I. PENDAHULUAN. kalangan masyarakat. Perusahaan Listrik Negara (PLN) memiliki peran

dokumen-dokumen yang mirip
Induk (GI) Seputih Banyak Menuju Menggala; 2) adanya penolakan masyarakat terkait jalur bebas (ROW-Right of Way) yang mengakibatkan adanya hambatan pe

I. PENDAHULUAN. Pada dewasa ini, listrik menjadi kebutuhan utama yang harus dipenuhi. Listrik

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. ini, pemenuhan pelayanan berkualitas bagi perusahaan kemudian tidak jarang

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA TENTANG NOMOR :. TAHUN TENTANG

METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan tipe penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif melihat

Analisis Krisis Energi Listrik di Kalimantan Barat

POKOK-POKOK UNDANG-UNDANG NOMOR 30 TAHUN 2009 TENTANG KETENAGALISTRIKAN

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH

2015 EVALUASI RUGI-RUGI D AYA TEGANGAN SISTEM TRANSMISI 150 KV REGION II JAWA BARAT

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2005 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 10 TAHUN 1989 TENTANG

ANALISIS KETIDAKSEIMBANGAN BEBANSEBAGAI PENYEBAB MUNCULNYA ARUS NETRALDI SISI SEKUNDER TRANSFORMATOR 150/20KV GARDU INDUK JAJAR MENGGUNAKAN MATLAB

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2002 TENTANG KETENAGALISTRIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KESIAPAN BADAN USAHA DALAM MENDUKUNG PEMBANGUNAN PEMBANGKIT MW. Oleh : Puji Muhardi Ketua Umum PP APEI

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PEMERINTAH KABUPATEN KAYONG UTARA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

- 3 - Nomor 05 Tahun 2014 tentang Tata Cara Akreditasi dan

BAB I PENDAHULUAN. sehari-hari. Selain itu ketenagalistrikan akan mempengaruhi laju perekonomian dari berbagai

2017, No (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1994 Nomor 34); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 2012 tentang Kegiatan Usaha Penyediaan

BAB 1 PENDAHULUAN. ke seluruh wilayah Indonesia. Hal ini diatur dalam UU No 15 tahun Tentang Ketenaga-listrikan pada pasal 1 yang berbunyi:

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PESAWARAN NOMOR 19 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN KEWENANGAN BIDANG KETENAGALISTRIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. apabila terjadi gangguan di salah satu subsistem, maka daya bisa dipasok dari

BUPATI BANGKA TENGAH

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG KETENAGALISTRIKAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERCEPATAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR KETENAGALISTRIKAN

I. PENDAHULUAN. Negara (PLN) masih merupakan satu-satunya perusahaan listrik sekaligus

BAB I PENDAHULUAN. menyalurkan energi listrik dengan gangguan pemadaman yang minimal.

BAB I PENDAHULUAN. berbagai peralatan listrik. Berbagai peralatan listrik tersebut dihubungkan satu

I. PENDAHULUAN. untuk menunjang kehidupan manusia sekarang ini. Di era globalisasi sekarang ini

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam kehidupan masyarakat, baik pada sektor rumah tangga, penerangan,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan maupun pengembangan suatu wilayah. Besarnya peranan tersebut mengharuskan

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2009 TENTANG KETENAGALISTRIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BUPATI TANA TORAJA PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANA TORAJA NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN KETENAGALISTRIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

- 3 - BAB I KETENTUAN UMUM

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG KEGIATAN USAHA PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

GUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 7 TAHUN 2017 TENTANG

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 21 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN KETENAGALISTRIKAN

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

PERATURAN MENTERI PERTAMBANGAN DAN ENERGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 04P/40/M.PE/1991 TAHUN 1991 TENTANG PENYIDIK KETENAGALISTRIKAN

PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA USAHA PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG KEGIATAN USAHA PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

I. PENDAHULUAN. negara, tetapi pembangunan memiliki perspektif yang luas lebih dari itu. Dimensi

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat di seluruh Indonesia. Melalui mutu pelayanan dan keamanan yang

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2009 TENTANG KETENAGALISTRIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Tinggi 5OO kv PLTV 2 Jawa Tengah Gardu Induk Tegangan Ekstra Tinggi 500 kv Kesugihan (New Rawalo) Kabupaten Cilacap;

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2009 TENTANG KETENAGALISTRIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN BULUNGAN dan BUPATI BULUNGAN MEMUTUSKAN :

BAB 1 PENDAHULUAN. listrik di seluruh Indonesia (rasio electricity). Jakarta sebagai ibukota negara, pusat

