BAB I PENDAHULUAN. perkembngan perekonomian di Indonesia khususnya untuk menciptakan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Asuransi Syariah (AS), Baitul Maal Wat Tamwil (BMT), dan Unit Simpan

BAB I PENDAHULUAN. muamalah Islam dalam suatu transaksi atau dalam suatu bisnis. 2

BAB I PENDAHULUAN. 1 Nur S. Buchori, Koperasi Syariah Teori dan Praktik, Jakarta: Aufa Media, 2012, h. 4

BAB I PENDAHULUAN. sebagai organisasi perantara antara masyarakat yang kelebihan dana dengan

BAB I PENDAHULUAN. Pres, cet-ke 1, 2004, h Muhammad Ridwan, Manajemen Baitul Maal Watamwil, Yogyakarta: UII

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan yang berarti di Indonesia maupun dunia. Ekonomi Islam juga

BAB I PENDAHULUAN. adalah menyangkut pengentasan kemiskinan dan pengangguran. Kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. keuntungan atau laba perusahaan. Hal ini dapat dilakukan, jika perusahaan. langsung terhadap peningkatan laba perusahaan.

BAB I PENDAHULUAN. investasi yang membutuhkan modal yang besar tidak mungkin dipenuhi tanpa bantuan

BAB I PENDAHULUAN. H. Ahmad Hasan Ridwan, Manajemen Baitul Mal Wa Tamwil, Pustaka Setia, Bandung, 2013, hlm.33.

BAB I PENDAHULUAN. diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, tidak terlepas dari peran lembagalembaga

BAB I PENDAHULUAN. lebih dikenal dengan nama Bank Syariah di Indonesia bukan merupakan hal

BAB I PENDAHULUAN. akal manusia untuk menganalisa hukum-hukum syara, meneliti. perkembangan dengan pedoman pada nash-nash yang telah ada, supaya

BAB I PENDAHULUAN. Laju perkembangan ekonomi syari ah di Indonesia dari hari ke hari mengalami

BAB II GAMBARAN UMUM BAYTUL MĀL WAT TAMWIL (BMT) BERSAMA KITA BERKAH. yang didukung oleh sumber daya alam (S DA) yang melimpah, terutama

BAB I PENDAHULUAN. Islam, seperti halnya bank konvensional, juga berfungsi sebagai suatu

BAB I PENDAHULUAN. mendorong masyarakat mencari dana untuk mendirikan suatu usaha. 1. yang diselenggarakan oleh lembaga keuangan.

BAB I PENDAHULUAN. hlm Husaini Usman, Manajemen; Teori, Praktik, dan Riset Pendidikan, bumi aksara, Jakarta,

BAB I PENDAHULUAN. Kehadiran Bank Muammalat Indonesia (BMI) pada tahun 1992, telah

PERANAN BAITUL MAAL WAT TAMWIL (BMT) AHMAD DAHLAN CAWAS DALAM PENINGKATAN PENDAPATAN USAHA KECIL DI KECAMATAN CAWAS

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pemasaran merupakan salah satu kegiatan yang utama yang harus

BAB I PENDAHULUAN. yaitu ibadah dan muamalah. Hukum beribadah maupun muamalah berlaku bagi

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Setelah berdirinya Bank Muamalat Indonesia (BMI) timbul peluang

BAB I PENDAHULUAN. terdiri dari dua istilah, yaitu Baitul mall dan Baitul Tamwil. Pengertian BMT

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan menghimpun dana dan menyalurkan dana sekaligus, dimana kegiatan. dilaksanankan berdasarkan prinsip-prinsip syariah.

