BAB I PENDAHULUAN. organisasi untuk membantu mewujudkan tujuan organisasi itu sendiri. Siswanto

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. dan keterbatasan di segala bidang. Kenyataan tersebut menuntut profesionalisme

BAB I PENDAHULUAN. manusia merupakan faktor sentral serta memiliki peranan yang sangat penting

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu dampak dari tuntutan era globalisasi bagi bangsa Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu organisasi. Dalam setiap perusahan maupun dalam sebuah instansi pemerintah,

BAB I PENDAHULUAN. nasional yang dimana lebih dekat dan berhubungan langsung dengan masyarakat,

BAB I PENDAHULUAN. penggerak dan penentu jalannya suatu organisasi. Dari sudut pandang manajemen

BAB I PENDAHULUAN. kompetitif yang dapat menunjukan kelebihan atau keunggulan yang ada pada

BAB I PENDAHULUAN. konsumen merasa tidak puas dapat melakukan keluhan yang dapat merusak citra

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan, tanpa aspek manusia sulit kiranya instansi untuk mengembangkan

I. PENDAHULUAN. dimaksud adalah melancarkan kegiatan pelayanan publik, dan memberikan

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan, tanpa aspek manusia sulit kiranya instansi untuk mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. tujuan. Aktivitas suatu perusahaan dalam pencapaian tujuan tersebut diperlukan

BAB I PENDAHULUAN. penggunaan sumber daya manusia untuk mencapai tujuan baik individu maupun

BAB I PENDAHULUAN. produksi akan tetapi lebih sebagai aset perusahaan yang harus dikelola dan. bertanggung jawab langsung kepada Gubernur Jakarta.

I. PENDAHULUAN. Pegawai Negeri Sipil menurut undang-undang RI nomor 43 Tahun 1999 adalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Pegawai negeri yang sempurna menurut Marsono adalah pegawai negeri yang

BAB I PENDAHULUAN. Keith Davis ( 2007 ) mengemukakan bahwa : Dicipline is management action

BAB I PENDAHULUAN. Reformasi birokrasi pada hakikatnya merupakan upaya untuk melakukan

BAB I PENDAHULUAN. berusaha untuk bersaing dengan perusahaan-perusahaan yang sudah berdiri

BAB I PENDAHULUAN. Suatu perusahaan dibentuk untuk mencapai tujuan bersama, untuk

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan suatu perusahaan dalam mencapai tujuan tidak terlepas dari

BAB I PENDAHULUAN. yang dipilih secara khusus untuk melakukan tugas negara sebagai bentuk

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL,

BAB I PENDAHULUAN. pekerjaan maupun kebudayaan menuntut setiap individu untuk mempunyai daya. pendidikan, pekerjaan maupun kebudayaan tersebut.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BERITA NEGARA. Disiplin Kerja. Pegawai Negeri Sipil. BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN. REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. pengusaha pengusaha yang bergerak dalam bidang perdagangan baik usaha baru

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI PANDEGLANG NOMOR 23 TAHUN 2016 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG,

BAB I PENDAHULUAN. dan tujuan tertentu. Aktivitas di dalam instansi pemerintahan selalu diarahkan

BAB I PENDAHULUAN. tujuan. Aktivitas suatu perusahaan dalam pencapaian tujuan tersebut diperlukan

BAB I PENDAHULUAN. harus dimulai dengan rekruitmen yang terdiri dari aktifitas perencanaan,

BAB I PENDAHULUAN. tertentu dengan jalan menggunakan sumber-sumber yang telah tersedia

BAB I PENDAHULUAN. Departemen yang berada dibawah Kementrian Agraria dan Tata Ruang dan

BERITA DAERAH KOTA BOGOR. Nomor 16 Tahun 2016 Seri E Nomor 11 PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 16 TAHUN 2016 TENTANG

BAB II KAJIAN TEORI. Kata disiplin itu sendiri berasal dari Bahasa Latin discipline yang berarti

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. tersebut salah satunya adalah sumber daya manusia. Tumbuh lebih baik, bahkan

