BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional berakar pada kebudayaan bangsa Indonesia dan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan pada Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik

BAB I PENDAHULUAN. luar pendidikan formal yang teroganisasi, sistematis, dan berjenjang.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian.

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah

2015 PERSEPSI GURU TENTANG PENILAIAN SIKAP PESERTA DIDIK DALAM KURIKULUM 2013 DI SMA NEGERI KOTA BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. Kurikulum merupakan hal penting dalam sistem pendidikan Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional berakar pada kebudayaan bangsa Indonesia dan. berdasarkan pada Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 yang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dalampembangunan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan mempunyai peran yang sangat penting dalam perkembangan dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Peningkatan mutu pendidikan terus dilakukan dalam mewujudkan sumber

MENERAPKAN PENILAIAN AUTENTIK DI MADRASAH ALIYAH KARAWANG

I. PENDAHULUAN. beradaptasi dengan lingkungan dan mengantisipasi berbagai kemungkinan

BAB I PENDAHULUAN. mencapai cita-cita luhur bangsa. Cita-cita luhur bangsa Indonesia telah tercantum

BAB I PENDAHULUAN. Nasional dinyatakan bahwa Pendidikan nasional...bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sistematis untuk mewujudkan suatu proses pembelajaran agar siswa aktif

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan bangsa. Perwujudan dari amanat Undang-Undang Dasar 1945

BAB I PENDAHULUAN. kurikulum yang dikembangkan pada tataran satuan pendidikan. Oleh karena itu,

BAB I PENDAHULUAN. hanya manusia yang berkualitas saja yang mampu hidup di masa depan

I. PENDAHULUAN. berpengaruh dalam kemajuan suatu bangsa. Pendidikan juga awal dari. terbentuknya karakter bangsa. Salah satu karakteristik bangsa yang

BAB I PENDAHULUAN. yang diamanatkan dalam Undang-Undang No. 20 tahun 2003 pasal 3, bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2002 Pasal 9. tentang Perlindungan Anak mmenyatakan bahwa setiap anak berhak

NUR ENDAH APRILIYANI,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pembelajaran, antara lain adalah powerpoint dan internet. Kemajuan teknologi

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan di Sekolah Dasar. Standar Nasional Pendidikan berfungsi sebagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kehidupan dalam era global menuntut berbagai perubahan pendidikan yang

BAB I PENDAHULUAN. dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara (UU SISDIKNAS 2003, 2006).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk menumbuh

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang demokratis serta bertanggung jawab. Dalam usaha pencapaian tujuan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan bagi kehidupan manusia di era global seperti saat ini menjadi

2015 PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI TERHADAP KREATIVITAS SISWA

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pembelajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan

I. PENDAHULUAN. kehidupan lainnya seperti keluarga, sosial kemasyarakatan, pemerintahan,

I. PENDAHULUAN. sepanjang hayat (long life education). Hal ini sesuai dengan prinsip

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Oleh karena itu, pendidikan menuntut orang-orang yang terlibat di. pengetahuan dan teknologi yang berkembang saat ini.

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi, politik, budaya, sosial dan pendidikan. Kondisi seperti ini menuntut

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. diperbincangkan, baik dari kalangan praktisi pendidikan, politisi, masyarakat

I. PENDAHULUAN. individu. Pendidikan merupakan investasi bagi pembangunan sumber daya. aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. suatu upaya melalui pendidikan. Pendidikan adalah kompleks perbuatan yang

BAB I PENDAHULUAN. potensi dirinya melalui proses pembelajaran ataupun dengan cara lain yang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Permendikbud Nomor 103 Tahun 2014 tentang Pembelajaran pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berbagai pihak dan pendekatan. Upaya-upaya tersebut dilandasi suatu kesadaran

PENTINGNYA PENDIDIKAN KARAKTER DI PERGURUAN TINGGI: KAJIAN TEORITIS PRAKTIS

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat mengembangkan semua aspek dan potensi peserta didik sebaikbaiknya

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan pilar utama bagi kemajuan bangsa dan negara.

