BAB II LANDASAN TEORI. A. Tinjauan Pustaka. pribadi maupun badan yang bersifat memaksa berdasar Undang-Undang, dengan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II LANDASAN TEORI. bukunya Mardiasmo (2011 : 1) :

BAB II KAJIAN PUSTAKA. adalah iuran rakyat kepada Kas Negara berdasarkan Undang-undang (yang dapat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan Pasal 1 ayat 1:

BAB II KERANGKA TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Pajak merupakan komponen yang sangat penting dalam keberlangsungan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Salah satu usaha untuk mewujudkan kemandirian suatu bangsa dalam

KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN

KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Menurut Andriani (1991) dalam Waluyo (2011), pajak adalah iuran kepada negara

BAB II LANDASAN TEORI. pajak, diantaranya pengertian pajak yang dikemukakan oleh Prof. Dr. P. J. A. Adriani

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2007 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1. Pajak Pengertian Pajak Rochmat Soemitro (1990;5)

PENGERTIAN DAN DEFINISI CIRI CIRI YANG MELEKAT PADA DEFINISI PAJAK ISTILAH-ISTILAH PERPAJAKAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB II KAJIAN PUSTAKAN DAN RUMUSAN HIPOTESIS. Rochmat Soemitro (Mardiasmo 2011:1), Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara

SUSUNAN DALAM SATU NASKAH UNDANG-UNDANG PERPAJAKAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN TEORI PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II BAHAN RUJUKAN

SUSUNAN DALAM SATU NASKAH UNDANG-UNDANG PERPAJAKAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2007 TENTANG

SUSUNAN DALAM SATU NASKAH UNDANG-UNDANG PERPAJAKAN

PERSANDINGAN SUSUNAN DALAM SATU NASKAH UNDANG-UNDANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN BESERTA PERATURAN-PERATURAN PELAKSANAANNYA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pembangunan nasional yang berlangsung terus menerus dan

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN Ditetapkan tanggal 17 Juli 2007 KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. langsung berhubungan dengan teori keahlian yang diterima diperkuliahan. Praktik

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. mempunyai pendapat yang berbeda, antara lain:

BAB I PENDAHULUAN. Nasional. Pembangunan Nasional adalah kegiatan yang berlangsung terusmenerus

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sendiri, menurut Rochmat Soemitro dalam bukunya Mardiasmo (2011 : 1) :

BAB 1 PENDAHULUAN. pembangunan nasional untuk mencapai masyarakat adil dan makmur.

Pelaksanaan Penelitian Dan Pemeriksaan Spt Tahunan Pph Badan Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Cibeunying

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pajak Penghasilan Wajib Pajak Orang Pribadi. Pajak mempunyai definisi yang berbeda-beda menurut sudut pandang yang

BAB III PEMBAHASAN TENTANG PENERAPAN PENGHITUNGAN, PEYETORAN, DAN PELAPORAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 25 ATAS WAJIB PAJAK BADAN.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. tentang Perubahan Ketiga atas Undang-undang Nomor 6 tahun 1983 Tentang

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Perpajakan, Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh. untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

BAB II LANDASAN TEORI. Pengertian Pajak menurut Resmi (2013) adalah kontribusi wajib kepada negara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II LANDASAN TEORI. berkaitan dengan hal tersebut yang terbagi menjadi 3 (tiga) bagian pokok yaitu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN TEORI. menurut peraturan-peraturan umum (undang-undang) dengan tidak mendapat. untuk menyelenggarakan pemerintahan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM ) bebas yang menyeluruh (global). Negara Indonesia berusaha segiat-giatnya

BAB II KAJIAN PUSTAKA tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan adalah. badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang dengan tidak

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI (PKLM)

BAB I PENDAHULUAN. peraturan perundang-undangan tanpa imbalan jasa secara langsung untuk. membiayai penyelenggaraan pemerintah dan pembangunan

Undang-Undang KUP dan Peraturan Pelaksanaannya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian pajak dan pandangan para ahli dalam bidang tersebut

BAB II LANDASAN TEORI. Pajak merupakan sumber penerimaan negara yang sangat dominan.

