PENGARUH RASIO TULANGAN TERHADAP KUAT LENTUR BALOK BERTULANGAN BAMBU DENGAN KAIT. Ronny Setiawan, Sri Murni Dewi, Eva Arifi

dokumen-dokumen yang mirip
INTERAKSI JENIS KAIT DAN JARAK ANTAR KAIT TERHADAP KUAT LENTUR BALOK BETON BERTULANGAN BAMBU DENGAN PENGAIT NASKAH TERPUBLIKASI TEKNIK SIPIL

PENGARUH PENAMBAHAN KAIT PADA TULANGAN BAMBU TERHADAP RESPON LENTUR BALOK BETON BERTULANGAN BAMBU

PENGARUH JENIS KAIT TERHADAP KUAT LENTUR BALOK BERTULANGAN BAMBU DENGAN PENGAIT PUBLIKASI ILMIAH TEKNIK SIPIL

UJI CABUT TULANGAN BAMBU DENGAN VARIASI JARAK KAIT DARI KLEM SELANG NASKAH PUBLIKASI TEKNIK SIPIL

PENGARUH MUTU BETON TERHADAP KUAT LENTUR BALOK BETON BERTULANGAN BAMBU DENGAN KAIT SKRIPSI TEKNIK SIPIL

PENGARUH JARAK KAIT TERHADAP KUAT LENTUR BALOK BERTULANGAN BAMBU DENGAN KAIT NASKAH TERPUBLIKASI TEKNIK SIPIL

INTERAKSI RASIO TULANGAN BAMBU DAN MUTU BETON TERHADAP KUAT LENTUR BALOK BETON BERTULANGAN BAMBU DENGAN KAIT NASKAH PUBLIKASI TEKNIK SIPIL

Kapasitas Lentur Balok Beton Tulangan Bambu Ori Takikan Jarak 20 dan 30 mm

PENGARUH PEMAKAIAN KLEM SELANG TERHADAP BEBAN MAKSIMUM PADA SAMBUNGAN BALOK-KOLOM BETON BERTULANGAN BAMBU NASKAH PUBLIKASI TEKNIK SIPIL

PENGARUH VARIASI UKURAN TULANGAN DAN PENGGUNAAN KLEM SELANG TERHADAP KUAT CABUT TULANGAN BAMBU

ANALISIS DAN EKSPERIMEN PELAT BETON BERTULANG BAMBU LAPIS STYROFOAM

PERBANDINGAN KUAT LENTUR DUA ARAH PLAT BETON BERTULANGAN BAMBU RANGKAP LAPIS STYROFOAM

Rahmi Aulia, Sri Murni Dewi, Ming Narto Wijaya

Studi Eksperimental Kuat Geser Pelat Beton Bertulang Bambu Lapis Styrofoam

SLOOF PRACETAK DARI BAMBU KOMPOSIT

KUAT LENTUR BALOK BETON TULANGAN BAMBU PETUNG VERTIKAL

PENGARUH PENAMBAHAN SERAT BAMBU TERHADAP KUAT LENTUR BALOK BERTULANG BAMBU DENGAN AGREGAT KASAR BATU PUMICE PUBLIKASI ILMIAH TEKNIK SIPIL

KUAT LENTUR BALOK BETON TULANGAN BAMBU PETUNG VERTIKAL TAKIKAN TIPE U LEBAR 3 CM TIAP JARAK 10 CM DENGAN POSISI KULIT DI SISI DALAM

UJI TARIK DAN PENGARUH VARIASI POLA PILINAN BAMBU TERHADAP KUAT LEKAT BALOK BETON NASKAH PUBLIKASI TEKNIK SIPIL

BERAT VOLUME DAN KEKAKUAN PLAT SATU ARAH PADA PLAT BETON BERTULANGAN BAMBU DENGAN LAPIS STYROFOAM

TINJAUAN KUAT LEKAT TULANGAN BAMBU DENGAN BETON

KUAT LENTUR BALOK TULANGAN BAMBU PETUNG TAKIKAN TIDAK SEJAJAR TIPE U LEBAR 1 DAN 2 CM PADA TIAP JARAK 15 CM

KAJIAN KUAT LEKAT TULANGAN BAMBU ORI TAKIKAN BENTUK V DENGAN JARAK ANTAR TAKIKAN 2 CM DAN 3 CM PADA BETON

Jhohan Ardiyansyah, et al.penentuan Lendutan Pelat Beton Bertulang Bambu dan Baja...

KAPASITAS LENTUR BALOK BETON TULANGAN BAMBU PETUNG DENGAN TAKIKAN TIDAK SEJAJAR TIPE U LEBAR 1 CM DAN 2 CM PADA TIAP JARAK 5 CM

KAJIAN KUAT LEKAT TULANGAN BAMBU ORI TAKIKAN TIPE V SEJAJAR DAN TIDAK SEJAJAR DENGAN JARAK TAKIKAN 4 CM DAN 5 CM PADA BETON NORMAL

KUAT LEKAT TULANGAN BAMBU WULUNG DAN PETUNG TAKIKAN PADA BETON NORMAL (208S)

KAJIAN KUAT LEKAT TULANGAN BAMBU WULUNG BERTAKIKAN TIPE V SEJAJAR DAN TIDAK SEJAJAR DENGAN JARAK TAKIKAN 6 CM DAN 7 CM PADA BETON NORMAL

