BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan

dokumen-dokumen yang mirip
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 66 TAHUN 2001 TENTANG RETRIBUSI DAERAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 66 TAHUN 2001 TENTANG RETRIBUSI DAERAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 1997 TENTANG RETRIBUSI DAERAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 66 TAHUN 2001 TANGGAL 13 SEPTEMBER 2001 TENTANG RETRIBUSI DAERAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 66 TAHUN 2001 TENTANG RETRIBUSI DAERAH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 1997 TENTANG RETRIBUSI DAERAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

I. PENDAHULUAN. Proses desentralisasi pemerintahan yang dilakukan oleh Pemerintah. daerah memberikan konsekuensi terhadap Pemerintah Daerah untuk

NOMOR 34 TAHUN 2000 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 1997 PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. daerah dari sumber-sumber dalam wilayahnya sendiri yang dipungut berdasarkan

1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar 1945 sebagaimana telah diubah dengan Perubahan Kedua Undang-Undang Dasar 1945;

BAB III RETRIBUSI DAERAH. Undang Nomor 28 Tahun 2009 sebagai perubahan Undang-Undang Nomor 34

LEMBARAN DAERAH KOTA SUKABUMI

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam pemerintahan suatu negara, pemerintah mempunyai peran dalam perekonomiannya.

BAB II LANDASAN TEORI. keuangan antara pemerintah pusat dan daerah, pendapatan asli daerah didefinisikan

RETRIBUSI TERMINAL SEBAGAI SALAH SATU SUMBER PENDAPATAN ASLI DAERAH KABUPATEN/KOTA. Oleh. Zainab Ompu Zainah ABSTRAK

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan masyarakat. Semakin besar jumlah penduduk maka semakin. jawab pemerintah dalam mensejahterakan rakyatnya.

BAB 2 LANDASAN TEORI. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan

BAB I PENDAHULUAN. yang dibutuhkan oleh daerah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat daerah.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pendapatan Asli Daerah (PAD) adalah pendapatan yang bersumber dan dipungut

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BULUNGAN,

DATA ISIAN SIPD TAHUN 2017 BPPKAD KABUPATEN BANJARNEGARA PERIODE 1 JANUARI SAMPAI DENGAN 8 JUNI 2017

II. TINJAUAN PUSTAKA. pusat dan daerah, bahwa pembangunan daerah sebagai bagian integral dari

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 66 TAHUN 2001 TENTANG RETRIBUSI DAERAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. roda pemerintahan. Oleh karena itu tiap-tiap daerah harus mengupayakan agar

manajemen sebagai suatu seni (suatu art) dan sebagi suatu ilmu. 3

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TEGAL

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. roda pemerintahan. Oleh karena itu tiap-tiap daerah harus mengupayakan agar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. meningkatkan dan memeratakan kesejahteraan masyarakat. Retribusi

BAB II PENGATURAN RETRIBUSI PENGGANTIAN BIAYA CETAK DOKUMEN KEPENDUDUKAN DAN CATATAN SIPIL DI KABUPATEN SERDANG BEDAGAI

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 34 TAHUN 2011 TENTANG INSENTIF PEMUNGUTAN RETRIBUSI DAERAH

Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Peranan yang diberikan yaitu dalam bentuk sarana dan prasarana baik itu yang berupa sarana

Subbag Hukum BPK Perwakilan Provinsi Sumatera Selatan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERATURAN BUPATI ACEH TIMUR NOMOR 06 TAHUN 2011 TENTANG

Lab. Politik dan Tata Pemerintahan, Fakultas Ilmu Administrasi, Universitas Brawijaya

penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan pembangunan dan pembinaan sosial

BUPATI PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG BAGI HASIL PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH UNTUK DESA

II. TINJAUAN PUSTAKA. administrasi dan fungsi Pemerintah di daerah yang dilaksanakan oleh

Ketentuan Formal Retribusi Daerah MATA KULIAH PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH FAKULTAS ILMU ADMINISTRASI UNIVERSITAS INDONESIA

PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri. Pembangunan di suatu daerah dimaksudkan untuk membangun masyarakat

PERATURAN DAERAH PEMERINTAH KOTA BONTANG NOMOR 1 TAHUN 2001 TENTANG PENETAPAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH KOTA BONTANG TAHUN ANGGARAN 2001

PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN ANGKUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MAGELANG,

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi yang dibarengi dengan pelaksanaan otonomi daerah

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI JASA UMUM

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2015 NOMOR 3 SERI E

4. Undang-Undang Nomor 19 Tahun 1997 tentang Penagihan Pajak dengan Surat Paksa (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 42, Tambahan

