERANCANGAN APLIKASI IDENTIFIKASI JENIS AWAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE PIKSEL-FUZZY

2016, No Geofisika di lingkungan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Mengingat : 1. Undang Undang Nomor 31 Tahun 2009 tentang Meteorologi, Klim

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2016, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Kepala Badan Meteorologi

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

ANALISIS KEJADIAN HUJAN SANGAT LEBAT TERKAIT KEJADIAN BANJIR DI KAB. KUBU RAYA, KALIMANTAN BARAT TANGGAL 11 NOVEMBER 2017

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA

2017, No Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 139, Tambahan Lembaran Negara Republik I

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Jurnal Penelitian Perhubungan Udara WARTA ARDHIA

SKEP /40/ III / 2010

2 tentang Pelayanan Informasi Meteorologi Penerbangan (Aeronautical Meteorological Information Services), dengan Peraturan Menteri Perhubungan; Mengin

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA

2017, No Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2015 tentang Organisasi Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2016, No Informasi Aeronautika (Aeronautical Information Publication (AIP)) Indonesia secara elektronik; d. bahwa berdasarkan pertimbangan seb

2011, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Perubahan atas Peraturan Kepala Badan

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA

Kriteria penempatan fasilitas komunikasi darat - udara berfrekuensi amat tinggi (VHF Air-Ground/ VHF A/G)

Memmbang. a. perhubungan NomQr KM 21 Tahun 2009 tentang Peraturan Keselamatan Penerbangan Sipil Bagian 173

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN METEOROLOGI KLAS I JUANDA SURABAYA

ANTARA PERUM LPPNPI CABANG PALEMBANG BANDARA INTERNASIONAL SULTAN MAHMUD BADARUDDIN II DENGAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN METEOROLOGI NABIRE

2 Ke Dan Dari Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan (Lembaran Negara Republi

STASIUN METEOROLOGI PATTIMURA AMBON

STASIUN METEOROLOGI TANJUNGPANDAN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

ANALISIS CUACA EKSTREM LOMBOK NTB HUJAN LEBAT (CH mm) DI LOMBOK TENGAH 15 SEPTEMBER 2016

2017, No Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 6, Tambahan Le

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERl PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : PM 44 TAHUN 2015 TENTANG

Transkripsi:

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.573, 2015 BMKG. Flight Documentation. Informasi. Meteorologi Penerbangan. Pembuatan. Tata Cara. PERATURAN KEPALA BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI, DAN GEOFISIKA NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA TETAP PELAKSANAAN PEMBUATAN FLIGHT DOCUMENTATION UNTUK PELAYANAN INFORMASI METEOROLOGI PENERBANGAN DI LINGKUNGAN BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI, DAN GEOFlSIKA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka memberikan pedoman dan mewujudkan keseragaman bagi tenaga prakirawan (forecaster) di stasiun meteorologi dalam pembuatan flight documentation untuk pelayanan informasi meteorologi penerbangan, perlu dilakukan penataan pelaksanaan pembuatan flight documentation; b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a, perlu menetapkan Tata Cara Tetap Pelaksanaan Pembuatan Flight Documentation untuk Pelayanan Informasi Meteorologi Penerbangan di Lingkungan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika dengan Peraturan Kepala Badan;

2 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 1, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4956); 2. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2009 tentang Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 139, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5058); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Pengamatan dan Pengelolaan Data Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 88, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5304); 4. Peraturan Pemerintah Nomor 70 Tahun 2014 tentang Pengembangan Sumber Daya Manusia di Bidang Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 208, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5579); 5. Peraturan Presiden Nomor 61 Tahun 2008 tentang Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika; 6. Peraturan Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Nomor KEP. 03 Tahun 2009 tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika; 7. Peraturan Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Nomor 9 Tahun 2014 tentang Uraian Tugas Stasiun Meteorologi; 8. Peraturan Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Nomor 15 Tahun 2014 tentang Organisasi dan Tata Kerja Balai Besar Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika, Stasiun Meteorologi, Stasiun Klimatologi, dan Geofisika; Memperhatikan : 1. Amendement 76 to the International Standards and Recommended Practices Meteorological Service for International Air Navigation Annex 3, Tahun 2013; 2. WMO Technical Regulations, Volume II: Meteorological Service for International Air Navigation, 2011;