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan. Indonesia sebagai suatu bangsa yang sedang giat-giatnya

I. PENDAHULUAN. seharusnya dicapai melalui proses pendidikan dan latihan. mendidik, melatih dan mengembangkan kemampuan peserta didik guna

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran untuk menambah wawasan di suatu bidang. Kompetensi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap manusia memerlukan berbagai macam pengetahuan dan nilai. Terkait

BAB 1 PENAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Tujuan pendidikan nasional yang tercantum dalam Undang- Undang Sistem Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Bab I pendahuluan ini akan dijelaskan mengenai : (A) latar belakang, (B)

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah pusat kepada pemerintah daerah. Pemerintah kabupaten dan kota di

BAB I PENDAHULUAN. Press,Yogayakarta, 2003, hlm. 9. Grafindo Persada, Jakarta, 2011, hlm.8-9.

BAB I PENDAHULUAN. Krisis Multidimensional, (Jakarta: PT Bumi Aksara.2011), Hlm. 14.

BAB 1 P E N D A H U L U A N

STANDAR PENILAIAN PENDIDIKAN BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. didik untuk menciptakan suasana belajar dan proses pembelajaran peserta didik secara aktif

BAB I PENDAHULUAN. untuk memimpin jasmani dan rohani ke arah kedewasaan. Dalam artian,

NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan menjadi sebuah harapan, keinginan, tuntutan dan pandangan bersama. untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh pendidikan yang seluas-luasnya. Pendidikan dapat dimaknai sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Pembinaan moral bagi siswa sangat penting untuk menunjang kreativitas. siswa dalam mengemban pendidikan di sekolah dan menumbuhkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Imas Alamiah, 2013

Newsletter is a medium of exchange of information from the school to parents. Please contact us at: Phone:

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. informasi yang dibutuhkan dalam belajar. Jika sebelumnya pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. Menurut UU No.20 tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional menyatakan. bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2005), hlm

BAB I PENDAHULUAN. pertama dan utama adalah pendidikan. Pendidikan merupakan pondasi yang

I. PENDAHULUAN. positif dan negatif pada suatu negara. Orang-orang dari berbagai negara

BAB I PENDAHULUAN. melalui berbagai upaya yang berlangsung dalam lingkungan keluarga, sekolah dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kurikulum dan pembelajaran merupakan dua hal yang tidak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan sistem yang harus dijalankan secara terpadu dengan

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif

BAB 1 PENDAHULUAN. Pendidikan yang menyatakan bahwa :

commit to user BAB I PENDAHULUAN

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan secara historis telah menjadi landasan moral dan etik dalam

BAB I PENDAHULUAN. tentang Sistem Pendidikan Nasional yang menyebutkan bahwa: kecerdasan peserta didik semata, tetapi juga untuk mengembangkan semua

BAB I PENDAHULUAN. dengan peserta didik dalam situasi intruksional edukatif. Melalui proses belajar

BAB I PENDAHULUAN. keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta

BAB I PENDAHULUAN. sikap, perilaku, intelektual serta karakter manusia. Menurut Undang-Undang

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 66 TAHUN 2013 TENTANG STANDAR PENILAIAN PENDIDIKAN

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah salah satu kebutuhan yang penting bagi setiap bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Pasal 31 ayat 2 Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. dan masa kini. Sebagai implikasinya terkandung makna link and match yang

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, bangsa, dan negara. Pasal 4 menjelaskan pula bahwa. warga negara yang demokratis serta bertanggungjawab dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN. kearah suatu tujuan yang dicita-citakan dan diharapkan perubahan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kemajuan suatu negara ditentukan oleh Sumber Daya Manusia (SDM)

I. PENDAHULUAN. meningkatkan mutu pendidikan antara lain dengan perbaikan mutu belajarmengajar

BAB I PENDAHULUAN. bidang kehidupan salah satunya adalah bidang pendidikan. proses pembelajaran agar siswa secara aktif