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG RETRIBUSI DAERAH

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM 84 TAHUN 1999 T E N T A N G PENYELENGGARAAN ANGKUTAN ORANG DI JALAN DENGAN KENDARAAN UMUM

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II PENENTUAN TARIF LAYANAN JASA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

LEMBARAN DAERAH KOTA LUBUKLINGGAU. Nomor 10 Tahun 2003 Seri C PERATURAN DAERAH KOTA LUBUKLINGGAU NOMOR 45 TAHUN 2003 TENTANG

PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG RETRIBUSI PERIZINAN DI BIDANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN DI KOTA TASIKMALAYA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MURUNG RAYA NOMOR 16 TAHUN 2004 TENTANG

PEMERINTAH KOTA BATU

Hubungan Keuangan antara Pemerintah Daerah-Pusat. Marlan Hutahaean

PEMERINTAH KABUPATEN PEKALONGAN

PAJAK NEGARA DAN PAJAK DAERAH

BUPATI DHARMASRAYA PERATURAN DAERAH KABUPATEN DHARMASRAYA NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN

BUPATI DHARMASRAYA PERATURAN DAERAH KABUPATEN DHARMASRAYA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI PEMAKAIAN KEKAYAAN DAERAH

PEMUNGUTAN PAJAK PARKIR DAN RETRIBUSI PARKIR OLEH PEMERINTAH DAERAH

WALIKOTA TEGAL KEPUTUSAN WALIKOTA TEGAL NOMOR / 164 / 2011 TENTANG PENETAPAN PROGRAM LEGISLASI DAERAH PEMERINTAH KOTA TEGAL TAHUN 2012

BUPATI TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI TANAH BUMBU NOMOR 19 TAHUN 2016 TENTANG MEKANISAME PERFORASI

PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR : 3 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN ANGKUTAN ORANG DI JALAN DENGAN KENDARAAN BERMOTOR UMUM

WALIKOTA MADIUN PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 29 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI IZIN TRAYEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MADIUN,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERATURAN DAERAH KOTA BONTANG NOMOR 3 TAHUN 2005 TENTANG PENYELENGGARAAN ANGKUTAN ORANG DI JALAN DENGAN KENDARAAN UNTUK UMUM

PENGARUH PAJAK PARKIR DAN RETRIBUSI PARKIR TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH KOTA TASIKMALAYA SKRIPSI

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 14 TAHUN 2009 TENTANG PELAYANAN PERIZINAN PENYELENGGARAAN ANGKUTAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

II. TINJAUAN PUSTAKA. kemampuan menggali sumber-sumber daya yang ada di setiap daerah untuk

PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI PAJAK. Nur ain Isqodrin, SE., Ak., M.Acc Isqodrin.wordpress.com

W A L I K O T A B A N J A R M A S I N

BAB II TINJAUAN TENTANG PEMERINTAH DAERAH DAN PENDAPATAN ASLI DAERAH

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TEGAL

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut M. Suparmoko (2001: 18) otonomi daerah adalah kewenangan daerah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP), pengertian belanja modal

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

WALIKOTA TEGAL PERATURAN WALIKOTA TEGAL NOMOR 385.TAHUN 2012 TENTANG

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS

PENGANTAR PERPAJAKAN. Amanita Novi Yushita, M.Si

WALIKOTA PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN

BUPATI ROKAN HILIR PERATURAN DAERAH ROKAN HILIR NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG IZIN PENYELENGGARAAN ANGKUTAN UMUM DI JALAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. didalamnya segala bentuk kekayaan yang berhubungan dengan hak-hak dan

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BOGOR

BUPATI POLEWALI MANDAR

PEMERINTAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 3 TAHUN 2007

BUPATI BONE PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BONE NOMOR 4 TAHUN TENTANG

BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 20 TAHUN 2016 PENJABARAN PERUBAHAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH

hukum atau badan-badan lainnya yang mempekerjakan Tenaga Kerja Asing dengan membeyar upah atau imbalan dalam bentuk lain, angka 31 berisi Izin

PROVINSI JAWA TENGAH

BUPATI SIDOARJO PER.ATURAN BUPATI SIOOARJO NOMOR 16 TAHUN 2009 TENTANG

BAB III KEBIJAKAN UMUM PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. LANDASAN TEORI 1) Pengertian Retribusi Daerah Retribusi Daerah menurut Pasal 1 Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2001 tentang retribusi daerah, adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan / atau diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan. Karakteristik retribusi: a. Retribusi dipungut dengan berdasarkan peraturan-peraturan (yang berlaku umum). b. Dalam retribusi, prestasi yang berupa pembayaran dari warga masyarakat akan mendapatkan jasa timbal balik langsung yang ditujukan pada individu yang membayarnya. c. Uang hasil retribusi digunakan bagi pelayanan umum berkait dengan yang bersangkutan. d. Pelaksanaannya dapat dipaksakan, biasanya bersifat ekonomi. Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2001 tentang Retribusi Daerah. 10