BAB I PENDAHULUAN. Pegawai. Kesadaran Pegawai diperlukan dengan mematuhi peraturan-peraturan yang

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA

PENGARUH KEPEMIMPINAN DAN BUDAYA ORGANISASI TERHADAP KINERJA PEGAWAI PADA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KOTA BANDUNG DRAFT SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. ada di daerahnya. Pembangunan daerah sebagai pembangunan yang dilaksanakan

I. PENDAHULUAN. keberhasilan dan pencapaian tujuan organisasi, dalam rangka pencapaian

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Pelaksanaan Pengawasan Melekat terhadap Kedisiplinan PNS di Dinas

BAB I PENDAHULUAN. misi dan tujuan yang telah ditetapkan. Secanggih apapun peralatan dan perangkat

BAB I PENDAHULUAN. Setiap perusahaan, organisasi maupun dalam sebuah instansi pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. dalam pengelolaan Negara baik secara desentralisasi maupun secara otonomi

PENEGAKAN DISIPLIN PEGAWAI NEGERI SIPIL (PNS)

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Tujuan pembangunan Indonesia adalah mewujudkan visi pembangunan

BAB 1 PENDAHULUAN. dukungan dari pegawai yang kompeten dan terampil. maka kemungkinan untuk

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yaitu dalam melaksanakan tugas-tugas pemerintah maupun tugas

BAB I PENDAHULUAN. Setiap instansi yang didirikan mempunyai harapan bahwa pegawai dapat. tinggi dan berkualitas dalam bidang pekerjaannya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. (Hariandja, 2002). Menurut Sumarsono (2003), Sumber Daya Manusia atau human

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Disiplin Kerja Pengertian Disiplin Kerja Disiplin kerja merupakan fungsi operatif keenam dari Manajemen

BAB I PENDAHULUAN. peluang baru bagi proses pembangunan daerah di Indonesia. Di dalam melakukan

BAB I PENDAHULUAN. berkembangnya suatu instansi maka akan semakin sulit pula perencanaan dan

PENGARUH PENILAIAN KINERJA TERHADAP DISIPLIN KERJA PEGAWAI PADA SUB BAGIAN KEPEGAWAIAN DAN UMUM DI DINAS PENDIDIKAN PROVINSI JAWA BARAT

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 26 TAHUN 2O16 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. satu perangkat daerah yang memiliki Kegiatan Produksi holtikultura, Peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan, cara atau metode, material, mesin, uang dan beberapa sumberdaya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perusahaan atau instansi pemerintah. Disiplin kerja digunakan untuk dapat meningkatkan

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. misi dan tujuan yang telah ditetapkan.secanggih apapun peralatan dan perangkat

PENDAHULUAN. Sumber daya manusia dalam organisasi merupakan modal penting yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. moral dan mental yang baik, profesional, serta sadar akan tanggung jawabnya

I. PENDAHULUAN. pertama dari setiap masalah yang terjadi dalam suatu organisasi. Bahkan ada

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Negara dan Abdi Masyarakat yang selalu hidup ditengah masyarakat dan bekerja

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 53 TAHUN 2010 TENTANG DISIPLIN PEGAWAI NEGERI SIPIL DENGAN RAHMAT TUHAN

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 53 TAHUN 2010 TENTANG DISIPLIN PEGAWAI NEGERI SIPIL DENGAN RAHMAT TUHAN

ANALISIS PENILAIAN PRESTASI KERJA PEGAWAI DI BADAN KEPEGAWAIAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA TAHUN 2014

BAB II KAJIAN TEORITIS. para pegawai. Kegiatan yang dimaksud adalah kegiatan yang dapat memberikan

BAB I PENDAHULUAN. oleh perusahaan dapat terwujud. Suatu perusahaan dapat maju ataupun hancur

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Pusat Sumber Daya Air Tanah dan Geologi Lingkungan (PAG) Bandung

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 53 TAHUN 2010 TENTANG DISIPLIN PEGAWAI NEGERI SIPIL DENGAN RAHMAT TUHAN

KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. misi dan tujuan yang telah ditetapkan. Secanggih apapun peralatan dan perangkat

I. PENDAHULUAN. (SDM) lah yang dapat mendayagunakan sumber-sumber daya organisasi lainnya

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 5 TAHUN 2O17 TENTANG DISIPLIN KERJA PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu masalah yang menarik untuk dikaji pada suatu intansi

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB 1 PENDAHULUAN. perusahaan dan hasil kerja karyawan, maka karyawan diharapkan mampu

Bisma, Vol 1, No. 6, Oktober 2016 INDIKATOR-INDIKATOR KEDISIPLINAN KERJA KARYAWAN PADA HOTEL KINI DI PONTIANAK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dilaksanakan berdasarkan peraturan perundangan yang berlaku. Penjelasan UU No.8

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. Disiplin adalah fungsi operatif ke enam dan manajemen sumber daya manusia yng

BAB I PENDAHULUAN. kualitas sumber daya manusia yang merupakan faktor determinan pembangunan.

BAB IV PENUTUP (Studi Penelitian: Penilaian Sasaran Kerja Pegawai dan Perilaku Kerja

TATA NILAI, BUDAYA KERJA, DAN KODE ETIK PEGAWAI DI LINGKUNGAN KEMENRISTEKDIKTI BIRO SUMBER DAYA MANUSIA KEMENRISTEKDIKTI JAKARTA 2018

BERITA NEGARA. No.1496, 2013 KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN Tunjangan Kinerja. Pegawai. Pelaksanaan.

KODE ETIK DAN PERATURAN DISIPLIN KARYAWAN IKIP VETERAN SEMARANG. BAB I Ketentuan Umum

2017, No Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4266); 2. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaha

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG DISIPLIN HARI DAN JAM KERJA DI LINGKUNGAN BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR

BAB I PENDAHULUAN. berjalansecara berkesinambungan, maka sangat dibutuhkan karyawan yang dapat

BUPATI KUNINGAN PROVINSI JAWA BARAT

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Keberhasilan suatu organiasi atau lembaga dalam mencapai tujuannya tidak terlepas dari sumber daya manusia yang dimiliki, karena sumber daya manusia yang akan mengatur dan mengelola sumber daya lain yang dimiliki organisasi untuk membantu mewujudkan tujuan organisasi itu sendiri. Siswanto (2011:291) disiplin kerja sebagai sikap menghormati, menghargai, dan taat pada peraturan yang berlaku baik tertulis maupun tidak tertulis serta sanggup menjalankannya, tidak mengelak dengan sanksi-sanksi apabila melanggar tugas dan wewenang yang diberikan kepadanya. Salah satu faktor yang sangat penting untuk pencapaian tujuan organisasi adalah pelaksanaan disiplin kerja dari para pegawainya, karena hal tersebut merupakan salah satu faktor yang menjadi penentu keberhasilan dan kemajuan dalam pencapaian tujuan. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Provinsi Jawa Barat merupakan lembaga teknis daerah yang bertanggungjawab terhadap perencanaan pembangunan sebagaimana diamanatkan dalam pasal 14, ayat (1), Undang- Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, kepala daerah dalam hal ini Kepala Bappeda Provinsi Jawa Barat bertanggungjawab terhadap tugas pokok dan fungsi perencanaan. Dalam hal melaksanakan tugas pokok dan fungsi serta sebagai upaya pencapaian visi dan misi Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Barat. Untuk lima tahun ke depan, Bappeda akan memprioritaskan pada 1

