BAB I PENDAHULUAN. Kewarisan merupakan salah satu bentuk penyambung ruh keislaman antara

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia, baik hubungan dengan Allah swt. maupun hubungan dengan

BAB I PENDAHULUAN. Berbicara tentang warisan menyalurkan pikiran dan perhatian orang ke arah suatu

BAB I PENDAHULUAN. Islam mengajarkan berbagai macam hukum yang menjadikan aturanaturan

BAB I PENDAHULUAN. seorang pria atau seorang wanita, rakyat kecil atau pejabat tinggi, bahkan penguasa suatu

BAB I PENDAHULUAN. yang ditinggalkan atau berpindah dan menjadi hak milik ahli warisnya. Allah SWT

KEWARISAN SAUDARA KANDUNG LAKI-LAKI/ SAUDARA SEBAPAK LAKI-LAKI BERSAMA ANAK PEREMPUAN TUNGGAL

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PEMBERIAN WASIAT DENGAN KADAR LEBIH DARI 1/3 HARTA WARISAN KEPADA ANAK ANGKAT

BAB IV NASAB DAN PERWALIAN ANAK HASIL HUBUNGAN SEKSUAL SEDARAH (INCEST) DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

BAB I PENDAHULUAN. teratur dan adil. Di dalamnya ditetapkan hak kepemilikan harta bagi setiap

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan. Tema: Orang Yang Meninggal Namun Berhutang Puasa

BAB IV ANALISIS TERHADAP PENDAPAT PARA KIAI DI DESA SIDODADI KECAMATAN BANGILAN KABUPATEN TUBAN TENTANG PEMBAGIAN HARTA WARIS MELALUI WASIAT

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan hukum Islam di Indonesia, khususnya di

Perzinahan dan Hukumnya SEPUTAR MASALAH PERZINAHAN DAN AKIBAT HUKUMNYA

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan amat penting dalam kehidupan manusia, perseorangan maupun

KAIDAH FIQH. Disyariatkan Mengundi Jika Tidak Ketahuan Yang Berhak Serta Tidak Bisa Dibagi. حفظه هللا Ustadz Ahmad Sabiq bin Abdul Lathif Abu Yusuf

BAB I PENDAHULUAN. Allah SWT menciptakan manusia berbeda-beda antara yang satu dengan

BAB I PENDAHULUAN. Allah swt. maupun terhadap sesama umat manusia. Melalui ayat-ayat dan hadis

BAB IV PEMERATAAN HARTA WARISAN DI DESA BALONGWONO DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

YANG HARAM UNTUK DINIKAHI

BAB I PENDAHULUAN. Islam telah mengatur setiap aspek kehidupan manusia baik yang. menyangkut segala sesuatu yang langsung berhubungan dengan Allah SWT

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana sempurnanya Islam. Islam adalah agama yang lengkap dan sempurna,

BAB I PENDAHULUAN. perceraian. Selanjutnya persoalan yang terjadi di Indonesia telah diatur bahwa

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PENARIKAN KEMBALI HIBAH BERSYARAT DI DUSUN MOYORUTI DESA BRENGKOK KECAMATAN BRONDONG KABUPATEN LAMONGAN

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan

BAB I PENDAHULUAN. ajaran yang sangat sempurna dan memuat berbagai aspek-aspek kehidupan

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan

BAB I PENDAHULUAN. dapat menghadapi segala tantangan yang akan timbul, lebih-lebih dalam

BAB IV. PERTIMBANGAN HAKIM DALAM PUTUSAN NOMOR 732/Pdt.G/2008/PA.Mks DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

BAB IV ANALISIS LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN

BAB I PENDAHULUAN. Pernikahan adalah ikatan yang mulia dan diberkahi. Allah Azza Wa

Kaidah Fiqh. Seorang anak dinasabkan kepada bapaknya karena hubungan syar'i, sedangkan dinasabkan kepada ibunya karena sebab melahirkan