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan Nasional berakar pada kebudayaan bangsa Indonesia dan berdasarkan pada Pancasila dan Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Undang- undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 mengamanatkan upaya untuk mencerdaskan kehidupan bangsa yang bertujuan melaksanakan sistem nasional dan mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Dalam mewujudkan Pendidikan Nasional, diterbitkannya Undang-undang Nasional Sistem Pendidikan Nasional No. 20 tahun 2003 yang berdasarkan pendidikan nasional, yaitu berkembangnya potensi didik agar menjadi manusia beriman dan bertqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Sistem Pendidikan Nasional mengamanahkan agar pendidikan tidak hanya memberi kesempatan untuk membentuk insan Indonesia yang cerdas semata, tetapi juga berkepribadian atau berkarakter, sehingga nantinya akan lahir generasi bangsa yang tumbuh berkembang dengan karakter yang bernafas nilai-nilai luhur bangsa serta agama. Tujuan yang terkandung dalam Bab I Undang-undang Sisdiknas tahun 2003 agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensinya yaitu kekuatan spritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia dan keterampilan. Secara hakiki empat komponen yang disebutkan pertama dari enam

2 potensi peserta didik dalam Undang-undang tersebut merupakan pengembangan karakter. Pendidikan karakter sangat penting dan diperlukan dalam kehidupan sebagai individu, masyarakat, bangsa, dan negara. Pendidikan karakter didasarkan pada keyakinan bahwa pengembangan etika, sosial dan emosional peserta didik sama pentingnya dengan prestasi akademik. Banyak penelitian telah membuktikan dampak positif pendidikan karakter terhadap keberhasilan akademik. Dalam bulletin hasil studi Marvin Berkowitz dari University of Missouri St. Louis (2005) diungkapkan bahwa terdapat peningkatan motivasi siswa sekolah dalam meraih prestasi akademik pada sekolah-sekolah yang menerapkan pendidikan karakter. Kelas-kelas yang secara komprehensif terlibat dalam pendidikan karakter menunjukkan adanya penurunan drastis pada perilaku negatif siswa yang dapat menghambat keberhasilan akademik. Kurikulum dapat dipandang sebagai suatu rancangan pendidikan. Sebagai suatu rancangan pendidikan, kurikulum menentukan pelaksanaan dan hasil pendidikan. Majid (2014:51), menyatakan bahwa ada tiga sifat penting pendidikan yang harus diperhatikan pada waktu akan mengembangkan kurikulum, Pertama, pendidikan mengandung nilai dan memberikan pertimbangan nilai. Hal ini diartikan bahwa pendidikan diarahkan pada pengembangan pribadi anak agar sesuai dengan nilai-nilai yang ada dan diharapkan oleh masyarakat. Proses pendidikan harus bersifat membina dan mengembangkan nilai. Kedua, pendidikan diarahkan pada kehidupan masyarakat. Hal ini diartikan bahwa pendidikan menyiapkan anak untuk kehidupan dalam masyarakat. Anak perlu mengenal dan memahami apa saja yang

3 dan di dalam masyarakat. Memiliki kecakapan-kecakapan untuk dapat berpartisipasi dalam masyarakat. Ketiga, pelaksanan pendidikan dipengaruhi dan didukung oleh lingkungan masyarakat tempat pendidikan itu berlangsung. Dalam rangka menerapkan pendidikan yang bermutu, pemerintah telah menetapkan kurikulum 2013 untuk diterapkan pada sekolah/madrasah. Penerapan kurikulum ini tentu dilakukan secara bertahap. Ada banyak komponen yang melekat pada kurikulum 2013 ini. Hal ini yang paling menonjol adalah pendekatan dan strategi pembelajaran. Terbitnya kurikulum untuk semua satuan pendidikan dasar dan menengah, merupakan salah satu langkah sentral dan strategi karangka penguatan karakter menuju bangsa Indonesia yang meladani. Kurikulum 2013 dikembangkan secara komprehensif, integratif, dinamis, akomodatif, dan antisipatif terhadap berbagai tantangan-tantangan pada masa mendatang. Kurikulum 2013 didesain berdasarkan pada budaya dan karakter bangsa, berbasis peradaban dan berbasis kompetensi. Pemberlakuan Kurikulum 2013 di Indonesia tidaklah semudah membalik telapak tangan. Dengan kata lain pemberlakuan kurikulum ini akan mendapatkan berbagai tantangan. Hal ini disebabkan oleh kenyataan bahwa pemberlakuan kurikulum akan sangat berhubungan dengan berbagai aspek dalam sistem pendidikan baik aspek instrumental, prosses dan environmental input. Dalam kaitannya dengan instumental input, pemberlakuan minimal berhubungan dengan guru sebagai ujung tombak pelaksanaan kurikulum di lapangan dan bahan ajar sebagai sumber belajar. Ditinjau dari segi environmental input pemberlakuan kurikulum akan sangat berhubungan dengan sarana dan prasarana pembelajaran

