BAB IV ANALISIS TERHADAP PENGELOLAAN ZAKAT, INFAQ DAN SHODAQOH UNTUK PENGEMBANGAN DAKWAH PADA BADAN AMIL ZAKAT (BAZ) KECAMATAN PEDURUNGAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV ANALISA TERHADAP PENERAPAN FUNGSI-FUNGSI MANAJEMEN DAKWAH DI PANTI ASUHAN YATIM PIATU BAITUS SALAM KOTA

BAB IV STRATEGI MANAJEMEN BAZ KOTA MOJOKERTO DALAM MENJAGA LOYALIYAS MUZAKKI< A. Urgensi Loyalitas Muzakki> Pada BAZ Kota Mojokerto

BAB III PROFIL BADAN AMIL ZAKAT DAN DISKRIPSI WILAYAH KECAMATAN PEDURUNGAN 3.1. PROFIL BADAN AMIL ZAKAT KECAMATAN PEDURUNGAN. Pedurungan Semarang

BAB I PENDAHULUAN. Zakat, Infaq, dan Sedekah (ZIS) merupakan ibadah yang tidak hanya

BAB I PENDAHULUAN. muslim dengan jumlah 88,1 persen dari jumlah penduduk indonesia

BAB III TINJAUAN UMUM KANTOR UPZ (UNIT PENGUMPUL ZAKAT) KECAMATAN TANGGEUNG CIANJUR

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang. Secara umum Badan Lembaga Agama mempunyai tujuan untuk mencapai

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. oleh peneliti maka didapat beberapa kesimpulan, yaitu:

BAB IV EFEKTIVITAS PENDISTRIBUSIAN ZAKAT DI BAZ KOTA SEMARANG

BAB IV ANALISIS MANAJEMEN DAKWAH DALAM MENINGKATKAN KUALITAS KEBERAGAMAAN SANTRI PONDOK PESANTREN SALAFIYYAH AL MUNAWIR GEMAH PEDURUNGAN KOTA SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. teknologi yang begitu pesat membuat perusahaan harus mampu mengelola sumber. politik, lingkungan sekitar dan kondisi ekonomi makro.

PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR... TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN DAN PENGELOLAAN ZAKAT, INFAK DAN SHADAQAH

BAB V SIMPULAN, SARAN DAN KETERBATASAN PENELITIAN

BAB II PENDAYAGUNAAN ZAKAT PRODUKTIF DALAM PENGEMBANGAN EKONOMI MUSTAH{IQ. pemberdayaan melalui berbagai program yang berdampak positif (mas}lahat)

Optimalisasi Pengelolaan Zakat di BAZNAS Tulungagung dilaksanakan. dengan beberapa langkah. Adapun langkah langkah pengoptimalan diantaranya

BAB I PENDAHULUAN. sehingga dituntut untuk memiliki transparansi dan akuntabilitas. Organisasi

PERATURAN DAERAH KOTA SOLOK NOMOR : 13 TAHUN 2003 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA WALIKOTA SOLOK

BAB V PEMBAHASAN. A. Pola Manajemen Pengelolaan Dana Zakat di Lembaga Amil Zakat Baitul. Maal Hidayatullah dan Al-Haromain Kabupaten Trenggalek

BAB V PENUTUP. pemasaran penghimpunan dana zakat, infaq dan shodaqoh pada Badan Amil

BAB I PENDAHULUAN. dihadapi oleh negara berkembang termasuk Indonesia. Masalah kemiskinan

BAB IV ANALISIS MANAJEMEN ZAKAT PRODUKTIF DALAM MENINGKATKAN PENDAPATAN MUSTAHIQ. A. Manajemen Zakat Produktif di Lembaga Amil Zakat Masjid Al-Akbar

BAB I PENDAHULUAN. warga non-muslim agar memeluk agama Islam. Hal ini diperlukan tujuan

BAB IV ANALISIS PARTISIPASI MASYARAKAT NAHDLATUL ULAMA DAN PENGELOLAAN DANA TERHADAP KEBERHASILAN PENGELOLAAN LAZISNU KOTA SURABAYA

BUPATI LUMAJANG PROVINSI JAWA TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. sebagai suatu kewajiban yang bersifat dogmatis dan hanya mengandung

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. sebanyak 38,4 juta jiwa (18,2%) yang terdistribusi 14,5% di perkotaan dan 21,1% di

BUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN

BAB I PENDAHULUAN. berbagai prosedur untuk menjadi seorang pegawai ataupun karyawan di sebuah

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dalam memahami zakat masih sedikit di bawah shalat dan puasa.

