BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rajin pangkal pandai, itulah pepatah yang sering kita dengarkan dahulu sewaktu kita masih duduk di bangku Sekolah Dasar, agar kita mempunyai semangat untuk belajar, meraih prestasi guna mencapai cita-cita kita di masa yang akan datang. Dengan prestasi mungkin saja seseorang akan dikenang sepanjang masa, sejarah akan menulis dikemudian hari. Di sekolahsekolah prestasi belajar merupakan hasil dari proses pembelajaran, baik mata pelajaran umum maupun mata pelajaran khusus. Prestasi belajar PAI adalah hasil belajar mata pelajaran PAI di sekolah yang pada umumnya prestasi tersebut ditunjukkan dengan nilai-nilai pada rapot siswa yang menggambarkan hasil yang telah dicapai setiap semester. Nilai rapot siswa pada mata pelajaran PAI berkisar antara tujuh sampai Sembilan yang mana berkembang anggapan secara umum bahwa anak yang pintar yang bernilai tinggi yang membuat banyak orang tua dan juga siswa sangat senang dengan nilai yang tinggi begitu pula dengan para guru. Tidak sedikit upaya dilakukan demi meningkatkan prestasi belajar siswa dari mulai memotivasi siswa sampai penyediaan sarana atau media pembelajaran yang menarik serta peningkatan kompetensi guru melalui pelatihan-pelatihan yang diselenggarakan oleh pemerintah, supaya guru dapat memilih serta menerapkan metode maupun strategi belajar yang tepat. 1
2 Dengan semangat memperoleh prestasi belajar atau nilai yang tinggi kadangkala membuat siswa melupakan kejujuran yang seharusnya nilai kejujuran tersebut menjiwai dalam setiap aktivitas siswa karena kejujuran merupakan indikator dari akhlak yang terdapat dalam program PAI. Zaman sekarang media informasi sangat mudah di dapat, menjadi tantangan yang berat bagi dunia pendidikan dalam mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas, baik secara keilmuan (akademis) maupun secara sikap mental. Karena dengan kemajuan teknologi yang semakin canggih ini siapapun dapat melihat, mendengar, mengetahui apapun yang ia mau tanpa batas, sehingga tidak dapat dipungkiri lagi adanya dampak yang negatif yang merajalela seolah virus yang sedang tersebar diudara. Banyak anak-anak usia sekolah dasar yang jatuh menjadi korban pelecehan seksual, hamil di luar nikah dan juga nikah di usia dini, tidak hanya itu bahkan banyak bayi-bayi yang dibuang, terlantarnya anak karena perceraian orang tuanya yang membuat kita sedih melihatnya. Bangsa ini tidak akan maju sementara generasi mudanya sudah dirusak. Di tangan para gurulah ada sedikit harapan di tengah kerusakan yang sedang melanda umat ini. Untuk membentuk sikap mental (akhlak) anak yang baik diperlukan guru-guru pendidik mata pelajaran Agama Islam yang unggul, yang tidak hanya professional dalam menyampaikan tugasnya sebagai pengajar atau bahkan pendidik, tetapi juga guru yang memiliki kepribadian yang baik, sikap keagamaan yang teguh dan kejujuran yang kuat supaya dapat menanamkan kepada peserta didiknya nilai-nilai akhlak mulia sejak dini yang
3 akan menjadi dasar sikap mentalnya dewasa kelak. Tidak semata-mata memotivasi siswanya untuk memperoleh nilai yang berupa angka-angka yang tinggi tetapi lebih menekankan dan memotivasi siswanya untuk memiliki akhlak yang tinggi dalam kehidupan sehari-hari. Sebab itu setiap anak terlahir dalam keadaan suci dan tidak mengetahui apapun namun memiliki potensi yang besar, maka siapapun dapat membentuk potensi tersebut menjadi seperti apapun yang dikehendakinya, seperti ayat di bawah ini: 1 Artinya : Dan Allah SWT mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan, dan hati agar kamu bersyukur. 2 Dari ayat di atas jelaslah bahwa anak terlahir dalam keadaan lemah tidak mengetahui sesuatu apapun namun Allah membekalinya dengan potensi yang siap untuk dikembangkan. Ia sangat memerlukan orang lain yang dapat membimbingnya melalui proses pendidikan untuk menjadikannya seseorang yang baik atau berakhlak mulia, sehingga dengan demikian anak tersebut akan dapat melaksanakan kewajibannya kepada Allah SWT, kepada orang tuanya 1 Q.S. An-Nahl [16] : 78 2 Depag RI, Al-Qur an dan Terjemahnya, Jakarta : Balai Pustaka, 2005, h. 462