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan. Narasumber: DR. Ahmad Lutfi Fathullah, MA Video kajian materi ini dapat dilihat di

MURA<BAH{AH BIL WAKA<LAH DENGAN PENERAPAN KWITANSI

BAB IV. A. Analisis terhadap Penentuan Bagian Waris Anak Perempuan. 1. Analisis terhadap Bagian Waris Anak Perempuan dan Cucu Perempuan

BAB I PENDAHULUAN. Sehubungan dengan itu Allah Swt berfirman dalam Alquran surah At-Tahrim

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. 1. dan meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang beriman dan bertaqwa

BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN. Pada bab ini penulis menyajikan lima kasus tentang pembagian harta warisan

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP HAK KHIYA>R PADA JUAL BELI PONSEL BERSEGEL DI COUNTER MASTER CELL DRIYOREJO GRESIK

BAB I PENDAHULUAN. yang mana dimulai dari kelahiran kemudian dilanjutkan dengan perkawinan dan

BAB I PENDAHULUAN. satu sama lain agar mereka tolong-menolong dalam semua kepentingan hidup

BAB I PENDAHULUAN. berpasang-pasangan termasuk di dalamnya mengenai kehidupan manusia, yaitu telah

BAB I PENDAHULUAN. Amir Syarifudin, Hukum Kewarisan Islam, Fajar Interpratama Offset, Jakarta, 2004, hlm.1. 2

Kaidah Fiqh. Perbedaan agama memutus hubungan saling mewarisi juga waii pernikahan. Publication: 1434 H_2013 M KAIDAH FIQH: PERBEDAAN AGAMA

MAHRAM. Pertanyaan: Jawaban:

Hadits-hadits Shohih Tentang

BAB IV. A. Analisis Terhadap Dasar Hukum yang Dijadikan Pedoman Oleh Hakim. dalam putusan No.150/pdt.G/2008/PA.Sda

BAB IV ANALISIS KETENTUAN KHI PASAL 153 AYAT (5) TENTANG IDDAH BAGI PEREMPUAN YANG BERHENTI HAID KETIKA MENJALANI MASA IDDAH KARENA MENYUSUI

BAB I PENDAHULUAN. menghimpit, menindih atau berkumpul, sedangkan arti kiasanya ialah watha

BAB IV ANALISIS TERHADAP JUAL BELI IKAN BANDENG DENGAN PEMBERIAN JATUH TEMPO DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

BAB IV ANALISIS TERHADAP PENGUASAAN TIRKAH AL-MAYYIT YANG BELUM DIBAGIKAN KEPADA AHLI WARIS

Hukum Menyekolahkan Anak di Sekolah Non-Muslim

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK JUAL BELI SAWAH BERJANGKA WAKTU DI DESA SUKOMALO KECAMATAN KEDUNGPRING KABUPATEN LAMONGAN

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan

Bagi YANG BERHUTANG. Publication: 1434 H_2013 M. Download > 600 ebook Islam di PETUNJUK RASULULLAH

BAB IV ANALISIS HUKUM BISNIS ISLAM TERHADAP PENGAMBILAN KEUNTUNGAN PADA PENJUALAN ONDERDIL DI BENGKEL PAKIS SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan Umum (Perum). Perusahaan tersebut milik pemerintah (BUMN), berada

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan. Narasumber: DR. Ahmad Lutfi Fathullah, MA Video kajian materi ini dapat dilihat di

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan. Tema: Keutamaan Akrab Dengan Al Qur an

BAB I PENDAHULUAN. diatur dalam agama Islam adalah tentang hukum waris, yakni pemindahan

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan ini. Salah satu jalan dalam mengarungi kehidupan adalah dengan

Wa ba'du: penetapan awal bulan Ramadhan adalah dengan melihat hilal menurut semua ulama, berdasarkan sabda Nabi r:

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan

BAB I PENDAHULUAN. rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang diatur dengan undang-undang.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kental dan peka terhadap tata cara adat istiadat. Kekentalan masyarakat Jawa

