BAB I PENDAHULUAN. global yang melanda semua wilayah maupun negara di dunia. Terkhususnya di Indonesia

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. tindak pidana narkoba ini, diperlukan tindakan tegas penyidik dan lembaga

I. PENDAHULUAN. Permasalahan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba (narkotika,

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan masyarakat, bangsa dan umat manusia. yang sangat mengkhawatirkan. Terutama pada remaja-remaja saat ini yang makin

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Penyalahgunaan narkotika pada akhir-akhir tahun ini dirasakan

BAB I PENDAHULUAN. pasar narkoba terbesar di level Asean. Menurut United Nation Office on Drugs and

BAB I PENDAHULUAN. pengobatan atau pelayanan kesehatan dan pengembangan ilmu pengetahuan dan di

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. sosial, dan politik dalam dunia internasional, Indonesia telah ikut berpatisipasi

BAB I PENDAHULUAN. dengan perjalanan waktu dan kemajuan teknologi. tiga bagian yang saling terkait, yakni adanya produksi narkotika secara gelap

Bahaya Penyalahgunaan Narkoba Bagi Generasi Muda Senin, 18 Juli :29 - Terakhir Diperbaharui Selasa, 11 April :35

Globalisasi Peredaran Narkoba Oleh Hervina Puspitosari, S.H., M.H Dosen Fakultas Hukum Universitas Surakarta

BAB I PENDAHULUAN. dalam proses pembiusan sebelum pasien dioperasi. Seiring dengan perkembangan

I. PENDAHULUAN. 1998, dimana banyak terjadi peristiwa penggunaan atau pemakaian barang-barang

BAB I PENDAHULUAN. (narkotika, zat adiktif dan obat obatan berbahaya) khususnya di kota Medan

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan. rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan.

I. PENDAHULUAN. mengisi kemerdekaan dengan berpedoman pada tujuan bangsa yakni menciptakan

I. PENDAHULUAN. kita mengetahui yang banyak menggunakan narkoba adalah kalangan generasi muda

BNN TES URINE PEGAWAI BPK SUMUT

BAB I PENDAHULUAN. yang berkaitan dengan modus-modus kejahatan.

RechtsVinding Online. Kelembagaan Badan Narkotika Nasional Oleh: Yeni Handayani * Naskah diterima: 2 Oktober 2015; disetujui: 7 Oktober 2015

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. cepat dari proses pematangan psikologis. Dalam hal ini terkadang menimbulkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pergaulan dalam hidup masyarakat merupakan hubungan yang terjadi

BAB I PENDAHULUAN. penderita tersebut. Dalam dasar menimbang Undang-undang Nomor 35

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan nasional Indonesia bertujuan mewujudkan manusia

PENANGGULANGAN TINDAK PIDANA NARKOTIKA DITINJAU DARI UNDANG- UNDANG NOMOR 35 TAHUN 2009

BAB I PENDAHULUAN. makmur yang merata materiil dan spirituil berdasarkan Pancasila dan Undang-

BAB I PENDAHULUAN. sekarang ini sudah membuat kalangan masyarakat resah dan tidak nyaman.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Profesi sebagai polisi mempunyai nilai penting dalam menentukan tegaknya

I. PENDAHULUAN. Fenomena penyalahgunaan dan peredaran narkotika merupakan persoalan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sejalan dengan pembukaan Undang-Undang Dasar 1945, tujuan

BUPATI JEMBER SALINAN PERATURAN BUPATI JEMBER NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG

PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN MAKSIAT

BAB I PENDAHULUAN. dan pengembangan ilmu pengetahuan. Indonesia dan negara-negara lain pada

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Masyarakat dunia khususnya bangsa Indonesia, saat ini sedang dihadapkan

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. dampak negatif yang membawa kesengsaraan bagi manusia. Dampak negatif

BAB I PENDAHULUAN. ketergantungan bagi penggunanya dimana kecenderung akan selalu

BAB I PENDAHULUAN. (4) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Kepolisian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Narkotika diperlukan oleh manusia untuk memenuhi kebutuhan

REHABILITASI MEDIS DAN SOSIAL TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA. (STUDI KASUS PUTUSAN NOMOR 22/PID.B/2014/PN.

BAB I PENDAHULUAN. terus menerus termasuk derajat kesehatannya. dengan mengusahakan ketersediaan narkotika dan obat-obatan jenis tertentu

BAB I PENDAHULUAN. kompleks, baik dari sudut medis, psikiatri, kesehatan jiwa, maupun psikososial

BAB I PENDAHULUAN. saja fenomena - fenomena yang kita hadapi dalam kehidupan sehari - hari dalam

BAB I PENDAHULUAN. Persoalan narkoba ataupun dalam penyalahgunaanya merupakan masalah. perkembangan tingkat peradaban umat manusia serta mempengaruhi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Peredaran gelap narkotika di Indonesia menunjukkan adanya

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2OII TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat memprihatinkan. Bahkan jumlah kasus. narkotika selalu mengalami peningkatan dari tahun ke tahun.