4 termasuk perangkat TIK didalamnya. Tantangan lainnya dalam proses pembelajaran adalah baik dalam konteks waktu pelaksanaan pembelajaran, proses pembelajaran dan penilaian pembelajaran. Pengembangan kurikulum 2013 merupakan strategi meningkatkan capaian pendidikan yang dikembangkan atas dasar teori Pendidikan berdasarkan standar ( standard based education ) dan teori teori kurikulum berbasis kompetensi. Pendidikan berdasarkan standar adalah pendidikan yang menerapkan standar kualitas nasional sebagai ketetapan kualitas minimal sebagai warga negara untuk suatu jenjang pendidikan. Standar kualitas nasional dinyatakan sebagai Standar Kompetensi Lulusan yang mencakup ranah sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Kurikulum berbasis kompetensi juga dirancang untuk mengembangkan ranah sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang diperlukan untuk membangun kemampuan yang dirumuskan Standar Kompetensi Lulusan. Kemendikbud (2012:4) menyatakan Elemen perubahan kurikulum pada Kurikulum 2013 meliputi : 1) standar kompetensi lulusan ; 2) standar proses; 3) standar isi; dan 4) standar penilaian. Standar Kompetensi Lulusan dan Standar Isi merupakan kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan peserta didik yang harus dipenuhinya atau dicapainya dari suatu satuan pendidikan pada jenjang pendidikan dasar dan menengah kriteria mengenai Standar Proses adalah kriteria mengenai pelaksanaan pembelajaran pada suatu pendidikan untuk mencapai Standar Kompetensi Lulusan. Standar Proses dikembangkan mengacu pada Standar Kompetensi Lulisan dan Standar Isi dan

5 Standar Penilaian adalah kriteria mengenai mekanisme, prosedur, dan instrumen penilaian hasil belajar peserta didik. Implementasi kurikulum 2013 merupakan kurikulum dalam pembelajaran dan pembentukan kompetensi serta karakter peserta didik. Hal tersebut menuntut keefektifan guru dalam menciptakan dan menumbuhkan berbagai kegiatan sesuai dengan rencana yang telah diprogramkan. Saylor (1981) dalam Mulyasa (2013:99) mengatakan bahwa Instruction is thus the implementation of curriculum plan, usually, but not necessarily, involving teacing in the sense of student, teacher interaction in an educational setting. Dalam hal yang dimaksud di atas bahwa guru harus dapat mengambil keputusan atas dasar penilaian yang tepat ketika peserta didik belum dapat membentuk kompetensi dasar, apakah kegiatan pembelajaran dihentikan, diubah metodenya, atau mengulang dulu pembelajarn yang lalu. Seorang guru dituntut harus menguasai prinsip-prinsip pembelajaran, pemilihan dan penggunaan media pembelajaran, pemilihan dan penggunaan metode pembelajaran, keterampilan menilai hasil-hasil belajar peserta didik, serta memilih dan menggunakan strategi dan pendekatan pembelajaran. Kompetensi-kompetensi tersebut merupakan bagian integral bagi seorang guru sebagai tenaga profesionl, yang hanya dapat dikuasai dengan baik melalui pengalaman praktik yang intensif. Dalam mengimplementasikan kurikulum, guru sebagai ujung tombak serta garda terdepan dalam pelaksanaan kurikulum. Oleh karena itu betapa pentingnya kesiapan guru dalam mengimplementasikan kurikulum itu selain kompetensi, komitmen, dan tanggung jawabnya serta kesejahteraannya yang harus terjaga.

