BAB I PENDAHULUAN. berbuat semaksimal mungkin dan mengerahkan semua kemampuannya untuk

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. sedang pihak lain menuntut pelaksanaan janji itu. 1. perjanjian dalam Pasal 1313 KUHPerdata adalah Suatu perjanjian adalah

TINJAUAN YURIDIS PELAKSANAAN SURAT KUASA MEMBEBANKAN HAK TANGGUNGAN (SKMHT) SEBAGAI JAMINAN KREDIT (Studi Kasus di Bank BRI Cabang Sragen Unit Sepat)

BAB I PENDAHULUAN. bertahap, pada hakikatnya merupakan salah satu usaha untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pertumbuhan ekonomi saat ini memiliki dampak yang positif, yaitu

BAB 1 PENDAHULUAN. Namun demikian perjanjian kredit ini perlu mendapat perhatian khusus dari

BAB I PENDAHULUAN. Kesatuan Republik Indonesia. Hal ini terlihat dalam pembukaan Undang-

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara berkembang yang saat ini tengah. melakukan pembangunan di segala bidang. Salah satu bidang pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. perjanjian hutang piutang ini dalam Kitab Undang-Undang Hukun Perdata

BAB I PENDAHULUAN. perubahan terencana dan terarah yang mencakup aspek politis, ekonomi, demografi, psikologi, hukum, intelektual maupun teknologi.

BAB I PENDAHULUAN. dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945, dalam

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar Dalam rangka memelihara

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana terkandung dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992

BAB 1 PENDAHULUAN. Bakti, 2006), hlm. xv. 1 Muhamad Djumhana, Hukum Perbankan Indonesia, cet.v, (Bandung:Citra Aditya

BAB I PENDAHULUAN. rangka pembaharuan hukum dengan mengadakan kodifikasi dan unifikasi

BAB I PENDAHULUAN. sehari-hari digerakan dengan tenaga manusia ataupun alam. mengeluarkan Peraturan Perundang-undangan No. 15 Tahun 1985 tentang

BAB I PENDAHULUAN. yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.

BAB I PENDAHULUAN. provisi, ataupun pendapatan lainnya. Besarnya kredit yang disalurkan akan

TINJAUAN HUKUM PENOLAKAN PERMOHONAN KREDIT BANK TERHADAP NASABAH (Studi Kasus di Bank Rakyat Indonesia (Persero) Cabang Solo Kartasura)

TINJAUAN TENTANG PENYELESAIAN WANPRESTASI ATAS DI PD BPR BANK BOYOLALI

BAB I PENDAHULUAN. makmur berdasaarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, maka

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Di dalam perkembangan dunia perbankan hingga beberapa tahun

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, baik materiil maupun spiritual. Salah satu cara untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. segala kebutuhannya tersebut, bank mempunyai fungsi yang beragam dalam

BAB I PENDAHULUAN. Kecenderungan kondisi masyarakat dewasa ini membeli suatu benda

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan pembangunan nasional adalah mewujudkan masyarakat adil dan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional, salah satu usaha untuk mewujudkan masyarakat

Berdasarkan Pasal 1 ayat (2) Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 tersebut, maka salah satu cara dari pihak bank untuk menyalurkan dana adalah dengan mem

BAB I PENDAHULUAN. Jaminan atau agunan yang diajukan atau yang diberikan oleh debitur

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan nasional yang dilaksanakan selama ini merupakan

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG SURAT KUASA MEMBEBANKAN HAK TANGGUNGAN, DAN JAMINAN KREDIT. 2.1 Surat Kuasa Membebankan Hak Tanggungan

BAB I PENDAHULUAN. Beserta Benda Benda Yang Berkaitan Dengan Tanah. Undang undang Hak

BAB I PENDAHULUAN. hukum membutuhkan modal untuk memulai usahanya. Modal yang diperlukan

BAB I PENDAHULUAN. pembiayaan/leasing) selaku penyedia dana. Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan disebutkan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat

PERAN NOTARIS DAN PPAT DALAM PELAKSANAAN PERALIHAN JAMINAN HAK TANGGUNGAN DARI KREDITUR LAMAA KEPADA KREDITUR BARU PADA PERBANKAN KOTA PADANG

BAB I PENDAHULUAN. menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan. strategis dalam kehidupan perekonomian suatu negara.