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG KEGIATAN USAHA PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

I. PENDAHULUAN. masyarakat. Tanpa adanya listik lampu-lampu tidak dapat menerangi desa atau

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG KETENAGALISTRIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 2006, tentang penugasan kepada PT. PLN (Persero) untuk melakukan

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

MANFAAT DEMAND SIDE MANAGEMENT DI SISTEM KELISTRIKAN JAWA-BALI

PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAGIRI HULU NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG KETENAGALISTRIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI INDRAGIRI HULU

2016, No Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 2012 tentang Kegiatan Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 1989 TENTANG PENYEDIAAN DAN PEMANFAATAN TENAGA LISTRIK PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR... TAHUN... TENTANG KESELAMATAN KETENAGALISTRIKAN

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan pelayanan profesionalisme sesuai dengan bidangnya masingmasing.

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan bisnis, industri, dan lain sebagainya. Sehingga diperlukan peramalan

LEMBARAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 2 TAHUN 2015

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG KEGIATAN USAHA PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG KETENAGALISTRIKAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 194 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN PRESIDEN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 1989 TENTANG PENYEDIAAN DAN PEMANFAATAN TENAGA LISTRIK PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG KETENAGALISTRIKAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2012, No.28 2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Usaha penyediaan tenaga listrik adalah pengadaan te

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan akan energi listrik selama ini selalu meningkat dari tahun ke

LAPORAN SINGKAT KOMISI VI DPR RI B I D A N G PERINDUSTRIAN, PERDAGANGAN, KOPERASI DAN UKM, BUMN, INVESTASI, BSN DAN KPPU

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB 1 PENDAHULUAN. tangga maupun umum. Dengan kata lain, PT PLN (Persero) merupakan salah satu

2 Mengingat Peraturan Pemerintah Nomor 59 Tahun 2007 tentang Kegiatan Usaha Panas Bumi sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 70 T

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan teknologi dan arus informasi yang sangat cepat mendorong

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 1989 TENTANG PENYEDIAAN DAN PEMANFAATAN TENAGA LISTRIK PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. sehingga penyaluran energi listrik ke konsumen berjalan lancar dengan kualitas

RESUME PERMOHONAN PERKARA Nomor 001/PUU-I/2003

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAMBI NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG KETENAGALISTRIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAMBI,

BAB I PENDAHULUAN. tahunnya. Menurut RUPTL PT. PLN , antara tahun 2008 dan 2012,

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi yang terjadi saat ini membawa dampak terhadap perekonomian

ANALISIS SUSUT ENERGI PADA SISTEM KELISTRIKAN BALI SESUAI RENCANA OPERASI SUTET 500 kv

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SINJAI NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG KETENAGALISTRIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SINJAI,

BAB I PENDAHULUAN Bentuk, Bidang, dan Perkembangan usaha

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 193 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN KEEMPAT ATAS PERATURAN PRESIDEN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dapat terpenuhi secara terus menerus. mengakibatkan kegagalan operasi pada transformator.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan nasional merupakan usaha peningkatan kualitas

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang kaya akan potensi sumber

BAB I PENDAHULUAN. menyalurkan tenaga listrik dari sumber daya listrik besar sampai ke konsumen.

BAB I PENDAHULUAN. dan meningkatkan fungsi kinerja perusahaan untuk mencapai kesejahteraan

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat akan listrik tidak sebanding dengan kecepatan pertumbuhan daya listrik

Transkripsi:

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kehadiran Perusahaan Listrik Negara (PLN) sangat dibutuhkan oleh selu ruh kalangan masyarakat. Perusahaan Listrik Negara (PLN) memiliki peran yang sangat penting dalam berperan untuk menyediakan pasokan listrik bagi Negara Indonesia. Selain itu, Perusahaan Listrik Negara merupakan satu-satunya Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang menyediakan jasa aliran listrik. Listrik merupakan suatu kebutuhan utama yang harus dipenuhi. Listrik merupakan tulang punggung perekonomian Negara selain bahan bakar dan tenaga kerja, terutama bagi wilayah yang perekonomiannya sedang berkembang. Kita tidak bisa memungkiri bahwa masyarakat sudah bergantung terhadap penggunaan listrik dalam kehidupan sehari-hari. Setiap orang pasti memerlukan listrik untuk rumah tangga, wilayah perkantoran, instansi pemerintah, pabrik industri, perusahaan dll. Jika pasokan listrik di suatu wilayah tercukupi dengan baik, maka sistem perekonomiannya akan stabil dan dapat berkembang dengan pesat (E sdm, 23 Januari 2014). Permintaan pasokan listrik di Indonesia semakin hari semakin meningkat baik untuk rumah tangga, wilayah perkantoran, instansi pemerintah, pabrik industri, perusahaan. Tingginya permintaan pasokan listrik tersebut tidak diimbangi dengan