BAB I PENDAHULUAN. usaha prospektif namun padanya tidak memiliki permodalan berupa keuangan

BAB I PENDAHULUAN. lembaga perbankan syariah pada tahun Salah satu uji coba yang cukup

BAB I PENDAHULUAN. yang kita ketahui sistem perekonomian negara-negara di dunia. Tidak lepas dari

BAB I PENDAHULUAN. dalam rangka mengatasi krisis tersebut. Melihat kenyataan tersebut banyak para ahli

BAB I PENDAHULUAN. Kampar Provinsi Riau,dengan luas wilayah luas ± 99,66 km 2 atau 9,966 Ha, dengan pusat

BAB I PENDAHULUAN. keuangan konsumen atau disebut sebagai nasabah bank. nasabahnya melalui pemberian informasi yang benar dan jelas mengenai setiap

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mereka. Lembaga keuangan tersebut diharapkan bisa menyokong seluruh bagian

BAB I PENDAHULUAN. Kemiskinan merupakan problematika terbesar dalam kehidupan. Sebab

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan yang bergerak dalam dunia bisnis terdiri dari beragam

BAB I PENDAHULUAN. dicapai. Pertumbuhan ekonomi diartikan sebagai peningkatan kemampuan suatu

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan masyarakat adalah kegiatan pinjam-meminjam. Pinjam-meminjam

A. Latar Belakang Masalah

A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai Lembaga keuangan Mikro Syariah BMT mempunyai dua sisi. membawa misi sosial pada masyarakat, keberadaan BMT ditengah-tengah

BAB I PENDAHULUAN. yang dahulu. Namun prinsip-prinsip pertukaran barang dan pinjam-meminjam

BAB I PENDAHULUAN. dan keadaan, mengangkat dan menghilangkan segala beban umat. Hukum

BAB I PENDAHULUAN. Ketidakmampuan tersebut terutama dalam sisi

BAB 1 PENDAHULUAN. Angka kemiskinan di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. dalam bentuk simpanan dan penyaluran dana ke masyarakat dalam bentuk

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ekonomi Islam saat ini cukup pesat, ditandai dengan berkembangnya

BAB I PENDAHULUAN. dan Menengah Republik Indonesia Nomor 91/Kep/IV/KUKM/IX/2004. tentang Petunjuk Pelaksanaan Kegiatan Usaha Koperasi Jasa Keuangan

BAB I PENDAHULUAN. Ahmad Hasan Ridwan, Manajemen Baitul Mal Wa Tamwil, Pustaka Setia Bandung, Bandung, 2013, hlm. 23

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MINAT NASABAH MUSLIM DAN NON MUSLIM TERHADAP TRANSAKSI PEMBIAYAAN PADA PERBANKAN SYARIAH. Oleh: Ikin Ainul Yakin

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 2004, h Heri Sudarsono, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah, Yogyakarta: Ekonosia, 2003, h 96.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam ajaran Islam, salah satu aspek kehidupan yang paling penting

BAB I PENDAHULUAN. lalu di Indonesia dengan konsep perbankan, baik yang berbentuk konvensional

BAB 1 PENDAHULUAN. mamutar dana masyarakat sehingga perekonomian terus berkembang. Dana. jenis-jenis lembaga keuangan bukan bank yaitu koperasi.

BAB 1 PENDAHULUAN. Baitul Mal wa Tamwil atau di singkat BMT adalah lembaga. yang ada pada Alquran dan Hadist. Sesuai dengan namanya yaitu baitul

BAB I PENDAHULUAN. jangka panjang dan memaksimalkan kesejahteraan manusia (fala>h{). Fala>h{

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 1992 tentang Perkoperasian, PP RI No. 9 Tahun 1995 tentang

BAB I PENDAHULUAN. Baitul Maal Wa Tamwil (BMT) mempunyai dua suku kata yaitu Baitul

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. hlm. 5

BAB I PENDAHULUAN. pengelolaan keuangan yang berbasis syari ah sumber-sumber ekonomi. yang tersedia secara terarah dan terpadu serta dimanfaatkan bagi

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2011 mengalami tumbuh sebesar

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sejalan dengan perkembangan pesat industri perbankan

BAB I PENDAHULUAN menyebabkan banyak bank yang menjalankan prinsip syariah. Perbankan

BAB I PENDAHULUAN. instrumen penting dalam sistem ekonomi telah berkembang pesat dalam dua

