Museum Budaya di Nias BAB I, II, III, IV, V, VI. Adrianus Gulo, BAB I PENDAHULUAN

dokumen-dokumen yang mirip
MUSEUM BUDAYA DI PONTIANAK, KALIMANTAN BARAT

MUSEUM BUDAYA DI NIAS

BAB I PENDAHULUAN. Museum Budaya Dayak Di Kota Palangka Raya Page 1

BAB I PENDAHULUAN. - Arkeologika, benda koleksi merupakan benda objek penelitian ilmu arkeologi.

I. 1. Latar Belakang I Latar Belakang Pengadaan Proyek

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. adimistratif Nias merupakan kabupaten yang termasuk dalam Propinsi Sumatera Utara.

BAB I PENDAHULUAN. baru, maka keberadaan seni dan budaya dari masa ke masa juga mengalami

2015 PEWARISAN NILAI-NILAI BUDAYA SUNDA PADA UPACARA ADAT NYANGKU DI KECAMATAN PANJALU KABUPATEN CIAMIS

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kasus Proyek

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang LATAR BELAKANG TUJUAN LATAR BELAKANG. Eksistensi kebudayaan Sunda 4 daya hidup dalam kebudayaan Sunda

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

MEDAN TRADITIONAL HANDICRAFT CENTER (ARSITEKTUR METAFORA)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Kota selalu menjadi pusat peradaban dan cermin kemajuan suatu negara.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang kaya keanekaragaman seni dan budaya.

MUSEUM WAYANG NUSANTARA DI SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN FAJRI BERRINOVIAN 12032

BAB I PENDAHULUAN. yang sesuai dengan fungsi dan tujuan yang diinginkan. Kesenian dapat

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PASAR SENI DI WAIKABUBAK SUMBA BARAT NTT ARSITEKTUR TRADISIONAL SEBAGAI ACUAN PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Museum merupakan tempat yang sangat bernilai dalam perjalanan

BAB I PENDAHULUAN. Peninggalan sejarah merupakan warisan budaya masa lalu yang

BAB I PENDAHULUAN. sepatutnyalah potensi Sumberdaya Budaya (Culture Resources) tersebut. perlu kita lestarikan, kembangkan dan manfaatkan.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

PRAMBANAN HERITAGE HOTEL AND CONVENTION

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Keadaan Museum di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. 1 Neufeld ed. in chief, 1988; Webster New World Dict

BAB 1 PENDAHULUAN. Kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan hasil karya

BAB I PENDAHULUAN. Sejarah dalam bahasa Indonesia merupakan peristiwa yang benar-benar

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA

BAB I PENDAHULUAN. Museum Permainan Tradisional di Yogyakarta AM. Titis Rum Kuntari /

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Judul 1.2 Pengertian Judul

'; Soekanto Soerjono, Prof, Dr, SH, MA, Sosiologi Suatu Ppngantar, CV Rajawali, Jakarta, 1982.

MUSEUM BATIK JAWA TENGAH DI KOTA SEMARANG

PEKALONGAN BATIK CENTER

Tengah berasal dari sebuah kota kecil yang banyak menyimpan peninggalan. situs-situs kepurbakalaan dalam bentuk bangunan-bangunan candi pada masa

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ashriany Widhiastuty, 2013

I.1 LATAR BELAKANG I.1.1

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN ± 153 % ( ) ± 33 % ( ) ± 14 % ( ) ± 6 % ( )

Institut Seni Indonesia di Semarang

BAB II URAIAN TEORITIS KEPARIWISATAAN. suci. Ritual menciptakan dan memelihara mitos, adat, sosial, dan agama, ritual

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pengadaan Proyek

MUSEUM GERABAH NUSANTARA Penerapan arsitektur bangunan berbahan gerabah pada bentuk bangunan

BAB I PENDAHULUAN. sampai merauke, menyebabkan Indonesia memiliki banyak pulau. dijadikan modal bagi pengembang budaya secara keseluruhan.

