Perpustakaan Nasional RI Sebagai Ujung Tombak Kegiatan Pelestarian Khazanah Budaya Bangsa Menuju Terwujudnya Khazanah Nasional *

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. (bersejarah) ternyata telah dilakukan sejak zaman dahulu kala, dimulai sejak adanya

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG SERAH SIMPAN KARYA CETAK DAN KARYA REKAM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG SERAH SIMPAN KARYA CETAK DAN KARYA REKAM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KELEMBAGAAN PERPUSTAKAAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA

Tentang: SERAH-SIMPAN KARYA CETAK DAN KARYA REKAM. Indeks: PENDIDIKAN. PENERANGAN. Kebudayaan. Pelestarian Karya Cetak dan Karya Rekaman.

KEPUTUSAN KEPALA PERPUSTAKAAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2001 TENTANG

UU 4/1990, SERAH-SIMPAN KARYA CETAK DAN KARYA REKAM. Oleh:PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA. Nomor:4 TAHUN 1990 (4/1990) Tanggal:9 AGUSTUS 1990 (JAKARTA)

PEMERINTAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 12 TAHUN 2005

2 2. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1990 tentang Serah Simpan Karya Cetak dan Karya Rekam (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 48 Tahun 1990, Tambah

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

DRAFT RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG SERAH SIMPAN KARYA CETAK, KARYA REKAM, DAN KARYA ELEKTRONIK

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 1991 TENTANG

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

WALIKOTA TIDORE KEPULAUAN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 6 TAHUN 2006 TENTANG SERAH SIMPAN KARYA CETAK DAN KARYA REKAM

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI BELITUNG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 24 TAHUN 2015

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang :

MENGENAL BAHAN PUSTAKA DAN CARA MENGELOLANYA

BAB I PENDAHULUAN. Perpustakaan merupakan salah satu pengelola informasi yang. bertugas mengumpulkan, mengolah, menyajikan, dan merawat koleksi

ANALISIS BIBLIOGRAFI NASIONAL INDONESIA PERIODE

PERATURAN KEPALA PERPUSTAKAAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PEMBERIAN INTERNATIONAL STANDARD BOOK NUMBER

BAB I PENDAHULUAN. bidang industri, ilmu pengetahuan, kesusasteraan atau seni. 1 Hak atas kekayaan

: /2 /0 04

GAMBARAN UMUM TENTANG BADAN PERPUSTAKAAN PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM

KERANGKA ACUAN KEGIATAN PELESTARIAN BAHAN PUSTAKA KOLEKSI DEPOSIT PADA DINAS KEARSIPAN DAN PERPUSTAKAAN PROVINSI JAWA TENGAH

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH ISTIMEWA ACEH NOMOR 39 TAHUN 2001 TENTANG PEMBENTUKAN SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA

BAB I PENDAHULUAN. Adanya perlindungan terhadap karya cipta manusia. menjadi semakin penting dengan terjadinya revolusi

RAGAM DAN JUMLAH KOLEKSI

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Berikut adalah pengertian dokumen dari beberapa sumber, antara lain : 1. Kamus Umum Bahasa Indonesia, menyebutkan :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perguruan tinggi yang berfungsi menyediakan serta menyebarluaskan

BAB I PENDAHULUAN. perpustakaan umum. Perpustakaan umum merupakan tempat atau lokasi yang

PERATURAN KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN RETENSI ARSIP SEKTOR KESEJAHTERAAN RAKYAT URUSAN PERPUSTAKAAN

BAB II TINJAUAN PROYEK GAMBARAN UMUM PROYEK DATA FISIK BANGUNAN : Peningkatan Kuantitas Komplek Perpustakaan Nasional Republik Indonesia

TERBITAN ELEKTRONIK DALAM KAITANNYA DENGAN UNDANG-UNDANG Nomor *

LEGAL ASPEK PRODUK TIK IMAM AHMAD TRINUGROHO

BAB II PENGATURAN ATAS PERLINDUNGAN TERHADAP PENULIS BUKU

SISTEM PELAYANAN SIRKULASI PADA PERPUSTAKAAN SEKOLAH Oleh : Sjaifullah Muchdlor, S.Pd

BUPATI SINJAI PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI SINJAI NOMOR 74 TAHUN 2016 TENTANG

MODEL PERPUSTAKAAN DIGITAL DI INDONESIA: SEBUAH USULAN 1

Lex Privatum, Vol. III/No. 3/Jul-Sep/2015

BAB 1 PENDAHULUAN. Buku, majalah dan bahan pustaka jenis lainnya adalah sumber ilmu

PERATURAN KEPALA PERPUSTAKAAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN NOMENKLATUR DINAS PERPUSTAKAAN DAERAH

PERAN TAMAN BUDAYA DALAM PENGEMBANGAN LITERASI SENI DAN BUDAYA KREATIF BERBASIS NILAI-NILAI LUHUR DALAM NASKAH NUSANTARA

BAB IV GAMBARAN UMUM PERPUSTAKAAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH

BAB III LANDASAN TEORI. Terdapat dua kelompok di dalam mendefinisikan sistem, yaitu yang

BAB I PENDAHULUAN. Buku sebagaimana pepatah menyatakan adalah jendela dunia. Setiap isi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan

LAPORAN OBSERVASI PENGELOLAAN PERPUSTAKAAN NASIONAL RI

4. Undang-undang Nomor 8 Tahun 1992 tentang Perfilman (Lembaran Negara Tahun 1992 Nomor 32, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3473);

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia sebagai negara kepulauan memiliki keanekaragaman seni

WALIKOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALIKOTA DEPOK NOMOR 79 TAHUN 2016 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG DAN PERMASALAHAN. memperhatikan keberadaannya. Arsip sebagai rekaman kegiatan baik di instansi

BAB I PENDAHULUAN. seperti kebudayaan Minang, Sumba, Timor, Alor dan lain-lain). Dalam Ilmu

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1997 TENTANG DOKUMEN PERUSAHAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

RENCANA STRATEGIS PERPUSTAKAAN NASIONAL RI TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. lainnya yang dibaca dan disimpan menurut tata susunan tertentu untuk

