ANALISIS MANAJEMEN INTERFERENSI JARINGAN UPLINK 4G-LTE DENGAN METODE INNERLOOP POWER CONTROL DI PT TELKOMSEL

dokumen-dokumen yang mirip
Teknologi Seluler. Pertemuan XIV

BAB I PENDAHULUAN. Analisa kelayakan..., Deris Riyansyah, FT UI, Universitas Indonesia

Agus Setiadi BAB II DASAR TEORI

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang

Analisis Kinerja Metode Power Control untuk Manajemen Interferensi Sistem Komunikasi Uplink LTE-Advanced dengan Femtocell

Perkembangan Teknolgi Wireless: Teknologi AMPS Teknologi GSM Teknologi CDMA Teknologi GPRS Teknologi EDGE Teknologi 3G, 3.5G Teknologi HSDPA, HSUPA

Pertemuan ke 5. Wireless Application Protocol

ANALISA PERFORMANSI INTERNET BROADBAND LONG TERM EVOLUTION INNER CITY DAN RURAL DI KOTA PALEMBANG (STUDY KASUS : PT. TELKOMSEL)

ANDRIAN SULISTYONO LONG TERM EVOLUTION (LTE) MENUJU 4G. Penerbit Telekomunikasikoe

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

MODUL TEKNOLOGI KOMUNIKASI (3 SKS) Oleh : Drs. Hardiyanto, M.Si

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II LANDASAN TEORI

PERENCANAAN JARINGAN LONG TERM EVOLUTION (LTE) 1800 MHz DI WILAYAH MAGELANG MENGGUNAKAN BTS EXISTING OPERATOR XYZ

1.2 Tujuan dan Manfaat Tujuan tugas akhir ini adalah: 1. Melakukan upgrading jaringan 2G/3G menuju jaringan Long Term Evolution (LTE) dengan terlebih

BAB II JARINGAN LONG TERM EVOLUTION (LTE)

Teknologi Komunikasi Data Seluler. Adri Priadana ilkomadri.com

PERENCANAAN JARINGAN LONG TERM EVOLUTION (LTE)1800 Mhz DI WILAYAH MAGELANG MENGGUNAKAN BTS EXISTING OPERATOR XYZ


Handbook Edisi Bahasa Indonesia

Wireless Technology atau teknologi nirkabel, atau lebih sering disingkat wireless adalah teknologi elektronika yang beroperasi tanpa kabel.

BAB I PENDAHULUAN. analog AMPS (Advanced Mobile Phone System), diikuti suara digital GSM

Manajemen Interferensi Femtocell pada LTE- Advanced dengan Menggunakan Metode Autonomous Component Carrier Selection (ACCS)

SISTEM SELULAR. Pertemuan XIV

Pengertian dan Macam Sinyal Internet

BAB I PENDAHULUAN. (browsing, downloading, video streaming dll) dan semakin pesatnya kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Multiple Access. Downlink. Handoff. Uplink. Mobile Station Distributed transceivers Cells Different Frequencies or Codes

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Alokasi frekuensi 2300 MHz di Indonesia [4]

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi nirkabel mulai dari generasi 1 yaitu AMPS (Advance Mobile Phone

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Analisis Kinerja Protocol SCTP untuk Layanan Streaming Media pada Mobile WiMAX 3

Teknik Multiple Akses FDMA, TDMA, CDMA

Teknologi Komunikasi. INFRASTRUKTUR KOMUNIKASI Broadband & Telecommunication USO. Yani Pratomo, S.S, M.Si. Advertising & Marketing Communication

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Tuntutan kebutuhan manusia untuk dapat berkomunikasi di segala tempat,

ANALISA IMPLEMENTASI GREEN COMMUNICATIONS PADA JARINGAN LTE UNTUK MENINGKATKAN EFISIENSI ENERGI JARINGAN

PERENCANAAN ANALISIS UNJUK KERJA WIDEBAND CODE DIVISION MULTIPLE ACCESS (WCDMA)PADA KANAL MULTIPATH FADING

BAB I PENDAHULUAN - 1 -

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Studi Perencanaan Jaringan Long Term Evolution (LTE) Pada Spektrum 1800 MHz Area Kota Bandung Menggunakan Teknik FDD, Studi Kasus PT.

