BAB I. PENDAHULUAN. I. 1. Latar Belakang Masalah. Fibrosis merupakan pembentukan jaringan parut yang berlebihan

dokumen-dokumen yang mirip
kelompok NO (9,79+0,53) lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok OO bermakna fraksi volum kolagen tubulus antara kelompok OO dengan

BAB I. PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Penyakit ginjal kronis (Chronic Kidney Disease / CKD) merupakan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. cukup tinggi menyebabkan kematian penduduk dunia dan sekarang ini jumlah

BAB I. PENDAHULUAN. I.1.Latar Belakang. dunia, yakni sekitar 36 jutakematian setiap tahun atau 63% dari semua kematian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Jumlah penderita diabetes mellitus (DM) di Indonesia menurut World Health

PROPORSI ANGKA KEJADIAN NEFROPATI DIABETIK PADA LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN PENDERITA DIABETES MELITUS TAHUN 2009 DI RSUD DR.MOEWARDI SURAKARTA SKRIPSI

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Tekanan darah tinggi atau hipertensi adalah kondisi medis dimana terjadi

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Hipertensi merupakan salah satu kondisi kronis yang sering terjadi di

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Asam urat merupakan produk akhir dari degradasi purin. Pada monyet asam

perkembangan penyakit DM perlu untuk diperhatikan agar komplikasi yang menyertai dapat dicegah dengan cara mengelola dan memantau perkembangan DM

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

UKDW BAB I PENDAHULUAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Transplantasi ginjal merupakan pilihan pengobatan untuk pasien yang

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat yang dapat dilakukan adalah pengendalian penyakit tidak menular. 2

I. PENDAHULUAN. urea dan sampah nitrogen lain dalam darah) (Brunner dan Suddarth, 2002)

BAB I PENDAHULUAN. Cedera ginjal akut (Acute Kidney Injury / AKI) memiliki insidensi yang terus meningkat setiap tahunnya

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Pemberian sediaan poliherbal menurunkan tekanan darah tikus model

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi adalah salah satu penyakit pembunuh diam-diam (silent killer)

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu komplikasi yang dapat terjadi pada pasien penyakit ginjal kronik

BAB I dalam Neliya, 2012). Chronic Kidney Disease (CKD) atau penyakit ginjal

BAB I PENDAHULUAN. Natrium diklofenak merupakan obat golongan antiinflamasi nonsteroid

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. banyak ditemukan. Menurut Coresh et al. (2007), sekitar 13% populasi dewasa di

BAB I PENDAHULUAN. I.A. Latar Belakang. Penyakit ginjal kronis merupakan salah satu masalah. kesehatan utama sejalan dengan peningkatan usia (Neuhofer

BAB I PENDAHULUAN. meningkat menjadi 300 juta. Jumlah tertinggi penderita diabetes mellitus terdapat

BAB 1 PENDAHULUAN. terjadi di seluruh dunia oleh World Health Organization (WHO) dengan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. membuat kadar kolesterol darah sangat sulit dikendalikan dan dapat menimbulkan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Diabetes mellitus (DM) adalah penyakit degeneratif yang merupakan salah

BAB 1 PENDAHULUAN. peningkatan kasus sebanyak 300 juta penduduk dunia, dengan asumsi 2,3%

BAB I PENDAHULUAN. atau fungsi ginjal yang berlangsung 3 bulan dengan atau tanpa disertai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Organisasi kesehatan dunia, World Health Organization (WHO)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Hipertensi adalah penyakit kardiovaskuler degeneratif kronis. Hipertensi

BAB I PENDAHULUAN. sebesar 15,2%, prevalensi PGK pada stadium 1-3 meningkat menjadi 6,5 % dan

BAB VI PEMBAHASAN. Mencit Balb/C yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari. Laboratorium Biomedik Fakultas Kedokteran Universitas Muhamadiyah

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Ginjal memiliki fungsi untuk mengeluarkan bahan dan sisa-sisa