BAB I PENDAHULUAN. sebagai berikut : Produk Pendanaan ( Funding Product), Produk Pembiayaan

BAB I PENDAHULUAN. 2014, h Mardani, Aspek Hukum Lembaga Keuangan Syariah di Indonesia, Jakarta:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu Negara dengan jumlah penduduk muslim

Pengaruh Program Pengawasan Pelaksanaan Pembiayaan BMT terhadap Perilaku Nasabah BMT Tamzis Cabang Cimahi

BAB I PENDAHULUAN. Istilah kredit berasal dari bahasa yunani credere yang berarti kepercayaan

BAB I PENDAHULUAN. bahwa bunga bank yang umumnya berlaku dalam sistem dunia perbankan dewasa ini

BAB I PENDAHULUAN. keuangan. Intermediasi keuangan merupakan proses penyerapan dari unit surplus

BAB I PENDAHULUAN. bagi pembangunan, juga sebagai upaya untuk memeratakan hasil-hasil. pembangunan yang telah dicapai. Di sektor-sektor penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pembicaraan sehari-hari, bank dikenal sebagai lembaga. keuangan yang kegiatan utamanya menerima simpanan giro, tabungan dan

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan menerapkan prionsip syariah semakin berkembang pesat. Pelopor

BAB I PENDAHULUAN. 2004, hlm Muhammad Ridwan, Manajemen Baitul Maal Watamwil (BMT), UII Pres Yogyakarta,

BAB I PENDAHULUAN. hal Ahmad Hasan Ridwan, Manajemen Baitul Mal Wa Tamwil, Bandung: Pustaka Setia, 2013,

BAB I PENDAHULUAN. latar belakang pada penelitian ini. Fenomena masalah adalah hal yang

BAB II GAMBARAN UMUM BMT SYARIAH TAMBANG KABUPATEN KAMPAR. A. Sejarah singkat BMT Syariah Tambang Kabupaten Kampar

BAB I PENDAHULUAN. melalui aktivitas ekonomi, dan ekonomi yang dikenal dalam Islam adalah

BAB I PENDAHULUAN. bentuk penyaluran dana kemasyarakat baik bersifat produktif maupun konsumtif atas dasar

BAB I PENDAHULUAN. Yogyakarta: Ekonomi, 2005, h Heri Sudarsono, Bank dan Lembaga Keuangan Syari ah, Cet. III, 2 Ibid. h. 96.

BAB 1 PENDAHULUAN. perhatian yang cukup serius dari masyarakat. Hal ini dibuktikan dengan semakin

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam dunia perbankan, terutama perbankan syari ah tidak lepas dari

BAB I PENDAHULUAN. Ahmad M. Saefuddin, Ekonomi dan Masyarakat dalam Perspektif Islam, (Jakarta: CV Rajawali, 1987), h.71.

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi hanya melakukan kegiatan produksi, konsumsi dan distribusi yang

BAB I PENDAHULUAN. keperluan-keperluan lain, tidak bisa diabaikan. Kenyataan menunjukkan bahwa di

BAB I PENDAHULUAN. relevan terhadap penyusunan strategi bisnis. Untuk dapat menyusun strategi. manusia yang berkualitas dan berkompeten tinggi.

Usulan Penelitian Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Pada Program Studi Pendidikan Akuntansi

BAB I PENDAHULUAN. Otoritas Jasa Keuangan Republik Indonesia, (diakses pada 15 November 2015). 3

BAB I PENDAHULUAN. Lembaga keuangan seperti perbankan merupakan instrumen penting. syariah telah memasuki persaingan berskala global,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. telah menjadikan manusia dengan berbagai naluri, di antaranya naluri hidup

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tidak terbatas terhadap sumber-sumber ekonomi yang terbatas dalam memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. Bank merupakan lembaga financial intermediary yang menjadi. kekurangan dana. Karena itu industri perbankan mempunyai peranan yang