PERBANDINGAN KAPASITAS KUAT LENTUR PADA BALOK TULANGAN BAMBU PILIN DENGAN KULIT DAN TANPA KULIT

KEKUATAN LENTUR BALOK KOMPOSIT BETON DAN BATA RINGAN TULANGAN BAMBU DENGAN VARIASI MUTU BETON PUBLIKASI ILMIAH TEKNIK SIPIL

KUAT LEKAT TULANGAN PADA BERBAGAI VARIASI MUTU BETON NORMAL

EKSPERIMEN DAN ANALISIS BEBAN LENTUR PADA BALOK BETON BERTULANGAN BAMBU RAJUTAN

STUDI EKSPERIMENTAL PENGARUH PENGGUNAAN STELL FIBER TERHADAP UJI KUAT TEKAN, TARIK BELAH DAN KUAT LENTUR PADA CAMPURAN BETON MUTU f c 25 MPa

TINJAUAN KUAT LENTUR BALOK BETON BERTULANGAN BAMBU LAMINASI DAN BALOK BETON BERTULANGAN BAJA PADA SIMPLE BEAM. Naskah Publikasi

PENGARUH VARIASI MODEL TERHADAP RESPONS BEBAN DAN LENDUTAN PADA RANGKA KUDA-KUDA BETON KOMPOSIT TULANGAN BAMBU

KUAT LENTUR BALOK BETON TULANGAN BAMBU PETUNG TAKIKAN TIDAK SEJAJAR TIPE U LEBAR 3 CM TIAP JARAK 10 CM DENGAN POSISI KULIT DISISI DALAM

PEMERIKSAAN TEGANGAN LEKAT BETON DENGAN VARIASI LUAS TULANGAN

KUAT LEKAT TULANGAN BAMBU WULUNG TAKIKAN TIPE U JARAK 10 CM

PENGARUH PENGGUNAAN SERBUK KACA SEBAGAI BAHAN SUBSTITUSI AGREGAT HALUS TERHADAP SIFAT MEKANIK BETON

PEMANFAATAN BAMBU UNTUK TULANGAN JALAN BETON

ABSTRAK. Kata kunci: Tulangan Bambu Pilin, Tulangan Baja, Peningkatan Rasio Tulangan, Kuat Lentur, Pola Retak. ABSTRACT

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Pengaruh Luas Lubang Pipa Pada Kolom Pendek Dengan Variasi Diameter Lubang Pipa 1½, 2, 2½ Dan 3.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

STUDI EKSPERIMENTAL PENGARUH SERAT BAMBU TERHADAP SIFAT-SIFAT MEKANIS CAMPURAN BETON

KUAT LENTUR BALOK BETON TULANGAN BAMBU PETUNG TAKIKAN TIDAK SEJAJAR TIPE U LEBAR 1 DAN 2 CM PADA TIAP JARAK 5 CM

KUAT LENTUR BALOK BETON TULANGAN BAMBU PETUNG VERTIKAL TAKIKAN TIPE U LEBAR 3 CM TIAP JARAK 10 CM

PONDASI PRACETAK BAMBU KOMPOSIT

INTERAKSI ANTARA SERAT BAMBU DENGAN KOMPOSISI SEMEN DAN AGREGAT KASAR BATU APUNG TERHADAP KUAT LENTUR BALOK BETON BERTULANG BAMBU PUBLIKASI ILMIAH

PENGARUH POLA TULANGAN GESER BAMBU PADA PENGUJIAN GESER-LENTUR BALOK NASKAH PUBLIKASI TEKNIK SIPIL

NILAI KUAT TARIK BELAH BETON DENGAN VARIASI UKURAN DIMENSI BENDA UJI

STUDI EKSPERIMENTAL MOMEN BATAS PADA PELAT BERUSUK AKIBAT PEMBEBANAN MERATA

PENGARUH PENGGUNAAN WIRE ROPE SEBAGAI PERKUATAN LENTUR TERHADAP KEKUATAN DAN DAKTILITAS BALOK BETON BERTULANG TAMPANG T (040S)

PERBANDINGAN KUAT LENTUR SATU ARAH PELAT BETON TULANGAN BAMBU DENGAN PELAT BETON TULANGAN BAMBU ISI STYROFOAM PUBLIKASI ILMIAH TEKNIK SIPIL

PENGUJIAN LENTUR BALOK BETON BERTULANG DENGAN MENGGUNAKAN MODIFIKASI ALAT UJI TEKAN

PENGARUH METODE TWO-STAGE MIXING APPROACH (TSMA) TERHADAP KUAT TEKAN BETON POROUS DENGAN VARIASI KOMPOSISI AGREGAT KASAR DAUR ULANG (RCA)

PERILAKU LEKATAN TULANGAN ULIR TERHADAP MATERIAL SCC (067M)

KEKUATAN LENTUR BALOK KOMPOSIT BETON DAN BATA RINGAN TULANGAN BAMBU DENGAN VARIASI TINGGI BATA RINGAN PUBLIKASI ILMIAH TEKNIK SIPIL

KAJIAN KAPASITAS LENTUR BALOK BETON BERTULANGAN BAMBU WULUNG DENGAN TAKIKAN TIDAK SEJAJAR

TINJAUAN KUAT LENTUR BALOK BETON DENGAN TULANGAN MODEL RANGKA DARI KAYU MERANTI DENGAN VARIASI JARAK ANTAR BEGEL

KAPASITAS LENTUR PLAT BETON BERTULANGAN BAMBU BENDING CAPACITY OF BAMBOO REINFORCED CONCRETE PLATE

PENGARUH CAMPURAN KADAR BOTTOM ASH DAN LAMA PERENDAMAN AIR LAUT TERHADAP LENDUTAN PADA BALOK

KAJIAN KUAT LEKAT TULANGAN BAMBU PETUNG TAKIKAN TIPE V SEJAJAR DAN TIDAK SEJAJAR DENGAN JARAK TAKIKAN 4 CM DAN 5 CM PADA BETON NORMAL

