BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

dokumen-dokumen yang mirip
DAFTAR ISI. Halaman Kedudukan Mata Pelajaran dalam Struktur Kurikulum

BAB I PENDAHULUAN. Efektivitas proses..., Hani Khotijah Susilowati, FISIP UI, Universitas Indonesia

BAB 1. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

MATERI PELATIHAN KTSP 2009 DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL

BAB I PENDAHULUAN. Prinsip pendidikan seni dan budaya meliputi pengembangan dimensi

BAB I PENDAHULUAN. antara lain dilakukan melalui pembaharuan kurikulum. Pembaharuan tersebut

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 29 B. TUJUAN 29 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 29 D. UNSUR YANG TERLIBAT 30 E. REFERENSI 30 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 30

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap implementasi KTSP

Bab I Pendahuluan. A. Latar Belakang

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 1 B. TUJUAN 2 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 2 D. UNSUR YANG TERLIBAT 2 E. REFERENSI 2 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 3

DIKLAT/BIMTEK KTSP 2009 DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL HALAMAN 1

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI. gambaran mengenai Implementasi Muatan Lokal Kurikulum Tingkat Satuan

BAB I PENDAHULUAN. menjadi manusia seutuhnya baik secara jasmani maupun rohani seperti yang

PROFIL SEKOLAH Sunday, 27 June :50. A. Latar Belakang

BAB VI SIMPULAN DAN REKOMENDASI. Bertolak dari rumusan masalah penelitian, hasil analisis data, dan

PENGERTIAN KTSP DAN PENGEMBANGAN SILABUS DALAM KTSP. Oleh Dr. Jumadi

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 1 B. TUJUAN 2 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 2 D. UNSUR YANG TERLIBAT 2 E. REFERENSI 2 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 3

A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. demokratis, dan cerdas. Pendidikan ( UU SISDIKNAS No.20 tahun 2003 ) adalah

1. Sekolah/Madrasah melaksanakan kurikulum berdasarkan muatan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).

Terima kasih telah mengunjungi

BAB I PENDAHULUAN. pentingnya kualitas pendidikan bagi pembangunan bangsa di masa datang. Dalam

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 24 TAHUN 2006 dan NOMOR 6 TAHUN 2007 Tentang PELAKSANAAN STANDAR ISI DAN STANDAR KOMPETENSI KELULUSAN

Landasan Yuridis SI, SKL dan KTSP menurut UU No 20/2003 tentang Sisdiknas

commit to user BAB I PENDAHULUAN

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan deskripsi dan pembahasan data hasil penelitian tentang

Latar Belakang Otonomi daerah; Desentralisasi; Multikultural; Pendidikan di sekolah perlu memberikan wawasan yang luas pada peserta didik tentang kekh

BAB I PENDAHULUAN. suatu bangsa dan merupakan wahana dalam menerjemahkan pesan-pesan

MATERI KULIAH PENGEMBANGAN KURIKULUM MULOK. By: Estuhono, S.Pd, M.Pd

Melaksanakan kurikulum berdasarkan 9 (sembilan) muatan KTSP. Melaksanakan kurikulum berdasarkan 8 (delapan) muatan KTSP.

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan yang dianut pemangku kebijakan. Kurikulum memiliki. kedudukan yang sangat sentral dalam keseluruhan proses pendidikan.

Model Pengembangan Mutu Pembelajaran Melalui Pendampingan Terhadap Guru (Technical Assistance) dengan Melibatkan Pengawas dan Guru Inti.

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 14 B. TUJUAN 14 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 14 D. UNSUR YANG TERLIBAT 14 E. REFERENSI 15 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 15

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 40 B. TUJUAN 40 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 40 D. UNSUR YANG TERLIBAT 41 E. REFERENSI 41 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 41

1. Sekolah/Madrasah melaksanakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Melaksanakan kurikulum berdasarkan 9 (sembilan) komponen muatan KTSP.

