BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Imam Akhmad, 2013

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Eka Purnama, 2014 Keefektifan teknik imagine (khyalan visual) dalam pembelajaran menulis puisi lirik

berpikir logis, analitis, sistematis, kritis dan kreatif serta kemampuan bekerja

BAB I PENDAHULUAN. yaitu: keterampilan menyimak, keterampilan berbicara, keterampilan membaca, dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. lisan, sedangkan membaca dan menulis terjadi dalam komunikasi secara tertulis.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menulis merupakan suatu keterampilan dalam berbahasa. Berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Rizky Ananda Oktaviani, 2015

BAB I PENDAHULUAN. mengalami berbagai peristiwa yang sarat dengan nilai-nilai moral yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Sastra di dunia pendidikan kita bukanlah sesuatu yang populer. Sastra dalam

I. PENDAHULUAN. demikian akan menimbulkan perubahan dalam dirinya yang. memungkinkannya untuk berfungsi secara menyeluruh dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. berlangsung saat tulisan tersebut dibaca oleh orang lain.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Peneliti sebelumnya telah melakukan observasi awal berupa wawancara

BAB I PENDAHULUAN. peserta didik. Pendidikan memberikan pembaharuan pada kurikulumnya dari

BAB I PENDAHULUAN. pemersatu bangsa Indonesia. Selain itu, Bahasa Indonesia juga merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Karya sastra mengandung pesan moral tinggi, yang dapat menjadi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kemampuan peserta didik dalam berkomunikasi terhadap

BAB I PENDAHULUAN. mempelajari bahasa saja, tetapi juga mempelajari sastra. Menurut Lukens

BAB I PENDAHULUAN. terpisahkan dalam seluruh proses pembelajaran di sekolah. Pembelajaran menulis

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran merupakan kunci keberhasilan sumber daya manusia untuk

BAB I PENDAHULUAN. deskripsi, eksposisi, argumentasi, proposal, surat resi, surat dinas, rangkuman,

BAB I PENDAHULUAN. Mardwitanti Laras, 2014 Penerapan Teknik Parafrase dengan Pengandaian 180 Derajat berbeda dalam pembelajaran

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembelajaran bahasa Indonesia bertujuan untuk meningkatkan kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam seluruh proses pembelajaran.

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah.

Peningkatan Keterampilan Menulis Cerpen dengan Strategi Copy The Master Melalui Media Audio Visual pada Siswa Kelas IX-C SMPN 2 ToliToli

BAB I PENDAHULUAN. orang lain, memengaruhi atau dipengaruhi orang lain. Melalui bahasa, orang dapat

BAB I PENDAHULUAN. Menulis merupakan salah satu keterampilan berbahasa dan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rizka Fauziah, 2013

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS PUISI DENGAN MENGGUNAKAN METODE HYPNOTEACHING

BAB I PENDAHULUAN. perasaan, atau keinginannya. Keterampilan menulis yang baik sangatlah penting

BAB I PENDAHULUAN. membangun rasa percaya diri, dan sarana untuk berkreasi dan rekreasi. Di

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Tarigan dalam Munthe (2013:1), dalam silabus pada KD 13.1 disebutkan, bahwa salah satu kompetensi yang harus

BAB I PENDAHULUAN. sehingga pembelajaran dapat berlangsung dengan mengoptimalkan dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pengajaran bahasa Indonesia bertujuan agar siswa terampil berbahasa dan mampu

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Dunia berkembang sangat pesatnya, sesuatu yang semula tidak dapat

BAB I PENDAHULUAN. proses belajar mengajar yang berlangsung di sekolah. Hal ini dikarenakan dalam

BAB I PENDAHULUAN. keindahan dalam isi dan ungkapannya (Sugono, 2011: 159). Pembelajaran sastra

BAB I PENDAHULUAN. diajarkan. Pengajaran bahasa Indonesia pada hakikatnya merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Nikke Permata Indah, 2015

I. PENDAHULUAN. Pembelajaran Sains SMP umumnya belum menggunakan metode/strategi. yang dapat menarik minat belajar siswa. Pembelajaran Sains di SMPN 1

berbahasa pada mata pelajaran Bahasa Indonesia di SD diarahkan untuk meningkatkan keterampilan siswa dalam berkomunikasi secara lisan maupun tulisan

BAB 1 PENDAHULUAN. (Hasanuddin, 1996:1). Dimensi pertama, drama sebagai seni lakon, seni peran

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

MODEL PEMBELAJARAN MENULIS PUISI DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK MEMBACA AKROSTIX

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. diperhatikan ketat sejak di Hollandsch Inlandsche Scholl (HIS) dan Meer

BAB I PENDAHULUAN. peran yang sangat menetukan, bagi perkembangan individu maupun suatu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menulis merupakan suatu keterampilan berbahasa yang dipergunakan

BAB I PENDAHULUAN. menulis seseorang dapat menyampaikan hal yang ada dalam pikirannya.