RESPON SIKLIK SAMBUNGAN BALOK KOLOM BETON BERTULANG BAMBU DENGAN VARIASI PADA RASIO TULANGAN NASKAH PUBLIKASI TEKNIK SIPIL

PENELITIAN BALOK BETON BERTULANG DENGAN DAN TANPA PEMAKAIAN SIKAFIBRE

PENGARUH MODIFIKASI TULANGAN BAMBU GOMBONG TERHADAP KUAT CABUT BAMBU PADA BETON (198S)

KUAT LEKAT (BOND STRENGTH) ANTARA TULANGAN DENGAN BETON BUSA (FOAMED CONCRETE) (120M)

PENGARUH PENINGKATAN KEKUATAN MORTAR TERHADAP DEFORMASI DINDING BATA MERAH LOKAL

INFRASTRUKTUR KAPASITAS LENTUR BALOK BETON BERTULANG DENGAN MENGGUNAKAN AGREGAT KASAR TEMPURUNG KELAPA

ANALISIS DAN PENGUJIAN PERILAKU DARI VARIASI LUBANG PADA BATANG ELEMEN STRUKTUR BETON BERTULANG PENAMPANG PERSEGI TERHADAP BEBAN LENTUR

PENGARUH SUBTITUSI ABU SERABUT KELAPA (ASK) DALAM CAMPURAN BETON. Kampus USU Medan

BAB I PENDAHULUAN. pozolanik) sebetulnya telah dimulai sejak zaman Yunani, Romawi dan mungkin juga

KUAT LENTUR BALOK BETON TULANGAN BAMBU PETUNG VERTIKAL TAKIKAN TIDAK SEJAJAR TIPE U LEBAR 2 CM TIAP JARAK 15 CM

KAJIAN KUAT LENTUR BALOK BETON BERTULANGAN BAMBU ORI TAKIKAN TIPE V DENGAN JARAK 2 CM DAN 3 CM

PEMANFAATAN LIMBAH PABRIK GULA (TETES TEBU) SEBAGAI BAHAN TAMBAH DALAM CAMPURAN BETON. Kampus USU Medan

PENGARUH PANJANG SAMBUNGAN LEWATAN LEBIH DARI SYARAT SNI TERHADAP KUAT LENTUR PADA BALOK BETON BERTULANG TULANGAN BAJA ULIR

PENGARUH VARIASI IKATAN UJUNG TERHADAP KUAT LENTUR BETON TULANGAN BAMBU PILIN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Pengaruh Panjang Serat Kulit Bambu Terhadap Sifat Mekanik Beton

PENGARUH VARIASI JARAK KLEM SELANG PADA TULANGAN BAMBU TERHADAP RESPON SIKLIK SAMBUNGAN BALOK-KOLOM BETON BERTULANG BAMBU PUBLIKASI ILMIAH

PERKUATAN KOLOM BETON BERTULANG DENGAN GLASS FIBER JACKET UNTUK MENINGKATKAN KAPASITAS BEBAN AKSIAL (034S)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KAJIAN KUAT LENTUR BALOK BETON BERTULANG BIASA DAN BALOK BETON BERTULANGAN KAYU DAN BAMBU PADA SIMPLE BEAM. Naskah Publikasi

KAPASITAS LENTUR PLAT BETON BERTULANGAN BAMBU WULUNG DENGAN TAKIKAN TIDAK SEJAJAR

PEMANFAATAN BAMBU DAN KARET TALI TIMBA SEBAGAI ALTERNATIF PENGGANTI TULANGAN BAJA PADA PELAT BETON PRA CETAK

REVIEW OF BAMBOO REINFORCEMENT USAGE ON PLATE CONCRETE WITH ADDITION OF HIGH AT MIDSPAN

PENGARUH PELAPISAN CAT PADA AGREGAT KASAR TERHADAP KUAT LENTUR BALOK TUMPUAN SEDERHANA BERAGREGAT BATU PUMICE

STUDI EKSPERIMEN KUAT TEKAN BETON MENGGUNAKAN SEMEN PPC DENGAN TAMBAHAN GLENIUM

KUAT LENTUR BALOK BETON TULANGAN BAMBU PETUNG VERTIKAL TAKIKAN TIDAK SEJAJAR TIPE U LEBAR 3 CM TIAP JARAK 10 CM

PENGARUH VARIASI DIMENSI BENDA UJI TERHADAP KUAT LENTUR BALOK BETON BERTULANG

TINJAUAN KUAT LENTUR BALOK BETON BERTULANG BAJA DENGAN PENAMBAHAN KAWAT YANG DIPASANG DIAGONAL DI TENGAH TULANGAN SENGKANG.