6 Kompetensi guru bukan saja menguasai apa yang harus dibelajarkan (content) tapi bagaimana membelajarkan siswa yang menantang, menyenangkan, memotivasi, menginspirasi dan memberi ruang kepada siswa untuk melakukan keterampilan proses yaitu mengobservasi, bertanya, mencari tahu, merefleksi. Guru berhadapan langsung dengan peserta didik di kelas melalui proses belajar mengajar. Di tangan gurulah akan dihasilkan peserta didik yang berkualitas, cukup secara akademis, skill, kematangan emosional, dan moral secara spiritual, sehingga akan dihasilkan generasi masa depan yang siap dengan tantangan zamannya. Oleh karena itu diperlukan sosok guru yang mempunyai kualifikasi, kompetensi, dan dedikasi yang tinggi dalam menjalankan tugas profesionalnya. Penilaian merupakan serangkaian kegiatan yang sistematis dan berkesinambungan untuk memeroleh data dan informasi tentang proses dan hasil belajar peserta didik. Penilaian juga digunakan untuk mengumpulkan data dan informasi tentang kekuatan dan kelemahan dalam proses pembelajaran sehingga dapat dijadikan dasar untuk pengambilan keputusan dan perbaikan proses pembelajaran. Standar Penilaian kurikulum 2013 bertujuan untuk menjamin perencanaan penilaian peserta didik sesuai dengan kompetensi yang akan dicapai dan berdasarkan prinsip-prinsip penilaian, pelaksanaan penilaian peserta didik secara profesional, terbuka, edukatif, efektif, efisien, dan sesuai dengan konteks sosial budaya; dan pelaporan hasil penilaian peserta didik secara objektif, akuntabel, dan informatif.

7 Saat ini kita sebagai fasilitator atau pendidik banyak di harap untuk bisa melakukan pola pendidikan dan pengajaran dengan mengedepankan high order thingkin skill (HOTS), yaitu suatu pola pembelajaran yang mengharuskan fasilitator atau pendidik untuk bisa menciptakan pola interaksi belajar-mengajar yeng menuntut peserta didik melakukan pola berfikir tingkat tinggi. Tidak hanya sekedar pada tahap hafalan atau pemahaman, tapi lebih jauh dari itu yaitu berfikir analisis, sintesis, atau bahkan lebih tinggi dari itu. Namun kenyataan di lapangan, masih banyak pendidik di sekolah/madrasah yang belum melakukan penilaian sesuai dengan kondisi nyata dan standar penilaian. Oleh karena itu untuk memperkuat sistem penilaian dalam pembelajaran perlu adanya literatur sebagai pedoman yang senantiasa dapat digunakan oleh setiap orang yang berperan dalam penilaian. Penilaian otentik ini sangat urgen keberadaannya dalam rangka meningkatkan kompetensi penilaian bagi pendidik dalam pembelajaran di kelas. Penyusunan perencanaan, pelaksanaan proses, dan penilaian merupakan rangkaian program pendidikan yang utuh, dan merupakan satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan satu dengan yang lainnya. Untuk itu, perlu ada model penilaian otentik yang dapat dijadikan sebagai salah satu acuan atau referensi oleh pendidik dan penyelenggaranya di jenjang sekolah/madrasah. Pendidik merasa kebingungan dalam proses penilaian yang dapat memberikan gambaran yang utuh mengenai sikap, keterampilan, dan pengetahuan peserta didik dikaitkan dengan kehidupan nyata mereka di luar sekolah atau masyarakat dan juga serta bagaimana format penilaiannya. Penilaian