BAB 1 PENDAHULUAN. mencakup empat jenis yaitu keterampilan menyimak (listening skill),

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana S-1. Disusun oleh: Ajeng Wulandari A

I. PENDAHULUAN. hidupnya. Proses belajar terjadi karena adanya interaksi antara seseorang dengan

BAB I PENDAHULUAN. kelas. Keterampilan menulis puisi wajib dikuasai oleh siswa, hal ini bertujuan

2015 PENERAPAN MODEL SINEKTIK DALAM PEMBELAJARAN MENULISKAN KEMBALI DONGENG

BAB 1 PENDAHULUAN. siswa dalam mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di sekolah. Siswa. dalam Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar.

BAB I PENDAHULUAN. berekspresi dan salah satunya adalah menulis puisi. Puisi dalam Kamus Besar. penataan bunyi, irama, dan makna khusus; sajak.

BAB I PENDAHULUAN. seorang pendidik yang mempunyai kompetensi, baik kompetensi pedagogik,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Menulis. Menulis merupakan salah satu keterampilan berbahasa dan merupakan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran yang wajib diajarkan di sekolah. Pembelajaran bahasa

BAB I PENDAHULUAN. Kewarganegaraan (PKn). Menggunakan pola mengajar yang relevan bagi seorang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitan Betta Anugrah Setiani, 2013

BAB I PENDAHULUAN. pendapat Sumardjo (Mursini 2010:17) yang mengemukakan bahwa sastra adalah

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan sehari-hari (Dalman, 2015: 1). Dengan bahasa itulah manusia dapat

BAB I PENDAHULUAN. pikiran, pendapat, imajinasi, dan berhubungan dengan manusia lainnya.

2015 PENERAPAN METODE SUGESTI-IMAJINASI DENGAN MEDIA VIDEO DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS ULASAN DRAMA

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan suatu masyarakat dapat dilihat dari perkembangan pendidikannya.

BAB I PENDAHULUAN. dalam interaksi dirinya dengan lingkungannya. Hasil dari interaksi yang dilakukan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Swie Indarti, 2013

BAB I PENDAHULUAN. mensukseskan pembangunan bangsa. Dalam rangka peningkatan kualitas

2015 PENERAPAN METODE IMAGE STREAMING MELALUI MEDIA GAMBAR DALAM PEMBELAJARAN MENULIS PUISI

BAB I PENDAHULUAN. kompetensi menulis dalam KTSP SD yang berbunyi sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kemampuan menulis merupakan salah satu kemampuan berbahasa yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Masalah bahasa dalam dunia pendidikan merupakan peranan yang sangat

BAB 1 PENDAHULUAN. Pendidikan pada hakikatnya berlangsung dalam suatu proses yang mampu

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran, terutama keterampilan kebahasaan yang dimiliki.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Arni Yanti, 2013

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Proses belajar mengajar merupakan kegiatan pokok sekolah yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. berkomunikasi. Oleh karena itu dalam pembelajaran Bahasa Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. untuk memiliki 4 (empat) kompetensi, yakni kompetensi membaca, menulis, menyimak, dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan berbahasa. Adapun kemampuan berbahasa dalam kurikulum terdiri atas

BAB I PENDAHULUAN. bakat yang dimiliki, berpikir kritis dan memecahkan permasalahan yang. mengarah pada peningkatan hasil belajar.

