MANAJEMEN PEMBELAJARAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA BERDASARKAN KURIKULUM 2004 (STUDI KASUS DI KELAS XI SMA MUHAMMADIYAH GUBUG) TESIS

dokumen-dokumen yang mirip
PENGARUH MANAJEMEN PEMBELAJARAN REMIDIAL DENGAN TUGAS BERSTRUKTUR TERHADAP HASIL BELAJAR PKN DITINJAU DARI MOTIVASI BELAJAR SISWA

PENGEMBANGAN KTSP PERT KE-11

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan. Indonesia sebagai suatu bangsa yang sedang giat-giatnya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendidikan, manusia dapat mengembangkan diri untuk menghadapi tantangan

BAB I PENDAHULUAN. Efektivitas proses..., Hani Khotijah Susilowati, FISIP UI, Universitas Indonesia

PENGELOLAAN PEMBELAJARAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI TESIS

MENERAPKAN PENILAIAN AUTENTIK DI MADRASAH ALIYAH KARAWANG

(Staf Pengajar Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Yogyakarta) Kata kunci: pembelajaran ekonomi, penilaian berbasis kompetensi.

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembelajaran merupakan usaha sadar dan disengaja oleh guru untuk

BAB I PENDAHULUAN. potensi dirinya melalui proses pembelajaran ataupun dengan cara lain yang

ANALISIS DAMPAK AKREDITASI SEKOLAH DALAM PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN (Studi Kasus Di SD Negeri Donohudan 3 Kecamatan Ngemplak Kabupaten Boyolali)

BAB I PENDAHULUAN. 2008:73). Pada jaman dahulu dongeng disampaikan secara lisan sebelum

BAB I PENDAHULUAN. zaman. Perkembangan zaman tersebut secara tidak langsung menuntut suatu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keberhasilan dalam pembelajaran dipengaruhi oleh faktor-faktor yang

berbahasa pada mata pelajaran Bahasa Indonesia di SD diarahkan untuk meningkatkan keterampilan siswa dalam berkomunikasi secara lisan maupun tulisan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Rohyan Sosiadi, 2013

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS CERPEN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KETERAMPILAN PROSES DENGAN MEDIA SURAT KABAR PADA SISWA KELAS X 5 SMA NEGERI 2 PATI TESIS

HUBUNGAN ANTARA PENILAIAN GURU TERHADAP KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DENGAN KINERJA GURU SAINS (PA) SMP NEGERI DI KABUPATEN SUKOHARJO RINGKASAN TESIS

BAB I PENDAHULUAN. suatu bangsa dan negara. Di negara-negara maju, pendidikan sangat

I. PENDAHULUAN. timbul pada diri manusia. Menurut UU RI No. 20 Tahun 2003 Bab 1 Pasal 1

BAB I PENDAHULUAN. erat. Hal ini terbukti dengan adanya fakta bahwa perkembangan ilmu

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan membantu peserta didik mengenal dirinya, budayanya, mengembangkan gagasan dan perasaan serta dapat digunakan untuk

KONSEP DASAR KURIKULUM 2004

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Memasuki Abad 21, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang

BAB I PENDAHULUAN. dalam penguasaan ilmu dan teknologi agar sejajar dengan bangsa-bangsa maju di

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Ekonomi Akuntansi. Disusun Oleh:

PELAKSANAAN PEMBELAJARAN PUISI DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (STUDI KASUS DI SMP NEGERI 2 BAKI, SUKOHARJO) Skripsi

BAB I PENDAHULUAN. pokok dalam membentuk generasi masa mendatang. Hal tersebut sebagaimana

BAB 1 PENDAHULUAN. Secara umum, menulis merupakan salah satu aspek dari keterampilan

MANAJEMEN PEMBELAJARAN PROGRAM AKSELERASI DALAM PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN (Studi Kasus di SMP Negeri 9 Surakarta)

BAB I PENDAHULUAN. sengaja, teratur dan berencana dengan maksud mengubah atau

BAB.I. PENDAHULUAN. landasan moral, dan etika dalam proses pembentukan jati diri bangsa. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi seperti sekarang ini akan membawa dampak diberbagai bidang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan harus mengantisipasi tuntutan hidup untuk beradaptasi

BAB 1 PENDAHULUAN. sumber daya yang profesional adalah aspek yang saling berkaitan. dapat meningkat sesuai dengan yang diharapkan.