BAB I PENDAHULUAN. Sebab pendidikan tidak pernah terpisah dengan kehidupan manusia. 1 Pendidikan

ORANG YANG MEWARISKAN HARTANYA DALAM PERSPEKTIF KOMPILASI HUKUM ISLAM. Naskur

KAIDAH FIQH. Pengakuan Adalah Sebuah Hujjah yang Terbatas. Publication 1437 H_2016 M. Kaidah Fiqh Pengakuan adalah Sebuah Hujjah yang Terbatas

ZAKAT PENGHASILAN. FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA Nomor 3 Tahun 2003 Tentang ZAKAT PENGHASILAN

BAB I PENDAHULUAN. anak. Selain itu status hukum anak menjadi jelas jika terlahir dalam suatu

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP SISTEM PENETAPAN HARGA PADA JUAL BELI AIR SUMUR DI DESA SEBAYI KECAMATAN GEMARANG KABUPATEN MADIUN

BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS KASUS. Berdasarkan hasil penelitian melalui wawancara kepada responden dan informan

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN SEWA MENYEWA POHON UNTUK MAKANAN TERNAK

Menzhalimi Rakyat Termasuk DOSA BESAR

BAB I PENDAHULUAN. tersebut diucapkan sebagai bentuk perjanjian suami atas isterinya, diucapkan

BAB I PENDAHULUAN. posisi itu selalu didambakan oleh semua orang yang benar dan orang yang

BAB I PENDAHULUAN. Pernikahan pada dasarnya merupakan perilaku makhluk ciptaan. TuhanYang Maha Esa yang tidak hanya terbatas pada diri seorang manusia

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PANDANGAN ULAMA AMUNTAI SEBAGAI KEWAJIBAN YANG HARUS DITUNAIKAN SEBELUM

Warisan Untuk Janin, Wanita, Huntsa Musykil dan Yang Mati Bersamaan

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan. Tema: Mengganti Puasa Yang Ditinggalkan

KAIDAH FIQH. Sebuah Ijtihad Tidak Bisa Dibatalkan Dengan Ijtihad Lain. حفظه هللا Ustadz Ahmad Sabiq bin Abdul Lathif Abu Yusuf

BAB I PENDAHULUAN. dipengaruhi oleh pendidikan formal informal dan non-formal. Penerapan

BAB IV ANALISIS. A. Tinjauan Yuridis terhadap Formulasi Putusan Perkara Verzet atas Putusan

I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. perkawinan sesuai dengan ketentuan agama dan peraturan perundang-undangan yang

BAB I PENDAHULUAN. termasuk hal yang sangat diperhatikan di Indonesia disamping bidang yang lainnya.

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. diturunkan (diwahyukan) kepada Nabi Muhammad SAW dan ditulis di mushaf

PENDAPAT IMAM ASY-SYÂFI'I TENTANG PEMBERLAKUAN HUKUM RAJAM BAGI PEZINA KAFIR DZIMMY

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK JUAL BELI BARANG SERVIS DI TOKO CAHAYA ELECTRO PASAR GEDONGAN WARU SIDOARJO

dan kepada kaum perempuan (sesama) mereka (QS an-nur [24]: 31).

P E N E T A P A N Nomor 0026/Pdt.P/2013/PA Slk


BAB I PENDAHULUAN. Melakukan kegiatan ekonomi dan bermuamalah merupakan tabi at. manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Dalam melakukan kegiatan

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan. Tema: Yang Diizinkan Tidak Berpuasa

UNTUK KALANGAN SENDIRI

BAB I PENDAHULUAN. menghayati kandungan isinya. Buta aksara membaca al-qur an ini

BAB IV ANALISIS PENDAPAT IMAM AL-SYAFI I TENTANG KEWARISAN KAKEK BERSAMA SAUDARA. A. Analisis Pendapat Imam al-syafi i Tentang Kewarisan Kakek Bersama