BAB II LANDASAN TEORI / PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Pengertian bank menurut Pasal 1 Undang-undang No.10 Tahun 1998

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. disetujui masyarakat melalui perwakilannya di dewan perwakilan, dengan

BAB II LANDASAN TEORI. pajak berdasarkan Undang-Undang No.28 Tahun 2007 tentang. Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, yaitu sebagai berikut:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. rakyat ke kas Negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan)

BAB I PENDAHULUAN. Negara Republik Indonesia merupakan negara hukum berlandaskan Pancasila dan

MINGGU PERTAMA KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN

Undang-Undang KUP dan Peraturan Pelaksanaannya

Ketentuan Umum Dan Tata Cara Perpajakan. Oleh Ruly Wiliandri

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB II TEORI PERPAJAKAN, PAJAK PERTAMBAHAN NILAI, PENGADILAN PAJAK DAN BANDING PAJAK

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Definisi Pajak menurut undang-undang No.16 tahun 2009 tentang. perubahan keempat atas undang undang No. 6 tahun 1983 tentang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN (UU KUP)

DIREKTORAT PENYULUHAN, PELAYANAN, DAN HUBUNGAN MASYARAKAT

membiayai segala pengeluaran-pengeluarannya. Pembangunan Nasional adalah kegiatan yang berlangsung secara terus-menerus dan berkesinambungan yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pengertian pajak menurut Pasal 1 angka 1 UU No.28 Tahun 2007 tentang

Lamhot, S.E., M.Si Dosen Tetap Politeknik Mandiri Bina Prestasi ABSTRAKSI

Amir Hidayatulloh, S.E., M.Sc Prodi Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Ahmad Dahlan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pajak. Pajak adalah suatu kewajiban kenegaraan dan pengapdiaan peran aktif

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Team project 2017 Dony Pratidana S. Hum Bima Agus Setyawan S. IIP

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS

BAB II LANDASAN TEORI. a. Menurut Prof. Dr. Rochmat Soemitro, S.H. ( Resmi, 2013) (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapatkan jasa timbal balik

PENGEMBALIAN KELEBIHAN PEMBAYARAN PAJAK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2000 TENTANG

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan

BAB II LANDASAN TEORI. Definisi pajak menurut Soemitro, S.H (1990) dalam Resmi (2013) adalah

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. pajak untuk membiayai segala kebutuhan dalam pelaksanaan pembangunan.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. menurut Rochmat Soemitro, seperti yang dikutip Waluyo (2008:3)

BAB II LANDASAN TEORI. pajak, pemotong pajak, dan pemungut pajak, yang mempunyai hak dan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang

Transkripsi:

9 BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Tinjauan Umum Perpajakan 1.1 Definisi Pajak Pajak menurut Pasal 1 UU No.28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh pribadi maupun badan yang bersifat memaksa berdasar Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan timbal balik secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya. Terdapat bermacam-macam definisi tentang pajak yang dikemukakan oleh para ahli diantaranya adalah : Menurut Djajadiningrat dalam Mardiasmo : 2009 Pajak sebagai suatu kewajiban menyerahkan sebagian dari kekayaa ke kas negara yang disebabkan suatu keadaan, kejadian, dan perbuatan yang memberikan kedudukan tertentu, tetapi bukan sebagai hukuman, menurut peraturan yang diterapkan pemerintahan serta dapat dipaksakan, tetapi tidak ada jasa timbal balik dari negara secara langsung, untuk memelihara kesejahteraan secara umum. Menurut Soemitro dalam Waluyo : 2011 ) Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undangundang (yang dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa timbal (kontra prestasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum. 9

10 Menurut Soemahamidjaja dalam Waluyo : 2011 Pajak adalah iuran wajib berupa uang atau barang yang dipungut oleh penguasa berdasarkan norma-norma hukum, guna menutup biaya produksi barang-barang dan jasa-jasa kolektif dalam mencapai kesejahteraan umum. Dari definisi-definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa pajak memiliki unsurunsur : 1. Iuran dari rakyat kepada Negara Yang berhak memungut pajak hanyalah Negara, iuran tersebut berupa uang ( bukan barang ). 2. Berdasarkan Undang-Undang Pajak dipungut berdasarkan atau dengan kekuatan undang-undang serta aturan pelaksanannya. 3. Tanpa jasa timbal atau kontraprestasi dari Negara yang secara langsung dapat ditunjuk. Dalam pembayaran pajak tidak dapat ditunjukan adanya kontraprestasi individual oleh pemerintah. Digunakan untuk membiayai rumah tangga Negara, yakni pengeluaranpengeluaran yang bermanfaat bagi masyarakat luas. 1.2 Fungsi Pajak Menurut Mardismo ( 2009 ) ada dua fungsi utama pajak, yaitu : 1. Fungsi anggaran ( budgetair ) Pajak sebagai sumber dana bagi pemerintah untuk membiayai pengeluaranpengeluarannya. 2. Fungsi Mengatur ( regulerend)