11 Retribusi Daerah di bagi menjadi 3 golongan yaitu : 1) Retribusi Jasa Umum Retribusi Jasa Umum adalah retribusi atas jasa yang disediakan atau diberikan oleh pemerintah daerah untuk tujuan kepentingan dan kemanfaatan umum serta dapat dinikmati oleh orang pribadi atau badan ( Pasal 1 butir (3) Peraturan Pemerintah No. 66 tahun 2001). Obyek Retribusi Jasa Umum adalah pelayanan yang disediakan atau diberikan Pemerintah Daerah untuk tujuan kepentingan dan kemanfaatan umum serta dapat dinikmati oleh orang pribadi atau badan ( Pasal 2 butir (1) Peraturan Pemerintah No. 66 tahun 2001. Subyek Retribusi Jasa Umum adalah orang pribadi atau badanyang menggunakan menikmati pelayanan jasa umum yangbersangkutan ( Pasal 2 butir (3) Peraturan Pemerintah No. 66 tahun 2001). Dalam Pasal 2 butir (2) Peraturan Pemerintah No. 66 tahun 2001 jenis-jenis Retribusi Jasa Umum adalah: a) Retribusi Pelayanan Kesehatan. b) Retribusi Pelayanan Persampahan/Kebersihan. c) Retribusi Penggantian Biaya Cetak Kartu Tanda Penduduk dan Akte Catatan Sipil. d) Retribusi Pelayanan Pemakaman dan Pengabuan Mayat. e) Retribusi Pelayanan Parkir di Tepi Jalan Umum. f) Retribusi Pelayanan Pasar.

12 g) Retribusi Pengujian Kendaraan Bermotor. h) Retribusi Pemeriksaan Alat Pemadam Kebakaran. i) Retribusi Penggantian Biaya Cetak Peta. j) Retribusi Pengujian Kapal Perikanan. 2) Retribusi Jasa Usaha Retribusi Jasa Usaha adalah retribusi atas jasa yang disediakan oleh Pemerintah Daerah dengan menganut prinsip komersial karena pada dasarnya dapat pula disediakan oleh sektor swasta ( Pasal 1 butir (4) Peraturan Pemerintah No. 66 tahun 2001). Obyek Retribusi Jasa Usaha adalah pelayanan yang disediakan oleh Pemerintah Daerah dengan menganut prinsip komersial ( Pasal 3 butir (1) Peraturan Pemerintah No. 66 tahun 2001). Subyek Retribusi Jasa Usaha adalah orang pribadi atau badan yang menggunakan/ menikmati pelayanan jasa usaha yang bersangkutan ( Pasal 3 butir (3) Peraturan Pemerintah No. 66 tahun 2001). Dalam Pasal 3 butir (2) Peraturan Pemerintah No. 66 tahun 2001 jenis-jenis Retribusi Jasa Usaha adalah: a) Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah. b) Retribusi Pasar Grosir dan/atau Pertokoan. c) Retribusi Tempat Pelelangan. d) Retribusi Terminal. e) Retribusi Tempat Khusus Parkir.

13 f) Retribusi Tempat Penginapan/Pesanggrahan /Villa. g) Retribusi Penyedotan Kakus. h) Retribusi Rumah Potong Hewan. i) Retribusi Pelayanan Pelabuhan Kapal. j) Retribusi Tempat Rekreasi dan Olah Raga. k) Retribusi Penyebrangan di Atas Air. l) Retribusi Pengolahan Limbah Cair. m) Retribusi Penjualan Produksi Usaha Daerah. 3) Retribusi Perizinan Tertentu Retribusi Perizinan Tertentu adalah retribusi atas kegiatan tertentu Pemerintah Daerah dalam rangka pemberian izin kepada orang pribadi atau badan yang dimaksudkan untuk pembinaan, pengaturan, pengendalian dan pengawasan atas kegiatan pemanfaatan ruang, penggunaan sumber daya alam, barang, prasarana, sarana, atau fasilitas tertentu guna melindungi kepentingan umum dan menjaga kelestarian lingkungan ( Pasal 1 butir (5) Peraturan Pemerintah No. 66 tahun 2001). Obyek Retribusi Perizinanan Tertentu adalah kegiatan tertentu Pemerintah Daerah dalam rangka pemberian izin kepada orang pribadi atau badan yang dimaksudkan untuk pembinaan, pengaturan, pengendalian dan pengawasan atas kegiatan pemanfaatan ruang, penggunaan sumber daya alam, barang, prasarana, atau fasilitas tertentu