BAB I PENDAHULUAN. Guru adalah salah satu penentu keberhasilan dalam pelaksanaan

PERATURAN MENDIKNAS NOMOR 24 TAHUN 2006

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan seni di sekolah umum SMA pada dasarnya diarahkan untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Peningkatan mutu pendidikan khususnya di tingkat Sekolah Dasar

Lampiran 1. Instrumen ini digunakan sebagai penggalian data pengembangan kurikulum tingkat satuan pendidikan menurut pedoman penyusunan KTSP dari

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan bagian yang paling penting dalam membentuk

BAB V PENUTUP. SMP Negeri 2 Tulungagung, maka melalui penelitian ini dapat. 1. a. Pelaksanaan KTSP mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP

I. PENDAHULUAN. Manusia (SDM) yang berkualitas yang mampu menghadapi tantangan

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya, kemampuan masyarakat dalam mengapresiasi karya seni

BAB 1 PENDAHULUAN. Pendidikan adalah sebuah salah satu upaya dalam mencerdaskan. kehidupan bangsa. Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional juga

V. SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN. simpulan, implikasi dan saran dalam penelitian ini sebagai berikut: 1. Pemahaman wawasan dan landasan kependidikan

PROFIL KETUNTASAN BELAJAR DITINJAU DARI PENDEKATAN PROBLEM BASED LEARNING

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI. Dalam bab ini dikemukakan beberapa simpulan dan rekomendasi yang

Desember Sehingga saat ini hanya sekolah-sekolah tertentu saja yang masih menggunakan kurikulum Kurikulum 2013 merupakan kurikulum

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu faktor yang menghambat penyediaan sumber daya manusia

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 29 B. TUJUAN 29 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 29 D. UNSUR YANG TERLIBAT 30 E. REFERENSI 30 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 30

Kurikulum Muatan Lokal

BAB I PENDAHULUAN. berkunjung dan menikmati keindahan yang ada di Indonesia khususnya dalam

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tentang STANDAR ISI (SI) Sosialisasi KTSP

KONSEP DASAR PERENCANAAN PEMBELAJARAN. M. Nasir Tamalene (Dosen Universitas Khairun Ternate)

BAB I PENDAHULUAN. perencanaan Millenium Development Goals (MDGS), yang semula dicanangkan

BAB 1 PENDAHULUAN. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) adalah kurikulum yang

PENYUSUNAN KTSP. Sosialisasi KTSP 1

PENGEMBANGAN INDIKATOR DALAM UPAYA MENCAPAI KOMPETENSI DASAR BAHASA INDONESIA DI SEKOLAH MENENGAH ATAS KABUPATEN KARANGANYAR JAWA TENGAH

SILABUS DAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (Berdasarkan Permendiknas 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses)

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 54 TAHUN 2011 TENTANG

INSTRUMEN VERIFIKASI/VALIDASI DOKUMEN KTSP

: Babakan Ciomas RT. 2/3 ds. Parakan Kec. Ciomas Kab. Bogor

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tentang STANDAR ISI (SI) Sosialisasi KTSP

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil analisis data penelitian yang diperoleh, dapat ditarik

1. Sekolah/Madrasah melaksanakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Melaksanakan kurikulum berdasarkan 8 muatan KTSP

Sasaran dan. Pengembangan Sikap Profesional. Kompetensi Dasar

A. LATAR BELAKANG MASALAH

1. Program keahlian melaksanakan kurikulum berdasarkan muatan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 50 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 50 D. UNSUR YANG TERLIBAT 51 E. REFERENSI 51 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 51

I. PENDAHULUAN. kurikulum operasional yang disusun dan dilaksanakan oleh masing-masing

BAB I PENDAHULUAN. ini berpengaruh terhadap berbagai aspek. Salah satunya terhadap kegiatan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pembelajaran adalah suatu proses yang tidak hanya sekedar menyerap

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI. analisis data yang telah dikemukakan pada Bab I, II, III, dan IV, maka beberapa

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A.

BAB I PENDAHULUAN. Program pendidikan nasional diharapkan dapat menjawab tantangan harapan dan

BAB I PEDAHULUAN. Salah satu permasalahan krusial pendidikan Indonesia hingga saat ini

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 40 B. TUJUAN 40 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 40 D. UNSUR YANG TERLIBAT 41 E. REFERENSI 41 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 41

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Model Penyelenggaraan Peminatan Kurikulum 2013 di SMA KATA PENGANTAR. 2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah ii

IMPLEMENTASI KTSP SENI BUDAYA PADA JENJANG PENDIDIKAN SMP DAN SMA. Taswadi ABSTRAK

I. STANDAR ISI. hal. 1/61. Instrumen Akreditasi SMP/MTs

KTSP DAN IMPLEMENTASINYA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendidikan, manusia dapat mengembangkan diri untuk menghadapi tantangan