BAB I PENDAHULUAN. memperlancar perekonomian nasional. Fasilitas-fasilitas yang diberikan oleh

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lembaga keuangan merupakan salah satu faktor penting dalam perkembngan perekonomian di Indonesia khususnya untuk menciptakan kesejahteraan masyarakat Indonesia. Hal itu disebabkan tujuan pendirian suatu lembaga keuangan yaitu menerima dana dari masyarakat dan menyalurkan dalam bentuk pembiayaan. 1 Berdirinya bank syariah yang perkembanganya semakin menyebar keseluruh Indonesia untuk merubah perekonomian Indonesia, namun lembaga keuangan seperti bank tidak bisa dijangkau oleh lapisan masyarakat yang lemah sehingga lahir lembaga keuangan mikro, contoh lembaga keuangan mikro adalah koperasi, baik itu koperasi konvesional maupun koperasi syariah seperti Baytul Māl Wat Tamwil. Baytul Māl Wat Tamwil ( BMT), secara harfiah, baytul māl berarti rumah dana dan baytul tamwil berarti rumah usaha. Baytul māl dikembangkan berdasarkan sejarah perkembanganya, yakni di zaman nabi sampai dengan perkembangan Islām pada saat ini, dimana baytul māl berfungsi untuk mengumpulkan dana sekaligus mentasyarufkan dana sosial, baytul māl lebih mengarahkan pada pengumpulan dana non profit seperti zakāt, infaq dan shadaqah. Sedangkan baytul tamwil merupakan lembaga bisnis yang bermotif laba. 2 1 Y. Sri Susilo, dkk, Bank dan Lembaga Keuangan Lain, (Jakarta: Salemba Empat, 2000), h. 18. 2 Ridwan Muhammad, Manajemen Baitul Maalwat Tamwil, (Yogyakarta : UII Pres 2004), h. 126. 1

2 Baytul Māl wat Tamwil adalah Balai Usaha Mandiri Terpadu yang isinya berintikan Baytul Māl wat Tamwil dengan kegiatan usaha-usaha produktif dan investasi dalam meningkatkat kualitas kegiatan ekonomi pengusaha kecil menengah, antara lain mendorong kegiatan menabung dan menunjang pembiayaan ekonominya. 3 Dengan demikian, keberadaan Baytul Māl wat Tamwil (BMT) dapat dipandang memiliki dua fungsi utama, yaitu sebagai media penyalur pendayagunaan harta ibādah seperti zakāt, infaq, shadakah dan waqaf, serta dapat pula berfungsi sebagai institusi yang bergerak dibidang investasi yang bersifat produktif sebagaimana layaknya bank. Pada fungsi kedua ini dapat dipahami bahwa selain berfungsi sebagai lembaga keuangan Baytul Māl wat Tamwil bertugas menghimpun dana dari masyarakat (anggota BMT) yang mempercayakan dananya disimpan di BMT dan menyalurkan dana kepada masyarakat yang diberikan pinjaman oleh BMT. Adapun sebagai lembaga ekonomi, Baytul Māl wat Tamwil berhak melakukan kegiatan ekonomi, seperti mengelola kegiatan perdagangan, industri, dan pertanian. 4 Sesuai dengan namanya, kegiatan Baytul Māl wat Tamwil tidak melakukan kegiatan bisnis (at-tamwil) saja, hal ini merupakan kelebihan BMT dibanding lembaga yang lain, BMT juga membuka kerjasama dengan lembaga pemberi pinjaman dan peminjam bisnis sekala kecil dengan berpegang pada 3 Andri Soemitra, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah, (Jakarta : Kencana, 2010), h. 452. 4 M. Nur Rianto Al Arif, Lembaga Keuangan Syariah, (bandung: CV Pustaka Setia, 2012), h. 318.