4 dan akan bermanfaat untuk bangsa dan negaranya, sebagaimana harapan pemerintah yang tertuang dalam tujuan pendidikan Nasional UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang berbunyi : Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat berilmu, cakap kreatif mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. 3 Dan juga harapan pemerintah yang tertuang dalam tujuan Pendidikan Agama Islam yang berbunyi : Tujuan Pendidikan Agama Islam di sekolah-sekolah atau madrasah untuk menumbuhkan dan meningkatkan keimanan melalui pemberian dan pemupukan pengetahuan, penghayatan, pengamalan peserta didik tentang Agama Islam sehingga menjadi manusia muslim yang terus berkembang dalam hal keimanan, dan ketakwaannya berbangsa dan bernegara, serta untuk dapat melanjutkan pada jenjang yang lebih tinggi. 4 Demi mewujudkan harapan ini diperlukan kerjasama dari berbagai pihak, lingkungan lembaga pendidikan, baik lingkungan formal (sekolah), lingkungan informal (keluarga), maupun lingkungan non formal (masyarakat). Sehingga akan diperoleh hasil yang maksimal khususnya moral/akhlak anak bangsa dalam Pendidikan Agama Islam. Sebab itu, Pendidikan Agama Islam di lingkungan sekolah sangat penting untuk diperhatikan secara cermat karena memiliki banyak fungsi di antaranya adalah, sebagai fungsi pengembangan yaitu untuk menumbuh- 3 Undang-Undang Sisdiknas RI No. 20 Tahun 2003, BAB II Pasal 3, h. 8 4 Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi, Bandung : Rusda Karya, 2004, h. 135.
5 kembangkan pengetahuan tentang Islam lebih lanjut keimanan dan ketaqwaan dalam diri anak yang sebelumnya telah ditanamkan oleh lingkungan keluarganya, dengan pelatihan-pelatihan di sekolah sesuai dengan tingkat perkembangan fisik maupun psikisnya. 5 Pengembangan Pendidikan Agama Islam juga berfungsi sebagai penanaman nilai, yaitu sebagai pedoman untuk mencari kebahagiaan dunia dan akhirat, juga berfungsi sebagai perbaikan, yaitu memperbaiki kesalahankesalahan, kekurangan-kekurangan maupun kelemahan-kelemahan peserta didik dalam hal keyakinan, pemahaman, dan pengalaman ajaran Islam dalam kehidupan sehari-hari. Bahwa Pendidikan Agama Islam di sekolah-sekolah diharapkan dapat berfungsi sebagai penyesuaian mental bagi anak-anak, sehingga kelak setelah ia mengetahui ajaran Islam secara benar ia akan dapat membawa perubahan atau perbaikan bagi lingkungannya. Akhlak merupakan salah satu pokok ajaran dalam Pendidikan Agama Islam dan memiliki derajat lebih tinggi dibanding dengan ilmu pengetahuan. Akhlak sangatlah penting bagi manusia. Akhlak ini tidak saja dirasakan oleh manusia dalam kehidupan perseorangan, tetapi juga dalam kehidupan berkeluarga dan bermasyarakat, bahkan juga dirasakan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Akhlak sebagai mustika hidup yang membedakan manusia dari hewan. Manusia tanpa akhlak adalah manusia yang telah 5 Ibid., h. 134-135
6 membinatang, sangat berbahaya. Ia akan lebih jahat dan lebih buas dari binatang buas itu sendiri. Kedudukan akhlak dalam kehidupan manusia menempati tempat yang penting sekali, baik sebagai individu maupun sebagai masyarakat dan bangsa. Sebab jatuh-bangun, jaya-hancur, sejahtera sengsara suatu bangsa, tergantung kepada bagaimana akhlak masyarakat dan bangsanya. Apabila akhlaknya baik, akan sejahteralah lahir-batinnya, tetapi apabila akhlaknya buruk, rusaklah lahirnya dan batinnya. 6 Prestasi dan akhlak memiliki integritas yang saling melengkapi dalam membentuk jiwa generasi muda yang ideal. Sebab itu perlu peran penting seorang pendidik atau guru. Sebagaimana kita ketahui bahwa guru agama atau pendidik ialah orang yang memikul tanggung jawab untuk membimbing. Guru tidak sama dengan pengajar, sebab pengajar itu hanya sekedar menyampaikan materi pelajaran kepada murid. Prestasi yang tertinggi yang dapat dicapai oleh seorang pengajar apabila ia berhasil membuat pelajar memahami dan menguasai materi pelajaran yang diajarkan kepadanya. Tetapi seorang pendidik bukan hanya bertanggungjawab menyampaikan materi pengajaran kepada murid saja tetapi juga membentuk kepribadian seorang anak didik bernilai tinggi. 7 Berangkat dari teori diatas, kehancuran di Negara kita memang disebabkan oleh orang-orang yang berakhlak buruk, baik orang tua maupun 6 Zahruddin AR, M. dan Hasanuddin Sinaga, Pengantar Studi Akhlak, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta 2004, h. 2 7 Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta : Kalam Mulia, 1998, h.36.