BAB I PENDAHULUAN. melalui berbagai upaya yang berlangsung dalam lingkungan keluarga, sekolah dan

RENCANA PEMBELAJARAN

BAB I PENDAHULUAN. di tingkat dasar dalam rangka mencapai tujuan pendidikan nasional.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu sarana dalam meningkatkan mutu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan di Indonesia haruslah memberi landasan dan penguatan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mampu bertahan hidup dan ikut berperan pada era globalisasi. dilakukan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.

Oleh : Asrifah Imami NIM : K BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. di hampir semua aspek kehidupan manusia. Di satu sisi perubahan itu bermanfaat

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan nasional yang diatur secara sistematis. Pendidikan nasional berfungsi

STRATEGI PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI SLTP ALTERNATIF QARYAH THAYYIBAH KALIBENING SALATIGA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN KAJIAN KETERBACAAN DAN NILAI KARAKTER TEKS ARTIKEL HARIAN KOMPAS SERTA UPAYA PEMANFAATANNYA SEBAGAI BAHAN AJAR MEMBACA KRITIS

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. tersebut dapat memenuhi keutuhan atau tujuan yang dimilikinya.

BAB I PENDAHULUAN. merupakan aspek strategis bagi suatu negara. Sifat pendidikan adalah

BAB I PENDAHULUAN. jenjang pendidikan di Indonesia bertujuan agar siswa terampil berbahasa dan

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah proses perkembangan dan penyesuaian seseorang. dengan lingkungan masyarakat dan kebudayaan untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa ini peran dan fungsi pendidikan sekolah semakin penting dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Nasional yang tercantum dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional

DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA IMPLEMENTASI KTSP DALAM PEMBELAJARAN

BAB I PENDAHULUAN. luar pendidikan formal yang teroganisasi, sistematis, dan berjenjang.

BAB 1 PENDAHULUAN. terpenting dalam bidang pendidikan. Pendidikan yang berkualitas adalah yang. Pasal 3 tentang fungsi dan tujuan pendidikan adalah:

BAB I PENDAHULUAN. menentukan keberhasilan Kegiatan Belajar Mengajar (KBM), yang meliputi: guru,

BAB I PENDAHULUAN. arti formal, yaitu pendidikan yang diterima oleh siswa melalui guru dan biasanya

BAB I PENDAHULUAN. tercapainya manusia dan masyarakat berkualitas yang memiliki kecerdasan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Undang-Undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

2015 PENGEMBANGAN BAHAN AJAR MATA PELAJARAN DASAR DAN PENGUKURAN LISTRIK UNTUK SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN

BAB I PENDAHULUAN. perencanaan Millenium Development Goals (MDGS), yang semula dicanangkan

BAB I PENDAHULUAN. mutu pendidikan nasional dan menghasilkan lulusan yang memiliki keunggulan

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

PENERAPAN KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI MATA PELAJARAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA KELAS XI SMK MUHAMMADIYAH 3 SURAKARTA

PENERAPAN ALAT PENILAIAN BERBASIS KOMPETENSI PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BAGI SISWA SD MUHAMMADIYAH I MALANG

Efektivitas Penggunaan Media Interaktif Berbasis ICT terhadap Hasil Belajar IPS Terpadu

BAB I PENDAHULUAN. global. Salah satu komponen penting dari sistem pendidikan tersebut adalah kurikulum,

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Menurut Muhaimin (2008: 333), kurikulum adalah seperangkat

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

I. PENDAHULUAN. positif dan negatif pada suatu negara. Orang-orang dari berbagai negara

BAB I PENDAHULUAN sangat banyak sekali perubahan setiap pergantian Menteri Pendidikan,