BAB I PENDAHULUAN. buruk, dan memerlukan biaya perawatan yang mahal. 1 Jumlah pasien PGK secara

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. V.1. Kesimpulan. fibrosis ginjal pada mencit jantan dengan Unilateral Ureteral Obstruction (UUO),

BAB I.PENDAHULUAN. dengan penurunan glomerular filtrate rate (GFR) serta peningkatan kadar

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Glomerulonefritis akut masih menjadi penyebab. morbiditas ginjal pada anak terutama di negara-negara

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Gagal ginjal kronik (Chronic Kidney Disease) merupakan salah satu penyakit

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Diabetes melitus (DM) merupakan suatu penyakit yang banyak dialami oleh

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Gagal ginjal kronis atau End Stage Renal Desease (ESRD) merupakan

I. PENDAHULUAN. Hipertensi dikenal secara umum sebagai penyakit kardiovaskular. Penyakit

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Teh mempunyai nama latin Camellia sinensis. Teh merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. berpendapat usia setiap manusia sudah ditentukan oleh Tuhan, sampai usia. tertentu, yang tidak sama pada setiap manusia.

BAB 1 PENDAHULUAN. tanpa gejala, sehingga disebut sebagai Silent Killer (pembunuh terselubung).

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB VI PEMBAHASAN. salam dapat menurunkan ekspresi kolagen mesangial tikus Sprague dawley DM.

BAB I PENDAHULUAN. Pemakaian parasetamol sangat luas di dunia kedokteran karena merupakan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Penyakit diabetes mellitus digolongkan menjadi dua yaitu diabetes tipe I dan diabetes tipe II, yang mana pada dasarnya diabetes tipe I disebabkan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. prevalensinya semakin meningkat setiap tahun di negara-negara berkembang

BAB 1 PENDAHULUAN. koroner, stroke), kanker, penyakit pernafasan kronis (asma dan. penyakit paru obstruksi kronis), dan diabetes.

BAB I PENDAHULUAN. pembuluh darah (Ruan, et al., 2013). Hiperglikemia tidak hanya meningkatkan resiko

BAB I PENDAHULUAN. kerusakan ginjal (renal damage) yang terjadi lebih dari tiga bulan, dikarakteristikan

BAB I PENDAHULUAN. multipel. Semua upaya mencegah gagal ginjal amat penting. Dengan demikian,

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Gagal ginjal adalah masalah kesehatan dunia. Prevalensi yang semakin meningkat, tingginya biaya, dan

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan adanya peningkatan tekanan darah sistemik sistolik diatas atau sama dengan

BAB I PENDAHULUAN. mulai bergeser dari penyakit infeksi ke penyakit metabolik. Dengan meningkatnya

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat bervariasi dan begitu populer di kalangan masyarakat. Kafein

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi kualitas hidup serta produktivitas seseorang. Penyakit penyakit

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Diabetes mellitus (DM) merupakan penyakit kronis yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. Infark miokardium akut didefinisikan sebagai kematian jaringan miokardium

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan, termasuk di bidang kedokteran, salah satunya adalah ilmu Anti Aging

BAB I PENDAHULUAN. kardiovaskular yang diakibatkan karena penyempitan pembuluh darah

BAB VI PEMBAHASAN Pengaruh pemberian ekstrak etanol daun salam terhadap kadar GDS. absolut (DM tipe 1) atau secara relatif (DM tipe 2).

DAFTAR ISI. viii. xii xiii xiv xv xvi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Fakta menunjukkan bahwa pada proses penuaan terjadi kemunduran dan deplesi jumlah sel

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Jumlah pasien gagal ginjal kronis setiap tahun semakin meningkat,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan peningkatan angka morbiditas secara global sebesar 4,5 %, dan

BAB 1 PENDAHULUAN (Sari, 2007). Parasetamol digunakan secara luas di berbagai negara termasuk

BAB I PENDAHULUAN. mellitus meluas pada suatu kumpulan aspek gejala yang timbul pada seseorang