PERKEMBANGAN JARINGAN KOMUNIKASI WIRELESS MENUJU TEKNOLOGI 4G

Seminar NasionalInovasidan AplikasiTeknologidi Industri 2018 ISSN Tema A -Penelitian ITN Malang, 3 Pebruari 2018

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

Pendahuluan. Gambar I.1 Standar-standar yang dipakai didunia untuk komunikasi wireless

Evaluasi Kinerja Penerapan Koordinasi Interferensi pada Sistem Komunikasi LTE- Advanced dengan Relay

Evaluasi Kinerja Penerapan Koordinasi Interferensi pada Sistem Komunikasi LTE- Advanced dengan Relay

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi telekomunikasi yang semakin pesat dan kebutuhan akses data melahirkan salah satu jenis

Mensolusikan Permasalahan Keterbatasan Spektrum dan Meningkatkan Quality of Experience Melalui Teknologi LTE Unlicensed

SISTEM KOMUNIKASI BEGERAK WHAT TECHNOLOGY ABOUT THIS???

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

ANALISA KINERJA MPEG-4 VIDEO STREAMING PADA JARINGAN HSDPA

HALAMAN PERNYATAAN. : Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II TEORI DASAR. Public Switched Telephone Network (PSTN). Untuk menambah kapasitas daerah

Gambar 1 1 Alokasi Penataan Ulang Frekuensi 1800 MHz[1]

Analisis Pengaruh Penggunaan Physical Cell Identity (PCI) Pada Perancangan Jaringan 4G LTE

I. PENDAHULUAN. terutama di bidang sistem komunikasi nirkabel (wireless). Sistem wireless

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

TUGAS AKHIR ANALISA KEY PERFORMANCE INDICATOR (KPI) 3RD CARRIER CELL PADA JARINGAN 3G

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Home Networking. Muhammad Riza Hilmi, ST.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISA PERFORMANSI LIVE STREAMING DENGAN MENGGUNAKAN JARINGAN HSDPA. Oleh : NRP

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Evaluasi Kinerja Sistem Komunikasi LTE- Advanced dengan Relay Berbasis Orthogonal Resource Allocation Algorithm

BAB 3 ANALISA DAN RANCANGAN MODEL TESTBED QOS WIMAX DENGAN OPNET. menjanjikan akses internet yang cepat, bandwidth besar, dan harga yang murah.

MONITORING DAN ANALISIS QOS (QUALITY OF SERVICE) JARINGAN INTERNET PADA GEDUNG KPA POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA DENGAN METODE DRIVE TEST

Evaluasi Kinerja Sistem Komunikasi LTE- Advanced dengan Relay Berbasis Orthogonal Resource Allocation Algorithm

Analisis Pengaruh Model Propagasi dan Perubahan Tilt Antena Terhadap Coverage Area Sistem Long Term Evolution Menggunakan Software Atoll

Presentasi Seminar Tugas Akhir

Analisis Perencanaan Jaringan Long Term Evolution (LTE) Frekuensi 900 MHz Pada Perairan Selat Sunda

I. PENDAHULUAN. telekomunikasi berkisar 300 KHz 30 GHz. Alokasi rentang frekuensi ini disebut

ANALISIS PERBANDINGAN THROUGHPUT PADA GENERAL PACKET RADIO SERVICE (GPRS) DAN ENHANCED DATA RATE FOR GSM EVOLUTION (EDGE)

ANALISIS PENERAPAN MODEL PROPAGASI ECC 33 PADA JARINGAN MOBILE WORLDWIDE INTEROPERABILITY FOR MICROWAVE ACCESS (WIMAX)

Pengaruh Penggunaan Skema Pengalokasian Daya Waterfilling Berbasis Algoritma Greedy Terhadap Perubahan Efisiensi Spektral Sistem pada jaringan LTE

Evolusi Teknologi Wireless Seluler menuju HSDPA

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

Memahami maksud dan tujuan sistem komunikasi bergerak Memahami frekuensi yang digunakan dalam sistem komunikasi bergerak Menjelaskan evolusi pada

Universal Mobile Telecommunication System

ARSITEKTUR DAN KONSEP RADIO ACCESS

PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS MERCU BUANA JAKARTA

BAB I PENDAHULUAN UNIVERSITAS INDONESIA

WIRELESS & MOBILE COMMUNICATION ARSITEKTUR JARINGAN SELULER

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sudah menjadi kebutuhan bagi dunia usaha/bisnis (e-commerce), pendidikan

BAB 1 PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

EXECUTIVE SUMMARY TEKNOLOGI YANG ANDAL UNTUK MENGATASI RENDAHNYA PENETRASI PENGGUNAAN JASA TELEKOMUNIKASI DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. masalah, batasan masalah, serta sistematika penulisan laporan penelitian.