Lamp 1. PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PROSES UNTUK SATUAN PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. sekelilingnya. Menurut Oemarjati dalam Milawati (2011: 1) tujuan pembelajaran

PEMBELAJARAN IPS DALAM KTSP

PEDOMAN PENDAMPINGAN PELAKSANAAN KURIKULUM 2013 PADA PENDIDIKAN DASAR DAN PENDIDIKAN MENENGAH

Dinamika Sosial Dalam Penerapan Manajemen Berbasis Sekolah Untuk Meningkatkan Kualitas Pendidikan Pada Satuan Pendidikan Pada Era Otonomi Daerah

BAB I PENDAHULUAN. belajar kepada siswa melalui proses pembelajaran yang baik.

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. memegang peranan penting dalam pembangunan nasional. Pendidikan

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 22 B. TUJUAN 22 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 22 D. UNSUR YANG TERLIBAT 23 E. REFERENSI 23 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 23

BABI PENDAHULUAN. Kedudukan guru sebagai tenaga profesional bertujuan untuk melaksanakan. sistem pendidikan nasional dan mewujudkan tujuan pendidikan

PENGEMBANGAN SILABUS MATA PELAJARAN PAI DALAM KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN Oleh: Marzuki

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI

SOSIALISASI DAN PELATIHAN KTSP 2009 DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL HALAMAN 1 / 34

BAB I PENDAHULUAN. Guru sebagai pendidik bertanggung jawab mewariskan nilai-nilai dan normanorma

BAB 1 PENDAHULUAN. internasional bukan lagi lokal atau nasional (Permadi, 2007). Untuk menjawab

Transkripsi:

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Setelah semua tahap penelitian dilakukan, mulai dari pembuatan proposal penelitian, kemudian pengkajian teori, penyusunan instrumen penelitian yang disertai dengan uji coba dan penyempurnaan instrumen penelitian, sampai dengan pengumpulan data, pengolahan dan analisis data. Pada akhirnya peneliti dapat menyimpulkan hasil penelitian tentang pengembangan silabus seni budaya pembelajaran seni rupa berbasis budaya lokal dalam KTSP SMA di Kabupaten Cirebon, sebagai berikut : 1. Guru dalam menyusun pengembangan silabus dilakukan secara kelompok kecil di forum MGMP sekolah dan disempurnakan dalam kelompok besar di forum MGMP tingkat Kabupaten Cirebon. Adanya kolaborasi antara kepala sekolah, guru dan pengawas sekolah menghasilkan pengembangan silabus seni budaya yang diharapkan. Potensi budaya lokal yang terdapat di lingkungan sekolah dapat terungkap melalui diskusi-diskusi yang dilakukannya sehingga membantu guru memilah dan memilih beragam seni budaya lokal di Kabupaten Cirebon yang tepat untuk jadi materi pembelajaran seni budaya khususnya pembelajaran seni rupa baik di kelas X, kelas XI maupun kelas XII di tingkat SMA. 179

2. Materi pembelajaran pada silabus yang belum dikembangkan masih sangat umum, tugas guru dalam mengembangkan silabus mata pelajaran seni budaya adalah menampilkan materi-materi pembelajaran yang lebih spesifik. Materi pembelajaran yang lebih spesifik dan rinci akan memberikan kemudahan terhadap guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajarannya. Komponen yang paling strategis untuk memasukan potensi budaya lokal yang ada di Cirebon adalah pada komponen materi pembelajaran. 3. Komponen-komponen silabus yang menjadi kewenangan pihak sekolah untuk dikembangkan dalam silabus seni budaya khususnya pembelajaran seni rupa yaitu; materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator, penilaian, alokasi waktu dan sumber/bahan/alat dinyatakan sangat relevan dengan kebutuhan akademik peserta didik jika telah dikembangkan menyesuaikan dengan potensi lingkungan budaya lokal di sekolah. Materi pembelajaran yang dikembangkan dalam silabus seni budaya terbagi dalam dua karakteristik, yaitu (1) pembelajaran yang bersifat mengapresiasi; dan (2) pembelajaran yang bersifat mengekspresikan diri. Hal ini sejalan dengan Standar Kompetensi Lulusan (SKL) pembelajaran seni budaya dalam kurikulum, yaitu : menunjukan kemampuan untuk melaksanakan kegiatan seni dan budaya lokal, menghargai karya seni dan budaya nasional, mengekapresikan diri melalui kegiatan seni dan budaya, mengapresiasi karya seni dan budaya, menghasilkan karya kreatif baik individual maupun kelompok. Dari uraian tersebut pembelajaran seni budaya sangat kontekstual, karena para guru seni budaya harus memiliki wawasan yang baik tentang eksistensi seni budaya 180