3 prinsip tata ekonomi dalam agama Islām yakni tranparansi, saling rela, percaya dan tanggung jawab, serta terutama sistem bagi hasil nya. Pondok Pesantren Dar Ahlussunnah Wal Jama ah memiliki lembaga keuangan non bank yang diberi nama BMT BKB (Be rsama Kita Berkah), yang didirikan pada 17 Januari 2011, dimiliki, dan dikelola oleh yayasan pondok pesantren Dar Ahlussunah Wal Jama ah, Kecamatan Kubu Babussalam Kabupaten Rokan Hilir. Baytul Māl wat Tamwil ialah balai usaha mandiri terpadu yang berisikan Baytul Māl wat Tamwil dengan kegiatan mengembangkan usaha-usaha produktif dan investasi dalam meningkatkan kualitas kegiatan ekonomi pengusaha kecil bawah sehingga bisa menunjang pembiayaan kegiatan ekonominya. Selain itu, BMT BKB menyediakan dana untuk usahanya menghimpun dana Tabungan dan menyalurkanya dalam bentuk pembiayaan dan permodalan maka sasaranya adalah: a. Petani kecil yang tersebar di Kyuecamatan Kubu dan Kubu Babussalam b. Membantu permodalan nelayan kecil yang tidak memiliki akses keperbankan. c. Membantu permodalan pedagang bawahan dan kecil yang tersebar di Kecamatan Kubu Babussalam. d. Memberikan pinjaman kepada guru honorer Kabupaten Rokan Hilir yang bertugas di Kecamatan Kubu dan Kubu Babussalam. 5 5 Abdul Razak, (Marketing), Wawancara, Kubu Babussalam, 26 September 2014.

4 BMT didirikan dengan tujuan yang tidak hanya semata-mata mengejar pencapaian laba tinggi saja, namun pembinaan akhlak dan akidah, edukasi tentang Ekonomi Syariah dan kewirausahaan juga menjadi prioritas. Keberadaam BMT bertujuan untuk menyalurkan bantuan-bantuan, seperti pinjaman melalui program bantuan yang dibuat. Misalnya program kredit mikro dan program tabungan usaha kecil. Inilah bukti bahwa usaha kecil menengah itu mempunyai perkembangan yang sangat pesat bagi pemerintah. 6 BMT Bersama Kita Berkah memberikan pembiayaan dengan baik demi kemajuan perekonomian di Indonesian terutama di Kecamatan Kubu Babussalam yang mengikuti syariah yang diajarkan di dalam al-qur an. Seperti firman Allah Subhāna Wa Ta ālā: Artinya : Apa saja harta rampasan (fai -i) yang diberikan Allah kepada RasulNya (dari harta benda) yang berasal dari penduduk kota -kota Maka adalah untuk Allah, untuk rasul, kaum kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin dan orang-orang yang dalam perjalanan, supaya harta itu jangan beredar di antara orang-orang Kaya saja di antara kamu. apa yang diberikan Rasul kepadamu, Maka terimalah. dan apa yang dilarangnya bagimu, Maka tinggalkanlah. dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Amat keras hukumannya.( QS. al-hasyr : 7). 6 Sadono Sukirno, Pengantar Bisnis, (Jakarta : Kencana, 2006), edisi 1, cet ke-2, h. 365.

5 Dalam menyalurkan dana masyarakat, hal ini BMT memberikan pembiayaan. dengan kata lain BMT menyediakan dana bagi masyarakat yang membutuhkan dalam bentuk pinjaman dan kredit sesuai dengan keinginan nasabah dan yang telah dihimpun akan disalurkan kepada masyarakat dan dikelola secara efektif dan efisien dengan mempersiapkan strategi penetapan dan untuk mencapai tingkat protabilitas yang cukup dan pertahankan kepercayaan masyarakat. Kegiatan memberikan pembiayaan kepada masyarakat, disamping merupakan aktivitas yang dapat menghasilkan keuntungan, juga untuk memanfaatkan dana karena bank telah membayar sejumlah tertentu atas dana yang telah dihimpunnya. Pada akhir bulan atau pada saat tertentu bank akan mengeluarkan biaya atas dana yang telah dihimpun dari masyarakat yang telah menyimpan dananya di bank. Dengan demikian, bank tidak boleh membiarkan dana masyarakat tersebut mengendap, dan harus segera menyalurkanya kepada masyarakat yang membutuhkan agar memperoleh pendapatan atas dana yang disalurkannya. 7 Sebagaimana firman allah dalam surat An-Nisa (4: 29) 7 Ismail, Manajemen Perbankkan, (Jakarta: Kencana, 2010), cet, 1, h. 5-6.