BAB I PENDAHULUAN. Badan Federasi Diabetes Internasional (IDF) memperkirakan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Banyak penyebab dari disfungsi ginjal progresif yang berlanjut pada tahap

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit kardiovaskular saat ini merupakan penyebab utama kematian di

BAB I PENDAHULUAN. hipertensi karena merupakan salah satu penyebab utama terjadinya morbiditas dan

EFEK NEFROPROTEKTIF EKSTRAK TAUGE (Vigna radiata (L.)) TERHADAP PENINGKATAN KADAR UREA SERUM TIKUS WISTAR YANG DIINDUKSI PARASETAMOL DOSIS TOKSIK

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dari 14 tahun. Kasus SN lebih sering ditemukan pada anak laki-laki dibandingkan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Natrium diklofenak merupakan obat golongan anti-inflamasi nonsteroid

BAB I PENDAHULUAN. dunia. Pada tahun 1990, penyakit ginjal kronik merupakan penyakit ke-27 di

Transkripsi:

BAB I. PENDAHULUAN I. 1. Latar Belakang Masalah Fibrosis merupakan pembentukan jaringan parut yang berlebihan terutama pada organ paru, pembuluh darah, jantung dan ginjal (Sakai et al., 1996). Di Amerika Serikat fibrosis dihubungkan dengan sekitar 45% kematian (Wynn, 2004). Ginjal adalah salah satu organ yang sering mengalami fibrosis, ditandai dengan pembentukan jaringan parut karena deposisi, kontraksi dan produksi berlebihan matriks ekstrasel. Proses pembentukan fibrosis berjalan selama beberapa bulan hingga beberapa tahun, fibrosis ginjal yang tidak diatasi merupakan penyebab utama CKD (Chronic Kidney Disease) yang berakhir dengan ESRD (End Stage Renal Disease) serta kematian. Transplantasi organ adalah tindakan yang harus dilakukan untuk memperbaiki keadaan ESRD, namun organ transplantasi yang dibutuhkan sangat sulit didapat sehingga pasien seringkali meninggal sebelum mendapatkan organ yang cocok (Asakura et al., 1999; Leaks dan Abraham, 2004; Bartram dan Speer, 2004). Berdasarkan laporan tahunan dari United States Renal Data System 2010 sebanyak 547. 982 orang hidup dengan ESRD dan 165. 639 orang hidup dengan transplantasi ginjal akibat gagal ginjal dan penurunan fungsi ginjal. Biaya untuk program terapi ESRD meningkat hingga 39. 6 milyar dolar pertahun yaitu sekitar 5,9% dari total pembiayaan kesehatan dan setiap tahun semakin meningkat. Sejak lama diketahui bahwa konsumsi garam yang berlebihan dapat menyebabkan CKD karena mendorong perkembangan 1

fibrosis pada glomerulus dan tubulus (Hovater dan Sanders, 2012). Survei dari National Health and Nutrition Examination Survei (NHANES) melaporkan bahwa 10% dari masyarakat yang disurvei mendapatkan anjuran untuk mengurangi konsumsi garam namun hanya 5,5% melakukan pembatasan konsumsi garam (Gunn et al., 2010; Collins et al., 2011). Menurut Departemen Kesehatan RI (2007) konsumsi garam orang Indonesia rata-rata 15 g perhari sedangkan pedoman diet yang dikeluarkan oleh Word Health Organization (WHO) konsumsi garam maksimal adalah 5 g atau satu sendok teh perhari. Data ini menunjukkan bahwa konsumsi garam masyarakat indonesia rata-rata tiga kali lebih banyak dari yang direkomendasikan oleh WHO. Berdasarkan data dari Riset Kesehatan Dasar (2010) penduduk Indonesia yang berusia diatas 10 tahun mengkonsumsi lebih dari 1 kali makanan asin setiap hari. Efek merusak NaCl telah diketahui sejak 100 tahun terakhir. Dokter di Perancis adalah orang pertama yang melakukan pembatasan air dan garam bagi pasien hipertensi di awal 1900-an. Di negara lain seperti Jerman terapi pembatasan air dan garam masih mendapatkan pertentangan karena berdasarkan penelitian keberhasilan terapi ini tidak dapat dibuktikan. Hingga tahun 1920 penelitian mengenai pembatasan garam kembali dilakukan. Pada tahun 1940 menjadi populer karena pembatasan garam sebanyak 0,25-0,4 g perhari pada diet penyakit ginjal dan hipertensi berhasil dilakukan oleh Dr. Kepner. Percobaan laboratorium yang lebih spesifik terhadap efek garam pada ginjal menggambarkan tingginya tingkat gagal ginjal dan hipertensi pada tikus