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA NOMOR 9 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA

BAB IV ANALISIS MANAJEMEN PENGELOLAAN DANA ZAKAT, INFAQ DAN SHADAQAH DI KJKS BMT ISTIQLAL PEKALONGAN

BAB I PENDAHULUAN. Menciptakan. Manifestasi dari kesadaran tersebut, bagi manusia akan tercapai

BAB IV ANALISIS MANAJEMEN PENGELOLAAN DANA SOSIAL PADA YAYASAN AL-JIHAD SURABAYA

BAB IV ANALISIS TERHADAP PRAKTEK PROGRAM MICROFINANCE SYARI AH BERBASIS MASYARAKAT (MISYKAT) DAN MANAJEMEN

PEMERINTAH KABUPATEN BUOL

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini makin sering terdengar ungkapan ya ng mengatakan. bahwa dunia moder n sudah memasuki era informasi.

BAB I PENDAHULUAN. pada Al-Qur an dan Hadist. Dana zakat yang terkumpul akan diberikan kepada

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG. Nomor 24 Tahun 2004 Seri E PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 24 TAHUN 2004 TENTANG

Sambutan Presiden RI pada Pencanangan Gerakan Nasional Wakaf Uang, 8 Januari 2010 Jumat, 08 Januari 2010

BAB III PENYAJIAN DATA. A.Sistem Pengelolaan Zakat pada Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) Kabupaten Karimun Provinsi Kepulauan Riau

BAB IV ANALISIS TERHADAP PENYELENGGARAAN BIMBINGAN MANASIK HAJI DI KEMENAG KABUPATEN SEMARANG DAN DI KBIH NU AL-NAHDHIYYAH SEMARANG

PEMERINTAH KABUPATEN BUNGO

BAB VI PENUTUP. Optimalisasi Pengelolaan Zakat di BAZNAS Tulungagung dilaksanakan

KEPUTUSAN MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 373 TAHUN 2003 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 38 TAHUN 1999 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT

PENGELOLAAN ZAKAT, INFAQ DAN SHADAQAH

BAB IV ANALISIS EFEKTIFITAS MANAJEMEN ZAKAT, INFAQ DAN SHADAQAH DI BMT BINTORO MADANI DEMAK. A. Manajemen ZIS di BMT BINTORO MADANI

BAB IV ANALISIS PENDAYAGUNAAN ZAKAT PRODUKTIF LAZ DOMPET DHUAFA PADA PROGRAM SOCIAL TRUST FUND (STF) DI SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. mencapai 238 Juta Jiwa. Dengan jumlah mayoritas muslim mencapai

BAB I PENDAHULUAN. dengan sesama manusia atau hablun minannas. Hubungan manusia dengan

PERATURAN DAERAH KOTA PRABUMULIH NOMOR 4 TAHUN 2004

BAB VII PENUTUP. Berdasarkan temuan data di lapangan dan analisis yang telah. dilakukan dengan melihat dari pembagian bidang jabatan, pendidikan

MANAJEMEN DANA ZAKAT DI BADAN AMIL ZAKAT DAERAH (BAZDA) KABUPATEN KENDAL

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA

BAB IV PENDAYAGUNAAN DANA ZAKAT DI BAZNAS KOTA SEMARANG UNTUK PENGEMBANGAN USAHA MIKRO. A. Program Pelaksanaan BAZNAS Kota Semarang dala Pendayagunaan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat Indonesia, yaitu kurang dari $ USA. Pada awal tahun 1997

BAB I PENDAHULUAN. penelitian ini adalah usaha mikro. Lokasi penelitian terpilih adalah Kota. fakta ini tergambar dalam tabel berikut: Tabel 1.

SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA NOMOR 4 TAHUN 2006 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT, INFAQ DAN SHADAQOH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB 1 PENDAHULUAN. pengembangan dunia pendidikan dan ilmu pengetahuan, pengembangan. serta bantuan lainnya (Depag RI, 2007 a:1)

ANALISIS PELAKSANAAN FUNGSI MANAJEMEN DI KSU LEPP M3 MINO LESTARI KABUPATEN PURWOREJO

BAB I PENDAHULUAN. Kemiskinan juga berarti akses yang rendah dalam sumber daya dan aset produktif untuk

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

PEMERINTAH KABUPATEN PARIGI MOUTONG

BUPATI MERANGIN, Menimbang : a.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Zakat merupakan salah zatu dari rukun Islam, seornag mukmin

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS WIRARAJA SUMENEP - MADURA

BAB I PENDAHULUAN. oleh seluruh bangsa di dunia, termasuk Indonesia. Salah satu problematika

MAKALAH MANAJEMEN BISNIS SYARI AH

BAB I PENDAHULUAN. dijauhi. Diantara perintah-perintah tersebut adalah saling berbagi - bagi

BAB I PENDAHULUAN. mendayagunakan semua sumber-sumber secara produktif untuk mencapai tujuan

isempurnakan) PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUNINGAN,

BAB I PENDAHULUAN. akademis serta bermunculannya lembaga perekonomian islam di Indonesia. Begitu

BAB IV ANALISIS KINERJA PELAYANAN LEMBAGA AMIL ZAKAT TERHADAP DONATUR DI YAYASAN DANA SOSIAL AL FALAH (YDSF) SURABAYA

PERSETUJUAN PEMBIMBING

BAB IV PENUTUP. A. Kesimpulan. Adapun kesimpulan yang dapat diambil oleh penulis dari hasil penelitian

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 17 TAHUN 2016 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB VI PENUTUP. 1. Pengelolaan zakat mal di BAZIS desa Slumbung dan LAZ Desa Bedug.

KEPUTUSAN GUBERNUR PROPINS DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA. Nrurn 121 TAHUN 2002 TENTANG

BAB V PEMBAHASAN. A. Pengelolaan Dana Zakat, Infaq dan Sedekah Dalam Pengembangan Usaha. Mikro di Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) Kabupaten

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN ACEH UTARA NOMOR : 11 TAHUN : 2004 SERI : D NOMOR : 4 KEPUTUSAN BUPATI ACEH UTARA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG

PEMERINGKATAN (RATING) LPZ DI INDONESIA

BAB 1 PENDAHULUAN. diwajibkan oleh Allah SWT untuk diberikan kepada mustahik yang telah

BAB I PENDAHULUAN. besar dalam mengumpulkan zakat sehingga jumlah zakat yang terkumpul. dapat membantu pemerintah mengentaskan kemiskinan.

BAB I PENDAHULUAN. untuk kesejahteraan masyarakat, selain itu juga dapat berupa shodaqoh

BAB IV ANALISIS FAKTOR MINAT MASYARAKAT MENJADI MUZAKKI DI LAZ MASJID AL AKBAR SURABAYA

BAB VII PENUTUP. pengendalian intern, harus dilaksanakan kelima unsur dari SPIP yaitu lingkungan

BAB 1 PENDAHULUAN. Angka kemiskinan di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta berdasarkan

BAB III ANALISIS PENDISTRIBUSIAN ZAKAT BAITUL MAAL HIDAYATULLAH KUDUS

BAB 1 PENDAHULUAN. Islam memandang bahwa sumber daya alam yang tersedia cukup untuk seluruh

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V PEMBAHASAN. berpengaruh terhadap minat membayar zakat di Badan Amil. Zakat Nasional (BAZNAS) Kabupaten Gresik.

OLEH MUHAMMAD SADLI HASIBUAN PROGRAM KEKHUSUSAN HUKUM PERDATA KEMASYARAKATAN ( PK III )

ANALISIS TENTANG STRATEGI PEMASARAN PENGHIMPUNAN DANA ZAKAT, INFAQ DAN SHODAQOH PADA BAZDA KABUPATEN WONOSOBO

BAB IV ANALISIS TERHADAP PENERAPAN MENEJEMEN PELAYANAN JAMA AH HAJI DI KBIH NAHDLOTUL ULAMA KAB. KUDUS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 7 TAHUN 2009 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SEMARANG,

Lampiran D UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG TIMUR NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT

pertama, Iman dan Ketaatan dari subyek amal. Dalam konteks zakat

Transkripsi:

BAB IV ANALISIS TERHADAP PENGELOLAAN ZAKAT, INFAQ DAN SHODAQOH UNTUK PENGEMBANGAN DAKWAH PADA BADAN AMIL ZAKAT (BAZ) KECAMATAN PEDURUNGAN 4.1.Analisis Terhadap Pengelolaan Zakat, Infaq, dan Shodaqoh untuk Pengembangan Dakwah pada Badan Amil Zakat Kecamatan Pedurungan Zakat merupakan ibadah yang sangat kental unsur sosialnya, seperti dalam konsep jaminan sosialnya Yusuf Qordhawi, yaitu salah satu cara untuk menyelesaikan masalah kemiskinan dalam Islam adalah dengan zakat (Qordhawi ; 1997 : 23). Di dalam zakat ada hak fakir miskin dan hak 6 ashnaf yang lainnya, dan ada juga kepercayaan umat akan dana zakat yang telah mereka bayarkan, untuk itu Badan Amil Zakat harus benar-benar professional dalam mengelolanya. Agar sukses mengelola zakat, maka dibutuhkan kiat manajemen. Hal ini berarti bahwa zakat membutuhkan pihak lain untuk mengelolanya, berarti unsur manajemen menjadi bagian vital dari sukses tidaknya pengelolaan zakat (Sudewo, 2004 : 60). BAZ Kecamatan Pedurungan sebagai salah satu organisasi pengelola zakat sudah barang tentu tidak bisa lepas dari keberadaan manajemen dalam menjalankan organisasinya. Untuk merealisasikan programprogram yang telah ditetapkan, BAZ Kecamatan Pedurungan menerapkan 82

fungsi manajemen yang meliputi planning, organizing, actuating dan controlling. Setiap usaha atau program kerja akan dapat berjalan secara lancar dan efektif apabila sebelumnya sudah direncanakan secara matang, baru setelah itu dilakukan proses pengorganisasian (organizing). Pengorganisasian merupakan keseluruhan proses pengelompokan orang-orang, alat-alat, tugas, tanggung jawab atau wewenang. Sedemikian rupa sehingga tercipta organisasi yang dapat digerakkan sebagai satu kesatuan dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditentukan (Sarwoto, 1978 : 77) Adapun langkah-langkah pengorganisasian adalah sebagai berikut : Pertama, membagi-bagi dan menggolong-golongkan tindakan dalam kesatuan-kesatuan tertentu. Dalam pengelolaan zakat terdapat tiga aktivitas besar, yaitu mengumpulkan, mendistribusikan dan mendayagunakan yang kesemuanya mempunyai tugas yang berbeda. Ketiga aktivitas tersebut dipecah dalam pekerjaan yang lebih kecil yang berurutan atau tugas dibagi-bagi dan dikhususkan atau spesialisasi pekerjaan. Dalam hal ini Winardi menyebutkan bahwa spesialisasi adalah proses dengan apa macam-macam tugas dan pekerjaan dan diterjemahkan kedalam suatu pembagian kerja (Winardi, 2000 : 38) dan pembagian pekerjaan yang paling sering digunakan adalah melalui metode departemen-departemen. Dalam rangka perincian kegiatan maka BAZ Kecamatan Pedurungan telah menspesifikasikan ketiga aktivitas besar tersebut menjadi lebih kecil dan 83

focus yang meliputi departemen-departemen seperti departemen pendayagunaan. Hal ini terbukti efektif karena dengan adanya spesialisasi pekerjaan tersebut, pekerjaan menjadi lebih ringan dan fokus kepada departemen-departemen yang paling banyak membutuhkan penanganan dapat ditangani dengan baik. Ada dua barang yang bersentuhan langsung dengan masyarakat baik muzakki ataupun mustahiq dan kedua bidang ini termasuk bidang yang paling banyak membutuhkan pekerjaan yaitu departemen penghimpunan da departemen pendayagunaan. Bidang pendayagunaan bertugas mendistribusikan zakat secara efektif dan tepat guna dengan melalui programprogram yang telah direncanakan sejak awal, dan dalam pelaksanaannya departemen pendayagunaan memperkerjakan lima orang pegawai dengan satu kepala bidang dan empat staf yang membantunya. Tetapi karena tugas yang banyak dan lokasi pendistribusiannya yang luas maka untuk bisa menyelesaikan program-programnya departemen pendayagunaan dibantu oleh petugas baru yang diambil dari anggota masyarakat dimana program itu dilaksanakan, petugas itu adalah koordinator lapangan. Kedua, penentuan dan penempatan pelaksanaan dalam setiap tindakan dan kesatuan tertentu. Hal ini diperlukan agar ada orang yang bertanggung jawab terhadap tugas dan tindakan yang telah ditetapkan sejak awal. Disamping itu, tugas dan tindakan organisasi dapat dilaksanakan dengan baik dan lancarsesuai dengan target dan tujuan yang ingin dicapai. 84