6 Artinya : Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang Berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. dan janganlah kamu membunuh dirimu; Sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu. BMT dalam memberikan pembiayaan apabila disesuaikan dengan peraturan yang telah ditentukan maka akan sangat membantu pihak-pihak yang membutuhkan pembiayaan. Akan tetapi, disini BMT dalam memberikan pembiayaan kepada nasabah tidak selamanya berjalan sesuai dengan kesepakatan. Dikarenakan BMT dalam pencairan sering kali tidak menepati janji atau mempersulit dalam mencairkan dana pembiayaan seperti contoh Pak nyoto melakukan pembiayaan di BMT dan menanyakan kapan pencairan dana dilakukan kemudian BMT menjanjikan 2 hari paling cepat dan 1 minggu paling lama akan tetapi kenyatannya tidak seperti itu padahal nasabah melakukan pembiayaan karena butuh uang cepat, dengan demikian Pak nyoto merasa kecewa. Dan ada juga terdapat masalah yang terjadi pada pembiayaan di BMT BKB yang mana ada beberapa nasabah yang tidak tepat waktu atau menunda-nunda pembayaran cicilan padahal nasabah tersebut mampu membayar. 8 Berdasarkan uraian di atas penulis berkeinginan untuk mengadakan penelitian dan melakuskan penulisan skripsi dengan judul: SISTEM PEMBIAYAAN BMT BERSAMA KITA BERKAH KECAMATAN KUBU KABUPATEN ROKAN HILIR DITINJAU MENURUT EKONOMI ISLAM. 8 Abdul Razak, (Marketing), Wawancara, Kubu Babussalam, 26 September 2014.

7 B. Batasan Masalah Dalam penelitian ini, yang jadi pokok permasalahannya adalah berkenaan dengan sistem pembiayaan BMT Bersama Kita Berkah Kecamatan Kubu Kabupaten Rokan Hilir ditinjau menurut Ekonomi Islam. C. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian di atas maka yang menjadi masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana sistem pembiayaan BMT Bersama Kita Berkah Kecamatan Kubu Kabupaten Rokan Hilir? 2. Apa faktor pendukung dan penghambat sistem pembiayaan BMT Bersama Kita Berkah Kecamatan Kubu Kabupaten Rokan Hilir? 3. Bagaimana tinjauan Ekonomi Islām terhadap sistem pembiayaan BMT Bersama Kita Berkah Kecamatan Kubu Kabupaten Rokan Hilir. D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan Penelitian a. Untuk mengetahui bagaimana sistem pembiayaan BMT Bersama Kita Berkah Kecamatan Kubu Kabupaten Rokan Hilir. b. Untuk mengetahui faktor pendukung dan penghambat sistem pembiayaan BMT Bersama Kita Berkah Kecamatan Kubu Kabupaten Rokan Hilir