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Pengantar Pengembangan Koleksi

BAB I PENDAHULUAN. dalam bentuk dan media tertentu. Arsip tidak hanya terdiri dari arsip tekstual tetapi

BAB II LANDASAN TEORI

PEMIKIRAN KETERBUKAAN ARSIP DINAMIS DALAM MENYONGSONG DITETAPKANNYA RUU KEBEBASAN MEMPEROLEH INFORMASI PUBLIK

BAB I PENDAHULUAN. Ahmad Muhsin, 2008:15). Menurut Sulistyo-Basuki (1991: 3) perpustakaan

BAB II KAJIAN TEORI. Perpustakaan sangat memerlukan katalog guna untuk menunjukkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

NOMOR 4 TAHUN 1990 TENTANG SERAH SIMPAN KARYA CETAK DAN KARYA REKAM

PERATURAN SEKRETARIS JENDERAL KEMENTERIAN KEHUTANAN NOMOR : P.1/II-KUM/2014 TENTANG

BUPATI TEMANGGUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TEMANGUNG,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 1990 TENTANG SERAH SIMPAN KARYA CETAK DAN KARYA REKAM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERPUSTAKAAN NASIONAL SEBAGAI PUSAT DATA LAYANAN COPY CATALOGING METADATA BIBLIOGRAFI BAGI PERPUSTAKAAN DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia adalah makhluk budaya mengandung pengertian bahwa

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG DAN PERMASALAHAN

KEBUDAYAAN & MASYARAKAT

Digital Curation ( Kurasi digital) Perpustakaan Nasional Republik Indonesia Wujud Pelestarian Kekayaan Budaya Bangsa. Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Darma Persada

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Makalah dengan judul PROGRAM PEMBELAJARAN DI TK PERSPEKTIF BUDAYA LOKAL. Oleh : Joko Pamungkas.M.Pd.

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1997 TENTANG DOKUMEN PERUSAHAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Tinjauan Umum Undang-Undang Hak Cipta Republik Indonesia Undang-Undang Hak Cipta atas Kekayaan Intelektual (termasuk program-program komputer) UU No.

UNDANG-UNDANG NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1997 TENTANG DOKUMEN PERUSAHAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERPUSTAKAAN NASIONAL SEBAGAI DEPOSITORI DAN REPOSITORI PENGETAHUAN INDONESIA. Dr. Joko Santoso, M.Hum.

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1997 TENTANG DOKUMEN PERUSAHAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG DAN PERUMUSAN MASALAH. berkembang baik perusahaan maupun instansi pemerintah. Teknologi dapat

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. bermakna kultural bagi masyarakatnya. Sayang sekali sebagian sudah hilang

Menumbuhkan Minat Membaca Siswa Melalui Pengelolaan Koleksi Perpustakaan Sekolah

Rekomendasi Perpustakaan Pusat Universitas Diponegoro Luas m m 2 Rencana total m 2 >9.000 m 2

BAB I PENDAHULUAN. terdapat berbagai macam keanekaragaman suku dan sangat kaya akan keragaman

BAB 1 PENDAHULUAN. segenap masyarakat yang membutuhkannya. 1

Pelestarian Bahan Pustaka Modul 9 by Yuni Nurjanah ORGANISASI, LEMBAGA RISET, DAN LEMBAGA PENDIDIKAN BIDANG PELESTARIAN

BAB I PENDAHULUAN. tujuannya (Sulistyo-Basuki, 1991: 51). Perpustakaan perguruan tinggi mendukung

BAB II KAJIAN TEORITIS

Arsip Nasional Republik Indonesia

Transkripsi:

Perpustakaan Nasional RI Sebagai Ujung Tombak Kegiatan Pelestarian Khazanah Budaya Bangsa Menuju Terwujudnya Khazanah Nasional * Arif Rifai Dwiyanto, ST ** Abstrak Rancangan Undang-Undang Perpustakaan menyebutkan salah satu kegiatan penting perpustakaan adalah melakukan pelestarian khazanah budaya bangsa. Perpustakaan Nasional RI adalah Lembaga Pemerintah Non Departemen yang bertanggung jawab langsung kepada Presiden ditunjuk untuk melaksanakan kegiatan ini pada tingkat nasional. Meskipun telah dilengkapi dengan perangkat Undang-Undang Serah Terima Karya Cetak dan Karya Rekam, bercermin dari pengalaman yang ada, dalam pelaksanaan kegiatan ini terdapat berbagai kendala. Dalam makalah ini akan dibahas kendala-kendala yang ada dan usulan untuk mengatasi kendala-kendala tersebut. Dengan demikian diharapkan Perpustakaan Nasional RI dapat menjadi ujung tombak kegiatan pelestarian khazanah budaya bangsa. Pembahasan dimulai dari pengertian kegiatan pelestarian khazanah budaya bangsa, tugas dan fungsi perpustakaan nasional, peraturan perundang-undangan yang berlaku, peran perpustakaan dalam pelestarian, upaya yang dilakukan negara lain, kegiatan yang sudah dilakukan, penggunaan teknologi informasi dan komunikasi dalam kegiatan pelestarian, dan diakhiri dengan penutup yang berisi kesimpulan serta saran. Kata kunci: Perpustakaan Nasional RI, khazanah budaya bangsa, koleksi deposit nasional, khazanah nasional, serah-simpan, pelestarian, undang-undang perpustakaan, teknologi informasi dan komunikasi. I. Pendahuluan Sebagai pengantar makalah ini, kami akan membahas pengertian pelestarian khazanah budaya bangsa, untuk memperoleh pengertian yang sama tentang topik yang akan dibahas. Kata kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta yaitu Buddhayah yang merupakan bentuk jamak dari Buddhi yang berarti akal atau budi. Padanan kata budaya dalam bahasa Inggrisnya adalah culture yang berasal dari bahasa Latin colo-ere yang berarti mengolah atau mengerjakan. Culture sendiri memiliki lebih dari 200 definisi arti. Ada banyak sekali definisi dan konsep mengenai kebudayaan, setiap definisi dan konsep akan mengantar kita ke pembahasan yang berbeda. Definisi kebudayaan dalam tulisan ini adalah sistem pengetahuan yang meliputi sistem ide atau gagasan yang terdapat dalam alam pikiran manusia, sehingga terwujud dalam kehidupan sehari-hari. Kebudayaan bersifat abstrak. Perwujudan kebudayaan adalah semua hal yang diciptakan oleh manusia sebagai makhluk yang berakal-budi, baik berbentuk fisik maupun non-fisik. berbentuk fisik seperti bangunan, peralatan hidup, bahasa, tulisan, dan karya sastra. Berbentuk non-fisik seperti pola perilaku, kepercayaan, dan adat istiadat. Kata Khazanah berasal dari bahasa Arab, merupakan kata benda nominal yang bisa diartikan sebagai "korpus", himpunan, kelompok, atau kumpulan sesuatu. Istilah ini biasanya * Juara I Lomba Nasional Penulisan Artikel Tentang Perpustakaan Nasional RI Tahun 2006 ** Ketua Yayasan Pengembangan Sumber Daya Pengetahuan, Bandung, Jawa Barat