BAB I PENDAHULUAN. siswa untuk memahami nilai-nilai warga negara yang baik. Sehingga siswa

BAB 1 PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting untuk dijalani oleh

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan ujung tombak untuk meningkatkan sumber daya

Landasan Pengembangan Kurikulum. Farida Nurhasanah, M.Pd Sebelas Maret University Surakarta-2012

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

SALINAN LAMPIRAN PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 55 TAHUN 2017 TENTANG STANDAR PENDIDIKAN GURU

BAB I PENDAHULUAN. demokratis, dan cerdas. Pendidikan ( UU SISDIKNAS No.20 tahun 2003 ) adalah

KESIAPAN SEKOLAH DALAM PENERAPAN KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (KTSP) DI SEKOLAH DASAR ISLAM AL HILAL RAWA LUMBU, BEKASI Tahun Ajaran 2008/2009

PENGARUH PENGGUNAAN METODE PEMBELAJARAN INQUIRY

I. PENDAHULUAN. berpengaruh dalam kemajuan suatu bangsa. Pendidikan juga awal dari. terbentuknya karakter bangsa. Salah satu karakteristik bangsa yang

2015 PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI TERHADAP KREATIVITAS SISWA

UPAYA PENINGKATAN KINERJA GURU

BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Pendidikan Nasional berfungsi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam aktivitas kehidupan sehari-hari, manusia hampir tidak pernah dapat

BAB I PENDAHULUAN. yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Kurikulum mempunyai kedudukan sentral dalam seluruh proses pendidikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fifi Nurshifa Budiarti, 2016 Studi Implementasi Kurikulum 2013 PAUD di TK Negeri Pembina Se Kota Bandung

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan pendidikan, sampai kapanpun dan dimanapun ia berada.

BAB I PENDAHULUAN. Ketatnya persaingan dalam lapangan kerja menuntut lembaga pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. dapat mengaplikasikan materi ajar yang didapatnya di kelas ke dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. matematika kurang disukai oleh kebanyakan siswa. Menurut Wahyudin (1999),

Transkripsi:

MANAJEMEN PEMBELAJARAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA BERDASARKAN KURIKULUM 2004 (STUDI KASUS DI KELAS XI SMA MUHAMMADIYAH GUBUG) TESIS Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Derajat S-2 dalam Program Studi Magister Manajemen Pendidikan Program Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Surakarta Oleh EDI SUTOPO NIM : Q 1000 30108 Program Studi : Magister Manajemen Pendidikan Konsentrasi : Manajemen Sistem Pendidikan PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2006

A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Pendidikan adalah salah satu modal untuk meningkatkan derajat dan kualitas hidup suatu bangsa. Pendidikan adalah usaha sadar yang sengaja dirancang untuk menciptakan kualitas sumber daya manusia melalui aktivitas pembelajaran. Pendidikan dengan demikian merupakan elemen paling mendasar dan penting sehingga dari waktu ke waktu perlu ditingkatkan kualitasnya. Pendidikan merupakan faktor penting dalam pembangunan. Arah pendidikan masa depan harus mampu memberikan jalan pemecahan masalah bagi pembangunan yakni tersedianya sumber daya insani yang berkualitas sehingga mampu mengantisipasi setiap perubahan dengan cepat (Soetarno. 2002: 1). Terjadinya perubahan pada tataran global akan berpengaruh pada perubahan dan perkembangan dalam kehidupan masyarakat. Konsekuensi dari kecenderungan global tersebut adalah kepentingan ekonomi menjadi unsur yang sangat berpengaruh terhadap hubungan antarmanusia, terjadinya perubahan struktur lapisan sosial sebagai akibat perkembangan bidang profesi, orang akan mengejar status dan peranannya lewat perolehan keterampilan dan keahlian yang didapat melalui pendidikan, dan terjadinya peningkatan jumlah penduduk usia produktif konsekuensinya menuntut pengembangan sumber daya insani secara lebih berkualitas dan diselenggarakan secara lebih efisien.

