BAB I PENDAHULUAN. menjadi kebanggaan dan nilai tersendiri bagi kelompok sukunya. Setiap suku

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia sebagai salah satu negara yang sangat luas dan memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat yang majemuk yang. terdiri dari ribuan pulau-pulau dimana masing-masing penduduk dan suku

BAB I PENDAHULUAN. yang sesuai dengan fungsi dan tujuan yang diinginkan. Kesenian dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah

BAB I PENDAHULUAN. manusia sebagai makhluk sosial tidak terlepas dari individu lain. 1. Pertalian darah menurut garis bapak (Patrilineal)

BAB I PENDAHULUAN. Angkola, Tapanuli Selatan dan Nias. Dimana setiap etnis memiliki seni tari yang

BAB I PENDAHULUAN. khas dan beragam yang sering disebut dengan local culture (kebudayaan lokal)

BAB I PENDAHULUAN. memiliki adat istiadat (kebiasaan hidup) dan kebudayaan masing-masing,

NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

I. PENDAHULUAN. mempunyai tata cara dan aspek-aspek kehidupan yang berbeda-beda. Oleh

BAB I PENDAHULUAN. hak dan kewajiban yang baru atau ketika individu telah menikah, status yang

BAB I PENDAHULUAN. Tujuh unsur kebudayaan universal juga dilestarikan di dalam kegiatan suatu suku

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Budaya merupakan bagian dari kehidupan masyarakat, yang lahir dari

ini. Setiap daerah memilki ciri khas kebudayaan yang berbeda, salah satunya di

beragam adat budaya dan hukum adatnya. Suku-suku tersebut memiliki corak tersendiri

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. budaya sebagai warisan dari nenek moyang. Sebagaimana disebutkan dalam pasal

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di Indonesia sangat kaya akan berbagai macam budaya baik itu bahasa,

BAB I PENDAHULUAN. melangsungkan pernikahan dalam bentuk Ijab dan Qabul. Dalam pernikahan yang

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat tersebut yang berusaha menjaga dan melestarikannya sehingga

BAB I PENDAHULUAN. menyebutkan bahwa Perkawinan ialah ikatan lahir batin antara seorang pria dan seorang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. pengaturan-nya. Namun berbeda dengan mahluk Tuhan lainnya, demi menjaga

BAB 1 PENDAHULUAN. Sistem perkawinan exogami merupakan sistem yang dianut oleh

BAB I PENDAHULUAN. Humbang Hasundutan, Kabupaten Toba Samosir, dan Kabupaten Samosir.

BAB I PENDAHULUAN. dalam bentuk adat istiadat, seni tradisional dan bahasa daerah. Sumatera

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan, hokum adat, organisasi sosial dan kesenian. Keberagaman keindahan,

BAB II URAIAN TEORITIS KEPARIWISATAAN. suci. Ritual menciptakan dan memelihara mitos, adat, sosial, dan agama, ritual

BAB 1 PENDAHULUAN. Agama Republik Indonesia (1975:2) menyatakan bahwa : maka dilakukan perkawinan melalui akad nikah, lambang kesucian dan

BAB I PENDAHULUAN. yang berarti bahwa manusia saling membutuhkan satu sama lain dan hidup

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kebudayaan adalah salah satu yang dimiliki oleh setiap negara dan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sejarah kehidupan manusia, kebudayaan selalu ada sebagai upaya dan

BAB I PENDAHULUAN. Utara yang berjarak ± 160 Km dari Ibu Kota Provinsi Sumatera Utara (Medan). Kota

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Negara Republik Indonesia (NRI) memiliki wilayah yang sangat luas

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan pada hakikatnya secara sederhana merupakan bentuk

BAB IV SISTEM PERNIKAHAN ADAT MASYARAKAT SAD SETELAH BERLAKUNYA UU NO. 1 TAHUN A. Pelaksanaan Pernikahan SAD Sebelum dan Sedudah UU NO.