PENGARUH PANJANG SAMBUNGAN LEWATAN TULANGAN BAJA POLOS TERHADAP KUAT LENTUR PADA BALOK KANTILEVER BETON BERTULANG

PERBANDINGAN KUAT TEKAN BETON MENGGUNAKAN AGREGAT JENUH KERING MUKA DENGAN AGREGAT KERING UDARA

KUAT LEKAT TULANGAN BAMBU PETUNG TAKIKAN TIPE V DENGAN JARAK TAKIKAN 2 CM DAN 3 CM

KAJIAN KAPASITAS LENTUR BALOK BETON BERTULANGAN BAMBU PETUNG DENGAN TAKIKAN TIDAK SEJAJAR

PENGARUH PENAMBAHAN SERAT BAJA 4D DRAMIX TERHADAP KUAT TEKAN, TARIK BELAH, DAN LENTUR PADA BETON

KAJIAN KUAT LEKAT TULANGAN BAMBU ORI BERTAKIKAN TIPE V DENGAN JARAK TAKIKAN 6 CM DAN 7 CM PADA BETON NORMAL

KAJIAN KAPASITAS LENTUR PLAT BETON BERTULANGAN BAMBU WULUNG POLOS (ALTERNATIF PENGGANTI TULANGAN BAJA PADA PLAT LANTAI)

TINJAUAN KUAT LENTUR BALOK BETON BERTULANG DENGAN PENAMBAHAN KAWAT YANG DIPASANG LONGITUDINAL DI BAGIAN TULANGAN TARIK.

KAJIAN KAPASITAS LENTUR BALOK BETON BERTULANGAN BAMBU PETUNG DENGAN TAKIKAN SEJAJAR

Transkripsi:

PENGARUH RASIO TULANGAN TERHADAP KUAT LENTUR BALOK BERTULANGAN BAMBU DENGAN KAIT Ronny Setiawan, Sri Murni Dewi, Eva Arifi Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Brawijaya Jalan MT. Haryono 167 Malang 65145, Jawa Timur Indonesia E-mail : ronnysetiawan0512@gmail.com ABSTRAK Penggunaan bambu sebagai pengganti tulangan baja pada balok beton bertulang telah banyak digunakan pada saat ini. Bambu memiliki kekuatan tarik yang tinggi mendekati kekuatan tarik baja, namun bambu juga memiliki kelemahan yaitu bambu memiliki sifat higroskopis yang tinggi sehingga berpengaruh pada lemahnya kuat lekat bambu dengan beton. Berdasarkan kelemahan bambu tersebut maka pada penelitian ini dilakukan perbaikan pada kuat lekat bambu dengan cara pemberian cat dan juga penambahan kait pada tulangan bambu. Pada Penelitian ini benda uji berupa balok beton dengan ukuran panjang 160 cm, lebar 18 cm, dan tinggi 28 cm. Benda uji balok diuji untuk mendapatkan kuat lentur, sedangkan untuk mendapatkan tegangan lekat, dilakukan pengujian pull out terhadap tulangan bambu. Variasi pada penelitian ini yaitu mutu beton 20 Mpa dan 30 Mpa, Jarak kait 6 cm dan 12 cm, rasio tulangan 0,8 % dan 1,6 %, sedangkan jenis kait menggunakan bambu petung dan kayu kamper. Hasil dari percobaan ini yang dilakukan dengan menggunakan metode analisa varian (anova) diperoleh nilai F tabel= F0,005; 1; 23= 4,3. Karena nilai F hitung > F tabel (44,415 > 4,3), maka H0 ditolak. Sehingga terdapat pengaruh signifikan variasi rasio tulangan terhadap kuat lentur balok bertulangan bambu dengan kait. Berdasarkan uji hipotesis menggunakan metode analisa regresi, persamaan yang didapatkan yaitu Y = 2671,875 X + 3391,6667. Nilai koefisien regresi yang positif menunjukkan bahwa rasio tulangan 1,6 % menghasilkan Pmaks yang lebih besar dibandingkan dengan rasio tulangan 0,8 %. Rasio tulangan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kuat lentur balok beton bertulangan bambu dengan kait. Kata kunci: beton, bambu, kait, rasio tulangan, pull out, kuat lentur

ABSTRACT The use of bamboo as a substitute for steel reinforcement in reinforced concrete beam has been widely used nowadays. Bamboo has a high tensile strength comparable to the tensile strength of steel, while bamboo has a disadvantage being highly hygroscopic making bamboo has a weak bonding strength with concrete. Considering the weakness of bamboo, this research enhanced bamboo bonding strength with painting and the addition of hooks on the bamboo reinforcement. This research used concrete blocks as samples with a length of 160 cm, width 18 cm, height 28 cm. These samples were tested to get the beam flexural strength and using pull-out method to get bamboo reinforcement bonding strength. These samples use some variation such as the quality of concrete 20 MPa and 30 MPa, hook s distance 6 cm and 12 cm, reinforcement ratio of 0.8% and 1.6%, while using petung bamboo and camphor wood as the hooks. The results of these experiments were analyzed using analysis of variance (ANOVA) and obtained value of F table = F0,005; 1; 23 = 4.3. Because the F count> F table (44.415> 4.3), then H0 is rejected. So there is a significant influence on the reinforcement ratio variations with beam flexural strength of bamboo with hooks. Based on hypothesis using regression analysis, obtained equation was Y = 2671.875 X + 3391.6667. Positive regression coefficient indicates that the reinforcement ratio 1.6% yield Pmaximum larger than the reinforcement ratio of 0.8%. Reinforcement ratio has a significant effect on the flexural strength of concrete beams with hooks. Keywords : concrete, bamboo, hooks, reinforcement ratio, pull out, flexural strength