BAB I PENDAHULUAN. Desain Interior Museum Tapis Lampung di Kota Bandar Lampung dengan

BAB 7 PENUTUP. Visi Museum La Galigo belum menyiratkan peran museum sebagai pembentuk identitas Sulawesi Selatan sedangkan misi

MUSEUM BATIK PEKALONGAN PENEKANAN DESAIN ARSITEKTUR NEO-VERNAKULAR

INPUT PROSES OUTPUT PERENCANAAN ARSITEKTUR FENOMENA. Originalitas: Kawasan Perkampungan Budaya Betawi, terletak di srengseng

BAB I PENDAHULUAN. Museum Transportasi Darat di Bali 1

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

1.1.2 Perpustakaan dan Museum Budaya Sebagai Fasilitas Belajar Budaya

SENTRA BATIK TULIS LASEM Nanda Nurani Putri BAB I PENDAHULUAN

MUSEUM BATIK DI YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN PENELITIAN ARTEFAK ASTANA GEDE. dan terapit oleh dua benua. Ribuan pulau yang berada di dalam garis tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Jumlah Wisatawan yang Berkunjung ke Taman Pintar Tahun

BAB I PENDAHULUAN. Gambar I.1 Peta wilayah Indonesia Sumber:

BAB I PENDAHULUAN Potensi Kota Yogyakarta Sebagai Kota Budaya Dan Seni

BAB I PENDAHULUAN. (kurang lebih ) yang ditandai dengan adanya beberapa situs-situs

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Deskripsi Judul

PUSAT KESENIAN JAWA TENGAH DI SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. agama dan lain lain. Bila hal tersebut dikaji lebih jauh, akan mengandung ajaran dan

BAB I PENDAHULUAN. perekonomiannya ini dibuktikan dengan banyaknya pusat perbelanjaan dibangun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seni adalah karya cipta manusia yang memiliki nilai estetika dan artistik.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Latar Belakang Eksistensi Proyek

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

GEDUNG WAYANG ORANG DI SOLO

BAB I PENDAHULUAN. bangsa Indonesia. Akar tradisi melekat di kehidupan masyarakat sangat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I: PENDAHULUAN Latar Belakang Latar Belakang Proyek.

BAB III PERENCANAAN PROYEK

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PUSAT SENI RUPA YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Budaya merupakan kebutuhan hidup manusia secara kodrati, dan sekaligus

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I. 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menarik wisatawan untuk berkunjung ke suatu daerah tujuan wisata. Salah satu

BAB I PENDAHULUAN. 1

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. keanekaragaman kulinernya yang sangat khas. Setiap suku bangsa di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. sekarang ini sedang dikembangkan oleh pemerintah Indonesia. Selain bertujuan

BAB 1 PENDAHULUAN 1-1

BAB I PENDAHULUAN GEDUNG SENI PERTUNJUKAN DI SEMARANG LP3A TUGAS AKHIR 138

Universitas Kristen Maranatha BAB 1 PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. ragam bentuk seni kerajinan yang sudah sangat terkenal di seluruh dunia. Sejak

Bab I PENDAHULUAN April :51 wib. 2 Jum'at, 3 Mei :48 wib

BAB I PENDAHULUAN. tradisional berbeda-beda. Makanan tradisional sendiri merupakan sebuah

BAB 7 PENUTUP. Terakota yang merupakan kesenian asli dari kerajaan Majapahit yang hampir punah

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan untuk fasilitas-fasilitas pendukungnya. menginap dalam jangka waktu pendek.