albino, pembatasan garam ternyata dapat meningkatkan masa hidup tikus (Meneely et al., 1952; Tucker et al., 1957). Penelitian awal yang dilakukan oleh Ying dan Sanders (1998) menunjukkan bahwa pemberian suplementasi NaCl 8% pada hewan coba dapat meningkatkan kadar TGF-β1 glomerulus dan tubulus ginjal. Peningkatan ini terjadi secara signifikan satu hari setelah pemberian tanpa terjadi peningkatan tekanan darah. Kondisi tersebut menunjukkan bahwa efek garam di pembuluh darah lebih kompleks dari hanya meningkatnya tekanan darah saja. Penelitian Yu et al. (1998) dengan pemberian suplementasi NaCl 8% selama 8 minggu, dapat meningkatkan kadar TGF-β1 dan fraksi volum kolagen pada ginjal, ventrikel kiri dan intramiokardial arteri tanpa ada peningkatan tekanan darah yang signifikan. Famili TGF-β merupakan sitokin yang terdapat di seluruh tubuh, multifungsi dan penting untuk bertahan hidup, namun jika berada dalam jumlah besar sinyal dari TGF-β akan menyebabkan fibrosis. TGF-β1 adalah mediator kunci sitokin profibrosis yang berperan terhadap kerusakan glomerulus, tubulointerstisial dan fibrosis ginjal. Fibrogenesis ginjal berlebihan merupakan proses yang mengawali terjadinya fibrosis ginjal yang selanjutnya akan meningkat menjadi penyakit gagal ginjal kronis (Botinger dan Bitzer, 2002; Leask dan Abraham, 2004). Gambaran klasik sinyal TGF-β pada penyakit ginjal adalah dengan mengaktifkan reseptor serin/treonin kinase (RS/TK) yang akan merangsang fosforilasi protein Smad 2/3 (R Smad). Protein R Smad akan membentuk kompleks dengan Co Smad di sitosol. Kompleks

tersebut akan pindah ke inti sel lalu berikatan dengan reseptor inti dan merekrut faktor transkripsi, selanjutnya akan terjadi proses transkripsi gen yang menyebabkan terjadinya proliferasi sel, diferensiasi sel dan pembentukan matriks ektrasel termasuk kolagen. Mekanisme inilah yang mendasari terjadinya fibrosis pada ginjal (Hovater dan Sanders, 2012; Rotman et al., 2010). Kuersetin merupakan kelompok senyawa flovanol dari 6 subkelas senyawa flavonoid. Flavonoid adalah kelompok senyawa pada tanaman yang memiliki struktur molekul flavon yang sama. Kuersetin memiliki efek antioksidan, menghambat protein kinase, menghambat DNA topoisomerase dan meregulasi ekspresi gen ( Moskaug et al., 2004). Pada penelitian Yan et al. (2013) didapatkan hasil bahwa kuersetin 10mg/kgBB paling dapat menghambat pembesaran jantung melalui peningkatan ekspresi PPAR-γ dan penghambatan jalur sinyal AP-1. Hasil uji histopatologi juga menunjukkan bahwa pada tikus Spontaneus Hypersensitive Rats (SHR) yang diberi terapi kuersetin 10mg/kgBB memiliki volum kolagen yang paling rendah. Phan et al. (2004) menyatakan bahwa kuersetin dapat mensupresi TGF-β, ekspresi TGF-β reseptor 1 dan 2 serta menurunkan ekspresi basal Smad2, Smad3 dan Smad4. Selain itu pemberian kuersetin dapat menghambat fosforilasi Smad2, Smad3 dan Smad4 serta pembentukan kompleks Smad2-3-4 pada kultur keloid fibroblas. Penelitian Kawai et al. (2009) pada tikus C57BL/6J yang merupakan tikus model renal interstisial fibrosis yang diberikan terapi PPAR-γ agonis