BAB I PROTOKOL KOMUNIKASI

ANALISIS PERENCANAAN JARINGAN LONG TERM EVOLUTION MENGGUNAKAN METODE SOFT FREQUENCY REUSE DI KAWASAN TELKOM UNIVERSITY

Jaringan Telekomunikasi JARINGAN TELEKOMUNIKASI

Transkripsi:

ANALISIS MANAJEMEN INTERFERENSI JARINGAN UPLINK 4G-LTE DENGAN METODE INNERLOOP POWER CONTROL DI PT TELKOMSEL Indah Ayu Lestari 1*, Ali Nurdin 1, Asriyadi 1 1 Program Studi Teknik Telekomunikasi, Jurusan Teknik Elektro, Politeknik Negeri Sriwijaya Jl. Srijaya Negara, Bukit Besar, Ilir Barat 1, Kota Palembang, Sumatera Selatan * Email: lestariindahayu78@gmail.com Abstrak Teknologi LTE merupakan standar baru untuk jaringan 4G. hasil studi menunjukkan bahwa LTE mampu memberikan kecepatan downlink 100 Mbps dan uplink hingga 50 Mbps. Untuk mengimbangi kecepatan data yang tinggi, maka mobile user juga akan meningkatkan daya pancarnya. Namun, hal ini akan mengakibatkan timbulnya interferensi yang akan berdampak pada turunnya performansi pada mobile user lain. Untuk mengontrol daya tersebut, digunakan power control. Power control akan mengatur daya pancar user agar sesuai dengan daya yang dapat diterima oleh EnB namun tidak terlalu tinggi. Pada penelitian ini dilakukan pengamatan terhadap dua EnB yang telah diterapkan power control. Pengambilan sample data dilakukan pada busy hour dan normal hour. Hasil pengamatan akan memperlihatkan besarnya pengaruh power control dalam mengatur interferensi yang terjadi saat high user (busy hour) dan low user (normal hour). Kata kunci: 4G, LTE, Power Control, interferensi 1. PENDAHULUAN Perkembangan teknologi telekomunikasi teknologi 1G yang menggunakan sistem analog seperti AMPS (Advanced Mobile Phone System) dan hanya melayani komunikasi suara. Lalu berkembang ke teknologi 2G untuk menggantikan teknologi seluler yang pertama. 2G merupakan jaringan telekomunikasi seluler yang diluncurkan secara komersial pada jaringan GSM standar di Finlandia oleh Radiolinja (sekarang bagian dari Elisa) pada tahun 1991. Berbeda dengan 1G, 2G menggunakan teknologi digital. Selain dapat melayani komunikasi suara, 2G juga dapat melayani komunikasi teks, yakni SMS. Setelah 2G, lahirlah generasi 2,5G yang merupakan perkembangan dari 2G. 2.5G mengaktifkan layanan kecepatan tinggi transfer data melalui jaringan 2G yang ditingkatkan. 2.5G adalah layanan komunikasi suara, SMS, dan data dengan kecepatan 153 Kbps. Teknologi 2.5G yang terkenal adalah GPRS (General Packet Radio Service) dan EDGE (Enhanced Data for GSM Evolution). Generasi ke-3 atau 3G ini lebih di kenal dengan sebutan WCDMA (Wideband- Coded Division Multiple Access). Kelebihan terletak pada kecepatan transfer data yang mencapai 384Kbps di luar ruangan dan 2Mbps untuk aplikasi di dalam ruangan. 3G menyediakan layanan multimedia seperti internet, video streaming dan lain-lain. Pengembangan 3G adalah 3.5G yang memiliki kecepatan transfer data hingga 2Mbps. Kini teknologi yang baru berkembang di Indonesia adalah 4G. Pada teknologi 4G terdapat 2 standar jaringan yaitu WiMAX (Worlwide Interoperability for Microwave Access) dan LTE (Long Term Evolution). WiMAX merupakan teknologi akses nirkabel pita lebar (broadband wireless access atau disingkat BWA) yang memiliki kecepatan tinggi dengan jangkauan yang luas. Disamping memberikan kecepatan data yang cukup besar yaitu hingga mencapai 70Mbps, WiMAX juga merupakan teknologi dengan open standar, dalam arti komunikasi perangkat WiMAX diantara beberapa vendor yang berbeda tetap dapat dilakukan (tidak proprietary). Sedangkan, kemampuan dan keunggulan teknologi LTE selain kecepatannya yang bisa mencapai 100Mbps untuk downlink dan 50Mbps untuk uplink, tetapi juga karena LTE dapat memberikan coverage yang besar dan kapasitas yang lebih besar, mengurangi biaya dalam operasional, mendukung penggunaan multiple-antena, fleksibel dalam penggunaan bandwidth operasinya dan juga dapat terhubung atau terintegrasi dengan teknologi yang sudah ada. 383