A. Analisis Tradisi Standarisasi Penetapan Mahar Dalam Pernikahan Gadis dan. 1. Analisis prosesi tradisi standarisasi penetapan mahar

BAB IV PENYAJIAN DATA DAN ANALISIS DATA. Dari penelitian yang dilakukan dilapangan, penulis menemukan kasus

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kewarisan merupakan salah satu bentuk penyambung ruh keislaman antara pewaris dengan ahli waris, ada hak dan kewajiban yang melekat pada diri mereka (pewaris dan ahli waris) dalam hubungannya dengan kewarisan. Kematian merupakan langkah awal dari berlakunya hubungan saling mewarisi antara pewaris dengan ahli waris. Ketika terjadi kematian, maka ada akibat hukum yang timbul dari peristiwa kematian itu, di mana pewaris meninggalkan harta warisan sedangkan ahli waris menerima harta warisan. Harta warisan yang ditinggalkan pewaris menjadi hak setiap ahli waris yang masih hidup sesuai dengan ketentuan syari at. Setiap ahli waris berhak atas harta warisan yang besaran bagiannya masingmasing sudah ditentukan dalam al-qur an setelah diselesaikan hutang dan wasiat, sebagaimana firman Allah yang terdapat dalam surat an-nisa@ ayat 11:...

2 Allah mensyari'atkan bagimu tentang (pembagian pusaka untuk) anakanakmu, yaitu: bahagian seorang anak lelaki sama dengan bagian dua orang anak perempuan dan jika anak itu semuanya perempuan lebih dari dua, maka bagi mereka dua pertiga dari harta yang ditinggalkan; jika anak perempuan itu seorang saja, maka ia memperoleh separo harta. Dan untuk dua orang ibubapak, bagi masing-masingnya seperenam dari harta yang ditinggalkan, jika yang meninggal itu mempunyai anak; jika orang yang meninggal tidak mempunyai anak dan ia diwarisi oleh ibu-bapaknya (saja), maka ibunya mendapat sepertiga; jika yang meninggal itu mempunyai beberapa saudara, Maka ibunya mendapat seperenam. (Pembagian-pembagian tersebut di atas) sesudah dipenuhi wasiat yang ia buat atau (dan) sesudah dibayar hutangnya... 1 Bahkan Nabi saw. juga menganjurkan tentang pembagian warisan yang menjadi hak ahli waris sebagaimana yang tertera dalam sabda beliau yang diriwayatkan oleh Imam Muslim: ع ن اب ن ع ب اس ر ض ي ا لل ه ع ن ه م ا ق ال : ق ال ر س ول ا لل ه صلى اهلل عليه وسلم 2 ا ل ف ر ائ ض ب أ ه ل ه ا ف م ا ب ق ي ف ه و ل و ل ى ر ج ل ذ ك ر أ ل حق وا Dari Ibnu Abbas bahwa Rasulullah saw. bersabda: "berikan bagian warisan kepada ahli warisnya, selebihnya adalah milik laki-laki yang paling dekat." Setelah kematian tidak begitu saja harta warisan menjadi hak para ahli waris, karena kematian bukan menjadi syarat mutlak kewarisan, di mana kewarisan itu sendiri harus memenuhi syarat-syarat yang lain yaitu meninggalnya pewaris, hidupnya ahli waris, adanya harta warisan serta tidak ada halangan saling 1 Tim Penerjemah Departemen Agama RI, Al-Qur an dan Terjemahnya, (Semarang: Toha Putra, 1989), h. 116. 2 Muslim bin al-hajja@j al-qusyari@ al-naisa@bu@ri@, S{ah{i@h{ Muslim, (Lebanon: Dar Al-Kotob al- Ilmiyah, 2009), Jilid 2, h. 57.