11 Pajak sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan kebjiaksanaan pemerintah dalam bidang sosial dan ekonomi 1.3 Pengelompokan Pajak Menurut Mardiasmo ( 2009 ) pengelompokan pajak dibagi menjadi 3 ( tiga ) : 1. Menurut golongannya a. Pajak Langsung Yaitu pajak yang harus dipikul sendiri oleh Wajib Pajak dan tidak data dibebankan atau dilimpahkan kepada orang lain. Contoh: Pajak Penghasilan b. Pajak Tidak Langsung Yaitu pajak yang pada akhirnya dapat dibebankan atau dilimpahkan keada orang lain. Contoh : Pajak Pertambahan Nilai 2. Menurut Sifatnya a. Pajak Subjektif Yaitu pajak yang berpangkal atau berdasarkan pada subjeknya, dalam arti memperhatikan keadaan diri Wajib Pajak Contoh : Pajak Penghasilan b. Pajak Objektif Yaitu pajak yang berpangkal pada objeknya, tanpa memperhatikan keadaan diri Wajib Pajak.

12 Contoh : Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah. 3. Menurut Lembaga Pemungutnya a. Pajak Pusat Yaitu pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat digunakan untuk membiayai rumah tangga Negara. Contoh : Pajak penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah, pajak bumi dan bangunan, dan bea materai b. Pajak Daerah yaitu pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah dan digunakan untuk membiayai rumah tangga daerah pajak daerah terdiri : Pajak provinsi, contoh : pajak kendaraan bermotor dan pajak bahan bakar kendaraan bermotor Pajak-pajak kabupaten/kota, contoh : pajak hotel, pajak restoran dan pajak hiburan 2. Kepatuhan Wajib Pajak 2.1 Wajib Pajak Pengertian wajib pajak menurut Undang-Undang No. 28 tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan Pasal 1 ayat 1 yaitu:

13 Wajib Pajak adalah orang pribadi atau badan, meliputi pembayar pajak, pemotong pajak, dan pemungut pajak, yang mempunyai hak dan kewajiban perpajakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan. Berdasarkan Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan Undang-Undang No. 28 tahun 2007 Wajib Pajak badan maupun orang pribadi mempunyai kewajiban untuk mendaftarkan diri ke Kantor Pelayanan Pajak ( KPP ) yang wilayahnya meliputi tempat tinggal atau kedudukan Wajib Pajak untuk diberikan Nomor Pokok Wajib Pajak ( NPWP ). Wajib Pajak berkewajiban menyelenggarakan pembukuan yang menyajikan keterangan-keterangan untuk menghitung Penghasilan Kena Pajak ( PKP ), atau harga perolehan barang dan jasa, untuk perhitungan jumlah pajak terutang berdasarkan ketentuan perundang-undangan perpajakan. Pajak yang terutang harus dilaporkan dalam Surat Pemberitahuan ( SPT ) baik masa maupun tahunan dalam batas waktu yang ditentukan. Wajib Pajak mempunyai kewajiban memberikan keterangan yang dibutuhkan petugas pemeriksa untuk pemeriksaan atas permintaan Direktorat Jenderal Pajak. 2.2 Definisi Kepatuhan Wajib Pajak Kriteria wajib pajak patuh menurut Keputusan Menteri Keuangan No.544/KMK.04/2000, wajib pajak patuh adalah: 1. Tepat waktu dalam menyampaikan SPT untuk semua jenis pajak dalam dua tahun terakhir.

14 2. Tidak memunyai tunggakan pajak untuk semua jenis pajak, kecuali telah memperoleh izin untuk mengangsur atau menunda pembayaran pajak. 3. Tidak pernah dijatuhi hukuman karena melakukan tindak pidana di bidang perpajakan dalam jangka 10 tahun terakhir. 4. Dalam 2 tahun terakhir menyelenggarakan pembukuan dan dalam hal terhadap wajib pajak pernah dilakukan pemeriksaan, koreksi pada pemeriksaan yang terakhir untuk tiap-tiap jenis pajak yang terutang paling banyak lima persen. 5. Wajib pajak yang laporan keuanganya untuk 2 tahun terakhir diaudit oleh akuntan publik dengan pendapat wajar tanpa pengecualian atau pendapat dengan pengecualian sepanjang tidak mempengaruhi laba rugi fiskal. Kepatuhan memenuhi kewajiban perpajakan secara sukarela merupakan tulang punggung self assessment system, dimana wajib pajak bertanggung jawab menetapkan sendiri kewajiban perpajakan dan kemudian secara akurat dan tepat waktu membayar dan melaporkan pajaknya tersebut. 3. Pajak Penghasilan (PPh) 3.1 Definisi Pajak Penghasilan Pajak penghasilan adalah pajak yang dikenakan terhadap subjek pajak atas penghasilan yang diterima atau diperoleh wajib pajak dalam tahun pajak ( Undamgundang No 36 Tahun 2008 Pasal 1 ). Pajak penghasilan digolongkan sebagai pajak langsung, yang secara ekonomis pajak dimaksudkan untuk dipikul sendiri atau ditanggung sendiri oleh wajib pajak bersangkutan dan tidak dapat dibebankan kepada orang lain. Yang menjadi objek