NOTARIS DAN PERBANKAN

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari manusia tak lepas dari kebutuhan yang

TANGGUNG JAWAB PERUM PEGADAIAN TERHADAP PENJUALAN (LELANG) BARANG GADAI

BAB I. Pendahuluan. dan makmur dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia. pembangunan di bidang ekonomi. Berbagai usaha dilakukan dalam kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. badan usaha untuk memenuhi kebutuhan konsumsinya seperti kebutuhan untuk

BAB I PENDAHULUAN. nasional, salah satu upaya untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar Guna mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. tahunnya, maka berbagai macam upaya perlu dilakukan oleh pemerintah. lembaga keuangan yang diharapkan dapat membantu meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka mendorong dan menggairahkan dunia usaha, Pemerintah

A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pinjaman yang mempunyai kelebihan uang bersedia meminjamkan uang kepada

BAB I PENDAHULUAN. Peran bank sangat besar dalam mendorong pertumbuhan ekonomi suatu

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana kita ketahui bahwa pembangunan ekonomi sebagai bagian

BAB I PENDAHULUAN. nilai strategis dalam kehidupan perekonomian suatu negara. Lembaga. Perubahan Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan,

BAB I PENDAHULUAN. dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar Dalam

BAB I PENDAHULUAN. negara Indonesia yang menganut Negara welfare state yaitu negara yang

BAB I PENDAHULUAN. nasional. Menurut Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Manusia dalam kehidupannya sehari-hari memiliki kebutuhankebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. suatu usaha/bisnis. Tanpa dana maka seseorang tidak mampu untuk. memulai suatu usaha atau mengembangkan usaha yang sudah ada.

BAB I PENDAHULUAN. Suatu kegiatan usaha atau bisnis diperlukan sejumlah dana sebagai modal

BAB I PENDAHULUAN. dengan adanya jaminan dalam pemberian kredit merupakan keharusan yang tidak

BAB I PENDAHULUAN. kelebihan dana kepada pihak-pihak yang membutuhkan dana, dalam hal ini bank

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia, (Jakarta: Kencana, 2006), hal. 51. Grafindo Persada, 2004), hal. 18. Tahun TLN No. 3790, Pasal 1 angka 2.

I. PENDAHULUAN. Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, dalam rangka memelihara

BAB I PENDAHULUAN. dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Hal tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan mempunyai peranan penting dalam menjalankan. Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan diatur bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. layak dan berkecukupan. Guna mencukupi kebutuhan hidup serta guna

BAB I PENDAHULUAN. adalah usaha untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang

BAB 1 PENDAHULUAN. Perjanjian pengalihan..., Agnes Kusuma Putri, FH UI, Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. melindungi segenap Bangsa Indonesia, berdasarkan Pancasila dan Undangundang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945,

BAB I PENDAHULUAN. untuk memperlancar roda pembangunan, dan sebagai dinamisator hukum

BAB I PENDAHULUAN. Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun Dalam. rangka upaya peningkatan pembangunan nasional yang bertitik berat

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan pelaku usaha atau perseorangan untuk menggerakan perekonomiannya,

KREDIT TANPA JAMINAN

BAB I PENDAHULUAN. dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar Dalam

PELAKSANAAN NOVASI SEBAGAI UPAYA PENYELESAIAN KREDIT MACET OLEH BANK

BAB I PENDAHULUAN. provisi ataupun pendapatan lainnya. Besarnya kredit yang disalurkan akan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

TINJAUAN YURIDIS HAK-HAK NASABAH PEGADAIAN DALAM HAL TERJADI PELELANGAN TERHADAP BARANG JAMINAN (Studi Kasus Di Perum Pegadaian Cabang Klaten)

Bab 1 PENDAHULUAN. merupakan suatu usaha untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat, salah satu

BAB I PENDAHULUAN. dimaksudkan sebagai perantara pihak-pihak yang mempunyai kelebihan dana

BAB I PENDAHULUAN. roda perekonomian dirasakan semakin meningkat. Di satu sisi ada masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. yang sama dan apabila diperlukan bisa dibebani dengan bunga. Karena dengan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam mewujudkan masyarakat Indonesia yang adil dan makmur berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. tugas yang diemban perbankan nasional tidaklah ringan. 1. perbankan menyatakan bahwa bank adalah : badan usaha yang menghimpun

BAB I PENDAHULUAN. makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Hal tersebut

BAB I PENDAHULUAN. meningkat sesuai dengan usia dan status sosialnya namun seringkali

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, kegiatan ini memegang peranan penting bagi kehidupan bank. umum di Indonesia khususnya dan di negara lain pada umumnya.