8 autentik sesuai ketentuan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 tahun 2006 tentang penilaian otentik (authentic asessment) dan Permendikbud Nomor 66 Tahun 2013 tentang Standar Penilaian Pendidikan. Penilaian otentik memiliki relevansi kuat terhadap pendekatan ilmiah dalam pembelajaran sesuai dengan tuntutan Kurikulum 2013. Kunandar (2013:36) mengemukakan bahwa kurikulum 2013 mempertegas adanya pergeseran dalam melakukan penilaian, yakni dari penilaian melalui tes (berdasarkan hasil saja), menuju penilaian otentik (mengukur sikap, keterampilan, dan pengetahuan berdasarkan proses dan hasil). Penilaian ini mampu menggambarkan peningkatan hasil belajar peserta didik, baik dalam rangka mengobservasi, menalar, mencoba, dan membangun jejaring. Penilaian otentik dilakukan oleh guru dalam bentuk penilaian kelas melalui penilaian kinerja, portofolio, produk, projek, tertulis, dan penilaian diri. Berdasarkan observasi awal yang telah dilakukan peneliti di empat (4) Sekolah Dasar Negeri Kecamatan Tebing Tinggi Kota bahwa ada beberapa hal yang penting untuk diperhatikan. Pertama melihat bagaimana kesiapan guru kelas dalam mengimplementasi penilaian otentik pada kompetensi sikap dalam proses penilaian yang dulunya kurikulum KTSP dan melanjutkan pelaksanaan kurikulum 2013. Hal ini perlu ada perubahan mindset dari metodologi pembelajaran pola lama menuju pada metodologi pembelajaran pola baru sesuai dengan yang diterapkan pada kurikulum 2013. Kedua, infrastuktur kurikulum belum tersedia sepenuhnya, Ketiga, melihat bagaimana peran pemerintah terhadap pelaksanaan kurikulum 2013.

9 Kurikulum yang secara serentak diberlakukan mulai tahun ajaran 2014/2015 di semua jenjang sekolah, mulai dasar hingga menengah ini dinilai terlalu dipaksakan dalam penerapannya. Masalah yang timbul adalah minimnya kesiapan guru dalam melaksanakan kurikulum 2013, banyak guru yang sebagian besar belum mendapatkan pelatihan dan sosialisasi tentang penilaian kurikulum 2013 ini. Kemudian ada beberapa guru yang sudah mengikuti pelatihan 2013 yang hanya dilaksanakan seminggu, mereka juga mengeluh dan merasa belum cukup mendapatkan materi kurikulum 2013 seutuhnya meski yakin bisa mengajarkan materi pelajaran sebagaimana mengajar pada saat kurikulum sebelumnya. Hal ini berdampak terhadap kualitas belajar mengajar di sekolah dikhawatirkan semakin rendah, karena guru belum menguasai materi tentang penilaian kurikulum 2013. Tidak hanya itu, guru juga mengeluhkan metode penilaian siswa yang dianggap memberatkan dimana dalam proses penilaiannya guru harus menarasikannya untuk setiap siswa. Hal ini bermasalah terutama bagi guru yang mengelola murid dalam kelas besar dan juga bagi guru yang tidak menguasai TIK. Selanjutnya kesulitan yang lain adalah nengubah pola pikir siswa dalam mengikuti pelajaran yang harus terintegratif dan menimbulkan kesulitan tersendiri pada guru dalam penerapan pembelajaran kurikulum 2013. 1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas, dapat diidentifikasi beberapa permasalahan, sebagai berikut : 1. Penilaian sebagai beban terutama dalam hal melakukan teknik dan prosedur, pengolahan dan pelaporan hasil penilaian