2 jumlah pembangkit listrik yang ada di seluruh wilayah Indonesia. Jaringan pembangkit listrik tidak dapat bekerja secara berkesinambungan dengan normal tanpa adanya gangguan (Esdm, 23 Januari 2014). Banyak masyarakat Indonesia yang tidak mengetahui bahwa jumlah pasokan listrik belum tersebar merata di seluruh wilayah Indonesia. Sekitar 45 % penduduk Indonesia belum mampu untuk menikmati pasokan aliran listrik. Kenyataan ini diperparah dengan adanya pelanggan listrik yang boros dalam menggunakan listrik. Pihak PT. PLN (Persero) melakukan pemadaman bergilir di sejumlah wilayah. Pernyataan ini diungkapkan oleh Muhamad Suhud, selaku Koordinator Energi untuk iklim & energi ( WWF Indonesia, 23 Januari 2014). Akhir akhir ini sering terjadi pemadaman listrik di wilayah Lampung. Pemadaman listrik yang di lakukan secara bergilir oleh PT. PLN (Persero) wilayah Lampung terjadi karena salah satu pembangkit listrik mengalami kerusakan. Daerah di Provinsi Lampung yang sering mengalami pemadaman bergilir adalah Kabupaten Tulang Bawang. Penyebab terjadinya pemadaman listrik di Provinsi Lampung adalah kurangnya pasokan listrik dari Sumbagsel (Sumatera Bagian Selatan). Solusi yang ditawarkan adalah dengan menambah daya listrik surplus dari Provinsi Sumatera Selatan melalui pembangunan Tiang SUTET (Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi). Hal ini diungkapkan oleh Alam Awaludin selaku Manajer Bidang Distribusi PT. PLN (Per sero) Distribusi Lampung. Beliau mengatakan bahwa kapasitas pasokan daya listrik untuk daerah Lampung adalah sebesar 774 MW dan pada saat beban puncak pasokan daya listrik mencapai 756 MW. Dalam hal ini, cadangan daya pasokan listrik adalah

3 sebesar 18 MW. Sehingga perlu dilakukan upaya untuk mengatasi masalah ini. Maka pihak PT. PLN (Persero) Distribusi Lampung menawarkan pembangunan Tiang SUTET (Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi) melintasi lahan perkebunan PT. Sugar Group Companies (SGC). Hal ini diungkapkan dalam situs Anataranews (Antaranews, 22 Januari 2014). Membangun Tiang SUTET (Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi) melintasi lahan perkebunan PT. Sugar Group Companies (SGC) merupakan solusi yang ditawarkan dalam mengatasi masalah kurangnya pasokan listrik dari Sumatera Bagian selatan. Hal yang sama juga diungkapkan oleh Deputi Manajer Hukum dan Humas PT. PLN (Persero) yaitu Bapak I Ketut Darpa. Beliau mengatakan bahwa pembangunan tambahan pembangkit listrik dengan transmisi 150 KV. Pembangunan tambahan pembangkit listrik tersebut melewati lahan perkebunan tebu milik PT. Sugar Group Companies (SGC) yang terletak di Kabupaten Tulang Bawang (Antaranews, 22 Januari 2014). Pihak PT. Sugar Group Companies (SGC) belum mendukung kebijakan PT. PLN (Persero). Bahkan sampai detik ini, PT. Sugar Group Companies (SGC) tidak memberikan izin pembangunan tambahan pembangkit listrik. Hal ini disebabkan karena pihak PT. Sugar Group Companies (SGC) tidak rela kalau di lahan perkebunan miliknya dibangun Tiang SUTET (Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi). Dimana dalam hal ini, bangunan Tiang SUTET (Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi) tersebut sangat berguna sebagai penarik surplus listrik dari Sumatera Selatan. Hal ini terlihat dari pernyataan Manajer Bidang Distribusi PT. PLN (Persero) yang dimuat dalam situs (Antaranews, 22 januari 2014), yaitu:

4 Proyek pembangunan transmisi 150 kv dari Gardu Induk (GI) Seputih Banyak menuju GI Menggala di Kabupaten Tulangbawang sejak tahun 2010 hingga sekarang masih belum mndapatkan izin, lantaran keberatan pihak Sugar Group Company ( SGC) pada lahannya untuk dilalui dan mendirikan tower sebagai penarik surplus listrik dari Sumatera Selatan," ujar Manajer Bidang Distribusi PT PLN (Persero) Distribusi Lampung, Alam Awaludin, di Bandarlampung, Senin (13/1). Lahan perkebunan tebu milik PT. Sugar Group Companies (SGC) yang terletak di Kabupaten Tulang Bawang merupakan tanah Negara. Lahan perkebunan tebu milik PT. Sugar Group Companies (SGC) juga merupakan lahan yang dibangun berdasarkan Hak Guna Usaha (HGU). Hak Guna Usaha merupakan hak untuk mengusahakan tanah yang dikuasai langsung oleh Negara dalam jangka waktu tertentu untuk usaha pertanian, perikanan, dan peternakan. Hak Guna Usaha (HGU) diatur dalam Undang Undang No 5 Pasal 28 34 Tahun 1960. Pasal pasal tersebut mengatur tentang Peraturan Dasar Pokok Pokok Agraria (Selanjutnya disebut UUPA). Selain itu, Hak Guna Usaha (HGU) juga diatur dalam Peratutan Pemerintah No 40 Tahun 1996 tentang Hak Guna Usaha, Hak Guna Bangunan dan Hak Pakai atas Tanah (Jurnal Hukum, 23 Januari 2014). Terungkap fakta bahwa pihak PT. Sugar Group Companies (SGC) memiliki pemikiran yang bertentangan dengan PT. PLN (Persero). Implikasinya luas mengakibatkan banyak pihak yang dirugikan dalam peristiwa ini. Kita dapat melihat dari kebijakan baru PT. PLN (Persero) yang dimuat dalam situs kupastuntas (Kupastuntas, 22 Januari 2014), yaitu: Terhitung mulai 20 Januari 2014, PT PLN Distribusi Lampung tidak lagi melayani penyambungan baru, penambahan daya, serta layanan khusus sampai batas waktu yang belum ditentukan. Penyetopan dilakukan di empat wilayah kabupaten, masing-masing sebagian Kabupaten Lampung Tengah, seluruh Kabupaten Tulangbawang, Tubarat, dan Kabupaten Mesuji.

5 Citra PT. PLN (Persero) semakin buruk di mata masyarakat. Hal ini merupakan konsekuensi yang di terima pihak PT. PLN (Persero). Sering dilakukan pemadaman listrik di wilayah Lampung. Salah satu keluhan dari warga diekspresikan oleh Ibu Tuti. Berikut ini adalah pendapat Ibu Tuti (Lampos, 23 Januari 2014) : Buruknya pelayanan PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) terus menuai kecaman dari pelanggan. Setelah sebelumnya pelanggan mengeluh karena tidak efektifnya layanan 123, pencatatan meteran yang asal-asalan, dan pemadaman hingga 20 jam, kini pelanggan mengeluhkan ketidakpedulian PLN. Perusahaan yang di percaya Negara mengelola listrik di Tanah Air tersebut, dinilai telah mengabaikan hak pelanggan untuk mendapatkan pelayanan. Kami merasa tidak diperdulikan. Laporan keluhan kami tidak pernah direspon PLN, Kata Tuti, warga Way Kandis, Selasa (26-12). Tuti menjelaskan, hampir tiap hari, listrik di rumahnya hidup mati mulai dari pukul 18.00-20.00. Kondisi ini membuatnya merasa terganggu karena sudah berlangsung selama lima bulan terakhir. "Sangat mengganggu. Kita kan mau ibadah. Belum lagi anak-anak mau belajar," kata Tuti. Selain itu, pihak PT. Sugar Group Companies (SGC) juga akan berbenturan dengan kepentingan konsumen PT. PLN (Persero) Distribusi Lampung. Hal ini terlihat dari Undang-Undang No 30 Pasal 29 Tahun 2009 tentang Ketenagalistrikan, yang berbunyi (pln, 22 Januari 2014) : Sesuai ketentuan pasal 29 Undang-Undang No 30 Tahun 2009 Tentang Ketenagalistrikan, konsumen berhak untuk: a. Mendapatkan pelayanan yang baik. b. Mendapatkan tenaga listrik secara terus menerus dengan mutu dan keandalan yang baik. c. Memperoleh tenaga listrik yang menjadi haknya dengan harga yang wajar d. Mendapatkan pelayanan untuk perbaikan apabila ada gangguan tenaga listrik. e. Mendapat ganti rugi apabila terjadi pemadaman yang diakibatkan kesalahan dan atau kelalaian pengoperasian oleh pemegang izin usaha penyediaan tenaga listrik sesuai syarat yang diatur dalam perjanjian jual beli tenaga listrik.

