BAB I PENDAHULUAN. diharapkan mampu melanjutkan estafet pembangunan bangsa ini. Namun,

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar

BAB I PENDAHULUAN. terselenggara apabila dipengaruhi oleh suasana kondusif yang diciptakan oleh

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan profesionalisasi dan sistem menajemen tenaga kependidikan serta

I. PENDAHULUAN. Kata kekerasan sebenarnya sudah sangat sering kita dengar dalam kehidupan sehari-hari,

BAB I PENDAHULUAN. pengaruh antara pendidik dengan yang di didik (Sukmadinata, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Organ reproduksi merupakan salah satu hal penting dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Serta kini telah diterapkan kurikulum baru

BAB I PENDAHULUAN. suatu bangsa, apabila rakyat cerdas maka majulah bangsa tersebut. Hal ini senada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa ini sering kita dengar tentang banyaknya kasus kekerasan yang

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini menyajikan hal-hal yang menjadi latar belakang penelitian,

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan depresi mental yang pada akhirnya membawa orang kehilangan

BAB I PENDAHULUAN. ini memiliki tugas dan tanggung jawabnya masing-masing dalam upaya

BAB I PENDAHULUAN. baik secara fisik maupun mental dalam diri manusia. Sehingga dengan pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. A. LatarBelakangMasalah. dalam mengantarkan peserta didik sehingga dapat tercapai tujuan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kegiatan belajar dengan aman dan nyaman. Hal tersebut dapat terjadi, karena adanya

BAB I PENDAHULUAN. meneruskan perjuangan dan cita-cita suatu negara (Mukhlis R, 2013). Oleh karena

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan periode baru didalam kehidupan seseorang, yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan lembaga utama yang memainkan peranan

INTENSITAS TERKENA BULLYING DITINJAU DARI TIPE KEPRIBADIAN EKSTROVERT DAN INTROVERT

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan individu untuk berinteraksi dengan individu lainnya membuat

BAB I PENDAHULUAN. Bab Pendahuluan Ini Memuat : A. Latar Belakang, B. Fokus Penelitian,C. Rumusan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan proses esensial untuk mencapai tujuan dan cita-cita pribadi

BAB I PENDAHULUAN. dalam banyak hal remaja sekarang dihadapkan pada lingkungan yang tidak. karena remaja adalah masa depan bangsa.

BAB 1 PENDAHULUAN. lingkungan sekolah, banyak siswa yang melakukan bullying kepada siswa lainnya

BAB I PENDAHULUAN. ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sekolah merupakan lembaga formal yang dirancang untuk

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan merupakan faktor utama dalam membangun suatu bangsa. Melalui pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. bermatabat dan dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, dan bertujuan untuk

H, 2016 HUBUNGAN ANTARA REGULASI EMOSI DAN KONTROL DIRI DENGAN PERILAKU BULLYING

BAB I PENDAHULUAN. peranan sekolah dalam mempersiapkan generasi muda sebelum masuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sebagai makhluk sosial, manusia tidak akan dapat bertahan hidup sendiri.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sekolah adalah suatu lembaga tempat menuntut ilmu. Selain itu sekolah

BAB I PENDAHULUAN. kecanggihan yang timbul pada saat sekarang. Ramalan-ramalan tentang

BAB I PENDAHULUAN. Bab 2 Pasal 2 yakni mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta. dilaksanakan melalui wadah yang disebut dengan sekolah.

BAB I PENDAHULUAN. seperti ini sering terjadi dalam berbagai aspek kehidupan di masyarakat, baik itu

BAB I PENDAHULUAN. mengatakan mereka telah dilukai dengan senjata. Guru-guru banyak mengatakan

BAB I PENDAHULUAN. bullying selalu terjadi bahkan sudah menjadi sebuah tradisi. Bullying

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. 2010). Hal tersebut sejalan dengan Undang-Undang No.20 Tahun 2003 tentang

BAB I PENDAHULUAN. Nilai-nilai keagamaan yang diajarkan, di pesantren bertujuan membentuk

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan terdiri dari tiga definisi yaitu secara luas, sempit dan umum.