digunakan untuk kumpulan benda-benda peninggalan kuno yang berharga. Selain pengertian di atas, pengertian khazanah lainnya adalah perbendaharaan, barang-barang kepunyaan atau harta benda. Kata khazanah juga bisa diartikan sebagai "kamar tempat penyimpanan harta karun", namun pengertian seperti ini tidak terlalu lazim lagi. Kata pelestarian dalam bahasa Inggris-nya adalah to preserve, preserve lebih dekat artinya dengan pengawetan dan perawatan, sedangkan pelestarian mempunyai arti yang lebih luas dari itu. Lestari dapat diartikan eksis, bertahan lama, abadi. Melestarikan dapat diartikan sebagai kegiatan untuk menjaga sesuatu agar tetap ada, sehingga terus-menerus dapat diambil manfaatnya. Seperti tujuan kita melestarikan hutan untuk kehidupan, begitu pula seharusnya pandangan kita untuk melestarikan khazanah budaya bangsa. Pelestarian khazanah budaya bangsa dapat diartikan sebagai kegiatan terus menerus untuk menjaga kumpulan kekayaan akal-budi, pengetahuan, dan budaya bangsa untuk tetap hidup dan bermanfaat bagi masyarakat masa kini dan masa yang akan datang. Pertanyaan yang muncul dari pendefinisian diatas adalah apa yang telah dan bisa dilakukan Perpustakaan Nasional Repulik Indonesia (selanjutnya disebut PERPUSNAS) dalam kegiatan ini, sejauh mana kegiatan ini sudah dilakukan oleh PERPUSNAS, hambatanhambatan apa saja yang muncul dan bagaimana cara mengatasinya, adakah landasan hukum untuk kegiatan ini, bagaimana melakukan kegiatan ini agar sesuai dengan aturan perundangan yang ada, bagaimana perpustakaan nasional di negara lain melakukannya, bagaimana kegiatan ini bisa dilakukan dalam era teknologi informasi dan komunikasi saat ini, dan masih segudang pertanyaan-pertanyaan lain. Beberapa pertanyaan tersebut akan dibahas lebih lanjut dalam makalah ini. II. Tugas dan Fungsi Perpustakaan Nasional Perpustakaan sangat erat kaitannya dengan kebudayaan dan masyarakat, bisa dikatakan perpustakaan itu sendiri merupakan produk dari kebudayaan, dibuat untuk melayani masyarakat. International Federation of Library Associations and Institutions menegaskan bahwa tujuan dan fungsi suatu perpustakaan adalah mengumpulkan, menata, melestarikan, dan menyediakan bahan pustaka dalam berbagai bentuk (tidak hanya buku dan naskah, tetapi juga film, foto, cetakan, peta, rekaman suara, pita visual, piringan, dan lain-lain), semua bahan yang mempunyai kemampuan memuat atau merekam pengetahuan dan pikiran manusia. Semua bahan tadi dengan perbedaan waktu, peradaban, dan bentuk merupakan ungkapan kehidupan intelektual dan budaya pada suatu masa dan tempat tertentu. Hasil dari kegiatan mengumpulkan ini adalah sebuah kumpulan atau khazanah pengetahuan. Di Indonesia kumpulan ini disebut sebagai Koleksi Deposit Nasional. Yang dimaksud dengan Koleksi Deposit Nasional adalah segala dokumen tercetak dan/atau terekam yang diterbitkan di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan/atau yang diterbitkan di luar wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia tetapi membahas tentang Indonesia. Hampir di setiap negara, perpustakaan nasional mereka ditugaskan untuk membangun sebuah koleksi deposit nasional. Tujuan dari pembuatan koleksi deposit nasional bermacammacam, mulai dari tujuan pendataan, bibliografis, riset, pelestarian, sampai untuk tujuan intelijen dan penyensoran. Namun demikian, tujuan utama dari kegiatan pengumpulan deposit, dikenal juga dengan istilah serah-simpan, adalah untuk pelestarian. Seperti telah dijelaskan di atas, tujuan dari pelestarian adalah menjaga agar tetap ada untuk dimanfaatkan. Jadi selain kegiatan serah-simpan, perlu dilakukan upaya untuk 1