3 MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN KEPALA BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI, DAN GEOFISIKA TENTANG TATA CARA TETAP PELAKSANAAN PEMBUATAN FLIGHT DOCUMENTATION UNTUK PELAYANAN INFORMASI METEOROLOGI PENERBANGAN DI LINGKUNGAN BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Kepala Badan ini yang dimaksud dengan : 1. Flight Documentation adalah dokumen dalam bentuk grafik atau gambar yang berisi informasi meteorologi untuk penerbangan. 2. Stasiun Meteorologi adalah Unit Pelaksana Teknis di lingkungan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika untuk pelayanan penerbangan yang berkedudukan di bandar udara[h1]. 3. Tenaga Prakirawan (forecaster) adalah petugas yang membuat prakiraan cuaca untuk penerbangan. 4. Kepala Badan adalah Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika. BAB II RUANG LINGKUP DAN TUJUAN Pasal 2 Ruang lingkup Peraturan Kepala Badan ini mencakup pembuatan dan penyampaian Flight Documentation. Pasal 3 Tujuan Peraturan Kepala Badan ini untuk memberikan pedoman dan mewujudkan keseragaman bagi Tenaga Prakirawan (forecaster) di Stasiun Meteorologi dalam pembuatan Flight Documentation. BAB III PEMBUATAN FLIGHT DOCUMENTATION Pasal 4 Flight Documentation wajib dibuat untuk dipergunakan dalam menunjang keselamatan penerbangan. Pasal 5 Flight Documentation paling sedikit terdiri dari :

4 a. laporan cuaca bandar udara (METAR, SPECI); b. prakiraan cuaca bandar udara (TAF); c. kondisi arah dan kecepatan angin lapisan atas; d. suhu udara lapisan atas; e. Significant Weather Chart (SIGWX); dan f. citra satelit. Pasal 6 (1) Flight Documentation sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 dapat ditambahkan dengan informasi potensi berupa : a. perawanan (awan Cumulonimbus); b. icing; c. turbulensi udara cerah (Clear Air Turbulence); dan/atau d. Significant Meteorological Information (SIGMET). (2) Flight Documentation sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus ditambahkan jika diprediksi akan terjadi. Pasal 7 Format dan contoh pembuatan Flight Documentation sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 sebagaimana tercantum dalam Lampiran Peraturan Kepala Badan ini. BAB IV PENYAMPAIAN FLIGHT DOCUMENTATION Pasal 8 Flight Documentation sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 dapat disampaikan dengan cara : a. diambil langsung; atau b. melalui media lainnya. Pasal 9 Penyampaian Flight Documentation melalui media lainnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 huruf b dapat melalui: a. surat elektronik (e-mail); atau b. akses ke laman (website) Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika.

5 Pasal 10 Flight Documentation sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 dapat diambil langsung oleh Pilot in Command/Second in Command atau Flight Operation Officer (FOO). BAB V KETENTUAN PENUTUP Pasal 11 Dengan berlakunya Peraturan Kepala Badan ini, maka semua ketentuan[h2] yang mengatur tentang pembuatan dan penyampaian Flight Documentation di lingkungan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika dicabut dan dinyatakan tidak berlaku. Pasal 12 Peraturan Kepala Badan ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Kepala Badan ini dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia. Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 17 April 2015 KEPALA BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI, DAN GEOFISIKA, ANDI EKA SAKYA Diundangkan di Jakarta pada tanggal 20 April 2015 MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA, YASONNA H. LAOLY

6 LAMPIRAN PERATURAN KEPALA BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI, DAN GEOFISIKA NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA TETAP PELAKSANAAN PEMBUATAN FLIGHT DOCUMENTATION UNTUK PELAYANAN INFORMASI METEOROLOGI PENERBANGAN DI LINGKUNGAN BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA A. FORMAT PEMBUATAN FLIGHT DOCUMENTATION I. Definisi Flight Documentation merupakan dokumen tertulis yang berisi informasi meteorologi penerbangan dalam bentuk chart, form atau bahasa jelas untuk keperluan penerbangan yang harus diberikan secepatnya kepada maskapai penerbangan sebelum keberangkatan pesawat. Jika kondisi cuaca signifikan dalam rute penerbangan tidak tergambarkan dalam chart, Flight Documentation harus diberikan dalam bentuk tabular atau bahasa jelas. Informasi meteorologi yang diberikan kepada maskapai penerbangan harus dipelihara oleh Badan, baik dalam bentuk salinan hardcopy atau softcopy di komputer untuk periode paling kurang 30 (tiga puluh) hari dari tanggal dikeluarkannya. Informasi ini harus tersedia jika diminta untuk keperluan pertanyaan atau investigasi dan harus disimpan hingga proses investigasi selesai. II. Materi Informasi Meteorologi Materi informasi meteorologi dalam Flight Documentation dibagi menjadi 2 jenis materi informasi yaitu : a. Untuk Penerbangan dengan waktu penerbangan lebih dari 2 jam : 1) Kondisi angin udara atas, temperatur dan kelembaban saat ini dan prakiraannya;