yang hidup dalam konteks lingkungan daerah setempat dimana ia mengajar. Dengan demikian guru seni budaya harus dapat memanfaatkan secara efektif terhadap potensi seni budaya lokal yang terdapat di lingkungannya untuk kegiatan apresiasi dan ekspresi atau kreasi seni. B. Implikasi Penelitian ini telah menunjukan bahwa pengembangan silabus seni budaya pembelajaran seni rupa penting dilakukan dengan menyesuaikan pembelajarannya berbasis budaya lokal yang ada di daerah. Dengan demikian rumusan Standar Kompetensi (SK) dan Kompentensi Dasar (KD) yang menjadi patokan minimal dari Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) menjadi lebih universal dan lebih variatif dengan pengembangan yang dilakukan oleh pihak sekolah guna mendukung tercapainya kompetensi-kompetensi tersebut. Dalam mentransmisikan materi pembelajaran seni rupa pada peserta didik, potensi budaya lokal yang ada di wilayahnya dapat dijadikan rujukan dan dapat dintegrasikan dalam materi pembelajaran di setiap semester pada kelas X, XI dan XII Sekolah Menengah Atas (SMA) di Kabupaten Cirebon Hasil penelitian ini memberikan beberapa implikasi, antara lain: (1) implikasi terhadap pengembangan silabus seni budaya pembelajaran seni rupa yang berbasis budaya lokal di Sekolah Menengah Atas (SMA); (2) implikasi terhadap cara pandang guru terhadap kemampuan peserta didik dalam menerima pembelajaran seni rupa yang berbasis budaya lokal; (3) implikasi terhadap peranan Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) terhadap pengembangan silabus mata pelajaran seni budaya, dan; (4) implikasi terhadap usaha sadar 181

sebagai peran penting intitusi pendidikan dalam mengembangkan serta mewujudkan masyarakat sadar budaya melalui sekolah sebagai pilar utama. Berikut uraiannya: 1. Implikasi terhadap pengembangan silabus seni budaya pembelajaran seni rupa yang berbasis budaya lokal di SMA hendaknya dirancang dengan cermat, disesuaikan dengan keberagaman kondisi daerah masing-masing, baik yang menyangkut kemampuan atau potensi peserta didik dalam menyerap materi pembelajaran maupun yang menyangkut potensi budaya lokal yang ada di daerahnya. Dalam mengembangkan silabus mata pelajaran seni budaya hendaknya mempertimbangkan kepada tujuan mata pelajaran seni budaya itu sendiri, yaitu mengembangkan kepekaan rasa, kreativitas dan cita rasa estetis peserta didik dalam berkesenian, mengembangkan etika, kesadaran sosial, dan kesadaran kultural siswa dalam kehidupan bermasyarakat, serta rasa cinta terhadap kebudayaan Indonesia. Penyusunan dan pengembangan silabus mata pelajaran seni budaya mengacu pada petunjuk teknis pengembangan silabus yang dikeluarkan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan bekerja sama dengan Departemen Pendidikan Nasional. Sekolah di harapkan mempunyai kemampuan mandiri sehingga dapat menyusun silabus yang telah disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan akademik tiap-tiap sekolah. 2. Implikasi terhadap cara pandang guru terhadap kemampuan peserta didik dalam menerima pembelajaran seni rupa yang berbasis budaya lokal sangat berkaiatan terhadap kemampuan guru dalam memahami bahwa peserta didik memiliki perbedaan terhadap satu sama lain. Peserta didik berbeda dalam 182