meningkatkan pemanfaatannya oleh masyarakat. Salah satu cara untuk meningkatkan pemanfaatan adalah dengan membuka akses terhadap koleksi tersebut dan menyebarkannya untuk masyarakat, tentunya disesuaikan dengan aturan perundangan yang berlaku. Jadi kegiatan pelestarian tidak berhenti sampai pada serah-simpan saja, tapi juga sampai penyebarannya atau bisa kita katakan sebagai kegiatan serah-simpan-sebar. III. Peraturan Perundang-Undangan Pemerintah sendiri telah memahami arti penting kebudayaan dan peran perpustakaan dalam pelestariannya. Untuk itu pemerintah mengaturnya dalam berbagai produk perundangundangan. Setidaknya sampai saat ini, ada dua undang-undang dan satu rancangan undang-undang terkait dengan peran perpustakaan dalam pelestarian khazanah budaya bangsa. Undang-undang tersebut adalah UU Hak Cipta, UU Serah Simpan Karya Cetak dan Karya Rekam, Rancangan UU Perpustakaan, termasuk juga keputusan presiden mengenai pembentukan Perpustakaan Nasional Republik Indonesia. Beberapa aturan yang mendasari kepres 67/2000 tentang pembentukan PERPUSNAS adalah UUD 45 Pasal 4 ayat (1), UU 2/1989 mengenai Sistem Pendidikan Nasional, UU 4/1990 Serah Simpan Karya Cetak dan Karya Rekam dilengkapi dengan PP 70/1991 tentang pelaksanaannya. Khusus mengenai karya rekam film dijelaskan pada PP 23/1999 tentang Serah Simpan dan Pengelolaan Karya Rekam Film Ceritera atau Film Dokumenter. Keppres 67/2000 hanya berumur singkat, pada tahun yang sama keppres ini dicabut dan diganti dengan keppres 166/2000 tentang Kedudukan; Tugas; Fungsi, Kewenangan; Susunan Organisasi Dan Tata Kerja Lembaga Pemerintah Non Departemen, kemudian dilengkapi dengan Keppres 178/2000 mengenai Susunan Organisasi dan Tugas Lembaga Pemerintah Non Departemen. Meskipun demikian, melihat dari semangat Keppres 67/2000 di atas, selain untuk tujuan pendidikan, kegiatan serah-simpan menjadi dasar dibentuknya PERPUSNAS untuk mewujudkan Koleksi Deposit Nasional. 3.1 Undang-Undang Hak Cipta. Membicarakan karya cipta manusia, termasuk di dalamnya karya cetak dan karya rekam, akan membicarakan hak cipta manusia atas karya cipta tersebut. Sehingga, terkait dengan kegiatan serah-simpan dan sebar perlu diperhatikan peraturan pemerintah mengenai hal tersebut. Peraturan mengenai hak cipta berbeda-beda pada setiap negara, pada tahun 1958 Perdana Menteri Ir. H. Djuanda menyatakan Indonesia keluar dari Konvensi Bern agar para intelektual Indonesia bisa memanfaatkan hasil karya, cipta, dan karsa bangsa asing dengan bebas. Akan tetapi, masalah hak cipta terkait erat dengan politik perdagangan antar negera, sehingga Indonesia memutuskan untuk kembali meratifikasi Konvensi Bern berdasarkan Keppres 18/1997 dan meratifikasi World Intellectual Property Organization Copyrights Treaty ("Perjanjian Hak Cipta WIPO") melalui Keppres 19/1997. Ratifikasi ini mengakibatkan perlunya diadakan penyesuaian pada Undang-Undang Hak Cipta yang ada. Sejak diundangundangkan pada tahun 1982 undang-undang hak cipta di Indonesia mengalami kali beberapa revisi, saat ini UU 19/2002 yang berlaku. 2

Terkait dengan kegiatan pelestarian ada dua hal yang perlu diperhatikan yaitu, berapa lama hak cipta itu berlaku atas karya dan bagaimana dengan karya yang tidak diketahui penciptanya. Dalam UU Hak Cipta pasal 29 Ayat (1) menjelaskan, Hak Cipta atas Ciptaan berlaku selama hidup pencipta dan terus berlangsung hingga 50 (lima puluh) tahun setelah pencipta meninggal dunia. Untuk ciptaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang dimiliki oleh 2 (dua) orang atau lebih, Hak Cipta atas karya berlaku selama hidup pencipta yang meninggal dunia paling akhir dan berlangsung hingga 50 (lima puluh) tahun sesudahnya. Hak yang diberikan negara kepada pencipta atas karya cipta seharusnya juga diiringi dengan kewajiban. Kewajiban yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan serah-simpan untuk semua karya yang memiliki hak cipta, sayang kewajiban ini tidak dituangkan langsung dalam Undang-Undang Hak Cipta. Untuk hak cipta atas hasil kebudayaan rakyat atau atas ciptaan yang tidak diketahui penciptanya, hak ciptanya dimiliki oleh negara. Negara memegang hak cipta atas karya peninggalan prasejarah, sejarah dan benda budaya nasional lainnya, folklor dan hasil kebudayaan rakyat yang menjadi milik bersama seperti cerita, hikayat, dongeng, legenda, babad, lagu, kerajinan tangan, koreografi, tarian, kaligrafi dan karya seni lainnya. Dari penjelasan diatas, secara tersirat pengetahuan asli masyarakat atau indigenous knowledge juga menjadi milik Negara. PERPUSNAS diharapkan dapat melakukan kegiatan alih media untuk karya cipta milik negara, penginformasian dan penyebaran karya milik umum sebagai salah satu bagian dari kegiatan pelestarian. 3.2 Undang-Undang Serah Simpan Karya Cetak dan Karya Rekam. Pemerintah telah membuat UU 4/1990 tentang Serah Simpan Karya Cetak dan Karya Rekam dilengkapi dengan PP 70/1991 Pasal 4 ayat (c) UU 4/1990, menyatakan salah satu tujuan perpustakaan adalah menyediakan wadah bagi pelestarian hasil budaya bangsa, baik berupa karya cetak, maupun karya rekam, melalui program wajib serah simpan karya cetak dan karya rekam sesuai dengan Undang-Undang Serah Simpan Karya Cetak dan Karya Rekam. Melanggar ketentuan ini adalah tindakan pidana yang dapat dihukum penjara atau denda. Kewajiban serah-simpan karya cetak dan karya rekam yang diatur dalam Undangundang ini bertujuan untuk mewujudkan Koleksi Deposit Nasional dan melestarikannya sebagai hasil budaya bangsa dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa PERPUSNAS telah melakukan kegiatan ini semenjak diundang-undangkan, Jenis koleksi karya rekam dan cetak yang disimpan saat ini dalam Koleksi Deposit Nasional adalah AVCD, Brosur, Buklet, Buletin, CD ROM, Compact Disk, Disket, Dokumen, Kaset Audio, Kaset, Kaset Video, Laporan, Laser Disk, Literatur Kelabu, Majalah, Mikrofilm, Mikrofis, Monografi, Peta, Poster, Prosiding, Surat Kabar, Tesis, dan VCD. Kewajiban serah-simpan karya cetak dan karya rekam sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 dan Pasal 3, berlaku pula terhadap setiap warga negara Republik Indonesia yang hasil karyanya diterbitkan atau direkam di luar negeri. Kegiatan serah-simpan karya cetak dan karya rekam di PERPUSNAS, menurut Prof. Sulistyo Basuki, pakar perpustakaan, memiliki kendala, meskipun telah dibuatkan undangundangnya. PERPUSNAS masih harus mengirimkan surat peringatan untuk penerbit yang (a) hanya mengirimkan satu salinan (PERPUSNAS diberi hak untuk memiliki dua salinan) (b) gagal mengirimkan, dengan berbagai alasan, untuk mengirimkan deposit, atau mereka tidak 3