Globalisasi yang ditandai dengan kemajuan cepat serta mendunia di bidang informasi dan teknologi dalam dua dasawarsa terakhir telah berpengaruh pada peradaban manusia melebihi jangkauan pemikiran sebelumnya. Pengaruh ini terlihat pada pergeseran tatanan sosial, ekonomi, dan politik yang memerlukan keseimbangan baru antara nilai-nilai, pemikiran, serta cara-cara kehidupan yang berlaku pada konteks global dan lokal. Dewasa ini, globalisasi secara jelas telah berpengaruh pada kemampuan suatu negara. Dengan demikian hanya negara yang mempunyai pemahaman dan kearifan tentang proses serta tantangan globalisasi akan mempunyai kesempatan untuk dapat bertahan hidup, produktif, sejahtera, damai, dan aman dalam masyarakat dunia. Kesejahteraan suatu bangsa dengan demikian perlu diperhitungkan kembali. Kesejahteraan bangsa tidak dapat lagi diartikan dengan banyaknya sumber daya alam yang dimiliki tetapi tingginya daya saing, daya adaptasi, dan kompetensi suatu bangsa. Dengan memiliki ketiga hal tersebut akan lebih mudah bagi bangsa Indonesia untuk mengejar kemajuan negara lain. Globalisasi dan kemajuan teknologi informasi menyebabkan fenomena perkembangan ekonomi berbasis pengetahuan. Pasar bebas, kemampuan bersaing, penguasaan teknologi menjadi makin penting untuk kemajuan suatu bangsa. Sumber daya alam yang terbatas tidak dapat lagi menjadi tumpuan modal karena sumber kesejahteraan suatu bangsa telah bergeser dari modal fisik ke modal intelektual, pengetahuan, dan kredibilitas.

Abad pengetahuan ini diperlukan masyarakat berpengetahuan yang belajar sepanjang hayat sehingga tidak boleh seorang pun untuk tidak memperoleh pengetahuan dengan standar kualitas yang tinggi. Sifat pengetahuan serta keterampilan yang harus dikuasai oleh masyarakat sangat beragam dan berkualitas. Untuk itu, diperlukan kurikulum yang disertai dengan kemampuan metakognitif dan kompetensi untuk berpikir bagaimana berpikir, belajar bagaimana belajar dalam mengakses, memilih, dan menilai pengetahuan serta mengatasi situasi ambigu dan ketidakpastian. Kurikulum juga perlu memuat isuisu global seperti demokrasi, hak asasi manusia, lingkungan, dan konsensus pada nilai-nilai universal. Kurikulum yang berbasis kompetensi dapat menghasilkan tamatan yang kompeten dan cerdas dalam membangun identitas, budaya serta bangsanya. Kurikulum seperti ini memberikan dasar-dasar pengetahuan, keterampilan, dan pengalaman belajar yang membangun integritas sosial, membudayakan serta mewujudkan karakter nasional. Kompetensi dalam kurikulum dapat memudahkan penyajian pengalaman belajar dengan integrasi mata pelajaran yang sejalan dengan prinsip belajar sepanjang hayat untuk membangun empat pilar pendidikan, yaitu: (1) belajar untuk memahami, (2) belajar untuk berbuat kreatif, (3) belajar untuk hidup dalam kebersamaan, (4) belajar untuk membangun serta mengekspresikan jati diri yang dilandasi ketiga pilar sebelumnya (Ella Yulaelawati, 2004: 18).