Untuk meningkatkan coverage membutuhkan daya yang tinggi, namun dengan penggunaan daya yang tinggi dapat menimbulkan lebih banyak interferensi. Interferensi dapat terjadi secara uplink maupun downlink yang menyebabkan penurunan performa sistem radio seluler. Salah satu teknik yang dapat diterapkan untuk mengatur interferensi adalah metode power control. Metode power control adalah suatu teknik untuk mengatur dan memperbaiki level daya dari BTS pada kanal uplink dan downlink secara efisien. 2. METODOLOGI 2.1 KerangkaPenelitian Kerangka penelitian merupakan suatu model konseptual tentang bagaimana teori berhubungan dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasi sebagai masalah riset. Kerangka penelitian akan memberikan manfaat, yaitu terjadi persepsi yang sama antara periset dan pembaca terhadap aluralur pikiran periset, dalam rangka membentuk hipotesis-hipotesis risetnya secara logis. Dalam kerangka penelitian ini parameter yang akan di ukur dan di analisis terdiri dari throughput, BER, SINR,dan PUSCH power terhadap jaringan uplink 4G-LTE di enodeb di Jl. Pasundan Palembang. Mulai Kajian Pustaka Pengambilan Data (SINR, Throughput, PUSCH, User) Perhitungan dan Analisis Data Tabel Komparasi Output berupa Grafik SINR, Throughput, BER dan PUSCH terhadap banyaknya User Kesimpulan Selesai Tahapan Penelitian 2.2. Persiapan Data Data penelitian studi pustaka dan studi lapangan didapatkan dengan memfokuskan variabelvariabel parameter yang akan di ukur dan kemudian di analisis yang telah di rumuskan dalam kerangka pemikiran yaitu throughput, SINR, BER dan PUSCH power, yang dibantu dengan menggunakan tools yaitu U2000 terhadap jaringan uplink 4G-LTE di enodeb di Jl. Pasundan Palembang., sehingga didapat besar kualitas layanan (QoS) yang harus di penuhi atau yang memenuhi standar kualitas layanan yang baik menurut standar KPI. Sehingga jaminan QoS yang di berikan disesuaikan dengan aplikasi yang digunakan serta efisiensi terhadap jaringan uplink 4G-LTE di enodeb di Jl. Pasundan Palembang. 384