BAB 1 PENDAHULUAN. Pengajaran sastra sangat penting bagi kemajuan mutu pendidikan. Terutama

Pengaruh Metode Karyawisata Terhadap Kemampuan Menulis Puisi Siswa Kelas VII SMP Swasta Yapendak Tinjowan Tahun Pembelajaran 2013/2014

BAB I PENDAHULUAN. yaitu menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Berdasarkan aktivitas

BAB 1 PENDAHULUAN. dan teknologi (IPTEK), dunia pendidikan dituntut untuk meningkatkan mutu dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan ini, manusia tidak pernah telepas dari kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu aspek yang turut menentukan pencapaian tujuan pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. berbicara, membaca, dan menulis. keempat keterampilan tersebut memegang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menulis merupakan sebuah keterampilan yang dilakukan melalui tahapan yang harus dikerjakan dengan mengarahkan keterampilan, seni, dan kiat sehingga semuanya dapat berjalan dengan efektif. Selain itu, menulis merupakan cara yang efektif melatih kedewasaan pola pikir siswa karena termasuk proses kreatif (Semi, 2007: 40). Selanjutnya, Iskandarwassid dan Sunendar (2008:292) menyatakan bahwa menulis adalah kegiatan melahirkan pikiran dan perasaan dari kegiatan-kegiatan ekspresi bahasa. Melalui kegiatan menulis segala pemikiran akan tertuangkan menjadi kata-kata yang mewakili pemikiran penulis. Melalui kegiatan menulis seseorang akan menghasilkan sebuah karya tulis. Pembelajaran menulis yang dipelajari di sekolah banyak macamnya salah satunya adalah menulis puisi. Melalui menulis puisi siswa dapat mengungkapkan hal yang dipikirkannya dan itu menjadi salah satu media pencurahan hati. Jaasin (1985:41) menyatakan bahwa puisi adalah sosok manusia seutuhnya dengan pikiran dan perasaannya. Pengarang puisi mempunyai kecakapan yang luar biasa untuk melahirkan pikiran dan perasaan dalam perkataan-perkataan yang selalu segar dan asli dalam kombinasi-kombinasinya, melebihi pengarang prosa kesusastraan. Puisilah yang dapat membuat seseorang menjadi lebih cakap dan berpikir dewasa. Anwar (2009: 308) menyatakan bahwa terdapat dua tujuan pembelajaran sastra, tujuan pertama mengacu pemerolehan wawasan mengenai segi-segi pengetahuuan (sejarah dan unsur-unsur sastra misalnya) dan tujuan kedua mengacu pada pemerolehan pengalaman langsung bersastra (membaca, menulis, dan menggelarkan karya sastra misalnya). Sementara itu, dalam KTSP dinyatakan bahwa belajar bahasa adalah belajar berkomunikasi (Sastromiharjo, 2009: 4). Pada dasarnya, tujuan khusus dalam pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia sudah sesuai dengan KTSP yang berorientasi pada kompetensi dan hasil belajar peserta didik.

2 Pembelajaran sastra tersebut terdapat pada menulis puisi dan hal di atas tadi menjelaskan betapa pentingnya pembelajaran menulis puisi di sekolah. Realitasnya, pembelajaran menulis puisi tidak berjalan dengan baik. Pernyataan tersebut terbukti dengan penilaian langsung yang dilakukan peneliti dan guru bahasa Indonesia yaitu Lamsyah Situmorang, S.Pd. Melalui tes menulis puisi yang diadakan pada hari rabu 27 februari 2013 di kelas X Administrasi Perkantoran 1, 4 dan 5 dan Pemasaran 2, 3 dan 6, terbukti bahwa nilai siswa dalam menulis puisi rata-ratanya dibawah nilai KKM yaitu 75. Peneliti pun mewawancarai guru bahasa Indonesia yaitu Lamsyah Situmorang, S.Pd. mengenai metode pembelajaran menulis puisi siswa kelas X di SMKN 3 Bandung. Hasil wawancara menyatakan bahwa guru bahasa Indonesia hanya menggunakan metode pembelajaran konvesional dengan metode ceramah. Selain itu, guru kurang memiliki referensi mengenai metode pembelajaran yang baik untuk meningkatkan kemampuan menulis siswa. Selain itu, alokasi waktu dalam pembelajaran menulis puisi dinilai masih kurang. Hal tersebut berdasarkan rencana pelaksanaan pembelajaran kelas X yang hanya ada satu standar kompetensi tentang menulis puisi dan kompetensi dasar tentang menulis puisi hanya ada dua sehingga alokasi waktunya tidak lebih dari empat jam pelajaran dalam dua semester. Penelitian di atas memiliki simpulan bahwa siswa memiliki nilai yang rendah, metode pembelajaran puisi masih menggunakan metode yang monoton dan alokasi waktu yang kurang. Hal tersebutlah yang menyebabkan pembelajaran puisi berjalan dengan tidak baik. Sepaham dengan itu, Anshori (2009: 16) menyatakan bahwa ada berbagai keluhan seputar pengajaran bahasa Indonesia yaitu bahasa Indonesia dipandang kurang menarik, monoton, membosankan, kurang mengesankan hingga dianggap mudah karena kesehariannya masyarakat kita banyak menggunakan bahasa Indonesia. Hal tersebut pun terimplementasi dalam pembelajaran menulis puisi. Penelitian mengenai pembelajaran menulis puisi telah dilakukan oleh beberapa peneliti dalam rangka penyelesaian program pendidikan sarjananya, diantaranya adalah Ajen Miftah (2011) dengan judul skripsinya yaitu Keefektifan