8 c. Untuk mengetahui Bagaimana tinjauan Ekonomi Islām tentang sistem pembiayaan BMT Bersama Kita Berkah Kecamatan Kubu Kabupaten Rokan Hilir. 2. Kegunaan Penelitian a. Sebagai salah satu usaha untuk memperdalam dan memperluas ilmu pengetahuan penulis dibidang Ekonomi Syari ah b. Sebagai sarana bagi penulis untuk menyelesaikan perkuliahan pada program (S1) di Fakultas Syariah dan Ilmu Hukum Jurus an Ekonomi Islām Pada Universitas Islam Negri Sultan Syarif Kasim Riau. c. Sebagai wadah bagi penulis dalam mengaplikasikan ilmu yang diperoleh di bangku kuliah dan menambah wawasan penulis terhadap masalah yang akan penulis teliti. E. Metode Penelitian 1. Lokasi Penelitian Penelitian ini adalah penelitian lapangan ( field riset) yang mengambil Lokasi di JL. Jend. Sudirman Simpang Pelita Rantau Panjang Kiri Kecamatan Kubu Kabupaten Rokan Hilir. 2. Subjek dan Objek Penelitian Subjek penelitian adalah sumber utama data penelitian, yaitu yang memiliki data mengenai variabel-variabel yang diteliti. 9 Adapun subjek penelitian di sini adalah para pengelola dan nasabah BMT Bersama Kita 9 Saifuddin Azwar, Metode Penelitian, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011), h. 34.

9 Berkah Kecamatan Kubu Kabupaten Rokan Hilir. Objek penelitian adalah apa yang menjadi sasaran peneliti. 10 Sedangkan yang menjadi objek penelitian ini adalah sistem pembiayaan BMT Bersama Kita Berkah Kecamatan Kubu Kabupaten Rokan Hilir. 3. Populasi dan Sampel Populasi didefinisikan sebagai kelompok subjek yang hendak dikenai generalisasi hasil. Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah pengelola BMT Bersama Kita Berkah yang berjumlah 17 karyawan serta nasabah pembiayaan berjumlah 50. Jumlah sampel BMT diambil 4 orang yaitu pimpinan BMT, dan tiga orang dari karyawan BMT bagian pembiayaan. Metode pengumpulan sampel pihak BMT yang digunakan adalah metode purposive sampling yaitu penulis menetapkan sendiri orang-orang yang akan dijadikan responden atau sampel dipilih berdasarkan pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya mengenai populasi. 11 Sedangkan pengumpulan sampel dari nasabah diambil 50%. Menurut pendapat Gay dalam buku metodelogi penelitian Ekonomi Islam menyatakan ukuran minimum sampel yang dapat diterima berdasarkan pada desain penelitian yang digunakan yaitu untuk metode deskriftif minimal 10% populasi, untuk populasi relatif kecil minimal 20% 10 M. Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif, (Jakarta: Kencana, 2007), h. 76. 11 Morissan, Metode Penelitian Survei, (Jakatra: Kencana, 2012 ), h. 117.

10 populasi. 12 Maka mengingat waktu tenaga serta biaya maka penulis mengambil 50% sampel nasabah dari populasi yaitu 25 orang, ditambah 4 orang jumlah sampel dari karyawan BMT. Jadi total keseluruhan sampel adalah 25 orang. Metode pengumpulan sampel nasabah yang digunakan adalah metode random sampling. Metode random sampling cara pemilihan sampel dimana anggota dari populasi dipilih satu persatu secara acak (semua mendapat kesempatan yang sama untuk dipilih). 13 4. Sumber Data Sumber data dalam penelitian ini meliputi dua kategori yaitu: a. Sumber data primer adalah data yang diperoleh langsung dari subjek penelitian dengan mengenakan alat pengukuran atau alat pengambilan data langsung pada subjek sebagai sumber informasi yang dicari. 14 b. Sumber data skunder adalah data yang diperoleh lewat pihak lain tidak langsung diperoleh oleh peneliti dari sabjek penelitiannya data skunder biasanya berwujud data dokumentasi atau data laporan yang telah tersedia. 15 5. Metode Pengumpulan Data 12 Muhammad, Metodologi Ekonomi Islam :Pendekatan Kuantitatif, ( Jakarta: Rajawali Press, 2008), h. 181. 13 Muhammad, Ibid, h. 174. 14 Saifuddin Azwar, Op. Cit., h. 91. 15 Etta Mamang Sangadji, Metodologi Penelitian, (Yogyakarta: CV Andi Offset, 2010), h. 190.