2.3. Pengembangan Data Data-data yang terkumpul selanjutnya dikembangkan dengan sistem tampilan tabel dan grafik, kemudian dapat diketahui bagaimana kualitas jaringan 4G-LTE yang sesuai dengan standar KPI. Selain itu juga didapatkan melalui studi literatur dari berbagai buku referensi,jurnal dan web browsing. 2.4 Tes Kinerja Sistem Kinerja sistem secara keseluruhan untuk menganalisis dan mengetahui kualitas layanan jaringan uplink 4G-LTE di enodeb di Jl. Pasundan Palembang. dengan menggunakan tools yaitu U2000, terhadap jaringan uplink 4G-LTE di enodeb di Jl. Pasundan Palembang., sehingga didapat besar kualitas layanan (QoS) yang harus di penuhi atau yang memenuhi standar kualitas layanan yang baik menurut standar KPI. Sehingga jaminan QoS yang di berikan disesuaikan dengan aplikasi yang digunakan serta efisiensi terhadap jaringan uplink 4G-LTE di enodeb di Jl. Pasundan Palembang.. 3. HASIL DAN PEMBAHASAN Dalam kegiatan penelitian ini, pengambilan data dilakukan mulai tanggal 20 Maret 2017 jam 00.00 sampai jam 23.00. Kegiatan record dilakukan dengan menggunakan alat ukur Laptop with OS. Windows 7 available U2000 berfungsi sebagai devices yang berfungsi untuk me-record data. 3.1 Hasil Pengukuran Time User Throughput PUSCH SINR (%) (Erl) (Mbit/s) power 0:00 9.217 1.639-3116875.686-121.0169386 1:00 7.062 1.889-1951814.091-122.5877022 2:00 5.478 1.529-1696369.632-125.6098828 3:00 5.003 1.753-1373570.684-123.7607617 4:00 7.201 1.214-2440964.76-124.4822521 5:00 6.468 1.903-1999031.272-123.211239 6:00 7.504 1.179-2729329.865-123.6057032 7:00 9.337 1.342-4604800.087-125.3462606 8:00 9.62 1.182-4454080.56-123.0624845 9:00 10.019 1.957-4341243.657-120.0136069 10:00 9.823 1.956-4328524.971-119.5123509 11:00 10.416 2.932-5940473.865-121.4840819 12:00 9.251 3.333-3632230.623-119.2604846 13:00 6.817 1.82-2992975.606-123.4675758 14:00 7.009 2.097-2456576.502-121.6731633 15:00 6.754 2.201-2615025.665-119.1544321 16:00 6.927 1.185-3579258.234-123.1427248 17:00 7.493 2.878-2770796.539-120.305719 18:00 12.261 2.309-4937492.718-120.8591587 19:00 15.678 2.16-9292705.851-122.7329374 20:00 13.535 1.776-5856775.169-121.2428128 21:00 15.004 1.969-6602405.093-119.120745 22:00 18.469 8.835-8980848.637-117.5182511 23:00 16.3 5.488-6705598.994-118.4091142 385

7.1 erl 5.5 erl 5 erl 7.2 erl 6.5 erl 9.3 erl 9.6 erl 10. erl 9.8 erl 10.4 erl 6.8 erl 7 erl 6.7 erl 6.9 erl 12.3 erl 15.7 erl 13.5 erl 15 erl 18.5 erl 16.3 erl SINR(%) Prosid i ng SNATIF K e - 4 Tahun 20 17 ISBN: 978-602-1180-50-1 3.2 Hasil Perhitungan Time User (Erl) BER SINR (%) 0:00 9.217 0.03881969-2624802.3 1:00 7.062 0.03773786-1635657.19 2:00 5.478 0.0296231-1417909.26 3:00 5.003 0.03488732-1147121.74 4:00 7.201 0.03006438-2038152.56 5:00 6.468 0.03635897-1673975.09 6:00 7.504 0.03005986-2293316.7 7:00 9.337 0.02716262-3888575.86 8:00 9.62 0.02920693-3775457.57 9:00 10.019 0.04201818-3680407.95 10:00 9.823 0.04405451-3668039.8 11:00 10.416 0.04243634-5043341.55 12:00 9.251 0.05824082-3072854.31 13:00 6.817 0.03243852-2531937.51 14:00 7.009 0.03704502-2086887.65 15:00 6.754 0.04655431-2220956.62 16:00 6.927 0.02862139-3041187.73 17:00 7.493 0.04631893-2354606.96 18:00 12.261 0.0417403-4184176.8 19:00 15.678 0.03456545-7896429.7 20:00 13.535 0.03575695-4983495.98 21:00 15.004 0.0443176-5611679.32 22:00 18.469 0.1366271-7618810.23 23:00 16.3 0.0914134-5658269.46 3.3 Grafik Perbandingan 100 80 60 40 20 0 User SINRt SINRp Perbandingan SINR Pengukuran (SINRp) dan SINR Perhitungan (SINRt) 386