FUNGSI SURAT KUASA MEMBEBANKAN HAK TANGGUNGAN DITINJAU DARI KETENTUAN PASAL 15 UNDANG-UNDANG NOMOR 4 TAHUN 1996

BAB I PENDAHULUAN. penyimpanan dan peminjaman dana kepada anggota koperasi dengan tujuan

BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI HUKUM JAMINAN KREDIT. Istilah hukum jaminan berasal dari terjemahan zakerheidesstelling,

BAB I PENDAHULUAN. spiritual. Salah satu cara untuk meningkatkan taraf hidup adalah dengan mengembangkan

PERLINDUNGAN HUKUM BAGI KREDITUR DALAM PERJANJIAN KREDIT DENGAN JAMINAN HAK TANGGUNGAN

BAB I PENDAHULUAN. sebagai kebutuhan yang mutlak, oleh para pelaku pembangunan baik. disalurkan kembali kepada masyarakat melalui kredit.

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HAK TANGGUNGAN SEBAGAI HAK JAMINAN. A. Dasar Hukum Pengertian Hak Tanggungan

BAB I PENDAHULUAN. 10 tahun 1998 tentang perubahan atas Undang-Undang Nomor 7 tahun. tertentu dengan pemberian bunga. 1

BAB I PENDAHULUAN. - Uang berfungsi sebagai alat tukar atau medium of exchange yang dapat. cara barter dapat diatasi dengan pertukaran uang.

BAB I PENDAHULUAN. Bank sebagai lembaga keuangan memiliki banyak kegiatan, salah satunya

BAB I PENDAHULUAN. karena dalam kehidupan sehari-hari, manusia sangat tergantung kepada tanah

BAB II TINJAUAN TENTANG PERJANJIAN KREDIT PADA UMUMNYA. A. Pengertian Bank, Kredit dan Perjanjian Kredit

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa ini, perkembangan ekonomi berkembang sangat pesat.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Munculnya berbagai lembaga pembiayaan dewasa ini turut memacu

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara yang populasi manusianya berkembang sangat pesat. Pertumbuhan jumlah penduduk yang meningkat tajam pada setiap tahun akan menimbulkan berbagai macam problema. Salah satunya adalah untuk dapat bertahan hidup manusia harus mempunyai kemampuan dalam bidang ekonomi. Dalam mengembangkan suatu usaha tentunya akan membutuhkan sejumlah dana atau modal. Dengan tersedianya modal maka manusia akan berbuat semaksimal mungkin dan mengerahkan semua kemampuannya untuk mendapatkan keuntungan yang berlipat ganda. 1 Dana tersebut salah satunya diperoleh dalam kegiatan kredit yang dialokasikan melalui dunia perbankan. 2 Pengertian kredit menurut Pasal 1 angka 11 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah bunga. 3 Menurut Drs. Muchdarsyah Sinungan, Kredit adalah suatu pemberian prestasi itu akan dikembalikan lagi pada masa tertentu yang akan disertai dengan suatu kontraprestasi berupa bunga. Kredit yang diberikan oleh bank 1 Sutan Remy Sjahdeini. 1999. Hak Tanggungan, Asas-Asas, Ketentuan-Ketentuan dan Masalah yang Dihadapi oleh Perbankan. Cet. 1, Bandung: Alumni. Hal.1. 2 Ibid. Hal.5. 3 Muhamad Djumhana. 2000. Hukum Perbankan di Indonesia. Bandung: Citra Aditya Bakti. Hal. 367. 1