7 anak remaja. Faktanya, banyak kita jumpai perilaku masyarakat yang tidak mencerminkan akhlak yang mulia. Setiap hari, dari negeri kita tercinta ini muncul berita korupsi, aborsi, seks bebas, penyalahgunaan narkoba, pertengkaran antar sekolah, pencopetan, pembunuhan orang tua oleh anaknya sendiri atau sebaliknya pemerkosaan anak oleh orang tuanya dan tindakantindakan lain yang cenderung merusak dan tentu saja mengarah pada akhlak yang tercela. Semua itu, salah satunya disebabkan oleh derasnya arus westernisasi dan informasi negatif. Sejalan dengan fakta yang diungkapkan di atas, hal negatif atau buruk moral anak bangsa seraya menyebar seperti virus yang sangat membahayakan dan menular. Kejadian tersebut bukan hanya peneliti dengar tetapi juga melihat fakta di sekolah tempat peneliti mengajar. Fakta yang selama ini peneliti temukan bahwa moral siswa jauh mengalami penurunan dibandingkan dengan murid-murid di era tahun 1990 an. Hasil fakta dan dokumentasi dari guru kelas, membuktikan bahwa banyak kejadian di sekolah ini, terhadap tingkah laku siswa yang melakukan pelanggaran-pelanggaran moral seperti mencuri barang koperasi, tertangkap saat menonton video porno, mingisap rokok di tempat umum. 8 Hal ini sangat memprihatinkan dan menunjukkan rentannya siswa di SDN I Pangkalan Satu Kumai terhadap pengaruh negatif dari luar sehingga tidak terbendung lagi. Selain itu, dari hasil observasi peneliti maraknya siswa yang kecanduan video game (play station) yang seakan-akan membius siswa melupakan segalanya. 8 Dokumentasi Catatan Guru Kelas SDN I Pangkalan Satu.
8 Sebab itu, game ini dianggap sebagai salah satu faktor menurunnya prestasi belajar siswa dengan adanya game ini akibatnya bisa mempengaruhi moral (akhlak) siswa, khususnya di SDN I Pangkalan Satu Kumai. Dan untuk melihat permasalahan ini apakah ada keselarasan maka perlu diketahui bagaimana prestasi belajar PAI siswa dan juga bagaimana akhlaknya. Oleh karena itulah penulis tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul PENGARUH PRESTASI BELAJAR PAI TERHADAP AKHLAK SISWA KELAS V SDN I PANGKALAN SATU KECAMATAN KUMAI KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka masalah dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut: 1. Bagaimana prestasi belajar PAI siswa kelas V SDN I Pangkalan Satu Kecamatan Kumai Kabupaten Kotawaringin Barat? 2. Bagaimana akhlak siswa kelas V SDN I Pangkalan satu Kecamatan Kumai Kabupaten Kotawaringin Barat? 3. Bagaimana pengaruh prestasi belajar PAI terhadap akhlak siswa kelas V SDN I Pangkalan Satu Kecamatan Kumai Kabupaten Kotawaringin Barat? C. Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah tersebut di atas maka penelitian ini bertujuan:
9 1. Untuk mendeskripsikan prestasi belajar PAI siswa kelas V SDN I Pangkalan Satu Kecamatan Kumai Kabupaten Kotawaringin Barat. 2. Untuk mendeskripsikan akhlak siswa kelas V SDN I Pangkalan Satu Kecamatan Kumai Kabupaten Kotawaringin Barat. 3. Untuk mengetahui pengaruh prestasi belajar PAI terhadap akhlak siswa kelas V SDN I Pangkalan Satu Kecamatan Kumai Kabupaten Kotawaringin Barat. D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis a. Sebagai bahan pertimbangan guru untuk melaksanakan bimbingan kepada siswanya berkaitan dengan prestasi yang diperolehnya. b. Sebagai bahan pertimbangan guru dalam mengambil keputusan berkaitan dengan akhlak siswanya. c. Sebagai bahan pertimbangan orang tua siswa untuk menyikapi prestasi dan akhlak anaknya. 2. Manfaat Praktis a. Sebagai bahan penelitian selanjutnya. b. Sebagai khazanah referensi STAIN Palangka Raya.