1. PENDAHULUAN Beton telah banyak digunakan masyarakat sebagai bahan struktur pada saat ini. Beton bertulangan baja merupakan gabungan dari kedua bahan struktur yaitu beton dan baja tulangan. Beton memiliki kuat tekan yang sangat tinggi tetapi kekuatan tarik beton sangat rendah, sehingga diperlukan penambahan baja tulangan agar kekuatan tarik pada beton terpenuhi. Penggunaan bahan lain sebagai pengganti baja yaitu bambu. Bambu yang digunakan sebagai pengganti baja pada beton bertulang memiliki keunggulan dan kekurangan. Kuat lekat merupakan hal terpenting yang harus diperhatikan dalam penggunaan bambu sebagai tulangan beton bertulang. Bambu yang baik untuk digunakan sebagai tulangan pada beton yaitu bambu yang berusia tua, karena bambu yang berusia tua memiliki daya serap dan kelembaban yang kecil. Penyusutan pada bambu dapat dihindari dengan cara bambu di vernis, diberi cat serta diberi perekat cair. Licin pada permukaan bambu akibat pemakaian bahan-bahan tersebut juga harus dihindari karena dapat mengurangi daya lekat antara bambu dan beton. Berdasarkan permasalahan yang telah diuraikan, maka pada penilitian ini dilakukan penambahan kait pada balok beton bertulangan bambu, Selain itu pada penelitian ini akan digunakan variasi rasio tulangan. Rasio tulangan bambu yang akan digunakan ialah 0,8% dan 1,6%. Variasi rasio tulangan pada penelitian ini bertujuan untuk mengkaji kapasitas lentur pada balok bertulangan bambu. Untuk meningkatkan kuat lekat bambu dengan beton dan juga kapasitas lentur balok bertulangan bambu maka dalam penelitian ini bambu akan dilapisi cat dan pasir. 2. TINJAUAN PUSTAKA Beton bertulang menurut (SNI 03-2847 2002) adalah beton yang ditulangi dengan luas dan jumlah tulangan yang tidak kurang dari nilai minimum yang disyaratkan dengan prategang atau tanpa prategang dan direncakan berdasarkan asumsi bahwa kedua bahan tersebut bekerja sama dalam memikul gaya-gaya. Penelitian Morisco (1999) tentang pemilihan bambu sebagai bahan bangunan berdasarkan pada harga bambu yang relatif murah, pertumbuhan bambu yang cepat, mudah ditanam, mudah dikerjakan, serta keunggulan memiliki kekuatan tarik yang tinggi. Ghavarni (2005) menyatakan bahwa lekatan yang terjadi antara tulangan dengan beton dapat mencegah terjadinya selip, daya lekat tulangan bambu terhadap beton dapat ditingkatkan dengan memberi lapisan kedap air dan dilumuri dengan pasir sehingga permukaan bambu menjadi kasar.

250 250 Gambar 1. Distribusi Tegangan dan Regangan pada Balok Beton Bertulangan Bambu. Gaya tekan (C) dan gaya tarik (T) pada struktur beton bertulang harus saling mengimbangi agar kesetimbangan gaya horisontal terpenuhi (C=T). Analisis mengenai kapasitas lentur pada balok bertulangan bambu telah dilakukan. Balok beton bertulangan bambu juga mengalami tahapan distribusi tegangan dan regangan (Ghavami,2005). 3. METODOLOGI PENELITIAN Pengujian pull-out yang akan dilakukan di dalam penelitian ini hanya menggunakan tiga faktor yaitu mutu beton,jarak kait dan jenis kait. Berikut ini penjelasan tentang rancangan benda uji pull out. Tabel 1. Variasi Benda Uji Pull Out a 1 a 2 b 1 b 2 b 1 b 2 d 1 a 1b 1d 1 a 1b 2d 1 a 2b 1d 1 a 2b 2d 1 d 2 a 1b 1d 2 a 1b 2d 2 a 2b 1d 2 a 2b 2d 2 Keterangan : a1 : mutu beton 20 MPa a2 : mutu beton 30 MPa b1 : jarak kait 6 cm b2 : jarak kait 12 cm d1 : jenis kait bambu petung d2 : jenis kait kayu kamper Benda uji pull out akan dicetak menggunakan cetakan dengan ukuran 30cm x 15cm x 25 cm. Rancangan benda uji pull out serta skema pengujian benda uji pull out dapat dilihat pada gambar di bawah. 440 60 300 440 120 300 Gambar 2. Rancangan Benda Uji Pull Out Gambar 3. Skema Pengujian Pull Out Benda uji balok dibuat berdasarkan perhitungan sampel dengan percobaan faktorial sebagian. Faktorial sebagaian memiliki keuntungan untuk menghemat waktu pengujian dan juga biaya dari penelitian yang akan dilakukan. Berikut ini merupakan penjelasan tentang rancangan benda uji balok.

28 28 28 28 Tabel 2. Faktor Benda Uji Kuat Lentur 160 18 3 12 3 Faktor Taraf Keterangan A (Mutu Beton) a 1 20 MPa - a 2 30 MPa + B (Jarak Kait) b 1 6 cm - b 2 12 cm + C (Rasio Tulangan) c 1 0,80% - c 2 1,60% + D (Jenis Kait) d 1 Bambu Petung - d 2 Kayu Kamper + Dengan asumsi: 1 = Taraf rendah (-) 160 160 18 3 12 3 18 3 12 3 2 = Taraf tinggi (+) Tabel 3. Rancangan Benda Uji Kuat 160 18 3 12 3 Lentur a1 a2 b1 b2 b1 b2 c1 d1 a1b1c1d1 a1b2c1d1 a2b1c1d1 a2b2c1d1 d2 a1b1c1d2 a1b2c1d2 a2b1c1d2 a2b2c1d2 c2 d1 a1b1c2d1 a1b2c2d1 a2b1c2d1 a2b2c2d1 d2 a1b1c2d2 a1b2c2d2 a2b1c2d2 a2b2c2d2 Gambar 4. Rancangan Benda Uji Kuat Lentur Pengujian balok menggunakan skema seperti pada gambar dibawah ini. a1 b 1 b 2 b 1 b 2 c1 d 1 + - - + d 2 - + + - c2 d 1 - + + - d 2 + - - + a2 Benda uji balok yang akan digunakan dalam pengujian yang bertanda negatif dan dilakukan pengulangan sebanyak 3 kali untuk mendapatkan hasil yang lebih akurat. Rancangan benda uji balok dapat dilihat pada gambar dibawah ini. Gambar 5. Skema Pengujian Benda Uji Kuat Lentur HASIL DAN PEMBAHASAN Kuat Tekan Beton Silinder Pengujian kuat tekan beton silinder dilakukan pada saat umur beton silinder 28 hari. Pengujian dilakukan di Laboratorium Struktur Teknik Sipil Universitas