Satu hal yang harus diperhatikan dalam penempatan dan penetapan pelaksana adalah kesesuaian antara tugas dengan kemampuan dan keahlian para pelaksana. The right man in the right place adalah mengusahakan efisiensi kerja yang baik, dan efisiensi diperoleh apabila penempatan tenaga kerja sesuai dengan bidang dan keahliannya masing-masing. (Hardjito, 1997 : 9). Jadi orang yang tepat ditempat yang tepat merupakan hal yang mutlak perlu diperhatikan bagi efektifitas organisasi. Kondisi ini menuntut adanya profesionalisme dan proporsionalisme kinerja seseorang pelaksana. Dalam penempatan pelaksana, tugas tidak dikerjakan sendiri atau satu individu, melainkan dipecah menjadi beberapa bagian. Hal itu maksudkan agar tugas tersebut tidak terlalu berat sehingga dapat direalisasikan dengan baik, begitu juga pada BAZ Kecamatan Pedurungan terdapat beberapa petugas yang masing-masing mempunyai tugas dan wewenang sendiri-sendiri yang terbagi di berbagai bidang pula. Menurut penulis dengan adanya beberapa petugas di berbagai bidang tersebut, masih kurang optimal disebabkan karena banyaknya pekerjaan dan luasnya jangkauan wilayah yang menjadi target, baik untuk mustahiq maupun untuk muzakki terutama di bidang pengumpulan dan pendayagunaan yang langsung bersentuhan dengan mereka, untuk itu dibutuhkan tenaga-tenaga lain yang bisa membantu kedua bidang tersebut agar program-programnya bisa sukses. Ketiga, pemberian wewenang dan tanggung jawab kepada masingmasing pelaksana. 85

Penyerahan petugas kepada para pelaksana haruslah diikuti dengan pemberian wewenang atau kekuasaan dari pimpinan. Hal ini bertujuan agar tugas yang diserahkannya itu dapat dilaksanakan dengan lancar. Wewenang (authorithy) merupakan dasar untuk bertindak, berbuat dan melakukan kegiatan aktivitas dalam sebuah perusahaan atau organisasi (Hasibuan, 2003 : 66). Tanpa adanya wewenang atau kekuasaan, maka pelaksana tidak dapat mengambil keputusan dan tindakan mengenai segala sesuatu yang berhubungan dengan pelaksanaan tugasnya yang tentunya akan menghambat pelaksanaan tugas tersebut. Seperti pedapat G.R Terry bahwa wewenang adalah hak-hak yang bergandengan dengan tanggung jawab, maka setiap wewenang akan menimbulkan hak (right), dan kewajiban untuk melaksanakan serta mempertanggung jawabkannya. (Terry, 2003 : 70). Keempat, menetapkan jalinan hubungan kerja Pembagian tugas atas dasar fungsi yang mewujudkan bagian dari biro, kemudian pembedaan tugas pokok, pembedaan besar dan luasnya tanggung jawab dari tiap pimpinan bagian, pimpinan seksi, sampai pada para pelaksana seringkali menimbulkan masalah. Masalah tersebut biasanya timbul karena adanya kecenderungan dari masing-masing kesatuan dan masing-masing orang untuk lebih mementingkan dirinya sendiri. Tentunya jika masalah tersebut dibiarkan akan mengganggu usaha kerjasama dalam proses pencapaian tujuan. Oleh karena itu, dalam rangka pencapaian tujuan pengelolaan zakat dan agar zakat bisa sampai ke tangan mustahiq dengan tepat guna, maka 86