BAB I PENDAHULUAN. menjadi lebih baik. Oleh Karena itu, pendidikan secara terus-menerus. dipandang sebagai kebutuhan yang mendesak.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Perubahan zaman yang semakin pesat ini membawa dampak ke berbagai

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada masa sekarang ini dunia pendidikan dihadapkan pada tantangan

BAB I PENDAHULUAN. tahun 2005 tentang guru dan dosen serta UU RI No 20 Tahun 2003 tentang SISDIKNAS, (Bandung: Citra Umbara, 2006), hlm.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Iceu Rochayatiningsih, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Remaja merupakan generasi penerus bangsa di masa depan, harapanya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tempat yang terdekat dari remaja untuk bersosialisasi sehingga remaja banyak

2016 PENGARUH PELAKSANAAN FULL DAY SCHOOL TERHADAP INTERAKSI SOSIAL DAN SOSIALISASI ANAK DI LINGKUNGAN MASYARAKAT

BAB I PENDAHULUAN. aspek kehidupan terutama dalam bidang pendidikan. Terselenggaranya layanan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. bullying. Prinsipnya fenomena ini merujuk pada perilaku agresi berulang yang

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan, pendidikan dan mengasihi serta menghargai anak-anaknya (Cowie

I. PENDAHULUAN. Pendidikan bagi manusia tidak mengenal batas umur, jenis kelamin ras dan agama.

I. PENDAHULUAN. sesuai dengan nilai-nilai masyarakat dan kebudayaan. Pendidikan sudah ada. mengantarkan manusia menuju kesempurnaan dan kebaikan.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Manusia merupakan makhluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna dan

BAB I PENDAHULUAN. faktor yang mendukung perkembangan tersebut adalah pendidikan. pembelajaran, sumber-sumber belajar dan lain sebagainya.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional Bab I Pasal 1 (1) Pendidikan adalah Usaha sadar dan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. didik dalam mengembangkan potensinya. Hal ini didasarkan pada UU RI No

BAB I PENDAHULUAN. pengembangan kemampuan peserta didik untuk menolong diri sendiri dalam

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan sebuah program. Program yang melibatkan sejumlah komponen

BAB 1 PENDAHULUAN. (SISDIKNAS) No. 20 Tahun 2003 yang terdapat pada bab 2 pasal 3 yang berbunyi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. alami di bawah pengawasan guru. Siswa berproses dalam kegiatan. pembelajaran, pengembangan keterampilan, pengembangan sikap sosial,

BAB I PENDAHULUAN. jenjang SD sampai SMP. Pendidikan dasar merupakan jenjang pendidikan formal

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Seperti halnya

BAB I PENDAHULUAN. Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Nomor 20/2003 tentang sistem pendidikan nasional

BAB I PENDAHULUAN. bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan. demokratis serta bertanggung jawab.

ARTIKEL EFEKTIVITAS PENGGUNAAN LAYANAN KONSELING KELOMPOK DALAM MENGATASI PERILAKU BULLYING TEMAN KELAS

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. patut di junjung tinggi serta harus mendapatkan hak-haknya tanpa harus

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sekolah merupakan salah satu tempat bertumbuh dan berkembangnya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Maraknya kasus-kasus kekerasan yang terjadi pada anak-anak usia sekolah

BAB I PENDAHULUAN. 2 Hasan Basri, Landasan Pendidikan, CV Pustaka Setia, Bandung, 2013, hlm Ibid., hlm. 15.

BAB I PENDAHULUAN. Undang Undang RI No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

BAB I PENDAHULUAN. sangat ketat dalam segala aspek kehidupan. Menurut Zuhal (Triwiyanto,

BULLYING. I. Pendahuluan

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensinya. Hal ini didasarkan pada UU RI No 20 Tahun 2003 tentang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masa remaja merupakan suatu fase perkembangan antara masa kanakkanak

BAB I PENDAHULUAN. Dalam perkembangannya istilah pendidikan atau paedagogie berarti

BAB 1 PENDAHULUAN. sampai 19 tahun. Istilah pubertas juga selalu menunjukan bahwa seseorang sedang

BAB I PENDAHULUAN. Pancasila sebagai landasan kehidupan berbangsa dan bernegara juga. meningkatkan kualitas pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) yang menjelaskan bahwa pendidikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kompetensi yang baik maka seorang guru terutama guru TK dapat memenuhi dan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan aspek yang selalu dan harus ada dalam

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang dinamis dan syarat akan perkembangan, oleh karena itu