BAB I PENDAHULUAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAGIAN 1 PENDAHULUAN. Museum Pendidikan dan Mainan Anak Kolong Tangga Kotabaru, Yogyakarta Dewi Retno Prameswari

BAB I PENDAHULUAN. Kudus sebagai salah satu Kabupaten di Jawa Tengah. dikatakan langkah Nitisemito itu menjadi tonggak tumbuhnya

PUSAT SENI DAN KERAJINAN KOTA YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia salah satu negara yang sangat unik di dunia. Suatu Negara

BAB I: PENDAHULUAN Latar Belakang Latar Belakang Proyek

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengadaan Proyek Budaya merupakan nilai-nilai luhur peninggalan leluhur yang telah bertahan selama berabad-abad menjadi aturan-aturan, norma-norma atau adat istiadat yang dilakukan oleh masyarakat dan generasi berikutnya secara turun-temurun. Kebudayaan sebagai hasil karya, rasa, dan cipta masyarakat. Karya masyarakat menghasilkan teknologi dan kebudayaan kebendaan atau kebudayaan jasmaniah (material culture) yang diperlukan oleh manusia untuk menguasai alam sekitarnya, agar kekuatan serta hasilnya dapat diabadikan untuk keperluan masyarakat (Selo Soemardjan & Soelaeman Soemardi,1964). Begitu juga dengan Budaya Nias yang dimiliki saat ini merupakan nilai-nilai yang diturunkan oleh nenek moyang, yang telah menjadi falsafah, cara berpikir, tujuan dan citacita yang dimiliki, dipilih dan dipelihara. Nias termasuk salah satu dari tujuh tempat di dunia yang budaya megalitnya masih hidup, The Living Megalith Culture (Wikipedia, Megalith, http://en.wikipedia.org/wiki/megalith, diakses 15 Februari 2009). Karena itulah UNESCO merencanakan memasukan Nias sebagai World Heritage, warisan dunia dari Indonesia (E.G.P., Bali Dipastikan Masuk Daftar World Heritage, Kompas.com, Sabtu 10 Mei 2008). Tetapi di masa pembangunan bangsa yang semakin berkembang ini terdapat kecenderungan terjadinya degradasi atau penurunan nilai budaya. Hal ini disebabkan oleh kurangnya kesadaran terhadap pentingnya pendidikan dan pelestarian budaya, selain itu perkembangan teknologi dan era globalisasi yang pesat, mengakibatkan tidak terbendungnya pengaruh budaya asing masuk dalam kehidupan masyarakat modern. Pada budaya-budaya yang hanya mengandalkan tradisi lisan dalam pewarisannya dari generasi ke generasi berikutnya, fenomena ini menjadi semakin rumit. Selain itu, kurangnya kesadaran akan pentingnya nilai peninggalan budaya bagi masyarakat mengakibatkan sebagian oknum yang justru menjual dan menyelundupkan berbagai 19

artefak dan peninggalan tersebut demi keuntungan pribadi. Jika Nias tidak memiliki suatu lembaga atau tempat untuk memelihara berbagai peninggalan tersebut, dikhawatirkan warisan nenek moyang tersebut lama kelamaan akan hilang dari tanah Nias. Kurangnya sarana untuk pendidikan dan pelestarian budaya merupakan kendala yang serius dalam usaha untuk mempertahankan keberadaan nilai-nilai budaya di Nias. Apabila tidak diperhatikan lebih serius maka akibat terburuknya adalah terjadinya kepunahan nilai-nilai budaya dalam lingkup masyarakatnya sendiri, yang berarti hilangnya jati diri masyarakat Nias. 1.1.1. Nias Sebagai Kota Budaya dan Daya Tarik Wisata Kota Nias terkenal dengan predikat sebagai kota budaya khususnya di daearah provinsi Sumatra Utara karena masih banyak dijumpai berbagai tradisi seni budaya masyarakat yang diwariskan dan dijaga kemurniannya secara turun temurun. Seni budaya tradisional tersebut antara lain : Batu Megalit : patung-patung megalit di Nias paling banyak didirikan pada abad ke-19. (telah diakui oleh UNESCO) Lompat batu Tari perang Tari moyo (Tari penyambutan) Tari maena (Tarian upacara pernikahan dan pesta adat ) Tari mogaele Peralatan perang Baju adat tradisional Nias Beberapa jenis budaya ini masih digemari baik di kalangan pelajar maupun di kalangan masyarakat Nias. Hal ini dapat terlihat dengan diadakannya pesta Yaa howu / pagelaran budaya Nias yang diselenggarakan oleh pemerintah kabupaten Nias setiap tahunnya. Perlunya pengembangan museum di Nias juga di dukung dengan semakin berkembangnya jumlah wisatawan yang berkunjung ke Nias khususnya wisatawan 20

