Nama : Putri Kendaliman Wulandari NPM : 35410453 Jurusan : Teknik Industri Pembimbing : Dr. Ir. Rakhma Oktavina, M.T Ratih Wulandari, S.T, M.T TUGAS AKHIR USULAN PENINGKATAN PRODUKTIVITAS DAN KINERJA LINGKUNGAN DENGAN METODE GREEN PRODUCTIVITY DI PABRIK TAHU
Latar Belakang Perusahaan Tanpa pengolahan limbah Pencemaran lingkungan Mengurangi output Evaluasi kinerja lingkungan Green Productivity Pengukuran produktivitas kinerja lingkungan Kerugian Solusi menurunkan dampak lingkungan Barang ramah lingkungan Peningkatan produktivitas
Perumusan Masalah Perumusan masalah yang akan diselesaikan pada penelitian ini adalah bagaimana mengukur produktivitas serta mengurangi limbah untuk meningkatkan produktivitas sekaligus menurunkan dampak lingkungan dengan menggunakan konsep Green Productivity di Pabrik Tahu. Pembatasan Masalah Pengambilan data dilakukan di Pabrik Tahu Harapan Jaya Bekasi pada bulan Juni tahun 2014. Limbah yang diamati adalah limbah cair yang dihasilkan pada proses produksi tahu. Metode yang dipakai adalah Green Productivity.
Tujuan Penulisan Mengukur tingkat produktivitas dan Enviromental Performance Index (EPI) Pabrik Tahu. Mengidentifikasi permasalahan yang terjadi dalam proses produksi pembuatan tahu yang berpengaruh terhadap lingkungan. Menganalisis alternatif solusi pengurangan limbah cair tahu dengan pendekatan Green Productivity. Melakukan estimasi kontribusi alternatif solusi pengurangan limbah cair tahu terhadap peningkatan produktivitas dan kinerja lingkungan.
Perhitungan Tingkat Produktivitas
Perhitungan Indeks Environmental Performance Indicator (EPI) Balai Teknik Air Minum dan Sanitasi Bekasi.
Identifikasi Faktor-Faktor yang Berpengaruh
Pemilihan Alternatif Solusi
Estimasi Kontribusi Alternatif Terpilih Rencana Implementasi
Analisis Ekonomi
Rangkuman Solusi Alternatif
Pengolahan Data Studi Lapangan Data Primer: - Proses Produksi (Pengamatan Langsung) - Data Input dan Output produksi Mulai Identifikasi Masalah Perumusan Masalah dan Tujuan Pengumpulan Data Studi Pustaka Data Sekunder: - Data analisis kandungan kimia Tahap pengukuran : - Indeks Produktivitas Total - Indeks Environmental Performance Indicator Diagram sebab-akibat Penyusunan Alternatif Solusi Tahap analisis tiap alternatif: - Estimasi peningkatan produktivitas - Keunggulan dan resiko tiap alternatif - Estimasi biaya alternatif Pemilihan Alternatif Solusi Kesimpulan dan Saran Pengolahan Data Selesai
Identifikasi Masalah Masalah yang ditemukan adalah limbah cair tahu yang belum mendapatkan pengolahan. Perumusan Masalah dan Tujuan Pengumpulan Data Data input mengenai modal kerja awal dan output adalah jumlah hasil produksi tahu yang dihasilkan dalam kurun waktu tertentu. Pengolahan Data Tahap Pengukuran Penyusunan Alternatif Solusi Tahap Analisis Pemilihan Alternatif Solusi Kesimpulan dan Saran
Produktivitas Produktivitas menurut Wignjosoebroto (1995) didefinisikan sebagai perbandingan (rasio) antara output dengan input. Hasil output itu meliputi penjualan, laba, kepuasan konsumen, sedangkan input meliputi alat yang digunakan yaitu biaya, tenaga, keterampilan dan jumlah hasil individu. penggunaan sumber daya secara optimal untuk mencapai hasil yang diinginkan. yang berkaitan dengan performansi tingkat kinerja perusahaan secara keseluruhan juga dapat dijadikan sebagai pedoman untuk melakukan perbaikan Indeks Produktivitas Total = x 100%
Green productivity adalah suatu strategi untuk meningkatkan produktivitas perusahaan dan performansi lingkungan secara bersamaan di dalam pembangunan sosial-ekonomi secara menyeluruh (Asian Productivity Organization, 2001). Faktanya, bahwa ketika green productivity diimplementasikan, perusahaan akan mengalami perbaikan produktivitas melalui penurunan pengeluaran pada perlindungan lingkungan, seperti pengurangan sumber daya, minimasi waste, pengurangan polusi dan produksi yang lebih baik. Limbah cair tahu dalam kondisi baru tidak menimbulkan bau dan baru berbau setelah 12 jam kemudian. (Suprapti, 2005). Proses peruraian bahan organik oleh mikroorganisme aerob memerlukan oksigen dalam jumlah besar untuk memperoleh energi. Hal ini menyebabkan terjadinya penurunan konsentrasi oksigen terlarut di dalam air. Penurunan yang melewati ambang batas akan mengakibatkan kematian biota air lain akibat kekurangan oksigen. Ketika oksigen terlarut tidak tersedia lagi, peruraian zat organik dilakukan oleh mikroorganisme anaerob yang mengeluarkan gas asam sulfida (H2S) dan gas metana (CH4) yang berbau seperti telur busuk.