3 mewarisi. Masalah selanjutnya setelah terjadi kematian adalah para ahli waris yang mungkin tidak semuanya beragama Islam (kafir/murtad), baik itu kafirnya sejak awal ataupun karena murtad. Ada beberapa bentuk halangan kewarisan dalam Islam yang disepakati oleh para fuqaha yaitu, pembunuhan, perbudakan dan belainan agama. 3 Islam menjunjung tinggi toleransi antar umat beragama, namun hanya sebatas hubungan kehidupan sosial. Kafir dalam kewarisan menjadi salah satu penghalang hubungan saling mewarisi antara pewaris dengan ahli waris. Salah satu penghalang saling mewarisi adalah berbeda agama (murtad). Murtad adalah keluar dari Islam, baik dengan perbuatan nyata, dengan perkataan maupun dengan niat saja. 4 Orang murtad tidak mewarisi harta peninggalan keluarganya yang beragama Islam, karena ia lebih rendah derajatnya dari pada keluarganya yang muslim. Dari segi yang lain kewarisan merupakan suatu silah al-syar iyah (penyambung ruh keislaman) sedangkan riddah (kemurtadan) merupakan pemutus silah syar iyah. 5 Pada dasarnya mereka yang termasuk terlarang untuk menerima warisan yang walaupun mereka termasuk ahli waris adalah berupa status dari seseorang, 3 Fathur Rahman, Ilmu Waris, (Bandung: Al-Ma arif, 1981), h. 83. h. 463. 4 Syarmin Syukur dan Luluk Rodliah, Rohmatul Ummah, (Surabaya:Al-Ikhlas, 1993), Cet-1, 5 Fathur Rahman, op. cit., h. 97

4 baik karena tindakan sesuatu atau pun karena keberadaannya dalam posisi tertentu sehingga berakibat jatuhnya hak mereka untuk mewarisi. 6 Dalam hubungannya dengan kewarisan, murtad atau berlainan agama tidak bisa saling mewarisi dengan yang Islam, sebagaimana hadis Nabi saw. yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari: و ع ن ع ب د ا لل ه ب ن ع م ر ر ض ي ا لل ه ع ن ه م ا ق ال : ق ال ر سول ا لل ه صلى اهلل عليه وسلم أ ه ل م ل ت ي 7 ل ي ت و ار ث Dari Abdullah Ibnu Umar ra. bahwa Rasulullah saw. bersabda: "tidak bisa saling mewarisi orang yang berlainan agama." Dalam hadis lain yang lebih tegas yang menyatakan bahwa antara orang kafir dengan orang muslim tidak saling mewarisi adalah hadis dari Bukhari dan Muslim yang diakui kesahihannya oleh para Imam hadis: Nabi saw. sendiri mempraktikkan pembagian warisan antara orang yang berlainan agama pada saat meninggalnya paman beliau, Abu Thalib yang meninggal sebelum masuk Islam, oleh Nabi saw. Harta warisannya hanya dibagikan kepada anak-anaknya yang masih kafir, yaitu Uqail dan Thalib. Sementara anak-anaknya yang telah masuk Islam, yaitu Ali dan Ja far oleh beliau tidak diberikan warisan. 8 6 A. Sukris Sarmadi, Transendensi Keadilan Hukum Waris Islam Transformatif, (Jakarta: RajaGrafindo Persada,1997), Cet ke-1, h. 28. 7 Abu@ Da@wud Sulaima@n as-sijista@ni@, Sunan Abu@ Da@wud, (Riyad, Bait al-afka@r ad- Dauliyyah, tt), h. 329. 8 Ahmad Rofiq, Fiqh Mawaris, (PT. Raja GrafindoPersada, 2001), Cet-4, h. 35.