BAB I PENDAHULUAN. sebagai suatu sistem pada prinsipnya bukan hanya bertujuan untuk memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,

BAB I PENDAHULUAN. diperbincangkan, baik dari kalangan praktisi pendidikan, politisi, masyarakat

I. PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa manusia menemukan jati diri. Pencarian. memiliki kecenderungan untuk melakukan hal-hal diluar dugaan yang

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan lembaga utama yang memainkan peranan penting dalam mengembangkan peradaban. Maju mundurnya suatu peradaban tergantung pada pendidikan. Pendidikan tidak hanya mengembangkan peradaban, namun juga memberikan pola, warna dan model terhadap peradaban itu sendiri. Dengan demikian, pendidikan yang dirancang sedemikian rupa agar dapat memberikan pola, warna dan model yang baik terhadap peradaban manusia. Mengacu kepada Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 pasal 1 ayat (1) menyebutkan bahwa tujuan pendidikan diantaranya adalah membentuk manusia yang memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Guna mencapai tujuan tersebut, diperlukan kondisi belajar yang kondusif dan jauh dari kekerasan. Lembaga pendidikan sebagai wadah pencetak sumber daya manusia diharapkan mampu melanjutkan estafet pembangunan bangsa ini. Namun, proses yang terjadi didalamnya justru berisi penyiksaan dan kekerasan. Hal ini dikhawatirkan justru akan lahir calon diktator-diktator dan mental-mental rapuh yang lelah karena terus menjadi korban penyiksaan. Permasalahan 1

bullying menjadi menarik untuk diteliti karena kekhawatiran di atas perlu dicarikan jalan keluar dan upaya mencegahnya. Kemungkinan tejadinya tindakan bullying di lembaga pendidikan (sekolah) yang memiliki jenjang tingkat pendidikan dari junior hingga senior memang sangat besar. Hasil studi yang dilakukan pada tahun 2006 oleh ahli intervensi bullying asal Amerika, Dr. Amy Huneck mengungkapkan bahwa 10-60% siswa di Indonesia melaporkan mendapat ejekan, cemoohan, pengucilan, pemukulan, tendangan ataupun dorongan, sedikitnya sekali dalam seminggu. Maraknya perilaku negatif siswa semakin banyak menghiasi deretan berita dihalaman media cetak maupun elektronik menjadi bukti telah terabaikannya nilai-nilai kemanusiaan. Tentunya perilaku negatif tersebut tidak hanya mencoreng citra pendidikan yang selama ini dipercaya oleh banyak kalangan sebagai sebuah tempat dimana proses humanisasi berlangsung, tetapi juga menimbulkan sejumlah pertanyaan, bahkan gugatan dari berbagai pihak yang semakin kritis mempertanyakan esensi dari pendidikan di sekolah. Bullying dapat terjadi dimana saja, termasuk di sekolah, tempat bermain, di rumah dan di tempat hiburan. Berdasarkan hasil penelitian Heddy Shri Ahimsa Putra di enam kota besar di Indonesia yaitu Medan, Semarang, Surabaya, Ujung Pandang dan Kupang, kekerasan yang paling banyak dialami oleh anak adalah kekerasan fisik dalam bentuk yang bervariasi. Selanjutnya Hironimus Sugi dari Plan International menyimpulkan, kasus kekerasan terhadap anak-anak sekolah menduduki peringkat kedua setelah kekerasan pada anak-anak dalam keluarga. Padahal, jika siswa kerap menjadi korban 2