2 peningkatan kapasitas, kecepatan dan mutu pelayanan, serta efisiensi dan efektifitas pengelolaan sumber daya yang dimiliki. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Provinsi Jawa Barat yang memiliki peran startegis tentunya perlu didukung oleh sumber daya manusia yang dapat melaksanakan tugasnya dengan penuh tanggung jawab dan disiplin. Hal ini sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 53 Tahun 2010 tentang Peraturan disiplin Pegawai Negeri Sipil bahwa setiap pegawai negeri sipil dituntut untuk dapat menjalankan disiplin kerja. Sutrisno (2014:85) menyebutkan bahwa disiplin kerja sangat penting dalam suatu organisasi, karena dengan disiplin kerja pegawai maka suatu organisasi dapat menggapai tujuan dari program kerja yang dikerjakannya. Disiplin kerja merupakan bagian atau variabel yang sangat penting dalam pengembangan manajemen sumber daya manusia, karena itu disiplin diperlukan dalam suatu organisasi agar tidak terjadi keteledoran, penyimpangan atau kelalaian dan akhirnya pemborosan dalam melakukan pekerjaan. Disiplin kerja yang tinggi dari pegawai dapat menunjukkan integritas dan tanggungjawab dari pegawai terhadap instansi dimana tempat mereka bekerja. Seseorang pegawai mempunyai tingkat kedisiplinan yang tinggi akan tetap bekerja dengan baik walaupun tanpa diawasi oleh atasan, tidak akan mencuri waktu kerja untuk melakukan hal-hal lain yang tidak ada kaitanya dengan pekerjaan. Dengan organisasi atau instansi yang mempunyai pegawai dengan memiliki disiplin kerja yang tinggi maka produktivitas yang dihasilkan pegawai juga akan tinggi untuk suatu organisasi. Kedisiplinan pegawai perlu dilakukan penanganan secara jelas karena pada dasarnya mencerminkan prestasi kerja seorang pegawai itu sendiri. Begitu penting

3 kedisiplinan PNS sehingga Pemerintah melalui Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara selalu berupaya agar pegawai selalu meningkatkan tingkat kedisiplinannya. Disiplin kerja PNS dalam Peraturan Pemerintah Nomor 53 tahun 2010 adalah kesanggupan Pegawai Negeri Sipil untuk mentaati kewajiban dan menghindari larangan yang ditentukan dalam peraturan perundang-undangan dan/atau peraturan kedinasan yang apabila tidak ditaati atau dilanggar dijatuhi hukuman. Disiplin kerja pegawa dapat tercermin dari sikap dan perilaku seperti kepatuhan terhadap peraturan organisasi, memperhatikan dan melaksanakan segala tugas dan apa yang telah diperintahkan oleh atasan, mengikuti ketentuan tentang tata tertib yang berlaku selama bekerja, cermat dan teliti dalam melaksakan tugas, kehematan dalam bekerja menggunakan waktu, dana dan perlengkapan kerja dengan sebaik-baiknya, kesopanan dalam bekerja baik diri pribadi maupun kepada atasan dan teman sejawat, dan mengutamakan kepentingan tugas atau pekerjaandari hal-hal lain. Sanksi pelanggaran disiplin yang dapat dikenakan kepada Pegawai Negeri Sipil, diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 yang menyatakan: 1. Hukuman disiplin ringan berbentuk seperti: teguran lisan, tertulis, dan pernyataan tidak puas secara tertulis. 2. Hukuman disiplin sedang berbentuk seperti: penundaan kenaikan gaji berkala paling lama satu tahun, penundaan gaji sebesar satu kali kenaikan berkala untuk paling lama satu tahun, penundaan kenaikan pangkat untuk paling lama satu tahun. 3. Hukuman disiplin berat berbentuk seperti: penurunan pangkat yang setingkat lebih rendah untuk paling lama satu tahun, pembebasan dari jabatan, pemberhentian dengan hormat atas permintaan sendiri sebagai Pegawai Negeri Sipil. PNS selama ini dipersepsi oleh masyarakat sebagai aparat pemerintah yang