Pemerintah telah mengeluarkan Kurikulum 2004 yang berbasis kompetensi sehingga disebut Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK). Kurikulum 2004 adalah bentuk pendidikan yang diselenggarakan untuk menyiapkan lulusan menguasai seperangkat kompetensi yang bermanfaat bagi kehidupannya kelak. Kurikulum 2004 adalah kurikulum yang dikembangkan berdasarkan seperangkat kompetensi tertentu. Pembelajaran berbasis kompetensi adalah program pembelajaran yang menuntut hasil belajar atau kompetensi yang harus dicapai siswa, sistem penyampaian, dan indikator pencapaian hasil belajar dirumuskan secara tertulis sejak perencanaan dimulai. Menurut Djemari Mardapi et al. (2004: 5) karakteristik kurikulum berbasis kompetensi adalah (1) hasil belajar dinyatakan dengan kemampuan atau kompetensi yang dapat didemonstrasikan atau ditampilkan, (2) semua peserta didik harus mencapai ketuntasan belajar, yaitu menguasai semua kompetensi dasar, (3) kecepatan belajar peserta didik tidak sama, (4) penilaian menggunakan acuan kriteria, (5) ada program remidial, pengayaan, dan percepatan, (6) tenaga pengajar merancang pengalaman belajar peserta didik, (7) tenaga pengajar sebagai fasilitator, dan (8) pembelajaran mencakup aspek afektif yang terintegrasi dalam semua bidang studi. Dibandingkan dengan Kurikulum 1994, Kurikulum 2004 jauh menunjukkan kemajuan yang sangat signifikan dilihat dari berbagai aspek. Kurikulum 1994 lebih menitikberatkan pada aspek kognitif dengan penguasaan materi yang sangat padat. Untuk memperbaikinya maka pada Kurikulum 2004 ini

lebih menitikberatkan pada penguasaan kompetensi yang harus dikuasai siswa. Perbedaan antara Kurikulum 1994 dengan Kurikulum 2004 selengkapnya ditunjukkan pada tabel berikut: Tabel 1 Perbedaan Kurikulum 1994 dan 2004 Aspek Kurikulum 1994 Kurikulum 2004 Pusat perhatian Penyampaian materi pelajaran oleh guru Kompetensi dasar yang dikuasai siswa Pengambil keputusan Semua aspek kurikulum ditentukan oleh departemen Pembagian wewenang dalam menentukan kurikulum Hasil pendidikan Tekanan berlebihan pada Menekankan pada Proses Penilaian aspek kognitif Teaching: Berpusat pada guru Metode monoton Guru sumber ilmu Acuan norma dan tes objektif keutuhan Learning: Berpusat pada siswa Metode bervariasi Guru sebagai fasilitator Acuan kriteria, tes, dan portofolio, (Authentic Assesment) Sumber: Diadaptasi dari Depdiknas (2003:8) dan Haryono (2004:3) Berdasarkan Tabel di atas, nampak bahwa salah satu elemen dasar pengembangan pendidikan adalah guru. Kurikulum 2004 yang berbasis kompetensi memberikan kepada guru dan sekolah kewenangan cukup maksimal untuk mengembangkan ide dan kreativitasnya dalam mengembangkan pembelajaran. Hal itu sesuai dengan pendapat Soetarno (2003:55) yang menyatakan bahwa untuk mewujudkan apakah pembelajaran itu efektif atau tidak

akan sangat ditentukan oleh peran atau posisi sentral pengajar sebagai pengelola pembelajaran. Penampilan guru dalam mengajar sangat berpengaruh dalam menentukan kualitas belajar peserta didik sedangkan kualitas belajar peserta didik akan menjadi indikator utama pembelajaran yang efektif. Komponen kemampuan guru adalah salah satu komponen yang sangat penting karena kualitas pembelajaran ditentukan oleh kemampuan guru ( Dwi Atmojo Heri, 2003: 69). Sebegitu penting peran guru, dikatakan bahwa dalam diri seorang guru yang efektif harus didapati sikap bijak Nabi Sulaiman, kemauan memahami Sigmund Freud, kepandaian Einstein, dan dedikasi Florence Nightingale (Borich, 1996: 2). Guru yang efektif adalah guru yang mengajar dengan efektif, mengajar pertama-tama dipahami sebagai seni sekaligus sebagai ilmu. Mengajar sebagai seni ditunjukkan dengan antusiasmenya, sebagai ilmu ditunjukkan dengan penarapan prinsip-prinsip ilmiah yang meliputi: (1) mengidentifikasi tujuan, (2) merencanakan strategi mencapai tujuan, (3) mengumpulkan dan mengevaluasi data, dan (4) mengomunikasikan hasil-hasilnya (Soetarno, 2003: 55-56). Guru sebagai ilmuwan juga dituntut untuk terus belajar, menjadi teladan bagi anak didiknya, membantu peserta didik memperoleh yang terbaik dari pembelajaran yang dikelolanya atau guru yang berhasil membawa peserta didik dapat menguasai kemampuan yang menjadi tujuan pembelajaran. Dalam hal ini kemampuan guru dalam memotivasi peserta didik untuk memperoleh sesuatu yang terbaik dari proses belajar mengajar merupakan hal yang sangat mendasar. Guru dituntut kemampuannya untuk menciptakan suasana kelas sebagai