3 Penerapan Teknik Imagine (Khayalan Visual) dalam Meningkatkan Kemampuan Menulis Puisi dan Riana Novitasari (2011) dengan judul skripsinya yaitu Pemanfaatan Video Keindahan Alam dalam Pembelajaran Puisi. Simpulan hasil penelitian yang dilakukan oleh dua peneliti tersebut dipakai sebagai bahan pertimbangan dalam penyusunan penelitian ini. Adapun simpulannya bahwa penerapan teknik imagine (khayalan visual) yang dilakukan Ajen Miftah dapat mempermudah siswa dalam menulis puisi. Teknik imagine tersebut memiliki pengaruh pada peningkatan menulis siswa kelas VII C SMP Negeri 10 Bandung dari segi penyajian puisi secara semiotik bahasa. Penelitian selanjutnya yang dilakukan oleh Riana Novitasari dengan pemanfaatan video keindahan alam memberikan hasil bahwa siswa kelas VII di SMPN 45 bandung mengalami peningkatan dalam menulis puisi. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa peningkatan nilai rata-rata kemampuan menulis puisi pada siswa di kelas eksperimen sebesar 23,13. Nilai ratarata pretes siswa sebesar 47,03 dan postes sebesar 70,16. Melalui data di atas, peneliti mengambil kesimpulan bahwa penggunaan teknik pembelajaran kurang variatif. Selain itu, waktu yang dialokasikan dinilai masih kurang sehingga pembelajaran menulis puisi berjalan dengan kurang maksimal. Berbekal penelitian yang dilakukan, maka peneliti menciptakan suatu teknik yang dinilai mampu meningkatkan kemampuan menulis puisi siswa kelas X di SMKN 3 Bandung. Teknik yang diciptakan tersebut peneliti beri nama sebagai teknik imajinasi objek. Berbeda dengan teknik-teknik yang dikembangkan sebelumnya, teknik ini memiliki penekatan pada interaksi guru dan murid. Guru berposisi sebagai pemberi rangsangan dan siswa berposisi sebagai penerima rangsangan. Guru akan membantu secara langsung kemampuan siswa dalam menulis puisi dan siswa akan belajar dengan sungguh-sungguh melalui teknik yang diterapkan secara utuh. Peneliti menggunakan teknik imajinasi objek dengan tujuan meningkatkan keterampilan menulis puisi siswa kelas X di SMKN 3 Bandung. Oleh karena itu, untuk mengetahui keefektifan teknik imajinasi objek dalam pembelajaran menulis

4 puisi, maka peneliti melakukan penelitian dengan judul PENGGUNAAN TEKNIK IMAJINASI OBJEK DALAM PEMBELAJARAN MENULIS PUISI (Penelitian Eksperimen pada. Penerapan teknik imajiasi objek diharapkan dapat membuat siswa lebih menyenangi kegiatan menulis puisi dan meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis puisi khususnya siswa kelas X di SMKN 3 Bandung Tahun Ajaran 2012/ 2013. 1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukanan, maka dapat diidentifikasi masalah-masalah yang terdapat dalam pembelajaran menulis puisi kelas X di SMKN 3 Bandung, yaitu. 1. Perolehan nilai menulis puisi masih dibawah nilai KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal). 2. Siswa kelas X SMKN 3 Bandung masih merasa sulit menulis puisi. 3. Metode pembelajaran konvensional (ceramah) masih mendominasi. 4. Metode pembelajaran menulis puisi masih kurang bervariatif. 5. Alokasi waktu dalam pembelajaran menulis puisi kurang. 1.3 Batasan Masalah Pengertian dan jenis-jenis puisi memiliki cakupan yang luas, oleh karena itu peneliti membatasi mengenai hal-hal yang diteliti. Puisi yang diteliti adalah puisi baru (modern) yang dikerjakan di kelas oleh siswa kelas X SMKN 3 Bandung dalam proses pembelajaran. Selain itu, hal lainnya yang diteliti adalah penggunaan teknik imajinasi objek di kelas X Administrasi Perkantoran 1 dan metode tematik di X Pemasaran 6 SMKN 3 Bandung Tahun Ajaran 2012/2013 pada pembelajaran menulis puisi. 1.4 Rumusan Masalah Rumusan masalah pada penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Bagaimanakah kemampuan siswa menulis puisi di kelas X Administrasi Perkantoran 1 SMKN 3 Bandung dengan diterapkannya teknik imajinasi objek?