15 pajak adalah penghasilan yaitu setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh wajib pajak, baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia, yang dapat dipakai untuk konsumsiatau untuk menambah kekayaan wajib ajak yang bersangkutan, dengan nama dan dalam bentuk apapun. 3.2 Subyek Pajak Penghasilan Subyek Pajak Penghasilan ( Waluyo : 2011 ) adalah pihak yang mempunyai kewajiban-kewajiban subyektif, atau terhadap siapa saja pajak akan ditagih. Dalam UU PPh Pasal 28 dikatakan subyek pajak penghasilan meliputi : 1. Orang Pribadi Orang pribadi sebagai subyek pajak dapat bertempat tinggal atau berada di Indonesia ataupun di luar Indonesia. 2. Warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan, menggantikan yang berhak Warisan yang belum terbagi dimaksud merupakan subyek pajak pengganti menggantikan mereka yang berhak yaitu ahli waris. 3. Badan Badan adalah sekumpulan orang dan atau modal yang merupakan kesatuan baik yang melakukan usaha maupun yang tidak melakukan usaha yang meliputi perseroan terbatas, perseroan komanditer, perseroan lainnya, Badan Usaha Milik Negara atau Daerah dengan nama dan dalam bentuk apapun, firma, kongsi, dana pensiun, persekutuan, perkumpulan yayasan, organisasi sosial politik, atau organisasi sejenis, lembaga, bentuk usaha tetap, dan bentuk badan lainnya termasuk reksadana.

16 4. Bentuk Usaha Tetap Bentuk usaha tetap adalah bentuk usaha yang dipergunakan oleh orang pribadi yang tidak bertemat tinggal di Indonesia atau berada di Indonesia tidak lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12 ( dua belas ) bulan, atau badan yang tidak didirikan dan tidak bertempat kedudukan di indonesia, untuk menjalankan usaha atau melakukan kegiatan di Indonesia. 3.3 Objek Pajak Penghasilan Objek Pajak Penghasilan ( Waluyo : 2011 ) dapat diartikan sebagai sasaran pengenaan pajak dan dasar untuk menghitung pajak terutang. Pengertian penghasilan yaitu setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak, baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia, yang dapat dipakai untuk konsumsi atau menambah kekayaan Wajib Pajak yang bersangkutan, dengan nama dan dalam bentuk apapun. Penghasilan dapat dikelompokan menjadi : 1. Penghasilan dari pekerjaan dalam hubungan kerja dan pekerjaan bebas seperti gaji, honorarium, penghasilan dari praktik dokter, notaries, aktuaris, akuntan, pengacara, dan sebagainya. 2. Penghasilan dari usaha dan kegiatan. 3. Penghasilan dari modal atau investasi, yang berupa harta gerak ataupun harta tidak bergerak seperti bunga, dividen, royalti, sewa, keuntungan penjualan harta atau hak yang tidak dipergunakan untuk usaha, dan lain sebagainya. 4. Penghasilan lain-lain, seperti pembebasan utang, hadiah, dan lain sebagainya.

17 4. Pajak Penghasilan Pasal 25/29 4.1 Definisi PPh Pasal 25 PPh pasal 25 ( Waluyo, 2011 : 305 ) adalah besarnya angsuran pajak penghasilan yang harus dibayar sendiri oleh wajib pajak untuk setiap bulan sekali dalam tahun pajak berjalan. Hal ini dimaksudkan untuk meringankan beban wajib pajak dalam membayar pajak terutang yaitu dengan mengangsur hutang pajak dalam satu tahun pajak. Angsuran Pajak Penghasilan Pasal 25 tersebut dapat dijadikan sebagai kredit pajak terhadap pajak yang terutang atas seluruh penghasilan Wajib Pajak pada akhir tahun pajak yang dilaporkan dalam Surat Pemberitahuan ( SPT ) Tahunan Pajak Penghasilan. 4.2 Perhitungan Pajak Penghasilan Pasal 25 Besarnya angsuran pajak penghasilan pasal 25 dalam tahun pajak berjalan yang harus dibayar sendiri oleh wajib pajak untuk setiap bulan adalah sebesar pajak penghasilan yang terutang menurut Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan PPh tahunan pajak yang lalu dikurangi dengan: a. Pajak penghasilan yang dipungut oleh pihak lain sebagaimana dimaksud dalam pasal 22 yaitu pajak penghasilan yang dipungut oleh bendaharawan pemerintah ( pusat, daerah, instansi dan lembaga negara lainnya ) berkenaan dengan pembayaran atas penyerahan barang, dan badan-badan tertentu baik pemerintah maupun swasta berkenaan dengan kegiatan dibidang impor atau kegiatan usaha lain.