masyarakat belajar yaitu tempat peserta didik datang dengan maksud utama belajar bekerjasama dengan guru dan seluruh teman. Suasana seperti itu akan menciptakan suasana aman, nyaman, dihargai sehingga timbul ikatan emosional positif dari peserta didik yang pada gilirannya mendorong tumbuhnya motivasi belajar dan berprestasi (Soetarno, 2003: 56; Nana Syaodih Sukmadinata, 2003: 151-154). Seorang guru dituntut untuk melakukan pengelolaan perencanaan pembelajaran, menentukan strategi pembelajaran, mempraktikkan model pembelajaran dengan cara memperkirakan tingkat pencapaian oleh peserta didik. Berarti bahwa guru yang profesional melakukan tugasnya dalam tahap pengorganisasian, perencanaan, dituntut memiliki pengetahuan yang memadai tentang disiplin ilmu manajemen pengelolaan pembelajaran, sehingga menentukan bahan ajar dengan berbagai kemungkinan pokok bahasan atau tematema yang dapat dipilih untuk mencapai tujuan pembelajaran sesuai kompetensi yang disyaratkan oleh silabus mata pelajaran. Di samping itu, seorang guru dituntut memiliki pengetahuan dan pemahaman yang memadai tentang pendistribusian dalam mengadopsi model dan metode belajar sesuai dengan potensi untuk mencapai tujuan pembelajaran. Di sisi lain, guru juga dituntut memiliki pengetahuan tentang berbagai media dan sumber belajar yang dapat dimanfaatkan untuk mendayagunakan semua pengetahuan tersebut dalam suatu perencanaan proses belajar.

Komponen utama pembelajaran antara lain peserta didik, guru, sumber belajar, metode, media/alat, dan lingkungan. Untuk melihat kualitas pembelajaran di sekolah, variabel-variabel yang diduga menentukan adalah: (1) kemampuan guru dalam merencanakan pembelajaran, (2) penguasaan guru pada bidang yang diajarkan atau isi bahan ajar yang bersumber dari kurikulum, (3) keterampilan guru dalam menyampaikan pembelajaran dengan mempergunakan berbagai media pembelajaran, (4) kemampuan guru mengelola pembelajaran di kelas, (5) kemampuan guru memilih media yang cocok dan mengembangkan media, (6) kemampuan guru dalam menyusun alat evaluasi standar buatan guru, dan (7) kemampuan guru dalam memperbaiki pembelajaran (Depdiknas, 2005:7). Berdasarkan hal-hal di atas dapat disimpulkan bahwa semakin berkualitas manajemen pembelajaran di kelas diharapkan akan semakin meningkat kualitas hasil belajar yang dicapai siswa. Oleh karena itu, apabila saat ini kualitas hasil belajar siswa ingin ditingkatkan yang tak sebatas pada pengembangan berpikir kreatif maka yang terlebih dahulu dibenahi dan ditingkatkan adalah kualitas pembelajarannya, khususnya pendekatan dan metode, serta evaluasi atau penilaian yang dilaksanakan oleh guru. Pada kenyataannya, guru-guru belum melakukan kegiatan seperti tersebut di atas. Penelitian Philip Suprastowo (1999) tentang kemampuan guru mengelola pembelajaran menyimpulkan bahwa berdasarkan observasi kelas dan wawancara terhadap 18 guru Bahasa Indonesia kelas II SLTP di berbagai wilayah menunjukkan bahwa guru umumnya belum memiliki kemampuan yang baik