14 guna melindungi kepentingan umum dan menjaga kelestarian lingkungan ( Pasal 4 butir (1) Peraturan Pemerintah No. 66 tahun 2001). Subyek Retribusi Perizinan Tertentu adalah orang pribadi atau badan yang memperoleh izin tertentu dari Pemerintah Daerah ( Pasal 3 butir (3) Peraturan Pemerintah No. 66 tahun 2001). Dalam Pasal 4 butir (2) Peraturan Pemerintah No. 66 tahun 2001 jenis-jenis Retribusi Perizinan Tertentu adalah: a) Retribusi Izin Mendirikan Bangunan. b) Retribusi Izin Tempat Penjualan Minuman Beralkohol. c) Retribusi Izin Gangguan d) Retribusi Izin Trayek. 4) Pengertian Retribusi Perizinan Trayek Retribusi Izin Trayek; Izin trayek adalah pemberian izin kepada orang pribadi atau badan usaha untuk menyediakan pelayanan angkutan penumpang umum pada suatu atau beberapa trayek tertentu. Pemberian izin oleh Pemerintah Daerah dilaksanakan sesuai dengan kewenangan masing-masing daerah. Dasar Hukum Retribusi Perizinan Trayek: a) Undang - undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas Dan Angkutan Jalan ;

15 b) Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1993 tentang Angkutan Jalan ; c) Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 35 Tahun 2003 tentang Penyelenggaraan Angkutan Orang Di Jalan Dengan Kendaraan Umum. d) Peraturan Daerah Kota Surakarta Nomor 9 Tahun 2011 tentang Retribusi Daerah. e) Peraturan Daerah Kota Surakarta Nomor 1 Tahun 2013 tentang Penyelenggaraan Perhubungan. Setiap Badan dan/atau Badan Hukum yang berusaha di bidang angkutan umum untuk mengangkut orang, wajib melengkapi: a) Izin Usaha Angkutan Izin usaha angkutan adalah izin untuk melakukan usaha di bidang angkutan baik yang dilaksanakan dalam trayek maupun tidak dalam trayek, berlaku selama penyelenggara masih melakukan usaha di bidang angkutan. Setiap pemegang izin usaha wajib: Merealisasikan kegiatan usaha dan pengadaan kendaraan paling lambat 6 bulan sejak diterbitkanya izin usaha. Melaporkan kegiatan usaha setiap tahun kepada Pemerintah Daerah.

16 b) Izin Trayek Izin trayek diperuntukkan bagi angkutan dalam trayek. Masa berlaku izin trayek selama 5 tahun dan dapat diperpanjang untuk 5 tahun berikutnya. Penyelenggara usaha angkutan yang telah memperoleh izin trayek harus melaporkan operasional kendaraanya yang tertuang setiap 1 tahun sekali kepada Dinas. Sebagai tindak lanjut dari laporan, Dinas memberikan kartu pengawasan kepada penyelenggara angkutan. Kartu Pengawasan memuat data kendaraan serta rute lintasan tertunjuk untuk tiap tiap kendaraan yang harus dibawa oleh pengemudi pada saat beroperasi diperlihatkan kepada petugas pemeriksaan. Penebitan dan perpanjangan izin Trayek dikenakan tarif retribusi, untuk tarif retibusi izin trayek sudah diatur di dalam peraturan daerah tersendiri. Izin trayek angkutan di terbitkan oleh: Menteri untuk Trayek Antar Kota Antar Provinsi, Atas Rekomendasi Gubernur dan rekomendasi Walikota atau pejabat yang ditunjuk. Gubernur untuk Trayek Antar Kota Dalam Provinsi, atas Rekomendasi Walikota atau pejabat yang ditunjuk.