minat, kemampuan, kesenangan, pengalaman, cara belajar, status sosial ekonomi dan latar belakang budaya. Oleh karena itu dalam mengembangkan silabus perlu mempertimbangkan keadaan peserta didik tersebut. Pengembangan materi pembelajaran dan indikatornya harus mengakomodasi mengembangkan kemampuan siswa dalam interaksi dan sosialisasi diri dengan menghargai perbedaan sosial dan budaya yang multikultural. 3. Implikasi terhadap peranan Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) terhadap pengembangan silabus mata pelajaran seni budaya telah dirasakan sebagai suatu kebutuhan untuk meningkatkan mutu pembelajaran. Motivasi guru mengikuti pertemuan dalam forum MGMP bersumber pada manfaat dan nilai-nlai yang dirasakan oleh guru-guru itu sendiri, diantaranya: dapat melakukan tukar menukar pengalaman dengan rekan sejawat dalam memecahkan masalah kegiatan pembelajaran yang dihadapinya, memupuk kesadaran akan perlunya meningkatkan mutu pekerjannya sebagai guru, saling membelajarkan diantara sesama rekan sejawat terutama pada materi pembelajaran yang belum dikuasai dengan baik. Melalui proses tersebut maka tumbuh inisiatif dan kreativitas pada guru-guru untuk melakukan perubahan dan pengembangan pada silabusnya. 4. Implikasi terhadap upaya sadar sebagai peran penting intitusi pendidikan dalam mengembangkan serta mewujudkan masyarakat sadar budaya melalui sekolah sebagai pilar utama harus menjadi perhatian semua steakholder. Pendidikan merupakan sebuah upaya sadar dan terencana untuk melakukan perbaikan dan perubahan perilaku, pengalaman, dan pengetahuan peserta 183

didik. Melalui pendidikan diharapkan peningkatan kualitas SDM yang signifikan. Tempat dan tumpuan perubahan tersebut berlangsung di sekolah. Pendekatan sistemik terbadap pengembangan melalui pendidikan adalah pendekatan di mana masyarakat sebagai input dan pendidikan sebagai pelaksana suatu lembaga pendidikan masyarakat menghasilkan outputnya sesuai yang dicita-citakan. Menurut Ki Hajar Dewantoro ada tiga lingkungan pendidikan yaitu lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan masyarakat. Sebagian besar masyarakat modern memandang lembagalembaga pendidikan sebagai peranan kunci dalam mencapai tujuan sosial. Pemerintah bersama orang tua telah menyediakan anggaran pendidikan yang diperlukan secara besar-besaran untuk kemajuan sosial dan pembangunan bangsa, untuk mempertahankan nilai-nilai tradisional yang berupa nilai-nilai luhur budaya yang harus dilestarikan seperti rasa hormat kepada orang tua, kepada pemimpin kewajiban untuk mematuhi hukum-hukum dan normanorma yang berlaku, jiwa patriotisme dan mencintai budayanya sendiri. Dengan semakin majunya masyarakat, pola budaya menjadi lebih kompleks dan memiliki diferensiasi antara kelompok masyarakat yang satu dengan yang lain, antara yang dianut oleh individu yang satu dengan individu yang lain. Masyarakat yang seperti ini telah mengalami perubahan-perubahan sosial, mengakibatkan terjadinya setiap transmisi budaya dari satu generasi ke generasi berikutnya. Di dalam suatu masyarakat, implikasi sekolah telah melembaga demikian kuat, maka sekolah menjadi sangat diperlukan bagi upaya menciptakan/melahirkan nilai-nilai budaya baru (cultural 184

reproduction). Dengan demikian pengembangan silabus seni budaya berbasis budaya lokal khususnya di SMA Kabupaten Cirebon merupakan hal yang sangat strategis dalam membangun genasi muda setingkat pelajar SMA agar tumbuh kesadaran berbudaya yang tinggi serta menyadari bahwa mereka hidup di tengah-tengah masyarakat yang multikulturalistik C. Rekomendasi Berdasarkan hasil penelitian yang telah disimpulkan di atas dan implikasinya dalam upaya mengembangkan silabus mata pelajaran seni budaya pada pembelajaran seni rupa berbasis budaya lokal dalam KTSP SMA di Kabupaten Cirebon, selanjutnya dirumuskan beberapa rekomendasi sebagai berikut: 1. Efektivitas Bimbingan Teknis Pengembangan Silabus Pemerintah melalui Departemen Pendidikan Nasional telah melakukan suatu upaya dengan menyelenggarakan Bimbingan Teknis Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (Bintek KTSP) SMA yang sasarannya adalah para kepala sekolah dan guru-guru. Tujuan Sosialisasi Bintek KTSP SMA, adalah; (1) meningkatkan pemahaman peserta bintek tentang substansi dan makna dari berbagai landasan hukum/peraturan (Undang-undang, Peraturan Pemerintah, Permendiknas dan Panduan yang diterbitkan BSNP) yang menjadi acuan dalam pelaksanaan KTSP; (2) meningkatkan kemampuan/keterampilan peserta bintek antara lain dalam; a) Penyusunan KTSP, Pengembangan Perangkat dan Pelaksanaan Pembelajaran.,b) Penyiapan Perangkat dan Pelaksanaan Penilaian Hasil Belajar Peserta Didik. c) Penyusunan Program Pengembangan Diri dan 185