4 tingkat disiplin yang rendah. Meskipun tidak dapat seluruhnya mewakili kebenaran (karena dalam organisasi tentu ada upaya koordinasi dan pengawasan serta proses rekruitmen juga mengalami tahapan-tahapan penyaringan). Namun pendapat masyarakat tidak pula dapat dikatakan seluruhnya salah. Kenyataan menunjukkan bahwa tidak sedikit PNS yang tidak disiplin pada saat jam kerja. Kondisi ini juga terjadi pada Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Provinsi Jawa Barat memiliki masalah kedisiplinan, dengan jumlah PNS 145 orang pegawai tetap. Kondisi kedisiplinan pegawai pada BAPPEDA Provinsi Jawa Barat selama periode April-Agustus 2016 dapat dilihat pada tabel 1.1 sebagai berikut. No Bulan/hari kerja Tabel 1.1 Tingkat Absensi Pegawai Bappeda Provinsi Jawa Barat Periode April -Agustus Tahun 2016 TW Masuk Kerja Masuk Kerja Ideal Masuk Kerja TW Pulang Kerja Pulang Kerja 1 April/20 1060 2900 36% 1090 37% 2 Mei/20 919 2900 31% 829 28% 3 Juni/22 1066 3190 33% 1056 33% 4 Juli/21 919 3045 30% 931 30% 5 Agustus/23 1314 3335 39% 1331 39% Sumber : Bappeda Provinsi Jawa Barat Tabel 1.1 menunjukkan bahwa pegawai yang tiba di kantor melebihi batas tolerasi yang telah ditentukan atau tiba dikantor melebihi dari jam kerja yang telah ditentukan pukul 08.00 WIB dengan pegawai yang datang terlamat cukup tinggi. Pegawai yang tiba dengan terlambat ini seharusnya mendapatkan sanksi yaitu dengan memundurkan jam kepulangannya dari kantor. Namun hal ini seringkali tidak dilakukan. Menurut peraturan yang ditetapkan, pegawai yang tiba dikantor pukul 08.00 WIB sehingga pegawai baru boleh pulang pada pukul 16.00 WIB. Masalah lain yang juga terkait dengan disiplin kerja pegawai adalah masih adanya pegawai yang tidak melaksanakan absensi (fingerprint) pada saat masuk

5 jam kerja maupun pada saat pulang kerja dan masih terdapat pegawai yang tidak disiplin dalam hal melaksanakan absensi dengan cara manual yaitu dengan tanda tangan, karena apabila pegawai melaksanakan absensi dengan tanda tangan akan berdampak pada absensi (fingerprint) sehingga pegawai yang tanpa keterangan mengalami peningkatan dalam hal ini terjadi bukan karena pegawai yang tidak masuk tanpa keterangan melainkan masih banyaknya pegawai yang datang masuk kerja tidak tepat waktu dan tidak melaksankan absensi (fingerprint). Sehingga dapat menjadi indikasi bahwa tingkat disiplin kerja pegawai masih rendah. Untuk melengkapi gambaran awal disiplin kerja pegawai, penulis melakukan pra survei terhadap 20 orang pegawai dan hasilnya dapat dilihat pada tabel 1.2 sebagai berikut : No Pernyataan 1 Saya selalu mematuhi pedoman kerja yang berlaku dalam instansi 2 Saya bersedia untuk mematuhi aturan-aturan yang telah digariskan oleh instansi 3 Saya menerima dan mau menyatukan suatu peraturan yang berlaku 4 Saya tetap mematuhi peraturan sesuai dengan pedoman yang berlaku dalam kondisi apapun 5 Saya siap menerima sanksi yang lebih berat jika saya melakukan pelanggaran yang berulang 6 Saya bersedia menerima sanski yang lebih berat jika kesempatan untuk memperbaiki diri tidak Tabel 1.2 Hasil Pra Survei Disiplin Kerja Pegawai JAWABAN SS S KS TS STS Jmlh Resp Realisasi (%) Target (%) 5 8 6 1 0 20 77 100 7 12 1 0 0 20 86 100 4 8 5 3 0 20 73 100 5 5 9 1 0 20 74 100 6 8 4 2 0 20 78 100 7 6 6 1 0 20 79 100 dilakukan Jumlah Skor Rata-rata 77,8 100 Jumlah Skor = Nilai x F Realisasi = Jumlah Skor : (F Tertinggi x Jumlah Pegawai) x 100% Sumber : Hasil olah data kuesioner Pra-survei 2016