17 Walikota atau pejabat yang ditunjuk untuk trayek angkutan kota dan angkutan perbatasan c) Izin Operasi Izin Operasi meliputi izin untuk: Angkutan orang dengan menggunakan taksi Angkutan orang dengan tujuan tertentu Angkutan orang untuk kepentingan pariwisata, dan Angkutan orang di kawasan tertentu d) Izin untuk angkutan tidak dalam Trayek Izin untuk angkutan tidak dalam Trayek dikeluarkan: Menteri yang bertanggung jawab dibidang sarana dan prasarana LLAJ untuk angkutan orang yang melayani: Angkutan taksi yang wilayah operasinya melampaui 1 daerah provinsi. Angkutan dengan tujuan tertentu, dan Angkutan pariwisata. Gubernur untuk angkutan taksi yang wilayah operasinya melampaui lebih dari 1 daerah kabupaten dalam satu provinsi, dan Walikota untuk taksi dan angkutan kawasan tertentu yang wilayah operasinya berada dalam wilayah Daerah.

18 e) Izin Insidentil Izin insidentil merupakan izin yang dapat diberikan kepada perusahaan angkutan yang telah memiliki izin trayek untuk menggunakan Kendaraan bermotor menyimpang dari izin Trayek yang dimiliki. Izin insidentil hanya dapat diberikan untuk kepentingan menambah kekurangan angkutan pada waktu keadaan tertentu, serta keadaan darurat tertentu seperti bencana alam dan lain- lain. Izin insidentil hanya diberikan untuk satukali perjalanan pergi pulang dan hanya berlaku paling lama 14 hari serta tidak dapat diperpanjang. Izin insidentil untuk Trayek Antar Kota Dalam Provinsi diterbitkan oleh Kepala dinas Perizinan angkutan dinyatakan gugur dan tidak berlaku apabila: a) Kegiatan usaha tidak dilaksanakan. b) Masa berlaku izin sudah habis dan tidak diperpanjang. c) Dilakukan pencabutan atau pembekuan izin yang disebabkan operasi Kendaraan melanggar ketentuan yang telah di tetapkan, setelah diberi peringatan tertulis sebanyak 3 kali. d) Dikembailkan oleh pemegang izin. Untuk kesinambungan dan peningkatan pelayanan, kelayakan usaha serta menghindarkan kemungkinan terjadinya kecelakaan akibat

19 kondisi Kendaraan yang tidak memenuhi persyaratan teknis dan layak Jalan, Pemerintah Daerah melaksankan: a) Peremajaan Kendaraan Peremajaan dilakukan atas permintaan pemilik kendaraan dan berdasarkan penilaian teknis oleh Dinas. Peremajaan Kendaraan bermotor umum dilakukan dengan memperhatikan jumlah armada Kendaraan pengganti harus sama dengan jumlah Kendaraan yang diremajakan. Peremajaan Kendaraan akan dilaksanakan setelah terjadi: Dilakukan penghapusan/pemusnahan Kendaraan bermotor umum apabila kondisinya sudah tidak memnuhi persyaratan teknis dan layak jalan. Perubahan bentuk dan status Kendaraan bermotor umum dari mobil bus atau mobil penumpang menjadi mobil barang, dan Penghapusan dokumen atau surat surat kendaraan lama. b) Penggantian Kendaraan Pemerintah Daerah melakukan penggantian Kendaraan umum atas permintaan pemilik Kendaraan bermotor umum. Penggantian dilakukan apabila Kendaraan mengalami kecelakaan sehingga tidak memungkinkan lagi

20 dioperasikan atau karena Kendaraan hilang serta terjadi Pengalihan Trayek. Sesuai dengan perkembangan kebutuhan dan penyediaan prasarana LLAJ peremajaan dan penggantian Kendaraan diarahkan pada penggunaan sarana angkutan masal secara bertahap. c) Penghapusan Kendaraan Pemerintah Daerah menetapkan Penghapusan Kendaraan bermotor umum yang sudah tidak memenuhi persyaratan teknis dan layak Jalan atas pertimbangan keselamatan. 5) Pengertian Target dan Realisasi a) Pengertian Target Menurut Fandy Tjiptono (2007:65) Target adalah mengevaluasi daya tarik masing masing segmen dengan menggunakan variable variable yang bisa menguantifikasi kemungkinan permintaan dari setiap segmen, biaya melayani setiap segmen, biaya memproduksi produk dan jasa yang diinginkan pelanggan, dan kesesuaian antara kompetensi inti perusahaan dan peluang pasar. Menurut Ali Hasan (2008:191) Target adalah sebagai kegiatan menentukan pasar sasaran, yaitu tindakan memilih satu atau lebih segmen untuk dilayani.

21 Menurut Kamus besar Bahasa Indonesia (2008: 1404) Target adalah Sasaran atau batas ketentuan yang telah ditetapkan untuk dicapai. b) Pengertian Realisasi Menurut Ali hasan (2008:239) Realisasi adalah tindakan yang nyata atau adanya pergerakan/perubahan dari rencana yang sudah dibuat atau dikerjakan