Budaya. Melihat potensi yang dimiliki seni budaya untuk meningkatkan prospek wisata dan aset budaya, maka kota Nias membutuhkan suatu kompleks gedung museum untuk melestarikan dan memperkenalkan budaya Nias kepada dunia luar. Grafik 1.1. Perkembangan Jumlah Kunjungan Wisman di Nias (sumber : Berdasarkan Berita Resmi Statistik Kabupaten Nias, 01 September 2008) Museum budaya sebagai aset yang mendukung pariwisata perlu direalisasikan agar dapat menjadi sarana dan alat untuk mengurus hak paten kebudayaan bangsa dan bekerjasama dengan lembaga hukum sehingga kebudayaan kita tidak dicuri. 1.1.2. Museum Pusaka Nias Museum pusaka Nias yang didirikan sejak tahun 1972, hanya mengoleksi bendabenda budaya, seni dan sejarah masyarakat Nias. Oleh sebab itu museum ini kurang memenuhi standard karena tidak mampu mewadahi kegiatan pelestarian, pendidikan, dan rekreasi karena budaya yang ada di Nias tidak hanya meliputi benda-benda (tangible) tetapi memiliki banyak budaya tak benda (intangible) seperti pada pembahasan budaya Nias yang telah disebutkan sebelumnya. Jenis koleksi Museum Pusaka Nias meliputi Etnologi, Arkeologi, Numismatik, Keramik, Histori, Biologi, Seni Rupa dan Teknologi. Jumlah koleksi pada tahun 2009 ini mencapai lebih 6500 buah. Jumlah koleksi tersebut dapat dilihat dari tabel berikut : 21

Tabel 1.1. Jumlah Koleksi Museum Pusaka Nias (sumber : http://www.direktorat Museum pusaka Nias.com) NO Koleksi Status kepemilikan Jumlah Ganti rugi Titipan Pinjaman Hibah 1 Geologika/geografika - - - - - 2 Biologika - - - - - 3 Etnografika - - - - - 4 Etnologi 4425 - - 294 4719 5 Arkeologika 259 - - 135 394 6 Historika 2 - - 2 2 7 Numismatika - - - - - 8 Filologika - - - - - 9 Keramika 88 - - 8 96 10 Biologi 38 - - 73 111 11 Seni rupa 1 - - - 1 12 Teknologika - - - - - jumlah - - - - 5323 Fasilitas gedung Museum Pusaka Nias terdiri dari 4 paviliun sebagai ruang pameran dan beberapa gedung penunjang sebagai kantor operasional, tempat miniatur rumah-rumah tradisional, balai pertemuan (omo bale), rumah tamu, halaman batu-batu megalit dan kantin (Sumber direktotar museum Nias). Museum Pusaka Nias tidak memiliki ruang pameran tetap dan temporer, ruang laboratorium/konservasi, ruang bengkel/preparasi, serta ruang pelestarian dan pendidikan budaya. Dari jenis koleksi dan fasilitas yang dimiliki oleh museum pusaka Nias sekarang ini terlihat bahwa museum hanya mewadahi fungsi penyimpanan benda-benda dan biologi yang mempunyai nilai sejarah sedangkan kebudayaan lain seperti tari-tarian dan baju adat 22