18 b. Pajak penghasilan yang dipotong oleh pihak lain sebagaimana dimaksud dalam pasal 23 yaitu Pajak Penghasilan yang dipotong atas penghasilan yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak dalam negeri dan Bentuk Usaha Tetap yang berasal dari modal, penyerahan jasa, atau penyelenggaraan kegiatan selain yang telah dipotong Pajak Penghasilan Pasal 21, yang dibayarkan atau terutang oleh badan pemerintah atau subjek pajak dalam negeri, penyelenggara kegiatan, Bentuk Usaha Tetap atau perwakilan perusahaan luar negeri lainnya. c. Pajak penghasilan yang dibayar atau terutang diluar negeri yang dikreditkan sebagaimana dimaksud dalam pasal 24 yaitu mengatur tentang perhitungan besarnya ajak atas penghasilan yang terutang atau dibayarkan di luar negeri yang dapat dikreditkan terhadap pajak penghasilan yang terhutang atas seluruh Wajib Pajak dalam negeri. 4.3 Definisi PPh pasal 29 Pajak penghasilan yang harus dilunasi oleh Wajib Pajak Orang Pribadi maupun Wajib Pajak Badan sebagai akibat PPh terutang dalam Surat Pemberitahuan ( SPT ) tahunan pajak penghasilan lebih besar dari pada kredit pajak yang telah dipotong atau dipungut oleh pihak lain dan telah disetor sendiri. PPh Pasal 29 harus disetor menggunakan Surat Setoran Pajak ( SSP ) paling lambat sebelum Surat Pemberitahuan ( SPT ) tahunan dilaporkan ke Kantor Pelayanan Pajak.

19 5. Surat Pemberitahuan (SPT) 5.1 Definisi Surat Pemberitahuan Menurut Undang-Undang No. 28 tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan Pasal 1 ayat 12, Surat pemberitahuan adalah surat yang oleh wajib pajak digunakan untuk melaporkan penghitungan dan/atau pembayaran pajak, objek pajak dan/atau bukan objek pajak,dan/atau harta dan kewajiban sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Surat Pemberitahuan ( SPT ) merupakan salah satu mediator antara Dirjen Pajak dan Wajib Pajak ( Jurnal Perpajakan Indonesia, Volume 1, Nomor 8, Maret 2002 ). Berdasarkan surat itulah maka dapat diketahui berapa jumlah yang harus dibayarkan oleh Wajib Pajak kepada Negara. 5.2 Jenis dan Fungsi Surat Pemberitahuan Jenis Surat Pemberitahuan ada dua, yaitu : 1. Surat Pemberitahuan (SPT) Massa merupakan surat yang oleh wajib pajak digunakan untuk melaporkan perhitungan dan atau pembayaran pajak terutang dalam suatu masa pajak. SPT masa meliputi : a. SPT Masa PPh b. SPT Masa PPN c. SPT Masa Pemungut PPN 2. Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan merupakan surat yang oleh wahib pajak dipergunakan untuk melaorkan perhitungan dan pembayaran pajak terutang dalam suatu tahun pajak.

20 Fungsi Surat Pemberitahuan yaitu : 1. Bagi pengusaha bahwa SPT Pajak Penghasilan yaitu berfungsi sebagai sarana melaporkan dan mempertanggungjawabkan perhitungan jumlah pajak yang sebenarnya terutang dan melaporkan tentang : a. Pembayaran atau pelunasan pajak yang telah dilaksanakan sendiri dan/atau melalui pemotongan atau pemungutan pihak lain dalam 1 ( satu ) tahun pajak atau bagian tahun pajak. b. Penghasilan yang merupakan objek pajak dan/atau bukan objek pajak. c. Harta dan kewajiban. d. Pembayaran dari pemotong atau pemungut tentang pemotongan atau pemungutan pajak orang pribadi atau badan lain dalam 1 ( satu ) masa pajak sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan. 2. Bagi Pengusaha Kena Pajak, fungsi SPT adalah sebagai sarana untuk melaporkan dan mempertanggungjawabkan penghitungan jumlah Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak atas Barang Mewah yang sebenarnya terutang dan untuk melaporkan tentang : a. Pengkreditan Pajak Masukan terhadap Pajak Keluaran b. Pembayaran atau pelunasan pajak yang telah dilaksanakan sendiri oleh Pengusaha Kena Pajak dan/atau melalui pihak lain dalam satu masa pajak, sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan 3. Bagi Pemotong atau Pemungut Pajak, fungsi SPT adalah sebagai sarana untuk melaporkan dan mempertanggungjawabkan pajak yang dipotong atau dipungut dan disetorkannya.