2 didasarkan atas kepercayaan sehingga dengan demikian pemberian kredit merupakan pemberian kepercayaan kepada nasabah. Setelah kredit diberikan bank perlu melakukan pemantauan terhadap penggunaan kredit, serta kemampuan dan kepatuhan debitur dalam memenuhi kewajibannya. Menurut Pasal 8 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomr 7 Tahun 1992 tentang Perbankan. Sementara itu, dalam memberikan kredit atau pembiayaan berdasarkan prinsip syariah, Bank Umum wajib mempunyai keyakinan berdasarkan analisis yang mendalam atas itikad dan kemampuan serta kesanggupan nasabah debitur untuk melunasi utangnya atau mengembalikan pembiayaan dimaksud sesuai dengan yang diperjanjikan. Berdasarkan ketentuan tersebut di atas yang paling penting yaitu bahwa bank dalam menyalurkan dana untuk kredit harus didasarkan kepada adanya suatu jaminan. Sedangkan jaminan itu sendiri artinya tanggungan atas pinjaman yang diterima. 4 Menurut Hartono Hadisoeprapto berpendapat bahwa jaminan adalah sesuatu yang diberikan kepada kreditur untuk menimbulkan keyakinan bahwa debitur akan memenuhi kewajiban yang dapat dinilai dengan uang yang timbul dari suatu perikatan. 5 Sedangkan yang dimaksud jaminan dalam pemberian kredit menurut Pasal 2 ayat (1) Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia Nomor 23/69/KEP/DIR tanggal 28 Februari 1991 tentang Jaminan Pemberian Kredit, yaitu keyakinan bank atas kesanggupan debitur untuk 4 Salim HS. 2004. Perkembangan Hukum Jaminan di Indonesia, Jakarta: RajaGrafindo Persada, Hal. 95. 5 Ibid. Hal. 22.

3 melunasi kredit sesuai dengan yang diperjanjikan. Sedangkan guna memperoleh keyakinan tersebut maka bank sebelumnya memberikan kredit harus melakukan penilaian yang seksama terhadap watak, kemampuan, modal, angunan dan prospek usaha dari debitur. 6 Selanjutnya, dalam jaminan kebendaan dapat digolongkan menjadi 5 (lima) macam, salah satunya adalah Hak Tanggungan. Hak Tanggungan menurut Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1996 adalah hak jaminan yang dibebankan pada hak atas tanah sebagaimana yang dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Daerah Pokok-Pokok Agraria berikut atau tidak berikut benda-benda lain yang merupakan satu kesatuan dengan tanah itu untuk pelunasan hutang tertentu, yang memberikan kedudukan yang diutamakan kepada kreditur tertentu terhadap kreditur-kreditur lainnya. 7 Pemberian Hak Tanggungan itu didahului dengan janji untuk memberikan Hak Tanggungan sebagai jaminan pelunasan utang tertentu, yang dituangkan di dalam Akta Pemberi Hak Tanggungan (APHT) dan merupakan bagian yang tak terpisahkan dari perjanjian utang-piutang yang bersangkutan atau perjanjian lainnya yang menimbulkan utang tersebut. Sementara itu, dalam memberikan Hak Tanggungan didahului dengan pembuatan Akta Pemberian Hak Tanggungan (APHT), pemberi dan penerima Hak Tanggungan wajib hadir di hadapan Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT). Jika karena sesuatu sebab tidak dapat hadir sendiri, maka wajib 6 Ibid. Hal. 393. 7 Ibid. Hal. 96.

4 menunjuk pihak lain sebagai kuasanya yaitu dengan Surat Kuasa Membebankan Hak Tanggungan yang disingkat (SKMHT), yang berbentuk akta otentik. Pembuatan Surat Kuasa Membebankan Hak Tanggungan selain kepada Notaris, ditugaskan juga kepada PPAT yang keberadaannya sampai pada wilayah kecamatan, dalam rangka memudahkan pemberian pelayanan kepada pihak-pihak yang memerlukan. 8 Berdasarkan uraian tersebut diatas penulis tertarik untuk melakukan penelitian hukum dengan judul: TINJAUAN YURIDIS PELAKSANAAN SURAT KUASA MEMBEBANKAN HAK TANGGUNGAN (SKMHT) SEBAGAI JAMINAN KREDIT (Studi Kasus di Bank BRI Cabang Sragen Unit Sepat). B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulisan hukum ini akan membahas beberapa permasalahan sebagai berikut: 1. Bagaimana pelaksanaan Surat Kuasa Membebankan Hak Tanggungan (SKMHT) sebagai jaminan kredit? 2. Problem apa saja yang muncul dalam pelaksanaan Surat Kuasa Membebankan Hak Tanggungan (SKMHT) sebagai jaminan kredit? 8 Purwahid Patrik dan Kashadi. 2001. Hukum Jaminan Edisi Revisi dengan Undang-Undang Hak Tanggungan. Semarang: Fakultas Hukum Universitas Diponegoro. Hal.121.