yaitu thiazolidinedion didapatkan hasil terjadi penurunan kadar TGF-β secara signifikan. Pemberian kuersetin diharapkan dapat memberikan wacana baru penggunaan senyawa flavonoid dalam melindungi ginjal terhadap fibrosis karena asupan garam yang berlebihan. Berdasarkan latar belakang masalah diatas penulis perlu meneliti pengaruh pemberian kuersetin sebagai renoprotektif terhadap fibrosis dengan mengukur kadar TGF-β dan fraksi volum kolagen sebagai penanda adanya perkembangan fibrosis pada ginjal. I. 2. Perumusan Masalah Fibrosis ginjal merupakan proses utama yang mengawali perkembangan CKD (Chronic Kidney Disease) menjadi ESRD (End Stage Renal Disease). Pada kondisi ESRD ginjal sudah tidak dapat lagi menjalankan fungsinya hingga dibutuhkan terapi pengganti ginjal seperti dialisis dan transplantasi. Konsumsi garam berlebihan merupakan salah satu penyebab fibrosis dengan merangsang peningkatan TGF-β1 sehingga mengaktifkan transkripsi gen yang menyebabkan proliferasi sel, diferensiasi sel dan pembentukan matriks ektrasel. Semua proses tersebut berkontribusi pada produksi kolagen dan matriks ekstra sel yang berlebihan. Kuersetin yang merupakan senyawa flavonoid yang banyak terdapat ditumbuhan yang diperkirakan memiliki efek proteksi terhadap fibrosis ginjal dengan menghambat peningkatan kadar TGF-β1 dan fraksi volum kolagen. Sehingga dari uraian tersebut menimbulkan pertanyaan penelitian, antara lain:

1. Apakah kadar TGF-β1 pada jaringan ginjal tikus Wistar jantan yang diinduksi NaCl 8% serta diberi kuersetin dengan dosis 5 mg/kgbb/hari, 10 mg/kgbb/hari dan 20 mg/kgbb/hari akan lebih rendah daripada kadar TGF-β1 pada jaringan ginjal tikus Wistar jantan yang hanya diinduksi NaCl 8%? 2. Apakah fraksi volum kolagen pada jaringan ginjal tikus Wistar jantan yang diinduksi NaCl 8% serta diberi kuersetin dengan dosis 5 mg/kgbb/hari, 10 mg/kgbb/hari dan 20 mg/kgbb/hari akan lebih rendah daripada fraksi volum kolagen pada jaringan ginjal tikus Wistar jantan yang hanya diinduksi NaCl 8%? 3. Apakah terdapat hubungan positif antara kadar TGF-β1 dan fraksi volum kolagen di jaringan ginjal tikus Wistar jantan yang diinduksi NaCl 8% setelah pemberian kuersetin dosis 5 mg/kgbb/hari, 10 mg/kgbb/hari dan 20 mg/kgbb/hari? I. 3. Tujuan Penelitian I. 3. 1. Tujuan Umum: Untuk membuktikan peran kuersetin dalam mencegah fibrosis ginjal sebagai akibat dari pemberian garam yang berlebihan. I. 3. 2. Tujuan Khusus: 1. Mengukur kadar TGF-β1 pada jaringan ginjal tikus Wistar jantan yang diinduksi NaCl 8% dan diberikan kuersetin dengan dosis 5 mg/kgbb/hari, 10 mg/kgbb/hari dan 20 mg/kgbb/hari.