5 Yang menjadi pertimbangan apakah yang menjadi ahli waris dan muwarris berbeda agama atau tidak, adalah pada saat meninggalnya muwarris. Karena pada saat itulah hak kewarisan itu mulai berlaku. 9 Perbedaan agama yang menjadi penghalang kewarisan antara orang muslim dengan non-muslim adalah apabila perbedaan agama itu diperoleh pada saat meninggalnya pewaris. 10 Indonesia sebagai negara yang mayoritas penduduknya beragama Islam juga mengatur mengenai pembagian harta warisan beda agama yang dicantumkan dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI) Pasal 171 huruf (b) dikatakan bahwa pewaris adalah orang yang pada saat meninggalnya atau yang dinyatakan meninggal berdasarkan putusan pengadilan beragama Islam, meninggalkan ahli waris dan harta peninggalan. untuk ahli waris secara jelas diterangkan pada huruf (c) ahli waris adalah orang yang pada saat meninggal dunia mempunyai hubungan darah atau hubungan perkawinan dengan pewaris, beragama Islam dan tidak terhalang karena hukum untuk menjadi ahli waris. Kemudian ketentuan berbeda agama dijelaskan dalam Pasal 172 ahli waris dipandang beragama Islam apabila diketahui dari kartu identitas atau pengakuan atau pengamalan atau kesaksian, sedangkan bagi bayi yang baru lahir atau anak yang belum dewasa, beragama menurut ayahnya atau lingkungannya. 9 Ibid., 10 Hasbi ash-shiddieqy, Fiqhul Mawaris, (Jakarta: Bulan Bintang, 1973), Cet-1, h. 59.

6 Jelaslah bahwa penjelasan Pasal 172 dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI) sejalan dengan ketentuan dalam fikih bahwa status beda agama yang diperoleh pewaris dengan ahli waris dalam pembagian harta warisan adalah pada saat kematian pewaris. Pada kasus kewarisan beda agama yang pernah terjadi yaitu di Desa Togoliua Kecamatan Tobelo Utara Kabupaten Halmahera Utara Provinsi Maluku Utara, dalam sebuah keluarga ada salah seorang anggota keluarga yang keluar dari Islam (murtad) setelah meninggalnya pewaris yang kebetulan harta warisannya belum dibagikan kepada seluruh ahli warisnya. Alasan utama tidak dibagikannya harta warisan karena keadaan pada saat meninggalnya pewaris semua anggota keluarga tidak berada ditempat kediaman (kampung) pewaris. Pada saat meninggal dunia pewaris yang bernama Usman (61) yang meninggal pada tahun 2003, meninggalkan empat orang ahli waris satu anak lakilaki yaitu Mansyah dan tiga anak perempuan yaitu Sarifah, Irmawati dan Nursita tanpa ada isteri yang sudah meninggal terlebih dahulu. Pada saat meninggalnya pewaris salah satu anak perempuan yaitu Sarifah tidak berada ditempat kadiaman (kampung) pewaris karena ikut bersama suaminya tinggal dikampung halaman suaminya di daerah Sulawesi hal ini menjadi alasan harta tersebut tidak dibagikan, alasan lain tidak dibagikannya harta warisan secara Islam atau faraidh karena tidak adanya ranah atau tempat untuk meminta fatwa dikarenakan ketidakpahaman para ahli waris masalah agama Islam maka harta-harta tersebut dikelola secara bersama-sama.

7 Pada saat meninggal dunia pewaris meninggalkan harta berupa satu buah rumah yang selama ini ditempati oleh pewaris dan para ahli waris, tiga buah tanah perkebunan kelapa di beberapa tempat yang berbeda namun ukuran tanah tersebut tidak begitu luas. Selama harta warisan belum dibagi harta tersebut dirawat oleh seluruh ahli waris. Sementara untuk rumah yang ditinggalkan pewaris dirawat oleh dua anak perempuan pewaris yang ada di rumah kediaman tersebut. Sedangkan tanah pertanian dikelola dan dirawat oleh seorang ahli waris laki-laki yang bernama Mansyah karena merasa bertanggung jawab atas harta tersebut. Enam bulan setelah meninggalnya pewaris salah seorang ahli waris keluar dari Islam karena menikah dengan seorang perempuan yang beragama Kristen sebelum dibagikan harta warisan. Setelah empat bulan meninggalkan Islam oleh salah satu ahli waris, barulah harta warisan itu dibagikan dan dalam pembagian tersebut ahli waris yang murtad menerima warisan. Ada beberapa alasan kenapa ahli waris yang murtad menerima warisan: 1. Kebanyakan harta yang dikerjakan oleh pewaris dikerjakan bersama dengan dengan ahli waris yang murtad, sehingga ahli waris yang murtad tadi berhak atas harta tersebut. 2. Dari seluruh ahli waris, Mansyah adalah anak pertama dan satu-satunya anak laki-laki dari pewaris. 3. Para ahli waris tidak tahu cara membagikan harta tersebut, sehingga harta tersebut dikelola secara bersamaan hingga sekarang.