Beban- P (kg) Brawijaya. Benda uji silinder menggunakan diameter 15 cm dan tinggi 30 cm. Silinder yang di uji berjumlah 48 buah yang masing-masing dibagi menjadi 24 silinder untuk mutu beton rencana 20 Mpa dan 24 silinder untuk mutu beton rencana 30 Mpa. Pengujian kuat tekan silinder mutu beton rencana 20 Mpa menghasilkan kuat tekan rata-rata sebesar 25,092 Mpa, sedangkan untuk mutu beton rencana 30 Mpa menghasilkan kuat tekan rata-rata sebesar 29,733 Mpa. Pull Out Pengujian pull out dilakukan untuk mencari beban maksimum tulangan bambu. Beban maksimum yang didapatkan dari pengujian pull out digunakan untuk mencari tegangan lekatan antara bambu dengan beton. Beban maksimum paling besar dihasilkan oleh benda uji pull out a2b1d2 dengan rata-rata sebesar 3600 kg. Tegangan lekat rata-rata paling besar dihasilkan oleh benda uji a2b1d2 sebesar 0,5 Mpa. Pengujian Kuat Lentur Balok Pengujian ini dilakukan untuk mendapatkan pengaruh dari faktor mutu beton, jarak kait, rasio tulangan, dan jenis kait terhadap kuat lentur balok bertulangan bambu dengan kait. Pengujian ini menggunakan balok dengan dimensi 18 cm x 28 cm x 160 cm. Hasil dari pengujian kuat lentur pada balok yaitu beban maksimum dan lendutan yang terjadi. Hasil beban maksimum dapat dilihat pada tabel dibawah ini. Tabel 4. Beban maksimum pada balok Variasi Sampel a 1b 1c 2d 1 a 1b 2c 2d 2 a 2b 2c 2d 1 a 2b 1c 2d 2 a 1b 2c 1d 1 a 1b 1c 1d 2 a 2b 1c 1d 1 a 2b 2c 1d 2 Beban Maksimum (kg) 7050 8750 8500 7500 8000 8500 6650 7500 7750 7550 8050 6200 6700 5550 5000 5800 6900 5950 4800 4750 5000 6200 5500 4200 Grafik Beban-Lendutan 9000 8000 7000 6000 5000 4000 3000 2000 1000 0 0 Jumlah (kg) Rata-Rata (kg) 24300 8100 24000 8000 21900 7300 21800 7266,67 17250 5750 18650 6216,67 14550 4850 15900 5300-10 -20-30 -40-50 -60-70 -80 Lendutan- Δ (mm) Gambar 6. Grafik hubungan P-Δ benda uji a2b1c1d1 BU 1 BU 2 BU 3

Beban- P (kg) 55 53 66 33 59 53 25 41 44 53 32 31 31 25 35 23 70 31 71 53 33 25 51 59 45 38 25 59 41 33 50 66 59 56 52 39 44 37 54 40 71 71 43 44 82 92 66 90 51 28 28 82 23 40 102 45 112 75 81 25 92 34 61 73 54 48 55 30 33 51 60 26 71 26 25 117 33 82 23 30 64 85 30 30 97 129 107 102 95 78 69 71 54 98 64 94 89 125 126 130 87 48 129 9000 8000 7000 6000 5000 4000 3000 2000 1000 0 0 BU 1 BU 2 BU 3-10 -20-30 -40-50 -60-70 -80 Lendutan- Δ (mm) Gambar 7. Grafik hubungan P- Δ benda uji a2b2c2d1 Hasil pengujian kuat lentur benda uji a2b1c1d1 dan benda uji a2b2c2d1 mengalami perbedaan pada faktor b (jarak kait) dan faktor c (rasio tulangan), tetapi faktor c lebih berpengaruh dibandingkan dengan faktor b sehingga faktor b dapat diabaikan. Benda uji dengan pengaruh c1 memiliki beban maksimum yang kecil namun lendutan yang terjadi juga kecil, berbeda dengan benda uji dengan pengaruh c2 yang mengalami beban maksimum besar namun lendutan yang terjadi juga besar. Sehingga dapat dikatakan bahwa rasio tulangan berpengaruh terhadap beban maksimum dan lendutan. Pola Retak Gambar 8. Pola Retak benda uji a2b1c1d1 P=4800kg P=4750 kg P=5000 kg Gambar 9. Pola retak benda uji a2b2c2d1 Berdasarkan gambar diatas, pengaruh rasio tulangan terlihat jelas. Pada benda uji a2b1c1d1 dengan rasio tulangan 0,8% hasil beban maksimum rata-rata yaitu sebesar 4850 kg, sedangkan pada benda uji a2b2c2d1 dengan rasio tulangan 1,6% hasil beban maksimum rata-rata yaitu sebesar 7333,33 kg. UJI HIPOTESIS ANALISA VARIAN Tabel 5. Hasil pengujian kuat lentur c1 c2 d1 d2 d1 d2 Kontras 123 26 a1 a2 b1 b2 b1 b2 6700 4800 5550 4750 5000 5000 5800 6200 6900 5500 5950 4200 7050 6750 8750 7500 8500 7750 7500 7550 8000 8050 8500 6200 Kontras C= (a1b1c2d1 + a1b2c2d2 + a2b2c2d1 + a2b1c2d2) - (a1b2c1d1+ a1b1c1d2+ a2b1c1d1 + a2b2c1d2) = 25750 82 95 P=6750 kg P=7500 kg P=7750 kg