6 Tabel 1.2 menunjukkan bahwa disiplin kerja pegawai pada BAPPEDA Provinsi Jawa Barat, dapat dilihat dari secara keseluhuran bahwa masih belum sesuai dengan yang diharapkan dan berada pada kondisi kurang baik menyangkut disiplin kerja. Kemauan untuk mematuhi pedoman kerja, peraturan yang berlaku dan kesediaan pegawai untuk melakukan perbaikan perilaku yang melanggar aturan meskipun instansi menerapkan sanksi yang lebih berat masih tetap rendah. Berdasarkan data tersebut disiplin kerja pegawai pada BAPPEDA Provinsi Jawa Barat yang terealisasi yaitu 77,8% dari target instansi yang telah di tetapkan 100%. Dengan ini dapat menjadi indikasi bahwa tingkat disiplin kerja pegawai pada instansi tersebut masih rendah. Berdasarkan dari hasil observasi yang terlah dilakukan terhadap 20 pegawai yang dengan mengajukan kuesioner sementara, data penunjang lainnya didapatkan berupa hasil wawancara dengan kepala Sub. Bagian Kepegawaian mengenai permasalahan disiplin kerja pegawai, diantaranya : 1. Berdasarkan dimensi mengenai disiplin preventif dengan indikator mematuhi pedoman kerja dan mematuhi aturan-aturan yang telah digariskan oleh instansi. Adanya pegawai yang masih melanggar peraturan-peraturan yang telah ditetapkan oleh instansi. Seperti pada saat jam istirahat, masih saja ada yang terlambat masuk dan kebanyakan pegawai mengulur-ulurkan waktu terkesan tidak memperdulikan jam isitrahat yang telah ditentukan yaitu jam istirahat dimulai pukul 12.00 sampai dengan 13.00. 2. Berdasarkan dimensi mengenai disiplin korektif dengan indikator upaya untuk menyatukan suatu peraturan dan upaya mengarahkan untuk tetap

7 mematuhi peraturan sesuai dengan pedoman yang berlaku. Masih adanya pegawai yang sebagian meninggalkan tugasnya saat jam kerja tanpa izin. 3. Berdasarkan dimensi mengenai disiplin Progresif dengan indikator memberikan hukuman-hukuman yang lebih berat terhadap pelanggaranpelanggaran yang berulang dan memberikan hukuman-hukuman yang lebih berat untuk mengambil tindakan korektif. Kedisiplinan pegawai masih kurang, dapat dilihat dari jumlah ketepatan waktu saat masuk dan pulang kerja. Dengan ini seharusnya pegawai dapat memundurkan jam kepulangannya dari kantor. Disiplin lebih banyak bersumber dari dalam diri pegawai itu sendiri yang diperlihatkan dalam bentuk mematuhi peraturan yang ada dalam suatu organisasi. Untuk memelihara dan menegakkan disiplin yang baik ada banyak yang dapat mempengaruhi diantaranya adalah motivasi, kesejahteraan, pendidikan dan pelatihan, keselamatan dan kesehatan kerja, kepemimpinan, budaya organisasi dan lingkungan kerja. Pada penelitian ini yang dipilih dua faktor yang mempengaruhi disiplin kerja pegawai yaitu kepemimpinan dan budaya organisasi. Faktor-faktor tersebut diharapkan dapat meningkatkan disiplin kerja pegawai dalam mencapai tujuan-tujuan yang diharapkan oleh organisasi. Kepemimpinan sangat diperlukan di dalam suatu organisasi karena dengan adanya kepemimpinan tersebut pimpinan bisa melakukan suatu inovasi-inovasi dan dapat mengkoordinir semua fungsi organisasi dengan baik dan benar. Hasibuan (2012:194), menyebutkan bahwa kepemimpinan merupakan sebuah proses, melibatkan pengaruh dan muncul di dalam kelompok dengan melibatkan tujuan bersama.