pengelola zakat harus menjalin hubungan yang baik antara pimpinan dan stafnya, atau antara karyawan satu dengan karyawan yang lain. Dalam hal ini manajer BAZ Kecamatan Pedurungan sudah memberikan pengertian bahwa sebenarnya perbedaan tugas serta perbedaan besarnya tugas dan tanggung jawab antara yang satu dengan yang lainnya adalah dalam rangka mencapai sasaran dan tujuan yang sama. Tetapi koordinator lapangan untuk program KSM kurang tepat masuk dalam langkah penepatan jalinan hubungan kerja karena mereka hanya diserahi tanggung jawab tetapi tidak diberi wewenang, jadi mereka hanya sebagai objek dari program KSM yang diadakan BAZ Kecamatan Pedurungan Semarang, walaupun begitu dari kesemuanya mengemban amanat yang sangat besar karena selain pertanggung jawaban dengan manusia juga ada yang lebih besar, yaitu dengan Allah SWT. Maka masing-masing harus saling menunjang dan membantu yang lain agar terjalin suatu kerjasama yang baik yang tentunya dapat mengarah kepada pencapaian tujuan bersama. 4.2.Analisis Program-Program Yang Disusun Untuk Pengembangan Dakwah Di Badan Amil Zakat (BAZ) Kecamatan Pedurungan. Dalam strategi pendayagunaan zakat yang dilakukan oleh BAZ Kecamatan Pedurungan salah satunya adalah melalui program KSM (Kelompok Swadaya Masyarakat). Setiap KSM mempunyai tersendiri dalam pelaksanaannya begitu juga dengan KSM yang ada di Kecamatan Pedurungan. 87

Program-program yang telah disusun untuk setiap kelurahan telah dibahas di BAB III, adapun penerapan dan realitas di lapangan adalah sebagai berikut : 1. Pengembangan Ekonomi Umat Mengingat kondisi masyarakat yang dirasa mengalami kesulitan, maka program ini sangat tepat ditujukan kepada masyarakat yang kurang mampu seperti mereka pedagang sapu atau pedagang warung kecil. Karena pemberian modal ini sangat membantu mereka untuk menciptakan lapangan kerja tambahan atau setidaknya dapat menyelamatkan usaha mereka yang telah berjalan. Apalagi sebelum pemberian modal usaha telah diadakan survey sehingga selain telah menentukan sasaran yang tepat, dana zakat tersebut juga bisa produktif bagi para Muzakki. Penyaluran modal yang diberikan memang dirasakan cukup membantu mereka dalam merintis usaha kecil dan modal yang sudah diberikan tidak perlu dikembalikan karena memang diperuntukkan bagi mereka. 2. Pembinaan SDM Dengan maksud agar ada perbedaan antara modal usaha yang diberikan dari bank dan modal usaha dari dana zakat, maka BAZ Kecamatan Pedurungan membuat program pemberdayaan umat yaitu dengan adanya wahana pembinaan dan komunikasi yang diisi dengan pembinaan keagamaan, manajemen, serta life skill. Wahana pembinaan ini dimaksudkan untuk meningkatkan wahana dari anggota KSM baik secara 88

keagamaan dalam sehari-hari dan juga kualitas manajemen yaitu dengan menggali potensi dan keterampilan agar berkembang. Secara umum program ini sangat bermanfaat bagi para anggota KSM untuk meningkatkan SDM mereka baik agama ataupun manajemen life skill, tetapi karena pembinaan ini baru diadakan 5 kali dalam kurun wkatu satu tahun diadakannya program ini di setiap kelurahan Kecamatan Pedurungan, belum terlihat hasilnya dari anggota KSM tersebut, selain itu penyampaian pembinaan tentang life skill dan manajemen yang hanya berbentuk ceramah dengan materi-materi tentu dirasa kurang tepat dan tidak memberi kontribusi yang banyak bagi mereka yang secara umum mereka hanya lulusan SD atau tidak sekolah sama sekali. Sehingga membuat program ini kurang mendapat respons dari anggota KSM. Sedangkan untuk materi agama sudah cukup pas bagi mereka, karena bisa dipergunakan dalam ibadah keseharian mereka. Adapun untuk kegiatan memonitor KSM belum sepenuhnya berhasil, karena penerapan dari pembinaan tersebut dilakukan oleh pribadi setiap individu, sehingga hasilnya tidak diketahui secara pasti, sedangkan tim pendayagunaan hanya sebatas melihat dan mengingatkan saja. Untuk itu perlu diadakan perbaikan dan penyempurnaan dalam program ini secara kualitas baik isi ataupun cara penyampaian agar program ini dapat berhasil. 3. Pemberian beasiswa bagi anak-anak anggota KSM dan layanan sosial bagi masyarakat kecamatan pedurungan. 89