Pengaruh Efek Pengaruh Efek B Derajat Bebas DB Perlakuan = DB (C) = c 1 = 2 1 = 1 = Kontras (C) 4n = 25750 4(3) DB Total = nabcd 1 DB Galat = 2145,83 = (2 x 2 x 2 x 2 x 2 ) 1 =23 = DB total DB perlakuan = 23 1 = 22 Jumlah Kuadrat (JK) JK (C) = [Kontras (C)] 2 2 4 1 n = [25750]2 2 3 3 = 27627604,17 JK Perlakuan = JK (C) JK Total = y ijk y2 1 2 n24 = 1087412500 1584502 1 2 3(24 ) = 41312395,83 JK Galat = JK Total JK Perlakuan = 41312395,83-27627604,17 = 13684791,67 Kuadrat Tengah (KT) KT (C) = JK (C) DB (C) = 27627604,17 1 = 27627604,17 KT Galat F Hitung F Hitung = JK Galat DB Galat = 13684791,67 22 = 622035,985 = KT (C) KT (G) = 27627604,17 622035,985 = 44,415 Dengan menggunakan level of significance (α)= 0,05 diperoleh nilai F tabel= F0,005; 1; 23= 4,3. Karena nilai F hitung > F tabel (44,415 > 4,3), maka H0 ditolak. Sehingga terdapat pengaruh signifikan variasi rasio tulangan terhadap kuat lentur balok bertulangan bambu dengan kait. UJI HIPOTESIS ANALISA REGRESI Regresi Linear Sederhana adalah suatu metode di dalam statistik yang mempunyai fungsi untuk menguji seberapa jauh hubungan sebab akibat antara variabel X (faktor penyebab) terhadap variabel Y (faktor akibat), metode ini juga biasa digunakan dalam produksi untuk suatu prediksi yang berhubungan dengan karakteristik kualitas maupun kuantitas. Tabel 6. Perhitungan X 2, Y 2, XY No Rasio Tulangan (X) P maks (Y) X 2 Y 2 XY 1 0,8 6700 0,64 44890000 5360 2 0,8 5550 0,64 30802500 4440 3 0,8 5000 0,64 25000000 4000 4 0,8 5800 0,64 33640000 4640

5 0,8 6900 0,64 47610000 5520 6 0,8 5950 0,64 35402500 4760 7 1,6 7050 2,56 49702500 11280 8 1,6 8750 2,56 76562500 14000 9 1,6 8500 2,56 72250000 13600 10 1,6 7500 2,56 56250000 12000 11 1,6 8000 2,56 64000000 12800 12 1,6 8500 2,56 72250000 13600 13 0,8 4800 0,64 23040000 3840 14 0,8 4750 0,64 22562500 3800 15 0,8 5000 0,64 25000000 4000 16 0,8 6200 0,64 38440000 4960 17 0,8 5500 0,64 30250000 4400 10000 8000 6000 4000 2000 0 Pengaruh Faktor C terhadap P maks y = 2682,292x + 3383,333 R² = 0,6687 0 0.8 1.6 18 0,8 4200 0,64 17640000 3360 19 1,6 6650 2,56 44222500 10640 20 1,6 7500 2,56 56250000 12000 21 1,6 7750 2,56 60062500 12400 22 1,6 7550 2,56 57002500 12080 23 1,6 8050 2,56 64802500 12880 24 1,6 6200 2,56 38440000 9920 28,8 158450 38,4 108741250 0 200440 Perhitungan persamaan Regresi Linier a= = b = = y x² x xy n x 2 ( x) 2 (158350) (38,4) (28,8) (200280) 24(38,4) (28,8) 2 = 3383,333 n xy x y n x 2 ( x) 2 24(200280) (28,8) (158350) 24(38,4) (28,8) 2 = 2682,292 Berdasarkan hasil perhitungan nilai a (konstanta) dan b (koefisien regresi), maka didapatkan rumus persamaan regresi Y = 2682,292 X + 3383,333 untuk pengaruh Faktor C (Rasio Tulangan). Dimana nilai X adalah besarnya rasio tulangan dalam persen (%) dan Y adalah besarnya P maks yang dihasilkan. Garis regresi akibat pengaruh Faktor C dapat dilihat pada gambar dibawah ini. Gambar 10. Grafik pengaruh faktor C terhadap beban maksimum Berdasarkan Gambar diatas, dapat dilihat pada grafik bahwa rasio tulangan 0,8 % berada dibawah dari rasio tulangan 1,6 % sehingga terlihat bahwa rasio tulangan berpengaruh signifikan terhadap beban maksimum dan kuat lentur balok bertulangan bambu dengan kait. 5. KESIMPULAN DAN SARAN KESIMPULAN Kapasitas beban maksimum yang didapatkan dari pengujian lentur balok beton bertulangan bambu dengan kait mengalami peningkatan yang diakibatkan oleh rasio tulangan 1,6%. Uji hipotesis yang dilakukan dengan menggunakan metode analsisa varian (anova) didapatkan nilai f hitung yang lebih besar dari f tabel yang menggunakan level of significance (α)= 95 %, sehingga dapat disimpulkan bahwa rasio tulangan memiliki