8 P Mansyah Sarifah Irmawati Nursita Dari skema di atas nampak ahli waris yang bernama mansyah yang murtad setelah meninggalnya pewaris berada di garis yang sejajar dengan ahli waris yang lain yaitu sebagai ahli waris dari keturunan pewaris. Dari latar belakang inilah peneliti ingin meneliti lebih mendalam mengenai pandangan Islam yang mengatur atas harta warisan, yang kemudian dituangkan dalam bentuk karya tulis ilmiah skripsi yang berjudul Kewarisan Orang Murtad Setelah Meninggalnya Pewaris Menurut Hukum Islam. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka dibuat rumusan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut: 1. Bagaimana murtad sebagai salah satu halangan kewarisan dipandang dari segi hukum kewarisan Islam Islam sebelum atau sesudah meninggalnya pewaris? 2. Bagaimana pengaruh antara kemurtadan dengan pembagian warisan?

9 C. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: 1. Murtad sebagai salah satu halangan kewarisan dipandang dari segi hukum Islam sebelum atau sesudah meninggalnya pewaris. 2. Pengaruh antara kemurtadan dengan pembagian warisan. D. Signifikansi Penelitian Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk: 1. Sebagai sumbangan pemikiran dan partisipasi penulis dalam pembangunan ilmu pengetahuan terutama dalam disiplin ilmu Syari ah khususnya dalam bidang Fikih Munakahat. 2. Sebagai kontribusi pemikiran dari penulis dan menambah khazanah keilmuan dan karya ilmiah perpustakaan IAIN Antasari Banjarmasin. 3. Sebagai bahan bacaan bagi generasi selanjutnya yang ingin meneliti dari aspek lain. E. Definisi Operasional Untuk menghindari kesalahpahaman dalam judul di sini penulis akan menerangkan maksud dari judul penelitian yang akan di teliti. 1. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia kewarisan diartikan sebagai hal yang berhubungan dengan waris atau warisan. Dalam penelitian ini kewarisan yang

10 dimaksud adalah kewarisan orang murtad yang pada saat meninggalnya pewaris, ahli waris yang murtad masih beragama Islam, namun keluar dari agama Islam sebelum harta warisan dibagikan. 2. Murtad adalah keluar dari Islam, baik dengan perbuatan nyata, perkataan maupun niat saja. 11 Murtad dalam penelitian ini adalah seseorang yang dari agama Islam secara (nyata) terang-terangan, seperti keluar dari agama Islam karena menikahi wanita yang berlainan agama. 3. Pewaris dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah orang yang mewariskan. Pewaris yang dimaksud dalam pembahasan ini adalah orang yang meninggalkan harta warisan yaitu Usman. F. Kajian Pustaka Untuk membedakan masalah yang penulis angkat dengan masalah-masalah yang telah diangkat terlebih dahulu mengenai halangan kewarisan, penulis hanya menemukan satu penelitian yang serupa, namun dalam pokok permasalahannya tidak sama. Judul yang penulis temukan adalah Pembagian Warisan Beda Agama Dikalangan Etnik Dayak di Kec. Dusun Selatan yang disusun oleh Fitriansyah (040116257), yang membahas mengenai turut campurnya hukum adat dalam pembagian warisan dan dalam kesimpulannya pembagian warisannya tidak mengenal siapa saja ahli waris yang muslim dan yang non-muslim sehingga seluruh ahli waris mendapatkan bagian harta. 11 Syarmin syukur dan Luluk Rodliah, op. cit., h. 463