kekerasan, mereka dapat memiliki watak yang keras dimasa depan. Hal ini tentu berdampak buruk terhadap perkembangan bangsa. Bullying adalah sebuah isu yang tidak semestinya dipandang sebelah mata dan diremehkan, bahkan disangkal keberadaannya. Siswa yang menjadi korban bullying akan menghabiskan banyak energi untuk memikirkan cara bagaimana menghindari pelaku bullying sehingga mereka hanya memiliki sedikit energi untuk belajar. Begitu juga dengan pelaku bullying, mereka akan mengalami kesulitan dalam melakukan relasi sosial dan apabila perilaku ini terjadi hingga mereka dewasa tentu saja akan menimbulkan dampak negatif yang lebih luas. Melihat kenyataan seperti ini, guru pembimbing yang ada di sekolah memiliki andil yang cukup besar dalam mencegah terjadinya tindakan bullying dikalangan siswa. Hal ini dilakukan agar siswa-siswa merasa aman berada di sekolah. Guru Pembimbing dalam kapasitas keilmuan dan pemahaman yang dimiliki dituntut untuk memberikan layanan bimbingan dan konseling yang profesional.di Indonesia sendiri, perilaku bullying belum separah yang terjadi diluar negeri. Untuk itu diperlukan strategi pencegahan yang tepat agar permasalahan bullying yang parah tidak terjadi di negeri ini. SMP Negeri 20 Pekanbaru adalah salah satu sekolah yang telah menjalankan kegiatan pelayanan bimbingan dan konseling dengan baik. Sekolah ini memiliki guru pembimbing yang profesional dan berlatar belakang Sarjana Bimbingan dan Konseling. Oleh sebab itu, seyogyanya guru pembimbing profesional mampu merancang strategi untuk membantu siswa 3

mendapatkan kenyaman terutama selama berada di sekolah. Pada kenyataannya, kondisi di lapangan menunjukkan bahwa adanya siswa-siswi yang terlibat dalam perilaku negatif yang mengarah kepada tindakan bullying. Perilaku bullying yang terjadi tidak pada taraf yang parah, sehingga diperlukan strategi pencegahan sebelum kepada taraf yang serius. Berdasarkan pengamatan awal Peneliti menemukan gejala-gejala sebagai berikut: 1. Adanya siswa yang sering memanggil temannya dengan sebutan yang tidak menyenangkan. Tentunya jika perbuatan ini dilakukan berulang kali maka menyebabkan korban menjadi memiliki kepercayaan diri yang rendah maka akan terjadi tindakan bullying. 2. Sebagian kecil siswa senior ada yang memaksa juniornya untuk melakukan sesuatu yang tidak ingin dilakukannya. 3. Adanya siswa yang memukul temannya yang lebih lemah. Perilaku ini perlu diminimalisir agar perilaku bullying yang lebih parah tidak terjadi. 4. Adanya siswa yang mengambil dan merusak barang temannya. Berdasarkan gejala-gejala di atas, Peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul : Strategi Guru Pembimbing dalam Mencegah Terjadinya Tindakan Bullying Antar Siswadi SMP Negeri 20 Pekanbaru. B. Penegasan Istilah Agar penelitian ini dapat dipahami dengan jelas, maka beberapa istilah yang digunakan memerlukan penjelasan yang lebih jelas, agar tidak terjadi 4

kesalahpahaman dalam penafsiran istilah-istilah dalam penelitan ini, maka Peneliti menjelaskan arti dari istilah - istilah tersebut sebagai berikut: 1. StrategiGuru Pembimbing Menurut Juntika, strategi merupakan suatu pola yang direncanakan dan ditetapkan secara sengaja untuk melakukan kegiatan atau tindakan. 1 Sedangkan guru pembimbing adalah guru yang mempunyai tugas, tanggung jawab, wewenang, dan hak secara penuh dalam kegiatan Bimbingan dan Konseling terhadap sejumlah peserta didik. 2 Jadi, strategi guru pembimbing adalah suatu pola yang sengaja direncanakan dan ditetapkan oleh guru pembimbing untuk melakukan kegiatan tertentu dan dengan tujuan tertentu. Strategi yang Peneliti maksud disini bukanlah strategi dalam inovasi pembelajaran, namun lebih kepada cara khusus yang dilakukan guru pembimbing agar siswa tercegah dari perilaku yang buruk, seperti bullying. 2. Tindakan Bullying Bullying adalah perilaku yang bersifat menyerang, dilakukan secara berulang kali serta tidak adanya keseimbangan kekuatan antara pihak yang terlibat. 3 Namun, bullying yang Peneliti maksud dalam penelitian ini adalah bullying pada tahap ringan. Contoh bullying pada tahap ringan antara lain mengolok-olok nama orangtua, memanggil teman dengan kekurangannya, memukul teman, merendahkan teman dan mengambil barang teman. 1 Achmad Juntika Nurihsan, (2012), Strategi Layanan Bimbingan Dan Konseling (Edisi Revisi), Bandung: PT. Refika Aditama, h. 9 2 Suhertina, (2008), Pengantar Bimbingan Dan Konseling Di Sekolah, Pekanbaru: Suska Pers, h. 5 3 Novan Ardy Wiyani, op.cit, h. 13 5