BAB I PENDAHULUAN. keluarga dalam ikatan suatu perkawinan.ikatan perkawinan adalah ikatan lahir

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat yang majemuk, yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pernikahan adalah salah satu peristiwa penting yang terjadi dalam

BAB I PENDAHULUAN. kebudayaan yang dimiliki, kebudayaan merujuk pada berbagai aspek manusia

BAB I PENDAHULUAN. sendiri, tetapi belakangan ini budaya Indonesia semakin menurun dari sosialisasi

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan (archipelago) yang terdiri dari

BAB 1 PENDAHULUAN. kebudayaan yang berbeda-beda. Hal ini oleh dilambangkan oleh bangsa Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. budaya yang pada awalnya merupakan unsur pembentukan kepribadiannya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. perasaan positif yang dimiliki pasangan dalam perkawinan yang memiliki makna

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Budaya merupakan kebutuhan hidup manusia secara kodrati, dan sekaligus

BAB I PENDAHULUAN. watak pada individu. Karena salah satu faktor yang mempengaruhi terbentuknya

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pandangan hidup bagi suatu kelompok masyarakat (Berry et al,1999). Pandangan

BAB I PENDAHULUAN. turun temurun. Kebiasaan tersebut terkait dengan kebudayaan yang terdapat dalam

BAB I PENDAHULUAN. buddayah, yaitu bentuk jamak dari buddhi yang berarti budi atau akal.

BAB I PENDAHULUAN. kekerabatan yang baru akan membentuk satu Dalihan Natolu. Dalihan Natolu

BAB I PENDAHULUAN. sosialnya sebagai sarana untuk bersosialisasi.

I. PENDAHULUAN. perumusan dari berbagai kalangan dalam suatu masyarakat. Terlebih di dalam bangsa

I. PENDAHULUAN. mempunyai keinginan untuk hidup bersama dan membina rumah tangga yaitu. dengan melangsungkan pernikahan atau perkawinan.

BAB I PEDAHULUAN. tersebut telah menjadi tradisi tersendiri yang diturunkan secara turun-temurun

I. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki keanekaragaman kebudayaan suku bangsa yang merupakan

I. PENDAHULUAN. Suku Lampung terbagi atas dua golongan besar yaitu Lampung Jurai Saibatin dan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam pelaksanaan upacara perkawinan, setiap suku bangsa di Indonesia memiliki

TARI KREASI NANGGOK DI KABUPATEN OGAN KOMERING ULU SUMATERA SELATAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Anak merupakan dambaan setiap orang, yang kehadirannya sangat dinanti-natikan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Manusia adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri dan

I. PENDAHULUAN. satu suku di Indonesia yang bertempat tinggal di ujung selatan Pulau Sumatera.

BAB I PENDAHULUAN. bangsa tersebut menghasilkan berbagai macam tradisi dan budaya yang beragam disetiap

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat majemuk yang memiliki

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang multi culture yang berarti didalamnya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari berbagai suku

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa merupakan hal yang sangat vital dalam berkomunikasi dengan

BAB I PENDAHULUAN. keanekaragaman adat istiadat dalam pelaksanaan perkawinan. Di negara. serta dibudayakan dalam pelaksanaan perkawinan maupun upacara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap daerah pasti memiliki identitas-identisas masing-masing yang

11. TINJAUAN PUSTAKA. berbagai macam peristiwa tetap yang biasanya terjadi di masyarakat yang. bersangkutan. Koentjaranigrat (1984: )

BAB 1 PENDAHULUAN. kehidupan masyarakat Batak Simalungun. Soerbakti (2000:65) mengatakan,

Pendidikan pada hakekatnya merupakan proses pembudayaan dan pemberdayaan

BAB I PENDAHULUAN. disebut gregariousness sehingga manusia juga disebut sosial animal atau hewan sosial

BAB I PENDAHULUAN. beberapa aspek yang perlu untuk diperhatikan baik itu oleh masyarakat sendiri

BAB I PENDAHULUAN. dulu mereka telah memiliki budaya. Budaya dalam hal ini memiliki arti bahwa

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. Kebudayaan merupakan sebuah cara hidup yang dimiliki oleh sekelompok

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Suku Nias adalah kelompok masyarakat yang hidup di Pulau Nias. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. suku bangsa. Unsur-unsur kebudayaan itu dirangkai dalam istilah-istilah budaya

BAB I PENDAHULUAN. yang pada umumnya mempunyai nilai budaya yang tersendiri. Dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. pasangan yang diinginkan menjadi bermacam-macam sesuai pandangan ideal

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nuarisa Agossa, 2013

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Kebudayaan merupakan suatu hasil cipta rasa dan karsa manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. generasi ke generasi lainnya dalam suatu masyarakat tertentu.