pengaruh yang signifikan terhadap kuat lentur balok bertulangan bambu dengan kait. Berdasarkan uji hipotesis menggunakan metode analisa regresi, persamaan yang didapatkan yaitu Y = 2671,875 X + 3391,6667. Rasio tulangan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kuat lentur balok beton bertulangan bambu dengan kait. keruntuhan yang terjadi pada balok beton bertulangan bambu merupakan kombinasi antara keruntuhan lentur dan terjadinya slip sehingga mengakibatkan hilangnya tegangan lekatan antara tulangan bambu dengan beton. SARAN Dalam penelitian ini masih banyak terdapat keterbatasan dan juga kesalahan yang terjadi, antara lain tidak sesuainya mutu beton yang direncanakan dengan keadaan yang sebenarnya, frame yang digunakan untuk pengujian balok memiliki kapasitas yang masih kurang, serta keterbatasan dalam benda uji. Oleh karena itu, untuk penelitian selanjutnya diharapkan untuk lebih teliti sehingga kesalahan pada saat pembuatan benda uji dapat dihindari dan juga dapat memperbaiki keterbatasan yang ada. Memperbanyak benda uji dapat mempermudah dalam pengamatan masingmasing variabel. Penelitian ini tidak menggunakan benda uji kontrol sebagai pembanding dalam setiap variasi sehingga pada penelitian selanjutnya disarankan untuk membuat benda uji kontrol. Perencanaan mutu beton dengan menggunakan mix design lebih diperhatikan agar mutu yang ingin dicapai dapat sesuai dengan yang direncanakan dan juga pada saat pelaksanaan pengecoran faktor air semen (fas) lebih diperhatikan lagi. Alat-alat yang digunakan untuk pengujian sebaiknya di periksa kembali, sehingga pada saat pengujian berlangsung tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan sehingga data yang inginkan bisa tercapai. 6. DAFTAR PUSTAKA ASTM C-33 02a. 2002. Standard Spesification for Concrete Aggregates. USA: Annual Books of ASTM Standards. Azadeh, A. 2013. New Approaches to Bond Between Bamboo and Concrete. 14th International Conference on Non- Conventional Materials and Technologies. Federal University of Paraiba. Brasil, 24th-27th March 2013. Bandar Standarisasi Nasional. 2002. SNI 03-2847-2002 Tata Cara Perhitungan Struktur Beton Untuk Bangunan Gedung. Bandung: ICS.

Bandar Standarisasi Nasional. 2004. SNI 15-2049-2004 Semen Portland. Jakarta: BSN. Budi, A.S., Sambowo, K. A & Kurniawati, L. 2013. Model Balok Beton Bertulangan Bambu Sebagai Pengganti Tulangan Baja. Konferensi Nasioanal Teknik Sipil 7:245-252. Universitas Sebelas Maret. Surakarta, 24-26 Oktober 2013. Frick, H. 2004. Ilmu Konstruksi Bangunan Bambu (Pengantar Konstruksi Bambu). Yogyakarta: Kanisius. Ghavami, K. 2005. Bamboo as Reinforcement in Structural Concrete Element. Journal of Cement & Concrete Composites. XXVII: 637-649. Lestari, A.D. 2015. Pengaruh Penambahan Kait Pada Tulangan Bambu Terhadap Respon Lentur Balok Beton Bertulangan Bambu. Jurnal Rekayasa Sipil. IX (2): 81-87. Liesse, W. 1980. Preservation of Bamboo, in Lessard, G. & Chouinard, A. Bamboo Research in Asia: 165-172. Canada: IDRC. Morisco. 1999. Rekayasa Bambu. Yogyakarta: Nafiri Offset. Mulyono, T. 2004. Teknologi Beton. Yogyakarta: Andi Publishing. Nawy, E.G. 1998. Beton Bertulang Suatu Pendekatan Dasar. Cetakan II. Terjemahan Bambang Suryoatmono. Bandung: PT. Refika Aditama. Rochman, A. 2005. Peningkatan Kinerja Tulangan Bambu Pada Balok Beton Bertulang. Jurnal Teknik Gelagar. XVI (1): 1-9. Suryadi, H., Agung, M.T., & Bangun, E.B. 2013. Pengaruh Modifikasi Tulangan Bambu Gombong Terhadap Kuat Cabut Bambu Pada Beton. Konfereasi Nasional Teknik Sipil 7 (KoNTekS 7): 229-236. Surakarta: Universitas Sebelas Maret. Suseno, W. 2001. Tinjauan Kuat Lekat Bambu dalam Beton Untuk Perencanaan Bamboocrete. Jurnal Teknik Sipil SIPIL SOEPRA. III (8): 66-76. Triwiyono, A. 2004. Perbaikan dan Perkuatan Struktur Beton Topik Bahan Ajar. Yogyakarta: UGM. Wang, C.K. & Salmon, C.G. 1993. Disain Beton Bertulang. Edisi IV. Terjemahan Binsar Hariandja. Jakarta: Erlangga.