memperhatikan kewajiban mereka (c) penerbit biasanya menunggu sampai diingatkan akan kewajibannya (d) Berhenti mengirimkan deposit ke PERPUSNAS. Namun surat kadang tidak sampai di tujuan, atau penerbit tidak dapat dihubungi. Akibatnya Bibliografi Nasional Indonesia kurang lengkap dibandingkan dengan bibliografi yang dikeluarkan oleh beberapa lembaga lain. Pernyataan di atas didukung dengan statistik koleksi deposit nasional, seperti yang digambarkan pada tabel sebagai berikut: 4

No. Tahun Terbit Produksi Jumlah Judul Jumlah Penerbit Jumlah Eksemplar Swasta Pemerintah 1 1990 549 742 29 64 2 1991 3230 3882 44 17 3 1992 3456 15615 305 92 4 1993 3705 40128 464 225 5 1994 4626 42787 595 340 6 1995 6471 38976 518 269 7 1996 8763 50358 720 363 8 1997 7225 52358 680 641 9 1998 5308 39208 569 736 10 1999 3558 26136 568 590 11 2000 4327 29923 612 1233 12 2001 3776 26946 587 529 13 2002 2674 13201 582 327 14 2003 4389 24356 724 345 15 2004 5307 24326 707 414 Tabel 1. Statistik Penerimaan Hasil Pelaksanaan UU 4/1990, seluruh koleksi Khusus untuk monograf dapat dilihat pada tabel berikut: No. Tahun Terbit Produksi Jumlah Judul Jumlah Eksemplar Jumlah Penerbit Swasta Jumlah Penerbit Pemerintah Rata-Rata Exemplar Kekurangan exemplar Rata-Rata Terbitan per Penerbit 1 1990 484 676 28 2 1.396694215 292 16.13333333 2 1991 3218 3869 44 6 1.202299565 2567 64.36 3 1992 3091 7242 98 28 2.34293109 0 24.53174603 4 1993 3049 6929 156 81 2.272548377 0 12.8649789 5 1994 3490 7188 196 85 2.059598854 0 12.41992883 6 1995 5495 10423 182 64 1.896815287 567 22.33739837 7 1996 7596 15395 288 109 2.026724592 0 19.13350126 8 1997 5897 11270 264 185 1.911141258 524 13.13363029 9 1998 4145 7342 175 198 1.771290712 948 11.11260054 10 1999 2729 4823 198 156 1.767314034 635 7.709039548 11 2000 3242 5865 222 123 1.809068476 619 9.397101449 12 2001 2748 5037 202 68 1.832969432 459 10.17777778 13 2002 1497 3278 177 16 2.189712759 0 7.756476684 14 2003 2880 5347 169 50 1.856597222 413 13.15068493 15 2004 3213 6225 204 87 1.937441643 201 11.04123711 Total 52774 100909 7225 Tabel 2. Statistik Penerimaan Hasil Pelaksanaan UU 4/1990, koleksi monograf 5

Jumlah Judul Deposit per Tahun 10000 9000 8000 7000 6000 5000 4000 3000 2000 1000 0 1990 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 Monografi Total Koleksi Rekam Cetak lainnya Gambar 1. Grafik Jumlah Judul per Tahun Koleksi Deposit Nasional Periode 1993-1996 terjadi pertumbuhan pesat jumlah koleksi monograf per tahun, setelah itu terjadi penurunan tajam. Penurunan ini disadari sebagai dampak krisis ekonomi yang melanda Indonesia pada waktu itu dan masih berpengaruh pada pertumbuhan koleksi deposit nasional sampai saat ini. Menurut Prof. Sulistyo Basuki, selain krisis ekonomi, kendala pertumbuhan koleksi ini disebabkan karena ketidakpedulian sebagian penerbit, lemahnya penegakan hukum, dan kurangnya usaha dari pihak PERPUSNAS. Di lain pihak, penerbit merasa PERPUSNAS tidak memberikan layanan optimal kepada mereka, salah satunya dalam proses pengurusan ISBN/KDT ( Pengurusan ISBN Kembali Menuai Persoalan, Kompas 12 Januari 2006). Akibatnya data statistik terbitan buku di Indonesia simpang siur. Kami melihat faktor lain adalah kurangnya keterlibatan aktif masyarakat dalam melakukan kontrol terhadap karya rekam dan karya cetak yang belum masuk dalam koleksi deposit nasional. Selain hal diatas, ada lembaga lain yang mempunyai kewajiban yang sama sebagai tempat penyimpanan deposit seperti Arsip Nasional, Pusat Dokumentasi Informasi Ilimah, Kementerian Riset dan Teknologi, dan Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi, mengakibatkan penerbit dan produsen karya cetak dan rekam merasa cukup untuk mengirimkan ke salah satu lembaga itu tanpa mengirimkannya kedalam Koleksi Deposit Nasional. Meskipun kendala di atas dapat diatasi, akan muncul kendala lain, semakin banyak koleksi yang terkumpul akan semakin membutuhkan tempat dan perawatan ekstra, untuk itu perlu dipikirkan untuk memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk melakukan kegiatan pelestarian digital. Hal lain yang perlu diperhatikan adalah, Undang-Undang tersebut belum mengatur karya cipta budaya bangsa yang disebarkan dalam bentuk digital melalui media Internet tanpa ada versi cetak atau rekamnya. Hal lain yang perlu diperhatikan juga adalah perbandingan antara jumlah karya rekam dan karya cetak yang masih sangat timpang. Hal ini bisa diakibatkan memang lebih banyak 6