11 a. Observasi yaitu metode pengumpulan data yang digunakan untuk menghimpun data penelitian melalui pengamatan dan pengindraan. 16 b. Wawancara yaitu proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dengan informan atau orang yang diwawancarai, dengan atau tanpa menggunakan pedoman wawancara, dimana wawancara dan informan terlibat dalam kehidupan sosial yang relatif lama. 17 c. Kuesioner yaitu memberikan daftar pertanyaan kepada responden dalam bentuk angket serta beberapa alternatif pilihan jawabannya. 18 d. Dokumentasi yaitu metode yang digunakan untuk menelusuri data historis. 19 6. Metode Analisis Data Dalam menganalisis data yang disajikan, penulis menggunakan metode deskriftif kualitatif yaitu data yang berupa pendapat atau judgement sehingga tidak berupa angka, tetapi berupa kata atau kalimat. Dengan mengumpulkan data yang telah ada kemudian data tersebut dikelompokkan kedalam kategori-kategori berdasarkan persamaan dan perbedaan dari jenis data tersebut, dengan tujuan dapat menggambarkan persamaan yang diteliti, kemudian dianalisa dengan menggunakan pendapat atau teori para ahli yang relevan. 16 M. Burhan Bungin, Op. Cit., h. 108. 17 Ibid., h. 115. 18 Juliansyah Noor, Metodologi Penelitian : Skripsi, Tesis, Disertasi, dan Karya Ilmiah, (Jakarta: Kencana, 2011), Ed 1 Cet. 1, h.139. 19 M. Burhan Bungin, Op. Cit., h. 121.

12 7. Metode Penulisan Dalam penulisan ilmiah ini, yaitu menggunakan metode-metode yang terdiri dari: a. Deduktif adalah menyimpulkan hubungan yang tadinya tidak tampak, berdasarkan generalisasi yang sudah ada. b. Induktif adalah proses mengorganisasikan fakta-fakta atau hasil-hasil pengamatan yang terpisah-pisah menjadi suatu rangkaian hubungan atau generalisasi. c. Deskriptif adalah peneliti mengamati sesuatu (subjek penelitian) dan kemudian menjelaskan apa yang diamatinya. 20 F. Sistematika Penulisan Untuk lebih jelas dan mudah dipahami dalam penelitian ini, maka penulis memaparkan sistematikanya sebagai berikut: BAB I : PENDAHULUAN Dalam bab ini terdiri dari Latar Belakang, Rumusan Masalah, Batasan Masalah, Tujuan dan Kegunaan penelitian, Metode Penelitian, dan Sistematika Penulisan. BAB II : GAMBARAN UMUM BMT BERSAMA KITA BERKAH Dalam bab ini meliputi, sejarah singkat berdirinya Baytul Māl Wat Tamwil (BMT), tujuan didirikan BMT Bersama Kita Berkah, visi dan misi, susunan organisasi BMT Bersama Kita 20 Morisan, Op. Cit., h. 37.

13 Berkah, nasabah, produk dan mekanism kerja BMT Bersama Kita Berkah, BAB III : TINJAUAN TEORITIS Bab ini berisikan tentang pengertian pembiayaan atau financing, tujuan dan fungsi pembiayaan, konsep dasar pembiayaan syariah, analisis pembiayaan, penilaian pembiayaan, etika pelayanan pembiayaan, landasan hukum Ekonomi Islam tentang pembiayaan, pengertian BMT (baytul māl wat tamwil), produk-produk BMT. BAB IV : SISTEM PEMBIAYAAN BMT BERSAMA KITA BERKAH KECAMATAN KUBU KABUPATEN ROKAN HILIR DITINJAU MENURUT EKONOMI ISLAM. Sistem Pembiayaan BMT Bersama Kita Berkah Kecamatan Kubu Kabupaten Rokan Hilir, tinjauan Ekonomi Islām terhadap sistem pembiayaan BMT Bersama Kita Berkah Kecamatan Kubu Kabupaten Rokan Hilir. BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN Pada bab ini disajikan kesimpulan dan saran-saran dari hasil penelitian yang telah dilakukan penulis.