21 5.3 Batas Penyampaian Surat Pemberitahuan Sesuai dengan Pasal 3 Ayat (3) Undang-undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, batas waktu penyampaian SPT adalah : a. Untuk Surat Pemberitahuan Masa, paling lama 20 hari setelah akhir masa pajak b. Untuk Surat Pemberitahuan Tahunan pajak penghasilan wajib pajak orang pribadi, paling lama 3 bulan setelah akhir tahun pajak c. Untuk Surat Pemberitahuan Tahunan pajak penghasilan wajib pajak badan, paling lama 4 bulan setelah akhir tahun pajak 6. Pemeriksaaan Pajak 6.1 Definisi Pemeriksaan Pajak Pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan menghimpun dan mengolah data, keterangan, dan/atau bukti yang dilaksanakan secara objektif dan professional berdasarkan suatu standar pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dan/atau untuk tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan ( pasal 1 ayat (25) UU No.28 Tahun 2007 ) Dalam pasal 29 ayat (1) dikatakan Direktur Jenderal Pajak berwenang melakukan pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dan untuk tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan perundang-undangan perpajakan. Tujuan Pemeriksaan adalah untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan, bukan sekedar untuk menerbitkan surat ketetapan pajak, apalagi demi

22 kepentingan kas Negara. Jadi surat ketetapan pajak dapat timbul sebagai akibat dari pemeriksaan pajak, bukan tujuan pemeriksaan. 6.2 Jenis, Ruang Lingkup dan Kriteria Pemeriksaan Pajak Peraturan Menteri Keuangan Nomor 199/PMK.03/2007 tentang Tata Cara Pemeriksaan Pajak membedakan jenis pemeriksaan, ruang lingkup, dan kriteria pemeriksaan. 6.2.1 Jenis Pemeriksaan Pajak Jenis Pemeriksaan Pajak ( Waluyo:2011 ) meliputi : 1. Pemeriksaan Kantor adalah pemeriksaan yang dilakukan di Kantor Direktorat Jenderal Pajak. 2. Pemeriksaan Lapangan adalah pemeriksaan yang dilakukan di tempat kedudukan, tempat kegiatan usaha atau pekerjaan bebas, tempat tinggal Wajib Pajak, atau tempat lain yang ditentukan oleh Direktur Jenderal Pajak. 6.2.2 Ruang Lingkup Pemeriksaan Pajak Ruang lingkup pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dapat meliputi satu, beberapa, atau seluruh jenis pajak, baik untuk satu atau beberapa masa pajak, bagian tahun pajak, atau tahun pajak dalam tahun-tahun lalu maupun tahun berjalan.

23 6.2.3 Kriteria Pemeriksaan Pajak Kriteria pemerikasaan pajak untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan Wajib Pajak dapat dilakukan dalam hal-hal sebagai berikut : 1. Menyampaikan Surat Pemberitahuan yang lebih bayar, termasuk yang telah diberikan pengembalian pendahuluan kelebihan pajak. Pemeriksaan dengan kriteria ini dilakukan dengan jenis Pemeriksaan Kantor atau Pemeriksaan Lapangan. 2. Menyampaikan Surat Pemberitahuan yang menyatakan rugi. Pemeriksaan dengan kriteria ini dilakukan dengan jenis Pemeriksaan Lapangan. 3. Tidak menyampaikan atau menyampaikan Surat Pemberitahuan tetapi melampaui jangka waktu yang ditetapkan dalam Surat Teguran. Pemeriksaan dengan kriteria ini dilakukan dengan jenis Pemeriksaan Lapangan. 4. Melakukan penggabungan, peleburan, pemekaran, likuidasi, pembubaran 6.3 Tahapan Pemeriksaan Pajak Keputusan Menteri Keuangan Nomor 545/KMK.04/2000 yang dikutip Siti Kurnia Rahayu (2010: 286-304) menjelaskan tahapan pemeriksaan pajak sebagai berikut: 1. Tahap Persiapan Pemeriksaan Persiapan pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan olehpemeriksa sebelum melaksanakan tindakan pemeriksaan dan meliputi kegiatansebagai berikut: Mempelajari berkas wajib pajak /berkas data