khas Nias yang memang mempunyai nilai seni yang lebih tinggi dan sering dipergunakan dalam upacara adat tidak tersedia wadah untuk pelestarian dan pendidikan padahal tariantarian dan baju adat tersebut juga sering dipergunakan untuk menyambut wisatawan dan tamu pemerintah dari luar. Bertolak dari pembahasan-pembahasan yang telah disebutkan sebelumnya dapat dilihat bahwa diperlukan usaha-usaha untuk melanjutkan kegiatan-kegiatan pelestarian budaya yang telah ada di Nias, dengan menyediakan sarana yang sesuai dilihat dari kapasitasnya sebagai sarana pendidikan dan pelestarian budaya yaitu museum budaya di Nias. Selain dari fungsinya sebagai sarana pendidikan dan pelestarian, museum ini juga dapat berfungsi sebagai sarana rekreasi yang edukatif. Dengan demikian pada generasi penerus selanjutnya memilki sumber untuk mengakses pengetahuan terhadap tradisi. 1.2. Latar Belakang Permasalahan Museum memiliki peran sebagai lembaga pendidikan non formal, karena aspek edukasi lebih ditonjolkan dibanding rekreasi. Museum juga merupakan sebuah lembaga pelestari kebudayaan bangsa, baik yang berupa benda (tangible) seperti artefak, fosil, dan benda-benda etnografi maupun tak benda (intangible) seperti nilai, tradisi, dan norma. (Tim Direktorat Museum, http://www.museum-indonesia.net, diakses 10, Februari 2009 ). Museum dan pendidikan sebagai dua hal yang tidak dapat dipisahkan tercermin dalam definisi museum sebagai salah satu tujuan yaitu Sebuah bangunan untuk rumah koleksi yang memiliki objek untuk inspeksi, belajar, dan dapat dinikmati (Douglas A. Allen); dari definisi ini, sangat jelas menyiratkan bahwa terdapat nilai dasar yang menjadi fondasi museum yaitu, melalui pendidikan, masyarakat disadarkan akan tingginya nilai yang dikandung dalam koleksi museum dan memberi mereka kesempatan untuk memperluas wawasan. Mengacu pada fungsinya sebagai sarana pendidikan dan pelestarian, maka tujuan yang ingin dicapai dengan pembangunan gedung museum budaya ini adalah untuk 23

mengakomodasi kegiatan-kegiatan pendidikan dan pelestarian budaya di Nias, sehingga usaha untuk memelihara tradisi budaya dapat berjalan dengan baik. Kegiatan-kegiatan edukasi di museum, secara umum, diperuntukkan bagi anakanak termasuk siswa sekolah (children and museum education) dan masyarakat umum atau yang dikenal dengan istilah adult learning in museums (Alberta Museums Association, Canada, 1990 ). Bentuk-bentuk aktifitasnya pun bermacam-macam diantaranya kelas budaya (cultural class), taman bermain yang berhubungan dengan koleksi (collections playground); atau aktifitas khusus untuk para guru (educators program). Sedangkan untuk masyarakat umum dapat berupa aktifitas yang diperuntukkan bagi keluarga (family workshop atau family day); bagi perorangan maupun kelompok (community workshop atau open house). Setiap aktifitas perlu dirancang sebaik mungkin dan diarahkan untuk mengembangkan tiga area pembelajaran secara bersamaan: koknitif, berkaitan dengan daya pikir; afektif, berhubungan dengan emosi; dan psikomotorik, berhubungan dengan gerakan fisik. Bangunan Museum Budaya ini merupakan sarana pendukung kebudayaan, oleh karena itu dalam wujud rancangannya diharapkan mampu menunjukkan karakter budaya yang diusungnya dan mampu mengkomunikasikannya dengan baik pula. Dengan kata lain bangunan merupakan ekspresi dari kebudayaan setempat. Dalam mengkomunikasikan ekspresi budaya tersebut agar mampu ditanggapi dengan baik oleh pengamatnya perlu diperhatikan beberapa faktor, terutama yang berhubungan dengan penerima pesan. Faktor-faktor tersebut antara lain, kejelasan pesan, kondisi lingkungan tempat pesan disampaikan, dan kemampuan penerima dalam menangkap pesan. Dari tiga faktor tersebut yang dapat diolah secara arsitektural adalah faktor kejelasan pesan dan kondisi lingkungan. Dengan terwujudnya pesan yang jelas dan kondisi lingkungan yang mendukung pesan tersebut ditangkap dengan baik oleh penerima pesan, maka komunikasi akan berlangsung dengan baik sehingga pesan-pesan tersebut dalam hal ini yaitu ekspresi budaya dapat ditanggapi dengan baik pula oleh penerima pesan. 24