dalam perencanaan dan pelaksanaan kegiatan belajar mengajar (pembelajaran). Buku paket diandalkan sebagai acuan mengajar daripada acuan perencanaan yang semestinya mereka susun. Tujuan pembelajaran bahasa agar siswa mampu membaca, menyimak, menulis, dan mendengarkan, belum memperoleh perhatian yang proporsional. Di sisi lain, lulusan lembaga pendidikan tidak siap di pasar kerja karena tidak memiliki keunggulan kompetitif dan komparatif sesuai standar kualitas nasional dan internasional. Tuntutan target kurikulum, keterbatasan waktu, sumber daya, dan pengetahuan guru tentang kurikulum 2004 menjadi kendala bagi guru dalam merancang dan melaksanakan manajemen pembelajaran. Pemilihan pendekatan, metode, dan teknik menjadi tidak efektif dan tidak relevan dengan tuntutan kompetensi yang diperlukan dan tidak sejalan dengan kurikulum 2004. SMA Muhammadiyah Gubug sebagai lembaga pendidikan di lingkungan Muhammadiyah adalah salah satu sekolah di Kabupaten Grobogan yang telah melaksanakan Kurikulum 2004. Pelaksanaan Kurikulum 2004 telah dimulai pada tahun pelajaran 2004/2005 atau saat ini sudah dua tahun berjalan. Dengan demikian kelas X dan XI telah menggunakan Kurikulum 2004 sementara untuk kelas tiga masih memakai Kurikulum 1994. Bila ditilik sejarahnya maka SMA Muhammadiyah Gubug telah melakukan serangkaian kegiatan untuk menyongsong Kurikulum 2004. Kegiatannya tersebut meliputi sosialisasi lewat pelatihan-pelatihan, seminar, studi

banding, dan pembentukan Tim Kurikulum 2004 (Tim KBK). Tim KBK bertugas mempersiapkan perangkat akademik dan administratif. Perangkat akademik meliputi kurikulum dan proses pemahamannya di kalangan guru serta siswa di samping juga mempersiapkan aspek administrasi seperti format buku induk, rapor, daftar nilai, dan sebagainya. Tim KBK terdiri atas beberapa guru yang dipandang memenuhi persyaratan baik pengalaman, kecakapan akademik, maupun penguasaan materi Kurikulum 2004 dan dibantu oleh tenaga administratif dari bagian tata usaha sekolah. Berdasarkan pemantauan pelaksanaan Kurikulum 2004 selama satu tahun berjalan, dapat disampaikan beberapa hal sebagai berikut. Pemahaman guru terhadap Kurikulum 2004 masih belum maksimal hal itu dibuktikan dengan masih banyaknya pertanyaan dari guru menyangkut proses pembelajaran, pengambilan nilai dan pengaktifkan siswa. Banyak guru mengaku masih kesulitan dalam menerjemahkan Kurikulum 2004 dalam pembelajaran. Kurangnya pemahaman terhadap Kurikulum 2004 secara mendalam sehingga aplikasi di tingkat pembelajaran masih terpaku pada pola lama yang ditandai oleh dominannya guru dalam mengelola pembelajaran akibatnya siswa masih pasif. Mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia adalah salah satu mata uji Ujian Nasional. Oleh karena itu, guru perlu menyampaikan materi pelajaran sehingga siswa mempunyai daya serap terhadap materi yang tinggi. Aspek-aspek pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia terdiri atas menyimak, membaca, menulis, dan berbicara. Keempat aspek tersebut perlu disampaikan secara integral