24 Menganalisis SPT dan laporan keuangan wajib pajak Mengidentifikasi masalah Melakukan pengenalan lokasi wajib pajak Menentukan ruang lingkup pemeriksaan Menyusun program pemeriksaan Menentukan buku-buku dan dokumen yang akan dipinjam Menyediakan sarana pemeriksaan 2. Tahap Pelaksanaan Pemeriksaan Pelaksanaan pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan pemeriksa dan meliputi : Memeriksa di tempat Wajib Pajak Melakukan penilaian atas Sistem Pengendalian Intern Memutakhirkan ruang lingkup dan program pemeriksaan Melakukan pemeriksaan atas buku-buku, catatan-catatan, dan dokumendokumen Melakukan konfirmasi kepada pihak ketiga, memberitahukan hasil pemeriksaan kepada Wajib Pajak Melakukan sidang penutup ( Closing Conference ) 3. Tahap Pelaporan Pemeriksaan Memuat keterangan-keterangan mengenai, identitas wajib pajak,pemenuhan kewajiban perpajakan, gambaran kegiatan wajib pajak,penugasan dan alasan pemeriksaan, data dan informasi yang tersedia dan daftar lampiran.

25 Pemeriksaan memuat penjelasan secara lengkap mengenai, pos-pos yang diperiksa,penilaian pemeriksa atas pos-pos yang diperiksa, dan temuantemuan pemeriksa. Hasil pemeriksaan merupakan ikhtisar yang menggambarkan perbandingan antara laporan wajib pajak (SPT) dengan hasil pemeriksaan dan perhitungan mengenai besarnya pajak-pajak yang terutang. Kesimpulan dan usul pemeriksaan adalah memuat hasil pemeriksaan dalam bentuk, perbandingan antara pajak-pajak yang terhutang berdasarkan laporan wajib pajak dengan hasil pemeriksaan, data/informasi yang diproduksi, dan usul-usul pemeriksaan.

26 B. Penelitian Terdahulu Tabel 2.1 Hasil Penelitian Terdahulu No. Nama Penulis Judul Tahun Hasil Penelitian 1. Yuli laura Analisa Pengaruh JumlahWajib Pajak Badan dan Pemeriksaan 2008 Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa penerimaan pajak penghasilan dipengaruhi oleh faktor jumlah Wajib Pajak Badan dan faktor pemeriksaan pajak. 2. Supriyati & Nurhidayati PengaruhPengeta huan Perpajakan dan Persepsi Wajib Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak 2008 Hasil dari penelitian ini adalah bahwa pengetahuan mengenenai perpajakan berpengaruh terhadap kepatuhan Wajib Pajak. Salah satu penyebab berpengaruhnya pengetahuan perpajakan terhadap kepatuhan Wajib Pajak adalah mulai bertambahnya tingkat pengetahuan Wajib Pajak yang diperoleh langsung daripada petugas pajak ataupun sosialisasi yang dilakukan oleh DJP. 3. Suhendra Pengaruh Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Badan Terhadap Peningkatan Penerimaan Pajak Penghasilan Badan 2010 hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat kepatuhan wajib pajak yang diukur dari jumlah Surat Pemberitahunan Tahunan (SPT) yang disampaikan berpengaruh signifikan terhadap peningkatan penerimaan pajak penghasilan badan pada KPP

27 4. Christiani Marta Pengaruh Pengetahuan ramuditha Wajib Pajak Orang Pribadi Mengenai Undang-Undang Pajak Penghasilan Terhadap Pelaksanaan Self Assesment System 5. Sanda Agita Pengaruh Kepatuhan Wajib Pajak dan Pemeriksaan Pajak Terhadap Jumlah Penerimaan Pajak Penghasilan Pasal 25 Orang Pribadi di KPP Semarang Timur 6 Alena Pengaruh Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi Terhadap Penerimaan Pajak Pengahasilan di Indonesia 2010 Hasil dari penelitian ini adalah bahwa pengetahuan Wajib Pajak Orang Pribadi mengenai undang-undang pajak pengahasilan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pelaksanaan Self Assessment System dapat diterima. 2010 Berdasarkan hasil uji F disimpulkan bahwa variabel kepatuhan wajib pajak dan pemeriksaan pajak secara simultan memiliki pengaruh yang signifikan dalam meningkatkan penerimaan pajak di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Semarang Timur. Dari hasil uji T disimpulkan hanya kepatuhan wajib pajak yang diukur dari SPT Masa orang pribadi dan jumlah pemeriksaan pajak yang signifikan mempengaruhi peningkatan penerimaan pajak penghasilan di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Semarang Timur. 2011 Analisa koefisien korelasi akan memberikan hasil apakah antara variabel bebas yaitu rasio kepatuhan wajib pajak orang pribadi dengan variabel terikat yaitu tingkat penerimaan pajak penghasilan orang pribadi terdapat hubungan, baik saling berhubungan, saling mempengaruhi dan seberapa besar tingkat hubungannya.