8 Kepemimpinan merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi disiplin kerja pegawai. Seorang pemimpin harus dapat menunjukkan sikap positif dan disiplin, agar dapat menjadi teladan kedisiplinan bagi para pegawai. Kepemimpinan merupakan tulang punggung pengembangan instansi dan menjadi faktor kunci dalam suksesnya suatu organisasi serta manajemen. Dengan entitas yang mengarahkan kerja para anggota organisasi untuk mampu mengikat, mengharmonisasi, serta mendorong potensi sumber daya organisasi agar dapat bersaing secara baik. Kepemimpinan juga memiliki sifat kolektif dalam arti segala perilaku yang diterapkan seorang pimpinan akan memiliki dampak luas bukan bagi dirinya sendiri melainkan seluruh anggota organisasi dengan sifat pemimpin yang cenderung punya intelijensi dalam hal kemampuan bicara, menafsir, dan bernalar yang lebih kuat ketimbang yang bukan pemimpin. Berdasarkan dari hasil observasi dan wawancara yang dilakukan oleh penulis kepada pegawai Bappeda menunjukkan bahwa belum ada upaya untuk memberikan teguran kepada para pegawai yang bersantai-santai tidak melakukan pekerjaannya, masih kurangnya komunikasi antara pemimpin dan bawahan, kerjasama antar pegawai yang masih dibawah standar. Dengan demikian, hal tersebut dapat menjadi kendala menyangkut target pekerjaan yang harus dicapai dalam mencapai tujuan organisasi. Kepemimpinan yang efektif tentunya merupakan harapan bagi setiap instansi dalam upaya mencapai tujuan organisasi secara keseluruhan, karena tanpa kepemimpinan atau bimbingan, hubungan antara tujuan perseorangan dan tujuan organisasi mungkin menjadi renggang (lemah). Keadaan ini menimbulkan situasi

9 dimana perseorangan bekerja untuk mencapai tujuan pribadinya, sementara itu keseluruhan organisasi menjadi tidak efisien dalam pencapaian sasaransasarannya. Kepemimpinan yang efektif tentunya sangat dibutuhkan dalam mendorong peningkatan disiplin kerja pegawai, namun demikian kepemimpinan juga akan berkaitan erat dengan budaya kerja dari suatu instansi. Artinya kepemimpinan selain dapat meningkatkan disiplin kerja bawahan juga dapat menciptakan budaya organisasi yang kondusif. Budaya organisasi sangat mempengaruhi perilaku pegawai, budaya organisasi yang kuat akan berpengaruh terhadap pembentukan perilaku anggota-anggotanya, yang kemudian akan menjadikan kebiasaan pegawai yang dilakukan dalam keseharian pada saat bekerja yang mencirikan budaya dari seseorang pegawai dan budaya yang mencirikan dari suatu instansi. Karakteristik dari pada budaya organisasi menurut Stephen Robbins yang dialihbahasan oleh Benyamin Molan (2012:52), mencakup inovasi dan pengambilan risiko, perhatian pada hal-hal kecil, orientasi hasil, orientasi orang, orientasi tim, keagresifan, stabilitas dan kontrol. Budaya yang kuat dalam organisasi dapat memberikan paksaan atau dorongan kepada para anggotanya untuk bertindak atau berperilaku sesuai dengan yang diharapkan oleh organisasi. Dengan adanya ketaatan atas aturan dan juga kebijakan-kebijakan organisasi tersebut maka diharapkan bisa mengoptimalkan disiplin kerja para pegawai untuk dapat bekerja dengan mematuhi peraturan-peraturan yang telah ditetapkan dengan dapat mencapai tujuan organisasi. Berdasarkan dari hasil observasi dan wawancara terdapat beberapa faktor yang diindikasikan menjadi masalah selama ini di Bappeda yaitu diantaranya