BAB I PENDAHULUAN. budaya Indonesia, namun tradisi-tradisi dari tanah asal masih tetap diterapkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masyarakat batak toba menganut sistem kekeluargaan patrilineal yaitu

BAB I PENDAHULUAN. yang terdapat pada tujuh unsur kebudayaan universal. Salah satu hal yang dialami

II. TINJAUAN PUSTAKA. harus mendapat pengakuan dari masyarakat. Begawai, begitulah istilah yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang beranekaragam. Menurut Sujarwa (1998:10-11), kebudayaan adalah seluruh

BAB I PENDAHULUAN. Simalungun terbagi atas beberapa bagian seperti upacara adat Marhajabuan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Negara Indonesia merupakan negara hukum yang berasaskan Pancasila

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. suku bangsa yang secara bersama-sama mewujudkan diri sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Setiap manusia pasti akan mengalami tahap-tahap kehidupan dimulai dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kesenian dalam kehidupan manusia telah menjadi bagian dari warisan

BAB I PENDAHULUAN. Minangkabau merupakan salah satu dari antara kelompok etnis utama bangsa

I. PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara kepulauan memiliki keanekaragaman suku bangsa dan

2. Wanita. a. Sebelum mengisi pertanyaan terlebih dahulu tulislah dahulu identitas Bapak/Ibu/Saudara/I pada tempat yang telah disediakan.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Setiap suku biasanya memiliki tradisi yang menjadi keunikan tersendiri yang menjadi kebanggaan dan nilai tersendiri bagi kelompok sukunya. Setiap suku bangsa tentu menginginkan unsur-unsur kebudayaan mereka dipegang teguh disetiap generasi turun-temurun. Oleh karena itu berbagai bentuk praktik budaya pun dilaksanakan demi menjaga kelestarian kebudayaan. Praktik tersebut kemudian menjadi tradisi yang akan di jaga dan di kembangkan, dimana tradisi disini adalah sebagai alat kebiasaan turun-temurun yang masih dijalankan oleh sekelompok masyarakat. Masyarakat menjalani tradisi untuk mencapai suatu keadaan yang dianggap baik oleh pemilik kebudayaan. Kebudayaan itu sendiri adalah hasil buah budi manusia untuk mencapai kesempurnaan hidup. Koentjaraningrat (2009:144) mengatakan bahwa Kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan belajar. Setiap suku memiliki ciri-ciri yang berbeda. Perbedaan ini menyebabkan keragaman budaya. Keragaman budaya Indonesia sering sekali mengalami 1

benturan-benturan yang menyebabkan munculnya budaya baru ataupun adanya konflik antar etnis. Etnis merupakan golongan sosial yang dibedakan dari golongan sosial lainnya karena memiliki ciri paling mendasar dan umum berkaitan dengan asal-usul atau tempat asal dan kebudayaannya. Ciri sebuah etnis antara lain bersifat tertutup dari kelompok lain, memiliki nilai-nilai dasar yang tercermin dalam kebudayaan, memiliki komunitas dan interaksi. Salah satu etnis yang terdapat di Indonesia yaitu etnis Nias. Nias terletak ± 85 mil laut dari Sibolga (daerah Provinsi Sumatera Utara). Nias merupakan daerah kepulauan yang memiliki pulau-pulau kecil sebanyak 27 buah. Dipulau ini terdapat etnis Nias. Dalam bahasa aslinya, orang Nias menamakan diri mereka Ono Niha (Ono = anak/keturunan; Niha = manusia) dan pulau Nias sebagai Tanö Niha (Tanö = tanah). Etnis Nias adalah masyarakat yang hidup dalam lingkungan adat dan kebudayaan yang masih tinggi. Hukum adat Nias secara umum disebut fondrakö. Harefa (dalam Sitorus, 2015:3) Suku Nias adalah masyarakat yang hidup didalam adat dan kebudayaan yang masih tinggi. Masyarakat Nias memiliki banyak kebudayaan. Selain tradisi lompat batu masih banyak kubudayaan-kebudayaan Nias lainnya seperti tari parang, patung-patung, upacara kelahiran, upacara kematian, dan upacara pernikahan. Adat istiadat pernikahan merupakan salah satu nilai budaya dari setiap suku atau kelompok masyarakat yang sekaligus merupakan kekayaan budaya suatu 2