10 2. Pendidik mengharapkan penilaian hasil belajar dalam Kurikulum 2013 sederhana dan mudah dilaksanakan 3. Melihat bagaimana kesiapan guru kelas dalam mengimplementasi penilaian otentik pada kompetensi sikap dalam proses penilaian yang dulunya kurikulum KTSP dan melanjutkan pelaksanaan kurikulum 2013. 4. Perlu ada perubahan mindset dari metodologi pembelajaran pola lama menuju pada metodologi pembelajaran pola baru sesuai dengan yang diterapkan pada kurikulum 2013 1.3. Pembatasan Masalah Sesuai dengan latar belakang masalah dan identifikasi masalah di atas, maka perlu adanya pembatasan masalah agar lebih fokus. Peneliti hanya meneliti tentang penilaian otentik pada kompetensi sikap religius dan kompetensi sikap sosial yang menjadi permasalahan bagi pendidik, aplikasi penilaian tersebut selalu mengalami perubahan setiap tahunnya. 1.4 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Bagaimana kesiapan guru kelas dalam mengimplementasikan penilaian otentik pada kompetensi ranah sikap dengan teknik observasi di Sekolah Dasar Kecamatan Tebing Tinggi Kota? 2. Bagaimana kesiapan guru kelas dalam mengimplementasikan penilaian otentik pada kompetensi ranah sikap dengan teknik penilaian diri sendiri di Sekolah Dasar Kecamatan Tebing Tinggi Kota?

11 3. Bagaimana kesiapan guru kelas dalam mengimplementasikan penilaian otentik pada kompetensi ranah sikap dengan teknik penilaian antar teman di Sekolah Dasar Kecamatan Tebing Tinggi Kota? 4. Bagaimana kesiapan guru kelas dalam mengimplementasikan penilaian otentik pada kompetensi ranah sikap dengan teknik jurnal di Sekolah Dasar Kecamatan Tebing Tinggi Kota? 1.4 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Untuk memperoleh gambaran factual mengenai kesiapan guru kelas dalam mengimplementasi penilaian otentik pada kompetensi ranah sikap dengan teknik penilaian observasi di Sekolah Dasar Kecamatan Tebing Tinggi Kota. 2. Untuk memperoleh gambaran faktual mengenai kesiapan guru kelas dalam mengimplementasi penilaian otentik pada kompetensi ranah sikap dengan teknik penilaian diri sendiri di Sekolah Dasar KecamatanTebing Tinggi Kota. 3. Untuk memperoleh gambaran faktual mengenai kesiapan guru kelas dalam mengimplementasi penilaian otentik pada kompetensi ranah sikap dengan teknik penilaian antar teman di Sekolah Dasar Kecamatan Tebing Tinggi Kota. 4.Untuk memperoleh gambaran faktual mengenai kesiapan guru kelas dalam mengimplementasi penilaian jurnal pada kompetensi ranah sikap dengan teknik penilaian antar teman di Sekolah Dasar Kecamatan Tebing Tinggi Kota.

12 1.5 Manfaat Penelitian Adapun manfaat yang ingin diperoleh melalui penelitian ini sebagai berikut : 1. Manfaat Teoritis Hasil penelitian dapat dijadikan sumber bahan yang penting di bidang ilmu pendidikan khususnya penilaian otentik pada ranah sikap dan dapat memberikan sumbangan berupa konsep-konsep, sebagai upaya pengembangan ilmu pengetahuan penilaian otentik pada ranah sikap. 2. Manfaat Praktis a. Bagi Dinas Pendidikan Memberikan informasi mengenai kesesuaian kompetensi guru dan kesiapan guru kelas dalam mengimplementasikan penilaian otentik pada kompetensi sikap. informasi tersebut diharapkan dapat dijadikan bahan pertimbangan untuk menentukan dan menetapkan kebijakan pemerintah sesuai dengan kondisi daerah setempat. b. Bagi Guru Memberikan acuan untuk meningkatkan kemampuan profesional guru da dalam proses pembelajaran dan kompetensi guru sesuai dengan tuntutan kurikulum 2013 dan untuk meudahkan guru dalam mengimplementasikan penilaian otentik pada kompetensi sikap. c. Bagi Peneliti Memberikan informasi dan pengetahuan tentang kesiapan guru dan kesesuaian guru disuatu daerah terhadap tuntutan krikulum 2013