6 Berdasarkan Undang-Undang No 32 Tahun 2004 dijelaskan bahwa Pemerintah Daerah diberi wewenang untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan rumah tangganya, dengan kata lain bahwa Pemerintah Daerah mempunyai wewenang untuk mengurus urusan pemerintahannya sendiri serta kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia. Pemerintah Daerah memiliki peran dan tanggung jawab besar sebagai regulator dalam kasus antara PT. PLN (Persero) dan PT. Sugar Group Companies (SGC). Pemerintah Daerah juga diberi kewenangan dalam sektor ketenagalistrikan. Pemerintah Daerah diharapkan untuk mampu terjun langsung kelapangan dalam penyediaan tenaga listrik, pengaturan, pembinaan, dan pengawasan. Pemerintah Daerah juga memiliki kewenangan berupa Penetapan Rencana Umum Daerah (RUED), Penetapan Rencana Umum Ketenagalistrikan Daerah (RKUD), Penerbitan Izin Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (IUPTL), Penerbitan Izin Usaha Jasa Penunjang Tenaga Listrik (IUJPTL ) dan Penetapan tarif serta Pengangkatan Inspektur Ketenagalistrikan. Masalah yang timbul dari pemadaman listrik di Provinsi Lampung adalah Pemerintah Daerah tidak berani dalam mengambil kebijakan. Pemerintah Daerah memiliki peran dan tanggung jawab besar sebagai regulator untuk menyediakan ketersediaan listrik bagi rakyatnya. Kasus yang terjadi antara PT. PLN (Persero) sebagai BUMN dan PT. Sugar Group Companies (SGC) sebagai Privat Sektor peran pemerintah daerah terkesan terhegomoni. Sehingga, pembangunan Tiang SUTET (Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi) di lahan perkebunan PT. Sugar Group Companies (SGC) yang sangat berpengaruh dalam penambahan daya

7 listrik mengalami kendala (Governance Challenges). Kendala itu berupa interaksi antara aktor governance yakni PT PLN (BUMN), PT Sugar Group Companies (Private Sector) dan Pemerintah Daerah Provinsi Lampung maupun Pemerintah Daerah Kabupaten Tulang Bawang (State) menjadi fokus dalam skripsi ini. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas yang menjadi rumusan masalah pada penelitian ini, yaitu Bagaimana Relasi Negara Versus Korporasi : Studi Relasi Sugar Group Companies Sebagai Faktor Penghambat Pembangunan Tiang SUTET Oleh PLN di Kabupaten Tulang Bawang 2010-2014? C. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk membahas Relasi Negara Versus Korporasi : Studi Relasi Sugar Group Companies Sebagai Faktor Penghambat Pembangunan Tiang SUTET Oleh PLN di Kabupaten Tulang Bawang 2010-2014 dalam hal ini kasus penolakan PT. Sugar Gorup Companies (SGC) terhadap rencana PT. PLN (Persero) dalam pemasangan Tiang SUTET (Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi). Penelitian ini juga menambah khazanah teori Politik/Pemerintahan dengan menggunakan pendekatan Marxis dalam melihat proses pembuatan kebijakan publik.

8 D. Kegunaan Penelitian Kegunaan penelitian ini adalah: 1. Secara Teoritis Secara teoritis penelitian ini akan dapat lebih memperkaya lagi kajian-kajian yang berhubungan dengan Ilmu Pemerintahan, khususnya pendekatan kritis Marxisme dalam studi Kebijakan Publik dengan mengambil kasus PT. PLN (Persero) Distribusi Lampung dalam Penambahan Daya Pasok Listrik di Lampung. 2. Secara Praktis Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi PT. PLN (Persero) Distribusi Lampung, PT. Sugar Group Companies (SGC), Pemerintah Daerah Tulang Bawang dan Pemerintah Provinsi Lampung. 3. Secara Metodologis Secara metodologis penelitian ini menawarkan pendekatan Critical Social Science (CSS). Karena, pendekatan Critical Social Science (CSS) jarang digunakan dalam penelitian sebelumnya. Pendekatan Critical Social Science (CSS) dilakukan dengan melihat proses kritis penyelidikan mengenai kekuatan yang dimiliki oleh pemilik modal dalam proses pembuatan kebijakan publik (Studi Kasus Pembangunan Tiang Sutet PT. Perusahaan Listrik Negara Tulang Bawang).