bangsa. Suku Nias merupakan bagian dari masyarakat Indonesia yang memiliki adat istiadat perkawinan sejak dahulu kala. Sitorus (2015:3) Pernikahan(Mangowalu)dalam masyarakat Nias merupakan hal yang sangat sakral dan harus mengikuti tahapan budaya yang sangat ketat. Pernikahan bukan hanya bersatunya dua individu melainkan dua keluarga besar. Oleh karena itu pernikahan tidak boleh dilakukan secara tiba-tiba tetapi harus menjalankan beberapa proses dan syarat-syarat sehingga sampai pada bersatunya dua sejoli dalam ikatan rumah tangga. Sistem kekerabatan Etnis Nias yakni Patrilneal yaitu mengikuti hitungan hubungan kekerabatan melalui laki-laki dengan adat menetap setelah nikah yang virilokal, sehingga keluarga batih merupakan keluarga luas virilokal (extended family) yang disebut Sangambato Sebua. Gabungan dari Sangambato Sebua dari satu leluhur disebut mado atau gana. Mado dapat kita samakan dengan Marga bagi suku Batak, yakni klen besar yang Patrilineal. Fungsi Mado adalah untuk mengurus pembatasan jodoh dalam perkawinan yang beradat exogami-mado. Perkawinan di Nias umumnya dilakukan dalam sistem mengambil istri diluar marganya akan tetapi berlaku pula adat eksogami mado dalam batas-batas tertentu. Pernikahan dalam masyarakat Nias merupakan hal yang sangat sakral dan harus mengikuti tahapan budaya yang sangat ketat. Pernikahan bukan hanya bersatunya dua individu melainkandua keluarga besar. Oleh karena itu pernikahan tidak boleh dilakukan secara tiba-tiba tetapi harus menjalankan beberapa proses dan 3

syarat-syarat sehingga sampai pada bersatunya dua sejoli dalam ikatan rumah tangga. Syarat pernikahan secara adat dalam masyarakat Nias adalah sebagi berikut: 1. Harus seagama 2. Tidak boleh menikahi sepupu baik dari pihak keluarga ibu ataupun pihak keluarga bapak. 3. Boleh menikah dengan semarga dengan syarat 10 keturunan. 4. Pihak keluarga laki-laki mampu memenuhi jujuran yang sudah ditetapkan oleh keluarga pihak perempuan. 5. Kedua mempelai memiliki kepribadian yang baik atau tidak memiliki riwayat keluarga yang buruk secara turun temurun. 6. Bersedia menjalankan semua upacara-upacara adat yang berhubungan dengan tahapan upacara pernikahan. Proses pernikahan masyarakat Nias dihitung sejak proses Famaigi Niha, Fanunu Manu, sampai akhirnya mu fasao nono nihalo.famaigi Niha(pencarian jodoh) adalah proses awal pernikahan di Nias, mencari calon istri bukan hanya hak pria saja tetapi peran orang tua dan paman (Sibaya) dan saudara dekat lainnya, berkewajiban menentukan siapa calon istri sang pemuda. Sebelum memulai mencari calon pasangan maka ritual sucinya adalah Fangandro Howu-howu Zochoyaitu meminta berkat dari sang Paman (saudara laki-laki ibu). Dengan duduk bersila di lantai kemudian sang Paman (sibaya) memercik air suci ke kepala si pria disebut fanefe idano dan menyebutkan berkat-berkat agar segera mendapatkan 4

jodoh wanita yang baik, dan semua bala telad jodoh tidak menimpa si pria ini (Sehao:2012). Adat istiadat perjodohan adalah merupakan salah satu nilai budaya darisetiap suku atau kelompok masyarakat yang sekaligus merupakan kekeyaan budaya suatu bangsa. Suku Nias merupakan bagian dari masyarakat Indonesia yang memiliki adat istiadat perjodohan sejak dahulu kala. Hingga saat ini Famaigi Niha sebagai tahap awal pernikahan suku Nias masih dipertahankan oleh masyarakat Nias, mencari jodoh (Famaigi Niha) dilakukan oleh orang tua atau saudara dari pihak laki-laki dengan cara mencari dan mendatangi rumah keluarga perempuan yang sudah siap menikah. Famaigi Niha ini dilakukan dengan tujuan agar pernikahan antara pemuda dan pemudi adalah murni artinya antara pemuda dan pemudi belum pernah bertemu, berpacaran maupun saling menyentuh akan tetapi seiring berjalannya waktu kini Famaigi Niha tidak lagi harus kehendak orang tua atau sudara pihak laki-laki dan perempuan. Mencari jodoh (Famaigi Niha) masih dilaksanakan di Nias maupun di perantauan akan tetapi jika pemuda dan pemudi yang dijodohkan tidak ada kecocokan tidak ada pemaksaan dari orang tua maupun saudara, pemuda dan pemudi bisa menentukan siapa jodoh yang akan dipilihnya. Famaigi Niha masih dipertahankan oleh masyarakat Nias karena Famaigi Niha ini adalah salah satu warisan budaya dari pendahulu-pendahulu mereka. 5