10 hubungan dengan rekan kerja dan atasan yang kurang harmonis, belum ada kesadaran atau tanggungjawab terhadap tugas yang diberikan dalam menyelesaikan pekerjaan belum tepat waktu, kesadaran untuk bekerja sama dengan rekan kerja masih kurang. Dengan demikian, instansi masih membutuhkan usaha-usaha yang dapat membuat budaya organisasi agar dapat saling harmonis sehingga dapat mencapai tujuan instansi. Berdasarkan uraian permasalahan diatas, terlihat betapa besarnya pengaruh kepemimpinan dan budaya organisasi terhadap disiplin kerja pegawai. Hal ini menjadi bahan pertimbangan bagi penulis untuk membahas masalah tersebut dengan menyusun dan melakukan penelitian yang berjudul: PENGARUH KEPEMIMPINAN DAN BUDAYA ORGANISASI TERHADAP DISIPLIN KERJA PEGAWAI PADA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) PROVINSI JAWA BARAT. 1.2 Identifikasi Masalah dan Rumusan Masalah Penelitian 1.2.1 Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diungkapkan, maka terdapat beberapa permasalahan yang dapat di identifikasikan yaitu sebagai berikut : 1. Disiplin pegawai atas menyangkut kepatuhan terhadap pedoman kerja dan aturan-aturan yang berlaku masih rendah 2. Tingkat ketataan pegawai pada peraturan masuk dan pulang kerja masih rendah

11 3. Masih adanya pegawai yang meninggalkan tugasnya saat jam kerja tanpa izin 4. Peran pimpinan dalam menegakan aturan yang berlaku masih rendah 5. Kemampuan pimpinan dalam memberikan ide-ide yang inovatif dalam menyelesaikan suatu pekerjaan masih belum baik 6. Implementasi budaya organisasi pada instansi masih rendah 1.2.2 Rumusan Masalah Penelitian Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah tersebut maka pertanyaan penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut: 1. Bagaimana Kepemimpinan pada Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Provinsi Jawa Barat 2. Bagaimana Budaya Organisasi pada Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Provinsi Jawa Barat 3. Bagaimana Disiplin Kerja Pegawai pada Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Provinsi Jawa Barat 4. Seberapa besar pengaruh Kepemimpinan dan Budaya Organisasi terhadap Disiplin Kerja Pegawai pada Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Provinsi Jawa Barat baik secara simultan maupun parsial 1.3 Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis : 1. Kepemimpinan pada Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Provinsi Jawa Barat

12 2. Budaya Organisasi pada Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Provinsi Jawa Barat 3. Disiplin Kerja Pegawai pada Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Provinsi Jawa Barat 4. Besarnya pengaruh kepemimpinan dan budaya organisasi terhadap disiplin kerja pegawai pada Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Provinsi Jawa Barat baik secara simultan maupun parsial 1.4 Kegunaan Penelitian Hasil yang diperoleh dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan kegunaan yang bermanfaat : 1.4.1 Kegunaan Teoritis Hasil akhir dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan konseptual bagi pengembangan ilmu dan penelitian dalam bidang ilmu manajemen sumber daya manusia, dan memberikan pengetahuan mengenai variabel kepemimpinan, budaya organisasi dan disiplin kerja pegawai yang diimplementasikan pada instansi milik pemerintah daerah. 1.4.2 Kegunaan Praktis 1. Bagi Penulis a) Peneliti dapat mengetahui tingkat disiplin kerja pegawai Bappeda Provinsi Jawa Barat yang masih rendah

13 b) Peneliti dapat mengetahui kepemimpinan yang diterapkan di Bappeda Provinsi Jawa Barat c) Peneliti dapat mengetahui budaya organisasi yang diterapkan di Bappeda Provinsi Jawa Barat d) Sebagai bekal bagi penulis untuk menjadi tenaga kerja yang handal dan profesional 2. Bagi instansi Memberikan informasi terhadap pengambilan keputusan bagi pimpinan guna membentuk budaya organisasi yang baik dimasa depan dengan dapat meningkatkan disiplin kerja pegawai dan mengetahui faktor-faktor yang dapat mempengaruhi disiplin kerja pegawai. 3. Bagi Pihak Lain Penelitian ini dapat dijadikan sebagai informasi atau sumbangan pikiran yang bermanfaat untuk para pembaca yang akan mengadakan penelitian dibidang yang sama. 4. Kegunaan Akademis Mampu menghasilkan suatu referensi yang berguna bagi lingkungan kampus Universitas Pasundan. Juga diharapkan dapat memberikan tambahan pengetahuan yang bermanfaat.