atau terpadu melalui pengelolaan atau manajemen pembelajaran yang baik sehingga meningkatkan kualitas pembelajaran yang ditandai oleh keberhasilan siswa memahami materi pelajaran. Menurut guru bahasa Indonesia SMA Muhamamdiyah Gubug selama ini pembelajaran belum menunjukkan kemajuan yang berarti, hal itu ditandai dengan masih rendahnya rata-rata nilai siswa baik nilai mid semester maupun semester. Berdasarkan pengamatan sementara kondisi tersebut disebabkan guru kurang mengembangkan manajemen pembelajaran dengan baik meliputi tahap-tahap perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian pembelajaran. Dalam perencanaan, guru kurang mengembangkan pendekatan, metode, bahan ajar, dan keberagaman alat penilaian proses maupun hasil belajar. Di samping itu, belum tampak usaha yang sungguh-sungguh dari guru bahasa Indonesia untuk meningkatkan kualitas pembelajarannya. Memperhatikan hal-hal tersebut maka harus ada usaha ke arah perbaikan dan penyempurnaan. Oleh karena itu, keadaan tersebut menarik minat peneliti untuk mengadakan penelitian tentang manajemen pembelajaran berdasarkan Kurikulum 2004 di SMA Muhammadiyah Gubug Kabupaten Grobogan. Berdasarkan latar belakang masalah yang tersebut di atas dapat diidentifikasi beberapa masalah sebagai berikut: (1) guru belum memahami secara komprehensif tentang Kurikulum 2004, (2) pelaksanaan manajemen pembelajaran berdasarkan Kurikulum 2004 belum dilakukan guru secara optimal, (3) guru belum memahami prinsip-prinsip pembelajaran efektif berdasarkan Kurikulum 2004, (4) guru belum memahami secara komprehensif perencanaan pembelajaran berdasarkan Kurikulum 2004, (5) kegiatan pembelajaran belum sesuai dengan jiwa dan semangat Kurikulum 2004, (6) guru belum menggunakan pendekatan dan metode pembelajaran yang bervariasi, dan (7) evaluasi hasil belajar siswa belum dilakukan sesuai dengan prinsip-prinsip evaluasi yang berbasis kompetensi, dan (8) guru belum melakukan usaha untuk meningkatkan kualitas pembelajaran. Berdasarkan permasalahan sebagaimana yang diuraikan di atas, supaya penelitian ini fokus, maka dibatasi pada dua permasalahan, yaitu : (1) manajemen pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia berdasarkan Kurikulum 2004, dan (2) usaha guru untuk mengatasi kendala dan meningkatkan kualitas pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia berdasarkan Kurikulum 2004.

B. Perumusan Masalah Berdasarkan batasan masalah tersebut, disusun rumusan masalah sebagai berikut. 1. Bagaimana manajemen pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia berdasarkan Kurikulum 2004? 2. Bagaimana usaha guru untuk mengatasi kendala dan meningkatkan kualitas pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia berdasarkan Kurikulum 2004? C. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk hal-hal sebagai berikut. 1. Mendeskripsikan manajemen pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia berdasarkan Kurikulum 2004 dengan fokus pada perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian pembelajaran. 2. Mendeskripsikan usaha guru untuk mengatasi kendala dan meningkatkan kualitas pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia berdasarkan Kurikulum 2004.

D. Manfaat Penelitian Secara teoretis hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan pengetahuan dan gambaran manajemen pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia berdasarkan Kurikulum 2004. Selain itu, penelitian ini akan dapat menunjukkan kendala-kendala dan upaya untuk mengatasinya. Secara praktis, terutama bagi guru dan sekolah, dapat menjadi model manajemen pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia berdasarkan Kurikulum 2004 sehingga dapat meningkatkan kualitas proses pembelajaran. E. Organisasi Tesis Tesis ini disusun dengan sistematika sebagai berikut. Bab I berisi pendahuluan, pada bab ini diuraikan latar belakang penelitian, rumusan masalah, tujuan, manfaat penelitian dan organisasi tesis. Bab II berisi kajian teoretis mengenai manajemen pembelajaran dan kurikulum 2004 bidang studi bahasa dan sastra Indonesia. Bab III berisi metode penelitian yang meliputi pengunaan metode penelitian, sumber data penelitian, metode pengumpulan data, dan metode analisis data. Bab IV berisi paparan tentang latar penelitian, temuan penelitian dan pembahasan hasil penelitian. Bab V berisi penutup yang meliputi kesimpulan, implikasi, dan saran.