5 C. Tujuan dan Manfaat Penelitian Suatu penelitian harus memiliki tujuan yang jelas sehingga dapat memberi arah dalam pelaksanaannya, maka penelitian ini memiliki tujuan dan manfaat sebagai berikut: 1. Tujuan Penelitian a. Untuk mengetahui pelaksanaan Surat Kuasa Membebankan Hak Tanggungan (SKMHT) sebagai jaminan kredit. b. Untuk mengetahui problem apa saja yang muncul dalam pelaksanaan Surat Kuasa Membebankan Hak Tanggungan (SKMHT) sebagai jaminan kredit. 2. Manfaat a. Manfaat teoritis, mengembangkan pengetahuan di bidang hukum perdata, memberikan sumbangan referensi bagi pengembangan ilmu hukum yaitu hukum perdata dan hukum perjanjian yang disandingkan dengan hukum perbankan. b. Manfaat praktis, mengembangkan penalaran, membentuk pola pikir dinamis sekaligus untuk mengetahui kemampuan penulis dalam menetapkan ilmu yang diperoleh. Di samping itu, memberikan sumbangan pemikiran dan wacana yang luas bagi para pihak yang berkepentingan dalam penelitian ini, untuk melatih penulis dalam mengungkapkan masalah tertentu secara sistematis dan berusaha memecahkan masalah yang ada dengan metode ilmiah yang menunjang pengembangan ilmu pengetahan yang penulis dapat selama perkuliahan.

6 D. Kerangka Pemikiran Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 Pasal 1 angka 11 Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antar bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah bunga. 9 Dari pengertian tersebut dapat disebutkan unsur-unsur kredit menurut M. Tohar yaitu: 10 1. Kepercayaan yaitu suatu keyakinan pemberian kredit bahwa prestasi (uang, jasa, barang) yang diberikan akan benar benar diterima kembali di masa tertentu di masa yang akan datang. 2. Waktu yaitu antara pemberian kredit dengan pengembaliannya dibatasi oleh suatu masa atau waktu tertentu. 3. Degree of risk yaitu pemberikan kredit yang menimbulkan suatu tingkat risiko, di masa tenggang adalah masa abstrak. Resiko timbul bagi pemberi karena uang atau barang yang berupa prestasi telah lepas kepada orang lain. 4. Prestasi yaitu yang di berikan dapat berupa barang, jasa, uang namun karena kehidupan modern sekarang ini didasarkan pada uang muka, transaksi transaksi kredit yang berupa uang lelah yang sering dijumpai dalam praktek perkreditan. Kondisi ini mengakibatkan risiko yang berupa ketidak tentuan, sehingga diperlukan suatu jaminan dalam pemberian kredit. Pemberian kredit 9 Muhamad Djumhana. Loc.Cit. Hal. 367. 10 M. Tohar. 2000. Permodalan dan Perkreditan Koperasi. Yogyakarta: Kanisius. Hal. 97.

7 oleh kreditur sebagai salah satu usaha kreditur untuk mendapatkan kepastian, kreditur hanya boleh meneruskan simpanan nasabahnya dalam bentuk kredit, jika kreditur benar-benar yakin debitur akan mengembalikan pinjaman yang diterima dengan jangka waktu dan syarat-syarat yang telah disepakati kedua belah pihak. Hal tersebut menunjukkan perlu diperhatikannya faktor kamampuan dan kemauan, sehingga tersimpul kehati-hatian dengan menjaga unsur keamanan dan keuntungan dari suatu kredit. Kredit berfungsi kooperatif antara debitur pemberi kredit dan kreditur penerima kredit. 11 Bank dalam menyalurkan dana untuk kredit harus didasarkan kepada adanya suatu jaminan salah satunya yaitu hak tanggungan. Seorang pemberi Hak Tanggungan harus datang sendiri ke Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT). Apabila kreditor berhalangan hadir maka dapat saja dia memberikan kuasa kepada pihak lain untuk memasang Hak Tanggungan. Jika terjadi hal demikian maka pemberi Hak Tanggungan wajib menunjuk pihak lain sebagai kuasanya dengan cara pembuatan Surat Kuasa Membebankan Hak Tanggungan (SKMHT). Surat Kuasa Membebankan Hak Tanggungan (SKMHT) yaitu surat kuasa yang diberikan pemberi Hak Tanggungan kepada kreditur sebagai penerima Hak Tanggungan untuk membebankan Hak Tanggungan atas objek Hak Tanggungan.. Menurut Pasal 15 ayat (1) Undang-Undang Hak Tangungan menegaskan bahwa: Surat Kuasa Membebankan Hak Tanggungan (SKMHT) wajib dibuat dengan akta notaris atau akta PPAT dan memenuhi persyaratan yaitu tidak 11 Muhammad Djumhana. Op.Cit. Hal. 299.