Mengacu pada pernyataan sebelumnya maka penataan ruang dalam dan fasad bangunan merupakan bagian yang paling esensial dari rancangan bangunan Museum Budaya Nias ini. Rancangan tata ruang dalam dan fasad bangunan diharapkan mampu membentuk kondisi lingkungan yang mendukung tersampaikannya suatu pesan, sehingga rancangan dapat dikomunikasikan secara langsung kepada pengamatnya dan maksudmaksud atau ekspresi-ekspresi yang hendak ditampilkan dapat terlihat dan diharapkan dapat ditanggapi dengan baik. Bangunan diharapkan mampu menampilkan ekspresi kebudayaan yang dapat mewakili kebudayaan di Nias dan sesuai dengan esensi bangunan Museum Budaya yang telah disebutkan sebelumnya. Suku Nias memiliki banyak budaya, salah satu yang dapat mewakili budaya tersebut adalah Baju adat tradisional (baru hada). Ornamen pada baju tradisional memiliki hubungan dengan arsitektur tradisional Nias. Detail ornamen yang ada pada baju tradisional Nias merupakan ukiran khas yang dimiliki oleh suku Nias. Dengan demikian, setiap ukiran dan warna yang ada pada rumah adat di Nias, merupakan transformasi dari ornamen pada baju adat tradisional Nias. Ornamen Baru Hada Emas, merah, hitam dan kuning Gambar 1.1. Baju Adat Tardisional Nias (Baru Hada) (sumber : http://www.direktorat Museum pusaka Nias.com) Untuk menggabungkan prinsip-prinsip tradisional tersebut ke dalam rancangan arsitektur tradisional diperlukan pendekatan yang mampu memadukan keduanya dengan 25

baik. Dengan kata lain menekankan pada penggunaan unsur-unsur baju adat tradisional dipadukan dengan arsitektur tradisional etnis Nias dalam aspek perancangan. sehingga rancangan bangunan Museum Budaya ini mampu menghadirkan nuansa budaya dan arsitektur tradisional yang mengikuti perkembangan jaman. 1.3. Rumusan Permasalahan Bagaimana wujud rancangan suatu museum budaya di Nias yang dapat mengkomunikasikan dan menunjukkan ekspresi budaya setempat, melalui penataan ruang dan fasad bangunan menggunakan pendekatan prinsip-prinsip Arsitektur tradisional etnis Nias yang dipadukan dengan Baju adat. 1.4. Tujuan dan Sasaran 1.4.1. Tujuan Terwujudnya konsep rancangan bangunan yang dapat mengkomunikasikan dan menunjukkan ekspresi budaya setempat untuk mengakomodasikan kegiatan-kegiatan pendidikan dan pelestarian budaya, melalui penataan serta pengelompokan ruang, dan fasad bangunan menggunakan pendekatan prinsip-prinsip Arsitektur tradisional etnis Nias yang dipadukan dengan baju adat tradisional. 1.4.2. Sasaran Terwujudnya konsep rancangan museum kebudayaan Nias yang komunikatif melalui penataan ruang serta fasad bangunan Museum Budaya yang menunjukkan ekspresikan kebudayaan setempat melalui : Pendekatan prinsip-prinsip arsitektur etnis Nias Rancangan yang komunikatif berdasarkan kriteria yang komunikatif Pemaduan Arsitektur tradisional dan baju adat ( baru hada ) suku Nias 26