Layanan Akademis Peserta Didik. (3) meningkatkan peranserta peserta Bintek untuk mendesiminasikan hasil Bintek kepada berbagai pihak yang terkait mulai dari tingkat Provinsi, Kabupaten/Kota dan tingkat sekolah, baik di lingkungan wilayah setempat maupun wilayah lainnya. Hasil penelitian mengungkapkan bahwa para peserta Bintek KTSP SMA masih belum melakukan pengembangan KTSP/ Silabus sesuai dengan materi yang diterima dalam sosialisasi Bintek KTSP SMA tersebut. Akibatnya hampir setiap sekolah khususnya di Kabupaten Cirebon, umumnya masih menggunakan silabus copy-paste dari contoh silabus yang dibuat oleh BSNP. Jika keadaan ini dibiarkan maka tujuan pemerintah agar tiap sekolah memiliki silabus yang sesuai dengan karakteristik dan potensi sekolah masing-masing tidak akan tercapai. Padahal khususnya pengembangan silabus mata pelajaran seni budaya yang berbasis budaya lokal sangat diperlukan sebagai penggerak perubahan sikap apriori peserta didik terhadap potensi budaya lokal yang ada di daerahnya. Untuk ini diperlukan upaya sungguh-sungguh dalam mengektifkan pelasanaan Bintek KTSP SMA di tingkat Dinas Pendidikan Kabupaten Cirebon dan ditindak lanjuti di tingkat sekolah masing-masing. Selanjutnya perhatian dari kepala sekolah dan bimbingan dari pengawas sekolah sangat diperlukan untuk memfasilitasi agar menghasilkan produk silabus yang diharapkan. 2. Peranan Pemegang Kebijakan dalam Pendidikan Faktor yang perlu menjadi perhatian berkenaan dengan pelaksanaan pengembangan silabus mata pelajaran seni budaya pada pembelajaran seni rupa berbasis budaya lokal, yaitu; Pertama, guru terkadang kekurangan informasi dan 186

juga stimulus mengenai pengembangan silabusnya Jika guru tidak memperolehnya, maka pengembangan silabus sukar terwujud apalagi sampai mencapai taraf yang standar. Tentunya keberadaan faktor pendukung yang membantu guru dan warga sekolah lainnya ini sangat menentukan keberhasilan pelaksanaan pengembangan silabus mata pelajaran seni budaya yang diharapkan; Kedua, faktor pengambilan keputusan yang mendukung pelaksanaan pengembangan silabus. Partisipasi semua jajaran sekolah dalam pengambilan keputusan sangatlah diperlukan dalam pengembangan kurikulum. Oleh karena itu, ketentuan-ketentuan berkenaan dengan pengambilan keputusan yang menarik partisipasi perlu ada. Tetapi apabila dominasi kepala sekolah yang berlebihan atas keputusan pengembangan silabus dapat juga menghambat keberhasilan pengembangan silabus itu sendiri; Ketiga, perubahan dalam persepsi peran pendidik terhadap pengembangan silabus. Pengembangan silabus mata pelajaran seni budaya menghendaki adanya perubahan persepsi peran guru dari peran sebagai penerima, pasif, ke arah peran pengambilan keputusan kurikulum. Jika persepsi terhadap peran guru tidak berubah, maka pengembangan silabus model ini tidak akan pernah berhasil; Keempat, persoalan keahlian pengembangan kurikulum warga sekolah perlu ditingkatkan. Jika warga sekolah memiliki sejumlah pengalaman dan pengetahuan yang memadai tentang pengembangan kurikulum, pelaksanaannya akan dapat dilakukan dengan mudah. Sebenarnya silabus yang dikembangkan sekolah akan sangat kaya sebab akan menyesuaikan dengan kebutuhan dan potensi masing-masing. Sekolah juga yang dapat melihat apakah standar kompetensi tersebut sudah tercapai atau belum karena mereka 187