7 2) Temperatur dan ketinggian Tropopause, ketinggian, arah dan kecepatan angin maksimum; 3) Fenomena cuaca signifikan di rute penerbangan yang sedang terjadi, prakiraan dan amandemennya ; 4) Forecast untuk take off ; 5) METAR, dan jika ada, SPECI (termasuk trend forecast) untuk bandara pemberangkatan, take off dan en-route dari bandara alternatif sesuai dengan kesepakatan Navigasi Udara Regional; 6) TAF dan amandemennya untuk bandara pemberangkatan, tujuan dan bandara alternatif ; 7) Informasi SIGMET; dan 8) Informasi AIRMET untuk penerbangan Low-Level sebagaimana ditentukan oleh kesepakatan Navigasi Udara Internasional. b. Untuk Penerbangan dengan waktu penerbangan 2 jam atau kurang, materi informasi meteorologi harus memuat paling sedikit informasi METAR, dan jika ada, SPECI (termasuk trend forecast) untuk bandara pemberangkatan, take off dan en-route dari bandara alternatif; TAF dan amandemennya untuk bandara pemberangkatan, tujuan dan bandara alternatif; Informasi SIGMET; dan Informasi AIRMET untuk penerbangan Low-Level. III. Ukuran dan Fitur Chart dalam Flight Documentation harus memenuhi standar yang jelas sebagai berikut : a. ukuran terbesar untuk sebuah chart adalah 42 X 30 cm (ukuran standar A3) dan ukuran terkecil adalah 21 X 30 cm (ukuran standar A4) sebagaimana terlampir; b. fitur geografis, seperti garis pantai, sungai utama dan danau harus digambarkan dengan jelas; c. untuk chart yang dibuat dengan komputer, data meteorologi harus tetap dimuat dalam chart;

8 d. aerodrome harus ditunjukkan dalam bentuk titik dan dinamai sesuai dengan huruf pertama dari kota tempat aerodrome tersebut berada; e. grid geografis harus ditunjukkan dengan garis bujur dan secara paralel digambarkan dengan garis titik tiap 10 o lintang dan bujur, tiap titik harus berjarak (spasi) 1 o tiap bagian. f. lintang dan bujur harus digambarkan dalam titik yang berbeda pada chart (tidak hanya di pinggir chart); dan g. label pada chart harus jelas dan sederhana dan harus disertai dengan nama pusat prakiraan regional, tipe chart, tanggal dan jam. IV. Simbol untuk Chart Informasi meteorologi yang ada dalam Flight Documentation harus dilambangkan sebagai berikut : a. angin digambarkan dengan anak panah; b. temperatur digambarkan dengan grid yang cukup tebal ; c. data angin dan temperatur yang diterima dari pusat prakiraan area global harus digambarkan dengan grid lintang/bujur yang tebal; dan d. panah angin harus berada di depan temperatur. V. Petunjuk ketinggian pada Flight Documentation harus digambarkan sebagai berikut : a. semua referensi mengenai kondisi meteorologi en-route, seperti indikasi ketinggian udara atas, turbulensi atau dasar dan puncak awan, sebaiknya digambarkan dalam bentuk flight level, dapat juga digambarkan dalam bentuk altitude tekanan, tekanan, altitude, atau untuk low-level flights, digambarkan dalam bentuk diatas ground level; b. semua referensi mengenai kondisi meteorologi aerodrome, seperti indikasi ketinggian dasar awan, harus ditunjukkan dalam bentuk ketinggian diatas elevasi aerodrome.