karya cetak daripada karya rekam yang diproduksi atau produsen karya rekam merasa tidak perlu melakukan deposit karya rekam. Namun demikian, terjadi pertumbuhan jumlah karya rekam dari tahun ke tahun (lihat lampiran II). Perlu adanya pemahaman bersama bahwa Undang-Undang serah-simpan ini juga berlaku surut, termasuk terbitan yang dibuat sebelum tahun 1990. Berdasarkan data yang ada Koleksi Deposit Nasional tidak memuat koleksi sebelum tahun 1990. Karya cetak dan rekam yang belum didepositkan dapat dianggap sebagai hutang penerbit atau produsen karya cetak dan rekam. Sehingga diharapkan penerbit dan produsen untuk segera melakukan serah-simpan karya-karya tersebut, tidak hanya karya setelah tahun 1990, juga untuk karya-karya yang dibuat sebelum undang-undang tersebut diberlakukan. Peran serta aktif masyarakat untuk kegiatan ini juga sangat diperlukan, terutama untuk memantau karya yang belum masuk kedalam koleksi deposit, dan sebagai sumber alternatif karya tersebut bilamana penerbit yang bersangkutan sudah tutup. Organisasi penerbitan semacam IKAPI, perlu dilibatkan aktif dalam kegiatan serah-simpan ini. 3.2 Rancangan Undang-Undang Perpustakaan. Sejak tahun 2005 PERPUSNAS telah menggodok Rancangan Undang-Undang Perpustakaan. BAPPENAS sendiri menyatakan salah satu arah kebijakan pembangunan tahun 2007 adalah menyelesaikan perundang-undangan di bidang kebudayaan. Terkait dengan pelestarian, sebelumnya PERPUSNAS menggunakan istilah Pelestarian Pustaka Budaya Bangsa sesuai dengan istilah yang diundangkan dalam Keppres 67/2000, namun pada RUU Perpustakaan istilah ini diganti menjadi Pelestarian Khazanah Budaya Bangsa. Penggantian Pustaka menjadi Khazanah sangatlah tepat. Istilah Pustaka akan mempersempit lingkupan pada persoalan buku dan karya cetak, sementara Khazanah mencakup semua hal hasil karya akal-budi manusia. Untuk mempertegas fungsi perpustakaan sebagai pelestari khazanah budaya bangsa, sebaiknya UU 4/90 dilebur dalam undang-undang perpustakaan yang baru ini, termasuk didalamnya pengaturan dengan mengenai hak cipta, terutama yang dimiliki Negara. RUU Perpustakaan masih dalam bentuk draft, untuk itu perlu diadakan pengkajian lebih mendalam dan evaluasi dari berbagai pihak sebelum disahkan. Diharapkan dengan disahkan RUU ini oleh DPR, UU Perpustakaan dapat menjadi senjata yang ampuh bagi PERPUSNAS sebagai kekuatan hukum dalam melakukan berbagai kegiatannya, termasuk kegiatan pelestarian khazanah budaya bangsa untuk mewujudkan Koleksi Deposit Nasional. IV. Kegiatan Pelestarian Khazanah Budaya Bangsa Kegiatan pelestarian sudah dilakukan oleh PERPUSNAS, namun seperti penjelasan diatas, kegiatan ini menghadapi beberapa kendala. Untuk itu bolehlah kita melihat apa yang sudah dilakukan PERPUSNAS selain melakukan pengumpulan deposit, dan menengok apa yang dilakukan perpustakaan nasional negera lain, dan upaya LSM Internasional. Sebagai contoh kita melihat kegiatan pelestarian di negara Amerika Serikat dan negara tetangga kita, Malaysia. 4.1.1 Upaya LSM Internasional Ada banyak upaya untuk melakukan kegiatan pelestarian ini baik oleh lembaga PBB- UNESCO ataupun LSM Internasional lain. Salah satu yang coba kita angkat adalah gutenberg project. 7

Proyek Gutenberg dicetuskan pada tahun 1971 oleh Michael Hart. Proyek ini termasuk kegiatan preservasi digital paling awal, terutama dalam menyediakan ebook atau Electronic Book. Proyek Gutenberg menegaskan bahwa mereka tidak berminat pada politik, tidak mengharapkan imbalan finansial, tidak ingin berbelit-belit dalam urusan administrasi organisasi. Proyek Gutenberg adalah penghasil ebook bebas yang paling awal dan termasuk yang paling besar. Koleksinya dihasilkan oleh ratusan relawan. Mereka tidak saja memproduksi ebook namun juga sekarang sudah memproduksi audio book. Koleksi itu bisa diunduh pada alamat http://www.gutenberg.org. Kita juga dapat membuat mirror dari seluruh isi Proyek Gutenberg secara bebas. Saat ini sudah ada 18.000 ebook dalam Proyek Gutenberg yang bebas digunakan. 4.1.2 Upaya Library of Congress Amerika Serikat Kegiatan pelestarian di Amerika Serikat telah banyak menggunakan teknologi informasi dan komunikasi, tidak mengherankan karena negara ini memang maju dalam teknologi tersebut. Beberapa kegiatan pelestarian yang dilakukan Library of Congress adalah The American Folklife Center, Memory of America, Copyright Office, Poetry dan Digital Preservation. Tujuan dari Digital Preservation Project seperti disebutkan dalam websitenya adalah to develop a national strategy to collect, archive and preserve the burgeoning amounts of digital content, especially materials that are created only in digital formats, for current and future generations. Hal lain yang menarik Kantor Hak Cipta di Amerika Serikat dikelola oleh perpustakaan nasionalnya, sementara di Indonesia dikelola oleh Departemen Hukum dan HAM. Untuk itu ada baiknya PERPUSNAS menjalin hubungan erat dengan Direktorat Jendral HAKI. 4.1.3 Upaya Perpustakaan Nasional Malaysia Tidak hanya di Amerika Serikat, kegiatan pelestarian dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi juga telah dilakukan di negara tetangga kita, Malaysia. Beberapa kegiatan tersebut adalah program Sirih Pinang:A Heritage of Malay Culture, Sejarah Malaysia dan Warisan Budaya Malaysia. Ketiga kegiatan itu tergabung dalam program E-Warisan. Proyek lainnya adalah Proyek Pendigitan Manuskrip Melayu dan MyLib. Penjelasan dari website MyLib disebutkan MyLib is the pilot project of the proposed larger National Digital Library Initiative. As part of the MSC initiative, it is intended to promote the economical and efficient delivery of information and knowledge to all levels of the Malaysian society in line with our quest to become a knowledge society. Most importantly, this portal aims to provide more local content on the net. Di Malaysia pengertian Khazanah lebih condong ke pengertian kumpulan kekayaan berupa materi. Meskipun demikian, kami mengusulkan Koleksi Deposit Nasional sebaiknya diubah istilah itu menjadi Khazanah Nasional. Perubahan ini diharapkan akan memberi pemahaman lebih kuat dan luas dari Koleksi Deposit Nasional. Khazanah Nasional di Indonesia berisi kumpulan kekayaan akal-budi, bukan materi, karena akal-budi itulah kekayaan sesungguhnya. 4.1 Upaya yang Telah dilakukan PERPUSNAS 8