7.1 erl 5.5 erl 5 erl 7.2 erl 6.5 erl 9.3 erl 9.6 erl 10. erl 9.8 erl 10.4 erl 6.8 erl 7 erl 6.7 erl 6.9 erl 12.3 erl 15.7 erl 13.5 erl 15 erl 18.5 erl 16.3 erl BER(Bit Error Rate) 7.1 erl 5.5 erl 5 erl 7.2 erl 6.5 erl 9.3 erl 9.6 erl 10. erl 9.8 erl 10.4 erl 6.8 erl 7 erl 6.7 erl 6.9 erl 12.3 erl 15.7 erl 13.5 erl 15 erl 18.5 erl 16.3 erl Throughput 9.217 7.062 5.478 5.003 7.201 6.468 7.504 9.337 9.62 10.019 9.823 10.416 9.251 6.817 7.009 6.754 6.927 7.493 12.261 15.678 13.535 15.004 18.469 16.3 PUSCH power Prosid i ng SNATIF K e - 4 Tahun 20 17 ISBN: 978-602-1180-50-1 128 126 124 122 120 118 116 114 112 User (erl) PUSCH power PUSCH power terhadar user per jam 10 8 6 4 2 0 User Throughput (Mbit/s) Throughput terhadap user per jam 0.16 0.14 0.12 0.1 0.08 0.06 0.04 0.02 0 User BER terhadap user per jam 387

3.4 Analisa Berdasarkan grafik perbandingan antara SINRp dan SINRt dapat dilihat bahwa perbedaan hasil pengukuran dan hasil perhitungan berdasarkan data yang didapat berbeda tipis. Ini berarti apa yang telah ditetapkan dan di terapkan di perushaan tersebut telah baik. Dan nilai SINR pada pengukuran membuktikan bahwa semakin tinggi user, maka tinggi pula SINRnya. Berdasarkan grafik PUSCH power dapat diketahui bahwa metode innerloop power control sangatlah berpengaruh terhadap daya pancar user. Sehingga daya pancar tersebut dapat sedikit ditekan oleh innerloop power control. Berdasarkan grafik throughput terhadap banyaknya user, dapat diketahui bahwa besarnya nilai throughput sangat dipengaruhi oleh jumlah user yang sedang dilayani. Semakin tinggi user maka nilai throughput akan semakin tinggi. Berdasarkan grafik Bit Error Rate dapat dilihat bahwa probabilitas terjadinya kesalahan pengiriman bit data berpengaruh terhadap tinggi rendahnya user yang sedang dilayani. 4. KESIMPULAN 4.1. Kesimpulan Beberapa kesimpulan yang dapat ditarik berdasarkan hasil dan pembahasan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut: (1) Besarnya nilai throughput, Bit Error Rate, dan SINR berbanding lurus dengan jumlah user yang sedang dilayani. (2) Nilai PUSCH power berbanding terbalik dengan jumlah user yang sedang dilayani, ini dikarenakan semakin banyak user maka daya pancar user akan semakin ditekan. 4.2. Saran Adapun saran yang dapat disampaikan yaitu pada penelitian berikutnya dapat dikembangkan dengan membandingkan hasil pengukuran yang ada di lapangan dengan perhitungan berdasarkan standar yang telah ditetapkan oleh 3GPP. DAFTAR PUSTAKA G. E. Yudhanto, G. Hendrantoro, Manajemen Interferensi Femtocell pada LTE- Advanced dengan Menggunakan Metode Autonomous Component Carrier Selection, 2012 Khan, Farooq, LTE for 4G Mobile Broadband. Air Interface Technologies and Performance, Cambridge University Press, United Kingdom, Ch.13, 2009. L. Wardhana, F. A. Bagus, D. Anton, H. Isybel, M. Gita, H. Alfin, 4G Handbook Edisi Bahasa Indonesia, Jakarta, Indonesia: Nulis Buku, 2014. S. Febryanti, G. Hendrantoro, and D. Kuswidiastuti, Analisis Kinerja Metode Power Control untuk Manajemen Interferensi Sistem Komunikasi Uplink LTE- Advanced dengan Femtocell, 2013. 388