Penelitian ini dilakukan di jalan besar Deli Tua karena wilayah tersebut adalah salah satu wilayah migrasi etnis Nias dan memilih menetap di wilayah tersebut, sejauh ini peneliti melihat bahwa ada tiga keluarga beretnis Nias yang pada awalnya mereka melakukan pernikahan dan membentuk rumah tangga baru dengan proses famaigi niha. Oleh karena itu, berdasarkan uraian di atas dan analisa kenyataan yang ada, penulis tertarik melakukan penelitian tentang SISTEM PERJODOHAN (FAMAIGI NIHA) PADA MASYARAKAT NIAS(Studi Kasus pada Masyarakat Nias di Deli Tua) 1.2.IdentifikasiMasalah Berdasarkan penjelasan latar belakang masalah maka dapat diidentifikasi adanya masalah yaitu: 1. Seiring dengan kemajuan jaman tradisi mencari jodoh (Famaigi Niha) masih dipertahankan di daerah perantauan. Salah satunya adalah di wilayah Deli Tua masih ada beberapa keluarga yang latarbelakang pernikahan mereka adalah dijodohkan. 2. Peranan orang tua dalam acara Famaigi Niha 3. Faktor yang mempengaruhi perubahan cara melaksanakan Famaigi Niha 4. Dampak perjodohan terhadap kelangsungan rumah tangga 5. Persepsi Masyarakat Nias di Kelurahan Deli Tua Terhadap Perubahan Tradisi Pencarian Jodoh (Famaigi Niha) 6

6. Tatacara adat pernikahan suku Nias 1.3. Pembatasan Masalah Mengingat luasnya masalah yang muncul, maka penulis merasa perlu membuat pembatasan masalah agar mendapatkan data dan lebih terarah.untuk itu penulis membatasi masalah pada Sistem Perjodohan (Famaigi Niha) Pada Masyarakat Nias (Studi Kasus Pada Masyarakat Nias di Deli Tua). 1.4. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah dalam penelitian ini maka masalah yang akan dibahas adalah: 1. Apa tujuan dilaksanakannya Tradisi Mencari Jodoh (Famaigi Niha) oleh etnik Nias? 2. Bagaimana tatacara pelaksanaan Tradisi Pencarian Jodoh (Famaigi Niha) oleh etnik Nias? 3. Mengapa Tradisi Pencarian Jodoh (Famaigi Niha) masih di pertahankan hingga sekarang oleh perantau Nias terkhusus di Deli Tua? 7

1.5. Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian yang dilakukan antara lain: 1. Untuk mengetahui tujuan pelaksanaan Tradisi Pencarian Jodoh pada (Famaigi Niha) oleh Etnik Nias 2. Untuk mengetahui bagaimana tatacara pelaksanaan Tradisi Pencarian Jodoh (Famaigi Niha) 3. Untuk mengetahui Tradisi Pencarian Jodoh (Famaigi Niha) masih dipertahankan hingga sekarang oleh perantau Etnik Nias terkhusus di Deli Tua. 1.6. Manfaat Penelitian Dengan tercapainya tujuan penelitian diatas, maka hasil penelitian ini diharapkan mampu mempunyai manfaat baik secara teoritis maupun praktis. 1.6.1. Manfaat Secara teoritis 1. Meningkatkan wawasan berfikir khususnya dalam lingkup kajian ilmu antropologi dalam bidang penelitian mengenai tradisi adat Famaigi Niha oleh etnis Nias. 2. Sebagai bahan yang dapat dijadikan sumber informasi bagi peneliti lain yang ingin mengadakan penelitian yang berkaitan dengan masalah dalam penelitian ini. 8

2.6.2. Manfaat Secara praktis: 1. Menambah informasi mengenai pelestrian budaya Famaigi Niha oleh perantau Nias Selatan di Medan. 2. Dapat memberikan motifasi serta pemahaman yang positif bagi masyarakat, pembaca guna mengetahui pentingnya melestarikan budaya. 3. Memperkaya Perpustakaan Universitas Negeri Medan khususnya Fakultas Ilmu Sosial 4. Memberikan pengalaman dan wawasan penulis dalam penulisan Karya Ilmiah. 9