Ada beberapa kegiatan yang telah dilakukan PERPUSNAS terkait dengan kegiatan pelestarian khazanah budaya bangsa, diantaranya adalah preservasi dan konservasi, proyek perpustakaan digital, kepustakaan presiden dan pengumpulan koleksi deposit nasional. Struktur organisasi PERPUSNAS sendiri telah dipersiapkan untuk melakukan kegiatan konservasi. Pada prinsipnya seluruh sub-organisasi PERPUSNAS mempunyai peran dalam kegiatan pelestarian, namun sub-organisasi yang terkait erat dengan kegiatan pelestarian adalah: Direktorat Deposit Bahan Pustaka o Sub Direktorat Deposit o Sub Direktorat Bibliografi Pusat Preservasi Bahan Pustaka o Bidang Konservasi Sub Bidang Perawatan dan Perbaikan Bahan Pustaka Sub Bidang Teknis Penjilidan Bahan Pustaka o Bidang Reprografi Sub Bidang Mikrofilm Sub Bidang Reproduksi o Bidang Transformasi Digital Koleksi Johannes Rach Digitalisasi dan Alih media PERPUSNAS juga memprakarsai proyek Kepustakaan Presiden RI yang bisa diakses di alamat http://kepustakaan-presiden.pnri.go.id PERPUSNAS juga telah membangun sebuah perpustakaan digital, yang dapat diakses di alamat http://digilib.pnri.go.id. Perpustakaan digital ini berisi koleksi-koleksi digital milik PERPUSNAS. Selain kegiatan diatas, memberikan layanan Buku Langka, Naskah, Peta dan Lukisan, layanan ISBN/KDT banyak mengumpulkan dan merawat koleksi-koleksi sarat nilai lainnya. Kegiatan lain yang tak kalah pentingnya adalah perumusan Undang-undang Perpustakaan. Uraian di atas telah menunjukan bahwa PERPUSNAS sudah mengarahkan organisasinya untuk mendukung kegiatan pelestarian dan sudah berupaya keras untuk melakukannya. V. Penutup Satu kesimpulan utama yang dapat ditarik dari uraian di atas adalah PERPUSNAS mempunyai peran penting dalam pelestarian khazanah budaya bangsa. Melestarikan budaya tidak hanya melestarikan fisik hasil dari kebudayan ataupun pengetahuan yang terkandung didalamnya, tetapi juga turut menyebarluaskan untuk dapat dimanfaatkan seluas-luasnya oleh masyarakat, baik masa kini maupun masa yang akan datang. Teknologi informasi dan komunikasi harus dimanfaatkan secara optimal untuk mendukung kegiatan pelestarian ini, baik untuk menyimpan, merawat, dan menyebarkannya. Berbagai kendala pasti akan muncul. Kegagalan dalam melakukan kegiatan pelestarian ini dapat menyebabkan bangsa ini menjadi bangsa tuna budaya. Untuk itu, perlu dilakukan berbagai upaya untuk mengatasi kendala tersebut. Pekerjaan pelestarian ini adalah pekerjaan berat yang harus dilakukan terus menerus. Tidak bijaksana kalau hanya meletakkan beban ini hanya pada pundak PERPUSNAS semata. 9

Seluruh komponen bangsa harus memahami arti penting kegiatan pelestarian khazanah budaya bangsa, dan turut serta melakukan kegiatan tersebut. PERPUSNAS diharapkan menjadi motor penggerak dan ujung tombak kegiatan pelestarian ini dengan melibatkan berbagai komponen bangsa lain. Pada akhirnya diharapkan akan terwujud suatu Khazanah Nasional yang merupakan kekayaan dan kebanggaan milik bersama bangsa Indonesia 10