Biogas merupakan gas yang dihasilkan oleh bakteri metanogenik anaerobik (bakteri penghasil gas metan yang hanya dapat hidup dalam kondisi bebas oksigen) dari proses perombakan bahan bahan organik seperti limbah (Wignjosoebroto, 1995). Indeks EPI = Σ W i. P i. mengakibatkan tanah menjadi keras sehingga pertumbuhan akar tanaman akan sulit. EPI dapat dijadikan indikator utuk mengetahui kinerja lingkungan yang telah dicapai oleh perusahaan berkaitan dengan limbah sekitar. Perhitungan indeks EPI dilakukan dengan mengalikan nilai penyimpangan antara standar BAPEDAL (Badan Pengelola Dampak Lingkungan).
1 m3 biogas setara dengan memasak selama 3 jam, menyalakan listrik 80 Watt (6 jam), menjalankan motor (1 hp) 2 jam, menggerakkan truk 3 ton 2,8 km, membangkitkan listrik 1,25 kw. 1 m3 biogas setara dengan 1 pon (0,48 kg) gas LPG, 0,52 liter minyak diesel (solar), 0,62 liter minyak tanah (kerosin), 4,7 kwh listrik, 3,5 kg kayu bakar Metana merupakan salah satu gas rumah kaca yang keberadaannya merusak atmosfer dan meningkatkan temperatur, dengan menggunakan biogas sebagai bahan bakar maka akan mengurangi gas metana di udara dan dapat mengurangi temperatur. Sumber energi biogas yang utama yaitu kotoran ternak dan zat organik. Pada dasarnya biogas adalah gas metana (CH4). Gas metana ini bersifat tidak berbau, tidak berwarna dan sangat mudah terbakar pada suhu panas. Selain dapat digunakan sebagai energi alternatif, biogas juga dapat mengurangi dampak pemanasan global Manfaat bagi lingkungan adalah dengan proses fermentasi oleh bakteri anaerob (Bakteri Methan) tingkat pengurangan pencemaran lingkungan dengan parameter BOD dan COD akan berkurang sampai dengan 98% dan air limbah telah memenuhi standard baku mutu pemerintah sehingga layak di buang ke sungai (Rudi Prasetyo, 2008).
Air limbah yang dibiarkan akan berubah warnanya menjadi cokelat kehitaman dan berbau busuk. Bau busuk ini mengakibatkan sakit pernapasan. Apabila air limbah ini merembes ke dalam tanah yang dekat dengan sumur maka air sumur itu tidak dapat dimanfaatkan lagi. Apabila limbah ini dialirkan ke sungai maka akan mencemari sungai dan bila masih digunakan akan menimbulkan gangguan kesehatan yang berupa penyakit gatal, diare, kolera, radang usus dan penyakit lainnya, khususnya yang berkaitan dengan air yang kotor dan sanitasi lingkungan yang tidak baik (Herlambang, 2002, 24-25). Khiatuddin (2003) menyebutkan beberapa metoda yang sering dipakai untuk mengukur besarnya pencemaran bahan organik terhadap lingkungan air adalah mengukur Biological Oxygen Demand (BOD), Chemical Oxygen Demand (COD) dan Dissolved Oxygen (DO). Limbah cair industri tahu mempunyai BOD, COD cukup tinggi dan DO sangat rendah. TSS juga mempengaruhi regenerasi oksigen secara fotosintesis. Standar bapedal menentukan kadar TSS maksimal adalah 100 mg/l.
Menurut Purnama (2007), BOD adalah jumlah oksigen yang diperlukan oleh mikroorganisme di dalam badan air untuk memecah (mendegradasi) bahan organik yang ada di dalam badan air tersebut. Kandungan BOD pada limbah tahu berkisar di antara 5000 10000 mg/l. COD adalah jumlah oksigen yang diperrlukan agar senyawa organik dapat teroksidasi melalui reaksi kimia
Kesimpulan PENUTUP Tingkat produktivitas rata-rata perusahaan periode Juni 2014 adalah 150. Ini menunjukkan produktivitas perusahaan masih cukup baik. Besarnya nilai Environmental Performance Indicator (EPI) Pabrik Tahu adalah 10.676 yang artinya tingkat kinerja lingkungan Pabrik Tahu tidak terlalu berbahaya dalam jangka pendek. Permasalahan yang terjadi di Pabrik Tahu adalah jumlah limbah cair tahu yang belum mendapat pengolahan untuk pemanfaatannya dan langsung dibuang ke perairan sekitar. Alternatif yang ditemukan ada 2. Alternatif pertama adalah Alternatif ini akan membuat lahan disekitar pengairan pembuangan limbah dan ditanami eceng gondok. Alternatif kedua adalah pemanfaatan limbah cair menjadi biogas. Solusi yang terpilih pada penelitian ini adalah alternatif biogas. Alternatif biogas memerlukan biaya sebesar Rp.6.791.000. Estimasi kontribusi alternatif biogas terhadap tingkat produktivitas menjadi sebesar 205%. Alternatif biogas memberikan kontribusi terhadap pengurangan limbah cair sebesar 98% per hari dari total limbah cair yang dihasilkan. Saran pelatihan dalam pembuatan dan perawatan digester untuk mengurangi rawan meledaknya digester. Perlunya penanganan limbah dalam waktu yang cepat karena limbah sudah mengendap selama 10-20 tahun. Penulisan bisa dilanjutkan untuk membuat skema atau mekanisme pembuatan digester secara nyata.