9 VI. Skala Penerbangan Jangka Pendek Untuk chart penerbangan pendek, harus meliputi area terbatas dengan skala 1:15 X 10 16. Jumlah minimum chart untuk penerbangan dengan level antara 250 dan level 450 harus meliputi chart cuaca signifikan pada high level dan prakiraan angin 250 hpa dan chart temperatur. Chart atau form dalam Flight Documentation harus ditulis dalam bahasa Inggris, Perancis, Rusia dan Spanyol. VII. Amandemen Informasi Meteorologi Jika Flight Documentation perlu diamandemen setelah diberikan, tapi sebelum take off pesawat, kantor meteorologi (jika disepakati) harus mengupdate informasi yang diamandemen kemudian disampaikan kepada operator atau ATS, untuk ditransmisikan ke Pilot. VIII. Jumlah chart dalam Flight documentation Jumlah minimum chart dalam Flight Documentation pada level antara 250 hpa dan 450 hpa yang harus diberikan adalah high level significant chart dan forecast wind dan temperatur chart untuk 250 hpa Untuk flight level di bawah 250 hpa dan diatas 450 hpa, termasuk penerbangan super sonic, diberikan sesuai dg kesepakatan yg ada dari pengguna jasa dan regional forecast centre yg bertanggung jawab terhadap wilayah tersebut.

10 B. CONTOH PEMBUATAN FLIGHT DOCUMENTATION NO. 01 1) METEOROLOGICAL OFFICE 2) SOEKARNO HATTA 3) METEOROLOGICAL CONDITIONS EN-ROUTE AND AT AERODROMES ROUTE CGK - SUB 4) GA 732 5) FLIGHT NO SCHEDULE TIME OF DEPARTURE 06.30 6) UTC 19-01-2015 7) ISSUED AT 06.00 8) UTC 19-01-2015 9) SHIFT LEADER ON DUTY FORECASTER ON DUTY Tanda Tangan 10) Tanda Tangan 10) (DWI SABARNO 11) ) (CECEP SUNARYA 11) ) THE STANDARD OF TIME USED TROUGHOUT THIS REPORT IS UTC ME. 36 B

11 Keterangan : 1) Diisi nomor dokumen. 2) Diisi nama Stasiun 3) Diisi nama wilayah 4) Diisi rute perjalanan 5) Diisi Nomor Penerbangan 6) Diisi Jam Pemberangkatan Penerbangan 7) Diisi Tanggal Pemberangkatan Penerbangan 8) Diisi Jam Diterbitkan 9) Tanggal Diterbitkan 10) Diisi TandaTangan Forecaster dan Shift Leader 11) Diisi Nama Lengkap Forecaster dan Shift Leader

12 BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI, DAN GEOFISIKA STASIUN METEOROLOGI SOEKARNO HATTA JAKARTA AERODROME FORECAST (TAF) BANDARA ASAL : TAF WIII 190500Z 1906/2012 31010KT 5000 RA FEW018CB BKN018 BECMG 1912/1914 VRB05KT 6000 SCT020 TEMPO 1918/1924 5000 HZ SCT020 BECMG 1923/2001 30010KT 9000 SCT020 BECMG 2003/2005 5000 RA FEW020CB SCT020= BANDARA TUJUAN : TAF WARR 190500Z 1906/2006 28010KT 9999 FEW020CB FEW020 TEMPO 1909/1912 4000 TSRA FEW018CB SCT018 BECMG 1915/1917 30005KT 7000 FEW020 TEMPO 1921/1924 4000 HZ BECMG 2001/2003 24008KT 9999 NSW= BANDARA ALTERNATIF A : TAF WARS 190500Z 1906/2006 30012KT 7000 FEW017CB SCT018 TEMPO 1913/1916 5000 RA FEW015CB BKN016 BECMG 1917/1919 00000KT 7000 FEW017CB SCT018 BECMG 2000/2002 30005KT= BANDARA ALTERNATIF B : TAF WADD 190500Z 1906/2006 29010KT 9999 FEW016CB SCT017 TEMPO 1910/1914 5000 RA TEMPO 1922/2002 VRB03KT 5000 RA= METAR BANDARA ASAL : METAR WIII 190600Z 22005KT 5000 -RA FEW018CB OVC022 24/22 Q1012 NOSIG RMK CB TO N= BANDARA TUJUAN : METAR WARR 190600Z 29006KT 9999 FEW020CB 30/22 Q1010= BANDARA ALTERNATIF A : METAR WARS 190600Z 32013KT 8000 SCT018 30/24 Q1011 NOSIG= BANDARA ALTERNATIF B : METAR WADD 190600Z 28008KT 250V310 4000 RA FEW012CB BKN013 27/25 Q1010 TEMPO TL0800 -RA RMK CB IN APCH AND CLIMB OUT= SIGMET NIL= AIRMET NIL=

13

14

15

16

17

18

19

20