8 memuat kuasa untuk melakukan perbuatan hukum lain dari pada membebankan Hak Tanggungan, tidak memuat kuasa substitusi, mencantumkan secara jelas objek Hak Tanggungan, jumlah utang dan nama serta identitas kreditornya, nama dan identitas debitur apabila debitur bukan pemberi Hak Tanggungan. Kewenangan PPAT membuat Surat Kuasa Membebankan Hak Tanggungan (SKMHT) selain tercantum dalam Pasal 15 ayat (1) juga berdasarkan Penjelasan Umum angka 7 yang antara lain menyatakan bahwa, PPAT adalah pejabat umum yang berwenang membuat akta pemindahan hak atas tanah dan akta lain dalam rangka pembebanan hak atas tanah, yang berbentuk aktanya ditetapkan, sebagai bukti dilakukannya perbuatan hukum tertentu mengenai tanah yang terletak dalam daerah kerjanya masing-masing. Sebagai pejabat umum tersebut maka akta yang dibuat oleh PPAT merupakan akta otentik. Pembuatan Surat Kuasa Membebankan Hak Tanggungan (SKMHT) selain kepada Notaris, ditugaskan juga kepada PPAT yang keberadaannya sampai pada wilayah kecamatan untuk memudahkan pelayanan kepada pihak-pihak yang memerlukan. 12 Guna mencegah berlarut-larutnya pemberian kuasa dan terjadinya penyalahgunaan serta demi tercapainya kepastian hukum, maka berlakunya Surat Kuasa Membebankan Hak Tanggungan (SKMHT) dibatasi jangka waktunya, untuk hak atas tanah yang sudah terdaftar, wajib diiukti dengan pembuatan Akta Pembuatan Hak Tanggungan selambat-lambatnya 1 (satu) 12 Fieda Husni Hasbullah. 2009. Hukum Kebendaan Perdata (Hak-hak yang Memberi Jaminan). Jilid 2. Jakarta: IND HILL CO., Hal. 167-168.

9 bulan sesudah diberikan, sedangkan terhadap hak atas tanah yang belum terdaftar harus dipenuhi dalam waktu 3 (tiga) bulan. Fungsi dari Surat Kuasa Membebankan Hak Tanggungan (SKMHT) yaitu sebagai alat untuk mengatasi apabila pemberi Hak Tanggungan tidak dapat hadir di hadapan Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT). E. Metode Penelitian Adapun metode penelitian yang akan digunakan dalam penulisan hukum ini adalah: 1. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan ini adalah deskriptif analitis, yaitu: Suatu penelitian yang berusaha memberikan gambaran secara menyeluruh mendalam tentang suatu keadaan atau gejala yang diteliti 13, yaitu tentang Pelaksanaan Surat Kuasa Membebankan Hak Tanggungan (SKMHT) Sebagai Jaminan Kredit (Studi Kasus di Bank BRI Cabang Sragen Unit Sepat). 2. LokasiPenelitian Yang menjadi sasaran dalam penelitian ini adalah Bank BRI Cabang Sragen Unit Sepat. 3. Pendekatan Penelitian Penelitian ini penulis menggunakan metode pendekatan yuridis empiris. Pendekatan yuridis empiris adalah suatu pendekatan penelitian 13 Ronny Hanitijo Soemitro. 1990. Metodologi Penelitian Hukum dan Jurimetri. Jakarta: Ghalia Indonesia. Hal. 58.