Sebenarnya program yang selalu ada dari lembaga filantropi dan yang termasuk mudah dilakukan adalah pemberian beasiswa bagi anakanak dari keluarga miskin yang berprestasi dan layanan sosial seperti pemberian fasilitas kesehatan secara cuma-cuma. Akan tetapi ralitas yang dihadapi oleh BAZ Kecamatan Pedurungan, program tersebut belum dapat berjalan sesuai dengan rencana dikarenakan terbatasnya anggaran untuk kedua program tersebut. Berdasarkan hasil penelitian penulis pada program ini, hanya sebagian program yang terealisasikan. Program-program tersebut yaitu pemberian modal usaha dengan pembinaan SDM itupun belum benarbenar berjalan dengan baik. Faktor yang menjadi penghambat dari realitas ini adalah persoalan waktu ketersediaan dana dan kurang maksimalnya proses manajemen yang diterapkan. Dari sini dapat penulis simpulkan bahwa secara umum pelaksanaan program-program yang dibuat KSM di Kecamatan Pedurungan belum berjalan secara optimal. Hal ini disebabkan karena kurangnya SDM yang dimiliki BAZ Kecamatan Pedurungan yang membuat program ini kurang dikelola secara baik, kurangnya koordinasi yang baik antara petugas dari tim pendayagunaan dan korlap, keterbatasan dana yang menyebabkan hanya sebagian program yang dapat terlaksana. Sehingga ke depannya memerlukan upaya perbaikan dan penyempurnaan baik manajemen ataupun SDM dan dana agar program yang dibuat oleh lembaga zakat tidak seperti buatan lembaga sosial lainnya. 90

4.3.Analisis Faktor Pendukung dan Penghambat dalam Pengelolaan Zakat, Infaq dan Shodaqoh untuk Pengembangan Dakwah di Kecamatan Pedurungan. BAZ Kecamatan Pedurungan sebagai salah satu Badan Amil Zakat dalam pengelolaan dan pendistribusiannya mencoba untuk seprofesional mungkin dan tetap memegang teguh amanat umat, akan tetapi dalam pelaksanaannya tetap menghadapi kendala, seperti dibahas di BAB III ada beberapa faktor penghambat dan faktor pendukung yang dihadapi dalam pengelolaan zakat untuk pengembangan dakwah di Kecamatan Pedurungan. 1. Faktor Pendukung Dengan adanya petugas BAZ bekerja sungguh-sunguh dan memfokuskan pada pekerjaan mereka sebagai amil yang tentu saja dakan memperlancar proses pendistribusian tersebut, maka didalamnya harus ada budaya kerja dengan ikhlas, amanah dan profesional. Karena tugas sebagai amil merupakan tugas yang mulia dan para petugasnya mempunyai kesamaan pandangan bahwa dari keseluruhan aktivitas yang dilakukan dalam bekerja di BAZ semata-mata hanya untuk menegakkan agama Islam sehingga pertanggung jawabannya tidak hanya kepada manusia saja tetapi lebih dari itu. Petugas dalam melaksanakan segala aktivitasnya hanya mengharap ridho dari Allah. Disamping itu yang tak kalah pentingnya adalah adanya relasi tetap dari beberapa perusahaan dan instansi pemerintah yang memberikan zakat hasil dari pengumpulan zakat karyawan-karyawan dan juga dari donatur 91

lainnya, membuat program-program pendayagunaan zakat dapat terlaksana. 2. Faktor Penghambat Sumber daya manusia merupakan aset yang sangat berharga bagi pengelola. Ketika dalam suatu organiasi memiliki kekurangan dalam bidang sumber daya manusia tentunya sangat menganggu akan kelancaran dalam pelaksanaan program-programnya. Sehingga banyak petugas yang melakukan tugas ganda. Dan tentu saja hal itu bisa mempengaruhi kelancaran pengelolaan zakat. Penyebab yang lainnya adalah kurang tampaknya antara petugas BAZ dengan pihak yang lainnya. Para petugas hanya sedikit dengan jangkauan wilayah yang sangat luas sehingga membuat pekerjaan mereka sangat banyak dan semua itu membuat beberapa program kurang berjalan baik. Sementara untuk dananya masih minim, yang terpenting dalam Badan Amil Zakat adalah zakat itu sendiri, baik berupa zakat infaq, shodaqoh atau yang lainnya. Sehingga ketika hanya sedikit dana yang masuk tentu saja itu sangat berpengaruh dalam proses pengelolaan dan pendistribusiannya. Dalam hal ini di BAZ Kecamatan Pedurungan harus lebih banyaj mensosialisasikan program-program pengumpulan zakat ke berbagai pihak, karena selama ini usaha tersebut masih kurang. 92