11 G. Metode Penelitian 1. Jenis penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian kepustakaan (normatif) yaitu sebuah penelitian yang mempelajari dan menelaah bahan-bahan yang berhubungan dengan kewarisan orang murtad setelah meninggalnya pewaris menurut hukum Islam. 2. Bahan Hukum Adapun bahan hkuum yang digali dalam penelitian ini adalah hal-hal yang menyangkut atau berhubungan dengan masalah kewarisan orang murtad baik secara langsung mau pun tidak langsung, dan terbagi atas: a. Bahan primer Bahan primer yang digunakan dalam ini adalah kitab-kitab fikih yang membahas masalah waris dan kemurtadan. b. Bahan skunder Bahan skunder dalam penelitian ini adalah dari buku-buku yang menjelaskan masalah waris dan kemurtadan. 3. Teknik Pengumpulan Data Agar data-data yang terkumpul benar-benar valid, maka teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian adalah dengan cara: a. Survey kepustakaan, yaitu dengan mengumpulkan bahan-bahan referensi literatur dan perundang-undangan yang ada hubungannya dengan kewarisan orang murtad setelah meninggalnya pewaris menurut hukum Islam.

12 Studi literatur, yaitu dengan mempelajari, menelaah dan mengkaji bahan pustaka yang terkumpul dengan mengambil sub-bagian dari buku tersebut yang membahas masalah kewarisan orang murtad setelah meninggalnya pewaris menurut hukum Islam. 4. Teknik Pengolahan Data Setelah data terkumpul, maka selanjutnya dilakukan pengolahan data dengaan tahapan-tahapan sebagai berikut: a. Kategorisasi dan editing, yaitu untuk memilih data yang diperlukan dan membuang data yang tidak penting b. Analisis data, yaitu menganalisis data yang diperoleh mengenai masalah kewarisan orang murtad setelah meninggalnya pewaris menurut hukum Islam. H. Sistematika penulisan Pembahasan dalam penelitian ini disajikan menjadi empat bab, yaitu bab I merupakan pendahuluan yang berisi tentang latar belakang masalah yang menguraikan alasan memilih judul dan gambaran dari permasalahan yang diteliti. Permasalahan yang tergambarkan dirumuskan dalam perumusan masalah, setelah itu disusun tujuan penelitian yang merupakan substansi dari hasil yang diinginkan. Dalam bab ini juga dirumuskan signifikasi penelitian yang merupakan kegunaan atau manfaat dari hasil penelitian. Definisi operasional digunakan untuk membatasi istilah-istilah dalam penelitian yang bermakna umum dan luas. Kajian

13 pustaka ditampilkan sebagai adanya informasi atau tulisan dari aspek yang lain. Setelah itu dirumuskan metodologi penelitian untuk membantu penulis dalam mengumpulkan data. Sedangkan sistematika penulisan merupakan tata cara penulisan penelitian yang bersifat sistematis serta terstruktur secara keseluruhan. Untuk bab II berisi gambaran umum tentang tinjauan umum mengenai kewarisan yang terdiri dari pengertian kewarisan, dasar hukum kewarisan dan faktor penghalang dalam kewarisan. Selanjutnya bab III berisi tentang uraian hukum waris orang murtad setelah meninggalnya pewaris yang terbagi atas hukum waris orang murtad dan hak kewarisan orang murtad setelah meninggalnya pewaris. Terakhir bab IV penutup, yang terdiri dari kesimpulan dari hasil penelitian, serta saran sebagai bahan acuan bagi penelitian selanjutnya.