10 hukum dikonsepkan sebagai pranata sosial yang secara riil dikaitkan dengan variabel-variabel sosial yang lain. Apabila hukum sebagai gejala sosial yang empiris sifatnya, dikaji sebagai variabel bebas/sebab (independent variabel) yang menimbulkan pengaruh dan akibat pada berbagai aspek kehidupan sosial, kajian itu merupakan kajian hukum yang sosiologis (socio-legal research). 14 4. Sumber Data Sumber data yang akan dicari tentunya harus berkaitan dan disesuaikan dengan tipe dan tujuan penelitian yang dilakukan. Dalam hal ini data yang digunakan dalam penelitian meliputi: a. Data Primer, yaitu diperoleh dari obyek penelitian dalam hal ini adalah dokumen perjanjian kredit bank dengan perorangan yang melakukan perjanjian kredit menggunakan Surat Kuasa Membebankan Hak Tanggungan (SKMHT). b. Data Sekunder, yaitu dengan mencakup dokumen-dokumen resmi, peraturan perundang-undangan, buku-buku yang berkaitan dengan penelitian, hasil-hasil penelitian yang berwujud laporan, buku harian, dan seterusnya. 15 5. Teknik Pengumpulan Data a. Wawancara Wawancara dilakukan dengan cara pewawancara mengajukan pertanyaan yang di rancang untuk memperoleh jawaban yang benar 14 Ibid. 15 Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji. Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan Singkat. Cetakan ke-11. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Hal. 12.

11 dan pasti dengan masalah penelitian kepada seseorang responden. Dalam penelitian ini yang dijadikan responden adalah pihak Bank Rakyat Indonesia Cabang Sragen Unit Sepat Bagian Kredit. b. Observasi Riset data dilakukan dengan meminta proses pengajuan mekanisme pelaksanaan Surat Kuasa Membebanakan Hak Tanggungan (SKMHT) sebagai jaminan kredit yaitu dengan cara meminta tata cara mekanisme tentang pelaksanaan Surat Kuasa Membebankan Hak Tanggungan (SKMHT) sebagai jaminan kredit. 6. Metode Analisis Data Penganalisaan bahan hukum yang terkumpul, baik dari data primer maupun data sekunder, dipergunakan teknik deskriptif kualitatif, yaitu dengan mendeskripsikan hasil penelitian terlebih dahulu dicocokkan dengan teori yang ada kemudian menganalisa. 16 F. Sistematika Skripsi Adapun sistematika penulisan hukum ini terdiri dari empat bab yang setiap bab, dibagi sub-sub bagian yang dimaksudkan untuk memudahkan pemahaman terhadap keseluruhan hasil penelitian sebagai berikut: Bab I adalah Pendahuluan, pada bab ini penulis menguraikan beberapa sub bab yaitu Latar Belakang, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Kerangka Pemikiran, Metode Penelitian dan Sistematika Skripsi. 16 Soerjono Soekanto, 2008, Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta: Universitas Indonesia (UI- Press), Hal. 5.

12 Bab II adalah Landasan Teori, pada bab ini penulis menguraikan beberapa kerangka pemikiran yang menjadi pijakan dalam menjawab permasalahan dari penulisan hukum ini, yaitu Tinjauan umum tentang Kredit, yang meliputi Pengertian Kredit, Jenis-Jenis Kredit, Perjanjian Kredit, Macam-Macam Perjanjian Kredit, sedangkan sub kedua yaitu Tinjauan tentang Hak Tanggungan, yang meliputi Pengertian Hak Tanggungan, Asas- Asas Hak Tanggungan, Subjek dan Objek Hak Tanggungan, Pembebanan Hak Tanggungan dan SKMHT. Bab III adalah Hasil Penelitian dan Pembahasan. Pada bab ini penulis menguraikan hasil penelitian hukum yang telah didapat dari proses penulisan hukum serta menganalisis permasalahan dalam rumusan masalah. Dalam hal ini yang menjadi pokok permasalahan yaitu Pelaksanaan Surat Kuasa Membebankan Hak Tanggungan (SKMHT) sebagai Jaminan Kredit dan Problem yang muncul dalam Pelaksanaan Surat Kuasa Membebankan Hak Tangungan (SKMHT) sebagai Jaminan Kredit. Bab IV yaitu Penutup. Pada bab ini penulis menguraikan kesimpulan yang menjadi jawaban dari perumusan masalah, yang berisi Kesimpulan dan Saran.