28 C. Kerangka Pemikiran Berdasarkan perumusan masalah dan tujuan penelitian yang telah dibahas, maka penulis menampilkan Gambar 2.1 yang berisikan variabel independen dan variabel dependen sebagai berikut : Gambar 2.1 Variabel Independen dan Variabel Dependen Jumlah Kepatuhan Wajib Pajak ( Orang pribadi dan Badan ) (X 1 ) Jumlah Pemeriksaan Pajak ( Wajib Pajak Orang pribadi dan Badan ) (X 2 ) Penerimaan Pajak Penghasilan ( Wajib Pajak Orang pribadi dan Badan ) (Y 2 ) 1. Variabel kepatuhan Wajib Pajak merupakan variabel bebas ( variable independen ), yang dilihat dari Wajib Pajak baik orang pribadi maupun badan, yang aktif melakukan penyetoran dan pelaporan SPT tepat waktu yang terdaftar di KPP Jakarta Pratama Tiga. 2. Variabel jumlah pemeriksaan pajak merupakan variabel bebas (variable independen), yang dilihat dari jumlah pemeriksaan pajak dapat dilihat dari SKP yaitu jumlah SKPKB.

29 3. Variabel penerimaan pajak penghasilan pasal 25/29 merupakan variabel terikat ( variable dependent ). Jumlah penerimaan pajak penghasilan dapat dilihat dari jumlah penerimaan pajak penghasilan pasal 25/29 baik berasal dari Wajib Pajak orang pribadi dan Wajib Pajak badan yang diterima KPP Jakarta Menteng Tiga. D. Pengembangan Hipotesis 1. Pengaruh Kepatuhan Wajib Pajak terhadap Penerimaan Pajak Penghasilan di KPP Jakarta Menteng Tiga. Berdasarkan teori yang menyatakan bahwa Jika Semua Wajib Pajak di Indonesia berpredikat patuh maka akan berimplikasi pada optimalisasi penerimaan pajak. ( Devano, 2006 ), maka efeknya pada penerimaan Negara yang bertambah besar. Maka diajukan hipotesis sebagai berikut : H 1 = Jumlah kepatuhan wajib pajak berpengaruh signifikan terhadap penerimaan pajak penghasilan di KPP Jakarta Menteng Tiga 2. Pengaruh Jumlah Pemeriksaan Pajak terhadap Penerimaan Pajak Penghasilan di KPP Jakarta Menteng Tiga. Berdasarkan teori bahwa upaya peningkatan kepatuhan pajak (tax compliance) terkait erat dengan fungsi pemeriksaan pajak, dimana pada gilirannya akan dapat meningkatkan optimalisasi penerimaan pajak ( Gunadi,2005 ). Pemeriksaan ini apabila dipatuhi dan dilunasi maka akan meningkatkan penerimaan pajak dari KPP setempat ( Gunadi, 2005:8 ). Maka diajukan hipotesis sebagai berikut :

30 H 2 = Jumlah pemeriksaan pajak berpengaruh signifikan terhadap penerimaan pajak penghasilan di KPP Jakarta Menteng Tiga 3. Pengaruh Kepatuhan Wajib Pajak dan Jumlah Pemeriksaan Pajak (SKPKB yang diterbitkan) terhadap Penerimaan Pajak Penghasilan di KPP Jakarta Menteng Tiga. Salah satu upaya peningkatan penerimaan pajak penghasilan dapat ditempuh dengan cara intensifikasi penerimaan pajak, antara lain dengan meningkatkan kepatuhan wajib pajak ( Yusuf,2004) serta melakukan pemeriksaan. Surat ketetapan pajak merupakan hasil dari pemeriksaan pajak yang mempunyai kekuatan hukum yang sangat kuat memberikan kekuatan eksekutorial. Hasil dari pemeriksaan ini apabila dipatuhi dan dilunasi maka akan meningkatkan penerimaan pajak dari KPP setempat ( Gunadi,2005) Berdasarkan hal di atas, penulis menduga bahwa jumlah kepatuhan wajib pajak dan jumlah pemeriksaan pajak berpengaruh pada penerimaan pajak penghasilan. Oleh karena itu hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah : H 3 = Jumlah kepatuhan wajib pajak dan jumlah pemeriksaan pajak secara simultan berpengaruh signifikan terhadap penerimaan pajak penghasilan KPP Jakarta Menteng Tiga