2. Mengukur fraksi volum kolagen pada jaringan ginjal tikus Wistar jantan yang diinduksi NaCl 8% dan diberikan kuersetin dengan dosis 5 mg/kgbb, 10 mg/kgbb dan 20 mg/kgb. 3. Mengukur hubungan antara kadar TGF-β1 dan fraksi volum kolagen di jaringan ginjal tikus Wistar jantan yang diinduksi NaCl 8% dan diberikan kuersetin dosis 5 mg/kgbb/hari, 10 mg/kgbb/hari dan 20 mg/kgbb/hari. I. 4. Keaslian Penelitian Pemberian kuersetin sebagai renoprotektif terhadap fibrosis belum banyak diteliti, ada beberapa penelitian yang telah dipublikasi terkait kuersetin, TGF-β dan fraksi volum kolagen serta perbedaannya dengan penelitian ini. 1. Pada penelitian Yu et al. (1998), pemberian NaCl 8% selama 8 mg mengakibatkan peningkatan ekspresi TGF-β1 dan fraksi volum kolagen pada ginjal, ventrikel kiri dan intramiokardial arteri. 2. Pada penelitian Ying dan Sanders (1998), pemberian NaCl 8% selama 15 hari pada tikus Wistar jantan berusia 4 minggu merangsang terjadinya peningkatan kadar TGF-β1 di glomerulus dan tubulus ginjal. 3. Pada penelitian Kawai et al. (2009), pemberian terapi PPAR-γ agonis yaitu tiazolidindion pada tikus C57BL/6J yang merupakan tikus model renal interstisial fibrosis. Didapatkan hasil terjadi penurunan kadar TGF-β secara signifikan. 4. Pada penelitian Phan et al. (2004), didapatkan hasil bahwa kuersetin mensupresi TGF-β, ekspresi TGF-β reseptor 1 dan 2 serta menurunkan

ekspresi basal Smad2, Smad3 dan Smad4. Selain itu pemberian kuersetin dapat menghambat fosforilasi Smad2, Smad3 dan Smad4 serta pembentukan kompleks Smad2-3-4. Penelitian ini dilakukan pada kultur keloid fibroblas. 5. Pada penelitian Yan et al. (2013), penelitian dilakukan pada 3 kelompok tikus jantan Salt Hipertensive Rat (SHR) dan 1 kelompok tikus Wistar Kyoto (WKY) berumur 8 minggu yang diberikan terapi kuersetin 5mg/kg BB dan 10mg/kgBB yang diberikan secara oral melalui sonde. Hasil uji histopatologi menunjukkan bahwa tikus SHR yang diberi terapi kuersetin 10mg/kgBB memiliki fraksi volum kolagen paling rendah. Kuersetin 10mg/kgBB juga paling dapat menghambat pembesaran jantung melalui peningkatan ekspresi PPAR-γ dan penghambatan jalur sinyal AP-1. 6. Perbedaan dengan penelitian ini adalah difokuskan pada kadar TGF-β1 dan volum kolagen di ginjal pada tikus Wistar jantan yang diinduksi NaCl 8% setelah diberi kuersetin dengan 3 dosis yang berbeda selama 8 minggu. Adapun protokol pemberian kuersetin dan induksi NaCl 8% mengacu pada penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Yu et al (1998) dan Yan et al. (2013).

I. 5. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat: 1. Bagi klinisi. Diharapkan data yang diperoleh dari penelitian ini dapat digunakan sebagai pertimbangan dalam penggunaan kuersetin sebagai salah satu komponen penatalaksanaan fibrosis ginjal dimasa yang akan datang. 2. Bagi masyarakat. Penelitian ini diharapkan mendorong masyarakat agar dapat menerapkan pola makan sehat, dengan membatasi asupan garam serta meningkatkan konsumsi berbagai buah dan sayur sebagai sumber kuersetin. 3. Bagi peneliti Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan mengenai peran kuersetin dalam mekanisme regulasi pembentukan fibrosis. Selain itu, diharapkan penelitian ini dapat menjadi dasar bagi penelitian selanjutnya.