sendiri yang menyusun silabusnya. Dengan adanya silabus yang telah dikembangkan, penentuan ketuntasan belajar harus dikembalikan kepada guru. Selain itu, penerapan silabus memerlukan sosialisasi, pemahaman, latihan dan evaluasi mendalam. 3. Pemberdayaan Tenaga Kependidikan Dalam rangka usaha mentransmisikan nilai-nilai budaya lokal di sekolah melalui pengembangan silabus mata pelajaran seni budaya, hendaknya disediakan suatu perangkat pendukung yang memadai. Perangkat pendukung yang dimaksud disini adalah alat-alat pelajaran dan sarana prasarana yang diperlukan untuk mengakomodir kebutuhan akademik peserta didik. Sejalan dengan itu perlu pula dilakukan pemberdayaan tenaga-tenaga kependidikan yang potensial dan mampu memanfaatkan sumber daya terhadap potensi seni budaya lokal yang ada di daerahnya melalui penyusunan silabus pembelajarannya. 4. Eksistensi Kegiatan MGMP Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) sebagai wadah kerja sama guru-guru untuk membahas berbagai masalah yang berkaitan dengan berbagai aspek proses belajar-mengajar, termasuk di dalamnya sebagai forum diskusi pengembangan silabus mata pelajaran seni budaya memiliki fungsi yang sangat penting. Kegiatan yang dilakukan dan masalah-masalah yang dibahas di dalamnya harus bersumber pada kebutuhan guru sehari-hari dan dimaksudkan untuk memperbaiki pekerjaan mereka, yaitu meningkatkan kualitas proses belajar-mengajar. MGMP pun dapat berperan sebagai satu bentuk kegiatan gugus kendali mutu pendidikan, karena forum 188

MGMP memberi kesempatan kepada guru-guru untuk bekerja dan berfikir sebagai satu kelompok yang memiliki kepentingan yang sama, yaitu memperbaiki proses belajar-mengajar melalui pengembangan silabus seni budaya yang berbasis budaya lokal. Oleh karena itu eksistensi MGMP di suatu sekolah atau wilayah akan memberikan pengaruh positip terhadap keberhasilan pengembangan silabus mata pelajaran seni budaya (seni rupa) di sekolah atau wilayah tersebut. Apalagi jika ditunjang dengan anggaran yang memadai aktivitas MGMP akan mampu memberikan kontribusi terhadap kerja guru yang lebih professional. 5. Penelitian Selanjutnya Penelitian yang dilakukan ini yaitu mengenai pengembangan silabus mata pelajaran seni budaya pada pembelajaran seni rupa berbasis budaya lokal di SMA Kabupaten Cirebon. Penelitian mengenai hal ini penting dilakukan untuk mengetahui bagaimana kegiatan itu dilakukan oleh guru sebagai pengembang silabus di sekolah dalam upaya memperbaiki kualitas khususnya pembelajaran seni rupa di SMA. Walaupun masalah yang diteliti ini merupakan masalah kecil dibandingkan dengan demikian banyaknya permasalahan dalam bidang pendidikan, namun peneliti yakin bahwa penelitian ini besar manfaatnya. Adanya keterbatasan dalam penelitian ini, diharapkan kepada peneliti lain untuk dapat melakukan penelitian sejenis lebih lanjut dengan mengambil wilayah penelitian yang lebih luas, sample yang lebih beragam dan menggunakan rancangan penelitian yang lebih kompleks, menggunakan mata pelajaran yang lebih banyak lagi. Dengan demikian dapat ditemukan hasil yang lebih optimal dan bisa digeneralisasikan pada wilayah yang lebih luas serta menjadi bahan masukan 189

bukan saja tingkat Dinas Pendidikan Kabupaten Cirebon, melainkan juga tingkat Dinas Pendidikan Provinsi, bahkan tingkat Departemen Pendidikan Nasional. 190