1.5. Lingkup Studi 1.5.1. Materi Studi Materi studi dibatasi : Perancangan tata ruang dalam serta fasad bangunan yang menggunakan prinsipprinsip arsitektur etnis Nias yang dipadukan dengan baju adat tradisional suku Nias dan elemen-elemen budaya lainnya. 1.5.2. Pendekatan Arsitektur tradisional Nias dipadukan dengan baju adat tradisonal Nias dan elemen-elemen budaya lainnya digunakan sebagai pendekatan dalam perancangan bangunan Museum Ini, Tampilan bantuk mengekspresikan budaya setempat. 1.6. Metode Studi 1.6.1. Pola Prosedural Metode Deduktif dimulai dengan : Pengumpulan dan deskripsi data Teori-teori dan studi Literatur Studi Tapak Yaitu melakukan analisis terhadap tapak yang nantinya akan memberikan tanggapan terhadap penataan tapak. Analisis dan Sintesis Temuan-temuan dari studi literatur dan studi tapak kemudian dianalisis untuk kemudian disintesis terhadap rumusan permasalahan. Metode Komparatif Melakukan studi terhadap objek lain yang serupa atau mendekati objek rancangan sebagai pembanding. 27

1.6.2. Tata Langkah Memudarnya nilai-nilai budaya Nias Pentingnya Usaha Pendidikan dan Pelestarian Budaya Pengadaan Museum Nias Penentuan lokasi di kota Gunung sitoli, Nias Faktor dalam mengkomunikasikan ekspresi budaya Bagaimana wujud rancangan suatu museum budaya yang dapat mengkomunikasikan dan menunjukkan ekspresi budaya setempat Analisis Non-Permasalahan Analisis Pelaku dan Kegiatan Analisis Permasalahan Analisis Pola Kegiatan di museum Nias Analisis Kebutuhan Ruang museum Nias Tinjauan Pustaka tentang Museum Analisis Hubungan Ruang museum Nias Analisis Besaran Ruang museum Nias Bangunan Museum Budaya Analisis Lokasi Analisis Tapak Tinjauan Teori Tata Ruang dan Fasad Wujud Rancangan Bangunan Museum Budaya yang komunikatif dan mengekspresikan kebudayaan Nias dengan pendekatan prinsip-prinsip Arsitektur tradisional Nias Analisis Struktur&Konstruksi Analisis Utilitas Tinjauan Arsitektur Tradisional Nias Tinjauan elemen budaya Nias (baru hada) Wujud Rancangan Bangunan Museum Budaya di Nias Yang dapat mengkomunikasikan dan menunjukkan ekspresi budaya setempat Konsep Perencanaan dan Perancangan 28

1.7. Sistematika Pembahasan BAB I PENDAHULUAN Berisi pendahuluan yang membahas latar belakang eksistensi proyek, latar belakang permasalahan, rumusan masalah, tujuan dan sasaran, lingkup studi, metode studi, tata langkah, dan sistematika pembahasan. BAB II TINJAUAN TEORI PERANCANGAN MUSEUM DAN KOTA NIAS Berisi tinjauan teori tentang museum, antara lain esensi museum yang meliputi pengertian museum dan klasifikasi museum, tugas dan fungsi museum, benda benda koleksi museum kemudian standar kebutuhan dan besaran ruang museum, standar ruang pamer, sistem pamer koleksi museum, teknik dan metoda penyajian, standar teknis museum, serta persyaratan elemen pendukung. Berisi tinjauan kota Nias, yaitu kondisi fisik kota Nias, tradisi sosial budaya, potensi kota Nias, serta objek wisata yang ada di pulau Nias. BAB III LANDASAN TEORI UMUM Berisi tinjauan aspek komunikatif, tinjauan teori tata ruang dan kelompok ruang serta fasad, tinjauan teori kebudayaan, tinjauan Arsitektur Tradisional Nias. BAB IV ANALISIS PROGRAMATIK Berisi analisis pelaku dan kegiatan, analisis pola kegiatan, analisis kebutuhan ruang, analisis besaran ruang, analisis hubungan ruang, analisis lokasi, analisis tapak, analisis struktur dan konstruksi, serta analisis utilitas. BAB V ANALISIS PERMASALAHAN Berisi analisis wujud rancangan bangunan yang dapat mengkomunikasikan dan menunjukkan ekspresi budaya setempat, analisis prinsip-prinsip Arsitektur tradisonal Nias yang dipadukan dengan Bajua adat nias (Baru Hada). 29

BAB VI KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN Berisi kesimpulan berupa gagasan konsep perencanaan dan perancangan Museum Budaya di Nias. 30