Jadi yang dimaksud dengan strategi guru pembimbing dalam mencegah terjadinya tindakan bullying antar siswa adalah suatu cara yang sengaja dilakukan oleh guru pembimbing untuk menghalangi permasalahan bullying pada tingkat yang parah agar tidak terjadi pada siswa disekolah. C. Permasalahan 1. Identifikasi Masalah Sebagaimana yang telah dipaparkan dalam latar belakang masalah bahwa persoalan pokok kajian ini adalah strategi guru pembimbing dalam mencegah tindakan bullying antarsiswa. Berdasarkan persoalan pokok kajian diatas, maka persoalan yang mengitari kajian ini dapat diidentifikasikan sebagai berikut: a. Latar belakang pendidikan guru pembimbing. b. Pengetahuan guru pembimbing tentang bullying. c. Strategi guru pembimbing dalam mencegah terjadinya tindakan bullying. d. Bentuk-bentuk perilaku yang mengarah pada tindakan bullying yang sering terjadi di sekolah. e. Perhatian guru pembimbing terhadap hubungan sosial antarsiswa. f. Kepedulian Guru Pembimbing dalam mencegah terjadinya tindakan Bullying. g. Usaha guru pembimbing dalam menjaga keamanan siswa. h. Faktor yang mendukung dan menghambat dalam mencegah terjadinya tindakan bullying. 6

2. Batasan Masalah Mengingat banyaknya permasalahan yang sudah diuraikan diatas, namun karena keterbatasan waktu, dana, tenaga, dan kemampuan peneliti sehingga peneliti tidak membahas semua masalah tersebut. Oleh karena itu Peneliti membatasi permasalahan ini pada bagian bentuk-bentuk perilaku yang mengarah pada tindakan bullying yang sering terjadi dan strategi guru pembimbing dalam mencegah terjadinya tindakan bullying di SMP Negeri 20 Pekanbaru.Bullying yang Peneliti maksud pada penelitian ini adalah bullying pada tahap yang ringan. 3. Rumusan Masalah Berdasarkan masalah diatas dapat disusun rumusan masalah sebagai berikut: 1. Bagaimanakah bentuk perilaku yang mengarah pada tindakan bullying yang sering terjadi di SMP Negeri 20 Pekanbaru? 2. Apa strategi yang dilakukan guru pembimbing untuk mencegah terjadinya tindakan bullying antarsiswa di SMP Negeri 20 Pekanbaru? D. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan permasalahan di atas maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Untuk mengetahui bentuk perilaku yang mengarah pada tindakan bullying yang sering terjadi di SMP Negeri 20 Pekanbaru 7

b. Untuk mengetahui strategi yang dilakukan guru pembimbing untuk mencegah terjadinya tindakan bullying antar siswa di SMP Negeri 20 Pekanbaru 2. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat teoritis dan manfaat praktis sebagai berikut: a. Manfaat Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat memperkaya dan memberikan sumbangan atau referensi ilmiah bagi jurusan bimbingan dan konseling, khususnya mengenai strategi yang dilakukan guru pembimbing dalam mencegah terjadinya tindakan bullying. b. Manfaat Praktis Secara praktis, hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan oleh: 1) Bagi peneliti pribadi, sebagai penambah wawasan pengetahuan tentang fenomena yang terjadi dilapangan terkait dengan bimbingan dan konseling. 2) Bagi guru pembimbing, hasil penelitian ini bisa digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk lebih meningkatkan profesionalisme kerja. 3) Bagi Jurusan Kependidikan Islam Konsentrasi Bimbingan dan Konseling, hasil penelitian ini bisa digunakan sebagai informasi tentang strategi guru pembimbing dalam mencegah tindakan bullying. 8

4) Bagi lokasi penelitian, SMP Negeri 20 Pekanbaru, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai informasi dalam menentukan kebijakan, khususnya yang berkaitan dengan peningkatan keprofesionalan guru pembimbing. 5) Bagi peneliti selanjutnya, hasil penelitian ini bisa dijadikan referensi jika ingin mengadakan penelitian yang berhubungan dengan tindakan bullying. 9