Lampiran I Tabel Koleksi Deposit Nasional Tahun AVCD Brosur Buklet Buletin CDROM Compact Disk Disket Dokumen Kaset Audio 1990 1 484 64 1991 1 3218 11 1992 44 44 51 131 3091 11 1993 131 56 80 10 23 199 3049 58 1994 196 105 115 57 273 200 3490 73 1995 118 80 112 1 36 242 17 200 5495 62 1996 149 85 117 5 270 70 4 282 24 7596 10 Kaset 1997 127 2 295 6 85 70 20 518 5897 18 1 1998 125 305 13 35 553 4145 9 3 1999 30 133 1 19 538 2729 2 3 2000 6 158 75 5 552 3242 2 89 2001 16 240 18 28 8 6 528 2748 45 2002 3 461 8 31 20 1 581 1497 4 2003 6 1 135 2 128 36 393 710 2880 2004 2 5 142 29 51 2 358 1 232 584 567 3213 Kaset Video 2 956 373 2346 70 710 357 12 393 358 1 232 24 584 5674 41 400 52774 320 7 138 Laporan Laser Disk Literatur Kelabu Majalah Mikrofilm Mikrofis Monografi Peta Poster Prosiding *) Data diatas adalah data koleksi deposit nasional yang terdapat di PERPUSNAS. Data ini diperoleh dari http://www.pnri.go.id/official_v2005.4/deposit_v2005.1/. Data ini bukan data karya cetak atau karya rekam yang pernah dikeluarkan oleh penerbit dan produsen karya cetak dan karya rekam. Jika diantara pembaca memiliki informasi mengenai karya cetak atau kerya rekam yang pernah dikeluarkan oleh penerbit atau produsen, dapat disampaikan ke penulis untuk dilakukan penelitian lebih lanjut. 11

Lampiran II Grafik Koleksi Deposit Nasional 800 700 600 500 400 300 200 100 0 Jumlah Koleksi per Tahun selain Monografi 1990 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 AVCD Brosur Buklet Buletin CDROM Compact Disk Disket Dokumen Kaset Audio Kaset Kaset Video Laporan Laser Disk Literatur Kelabu Majalah Mikrof ilm Mikrof is Peta Poster Prosiding Surat Kabar Tesis VCD 6000 5000 4000 3000 2000 1000 0 Pertumbuhan Koleksi per Tahun selain Monografi 1990 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 AVCD Brosur Buklet Buletin CDROM Compact Disk Disket Dokumen Kaset Audio Kaset Kaset Video Laporan Laser Disk Literatur Kelabu Majalah Mikrofilm Mikrof is Peta Poster Prosiding Surat Kabar Tesis VCD 12

Pertumbuhan Total Koleksi per Tahun 80000 70000 60000 50000 40000 30000 20000 10000 0 100% 1990 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 Monografi Total Koleksi Rekam Cetak lainnya Pertumbuhan Persentase Karya Cetak dan Karya Rekam per Tahun 90% 80% 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0% 100% 100% 1990 1991 1992 1993 1994 100% 100% 98% 98% 1995 Karya Cetak 1996 1997 1998 Karya Rekam 97% 97% 97% 97% 97% 97% 97% 97% 96% 1999 2000 2001 2002 2003 2004 13

Referensi IFLA, Guidelines for Legislation for National Library Services http://www.ifla.org/vii/s1/gnl/gnl-i2.htm Basuki, L. Sulistio, A Rethinking of the National Library s Roles in Bibliographic Control in The ICT Age, with Special Reference to the Region of Southeast Asia In Proceedings International Seminar on the Role of National Bibliography in the Knowledge Based Society, Bangkok (Thailand). http://eprints.rclis.org/archive/00005339/01/rethinking-national-library.pdf Dureau, J.M, Clements, D.W.G Dasar-dasar Pelestarian dan Pengawetan Bahan Pustaka, Perpustakaan Nasional R.I. Jakarta, Indonesia 1990 PERPUSNAS, Naskah Akademis Rancangan Undang-undang Perpustakaan www.perpusnas.go.id/uploaded_files/homepage_folders/highlight/ruu_perpustakaan/naskah_akademis. htm PERPUSNAS, Koleksi Deposit Nasional http://www.pnri.go.id/official_v2005.4/deposit_v2005.1/ PERPUSNAS, Draft Rancangan Undang-Undang Republik Indonesia tentang Perpustakaan http://www.perpusnas.go.id/uploaded_files/homepage_folders/highlight/ruu_perpustakaan/ruu.htm Wikipedia Indonesia, Ensklopedia Bebas Berbahasa Indonesia, Budaya, http://id.wikipedia.org/wiki/budaya Wikipedia, The Free Encyclopedia, Culture, http://en.wikipedia.org/wiki/culture Wikipedia Indonesia, Ensklopedia Bebas Berbahasa Indonesia, Hak Cipta, http://id.wikipedia.org/wiki/hak Cipta Wikipedia, The Free Encyclopedia, Library, http://en.wikipedia.org/wiki/library Wendyartaka, Anung, Pengurusan ISBN Kembali Menuai Persoalan, Harian Kompas, Sabtu, 21 Januari 2006 http://www.kompas.com/kompas-cetak/0601/21/pustaka/2383963.htm Wikipedia Indonesia, Ensklopedia Bebas Berbahasa Indonesia, Khazanah, http://id.wikipedia.org/wiki/khazanah UU 4/1990, Serah-Simpan Karya Cetak dan Karya Rekam Oleh: Presiden Republik Indonesia Nomor:4 TAHUN 1990 (4/1990) Tanggal:9 AGUSTUS 1990 (JAKARTA) http://kambing.vlsm.org/bebas/v01/ri/uu/1990/uu-1990-004.txt Tanya Jawab Hak Cipta http://www.dgip.go.id/article/articleview/36/1/9/ Peraturan Presiden No.19 Tahun 2006 tentang Rencana Kerja Pemerintah Tahun 2007, Buku II Bab 2 Pengembangan Kebudayaan yang Berlandaskan Nilai-Nilai Luhur http://www.bappenas.go.id/pndata/contentexpress/perpres%2019%20rkp%202007/buku2/bab%2002% 20-%20Narasi.doc Keputusan Presiden Republik Indonesia, Nomor 67 Tahun 2000 Tentang Perpustakaan Nasional Republik Indonesia. http://www.indonesia.go.id/produk_uu/isi/keppres2000/kp67'00.htm

Undang-Undang Republik Indonesia, Nomor 19 Tahun 2002 Tentang Hak Cipta http://www.indonesia.go.id/produk_uu/isi/uu2002/uu19'02.htm Sejarah Perpustakaan Nasional http://www.perpusnas.go.id/official_v2005.4/about_us/index.asp?pilihan=history http://www.indonesia.go.id/produk_uu/isi/keppres2000/kp178'00.htm MyLiB http://www.pnm.my/new/faq.htm 1