5 2. Bagaimanakah kemampuan siswa menulis puisi di kelas X Pemasaran 6 SMKN 3 Bandung dengan diterapkannya metode tematik? 3. Adakah perbedaan yang signifikan antara kemampuan menulis puisi siswa kelas X SMKN 3 Bandung dengan diterapkannya teknik imajinasi objek dan metode tematik? 1.5 Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan di atas, maka tujuan penelitian ini untuk membuktikan. 1. Keefektifan kemampuan siswa menulis puisi di kelas X Administrasi Perkantoran 1 SMKN 3 Bandung dengan diterapkannya teknik imajinasi objek. 2. Keefektifan kemampuan siswa menulis puisi di kelas X Pemasaran 6 SMKN 3 Bandung dengan diterapkannya metode tematik. 3. Ada tidaknya perbedaan yang signifikan antara kemampuan menulis puisi siswa kelas X SMKN 3 dengan diterapkannya teknik imajinasi objek dan metode tematik? 1.6 Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Bagi guru, dapat dijadikan contoh, pedoman atau tambahan teknik pengajaran dalam pembelajaran bahasa Indonesia khususnya menulis puisi di kelas. Teknik ini diharapkan menjadi salah satu referensi untuk guru sebagai cara yang relevan dipakai pada pembelajaran menulis puisi untuk siswa SMA/SMK di kelas khususnya di SMKN 3 Bandung. 2. Bagi siswa, teknik ini diharapkan menjadi cara untuk mendapatkan pengetahuan baru tentang menulis puisi. Siswa akan lebih nyaman ketika pembelajaran dimulai sehingga menimbulkan pembelajaran yang menarik, berkesan serta menyenangkan sehingga akan berimbas pada meningkatnya kemampuan siswa menulis puisi. 1.7 Anggapan Dasar Anggapan dasar dari penelitian ini adalah sebagai berikut.

6 1. Menulis merupakan salah satu keterampilan berbahasa aktif-produktif. 2. Keberhasilan pembelajaran menulis puisi sangat dipengaruhi oleh ketepatan metode pembelajaran yang digunakan. 3. Imajinasi objek merupakan cara yang sangat sederhana, efektif, dan teknik yang terencana dalam meningkatkan kemampuan siswa berpuisi. Teknik imajinasi objek menitikberatkan pada daya khayal (imajinasi) siswa yang dibantu langsung oleh guru dengan penerapan kata-kata bersugesti. 1.8 Hipotesis Adapun hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Kemampuan menulis puisi siswa meningkat secara signifikan setelah diterapkannya metode imajinasi objek dibandingkan dengan kemampuan menulis puisi siswa yang diberi perlakuan dengan mengggunakan metode tematik. 2. Terdapat perbedaan yang signifikan dalam kemampuan menulis puisi siswa antara penerapan metode imajinasi objek dan metode tematik. 1.9 Definisi Operasional Definisi operasional meliputi pembelajaran menulis puisi dan metode imajinasi objek yang dipaparkan sebagai berikut. 1. Pembelajaran menulis puisi terdiri dari beberapa proses yaitu proses perencanaan, kegiatan pembelajaran, hingga evaluasi terhadap ekspresi tulis siswa dalam bentuk puisi dengan tujuan meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis puisi. 2. Metode imajinasi objek merupakan penggabungan dari metode imagine dan hypnoteaching. Digunakan guru untuk merangsang otak kanan siswa untuk berintuisi dengan baik sehingga akan memengaruhi kemampuan siswa menulis puisi. Siswa diberikan sugesti mengenai objek imajinasi dalam keadaan rileks, setelah itu dituliskan dalam bentuk puisi.