A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN. Seiring era perdagangan bebas sekarang ini berbagai jenis kosmetik beredar

BAB I PENDAHULUAN. Setiap tahun kenakalan anak selalu terjadi. Apabila dicermati

I. PENDAHULUAN. Pemberantasan penyalahgunaan narkotika merupakan masalah yang sangat penting,

BAB I PENDAHULUAN. keberadaannya menjadi ancaman bagi kelangsungan hidup masyarakat karena

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang untuk mencapai tujuannya

S A L I N A N DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PROBOLINGGO,

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan penyalangunaan narkoba di Indonesia telah menjadi ancaman

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia telah lahir beberapa peraturan perundang-undangan yang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sudah semakin menjamur dan sepertinya hukum di Indonesia tidak

I. PENDAHULUAN. Negara Indonesia adalah negara hukum ( rechtstaats), maka setiap orang yang

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan kepribadiannya. Sebagai bentuk pengembangan diri

BAB I PENDAHULUAN. atau kesulitan lainnya dan sampai kepada kematian tahun). Data ini menyatakan bahwa penduduk dunia menggunakan

BAB I PENDAHULUAN. rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan. 1. adanya pengendalian, pengawasan yang ketat dan seksama.

BUPATI HULU SUNGAI UTARA PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

BAB I PENDAHULUAN. serius. Hal ini dibuktikan dengan jumlah kasus narkoba yang meningkat setiap tahun.

BAB I PENDAHULUAN. terbendung lagi, maka ancaman dahsyat semakin mendekat 1. Peredaran

PENDAHULUAN. penyalahgunaan, tetapi juga berdampak sosial, ekonomi dan keamanan nasional,

BAB I PENDAHULUAN. Pertama kalinya konferensi tentang psikotropika dilaksanakan oleh The United

I. PENDAHULUAN. anak-anak yang kurang perhatian orang tua, dan begitu beragamnya kegiatan yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dasar menimbang Undang-undang Nomor 5 Tahun 2009 tentang

BAB I PENDAHULUAN. Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB I PENDAHULUAN. anak-anak, remaja, dan generasi muda pada umumnya (Waluyo, 2011).

Assalamu alaikum Wr. Wb. Salam Sejahtera bagi Kita Semua Yth. Para Narasumber, Para Peserta Sosialisasi, Serta hadirin yang berbahagia.

PERANAN KEMENKEU DALAM IMPLEMENTASI JAKSTRANAS P4GN TAHUN

OPTIMALISASI PENYIDIKAN DALAM TINDAK PIDANA KASUS TANPA HAK PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA GOLONGAN I (Studi di Kepolisian Resor Kota Besar Semarang)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Trend perkembangan kejahatan Narkoba di Indonesia akhir-akhir ini

BAB I PENDAHULUAN. usia remaja yaitu tahun yang terdiri dari laki-laki sebanyak jiwa

- 1 - BUPATI TAPIN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TAPIN NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. di kota-kota besar saja juga merambah ke pelosok Indonesia. ditemukannya beberapa laboratorium narkotika di wilayah Indonesia.

NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN PENYALAHGUNAAN DAN PEREDARAN GELAP NARKOBA (P4GN) DI KABUPATEN BANYUWANGI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Negara Indonesia adalah negara berdasarkan UUD 1945 sebagai konstitusi

I. PENDAHULUAN. mengkhawatirkan. Narkotika sendiri merupakan barang yang tidak lagi dikatakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pertumbuhan dan perkembangan penduduk di Indonesia berkembang

BAB I PENDAHULUAN. Narkotika Psikotropika dan Zat Adiktif. Semua istilah ini baik narkoba atau napza

BAB I PENDAHULUAN. besar peranannya di dalam mewujudkan cita-cita pembangunan. Dengan. mewujudkan suatu masyarakat yang adil dan makmur.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia adalah adalah mahluk sosial yang dianugrahkan suatu kebebasan

I. PENDAHULUAN. pengobatan dan pelayanan kesehatan. Namun, dengan semakin berkembangnya zaman, narkotika

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

I. PENDAHULUAN. untuk didapat, melainkan barang yang amat mudah didapat karena kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. terdapat sejumlah kecil kelompok penyalahguna heroin dan kokain. Pada

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan secara terus menerus usaha usaha dibidang pengobatan dan

ANCAMAN NARKOBA BAGI GENERASI PENERUS BANGSA oleh Ashinta Sekar Bidari S.H., M.H

PROGRAM SEKOLAH DALAM UPAYA PENCEGAHAN PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA DI SMAN 13 DAN SMAN 7 BANDA ACEH

BAB I PENDAHULUAN. sosialisasi, transisi agama, transisi hubungan keluarga dan transisi moralitas.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyalahgunaan narkoba di Indonesia sudah sangat mengkhawatirkan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keterbatasan pengetahuan tentang narkoba masih sangat

BAB I PENDAHULUAN. Dalam masyarakat, dapat dilihat berlangsungnya perubahan-perubahan,

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat ditarik beberapa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia adalah Negara hukum, sebagaimana tertuang dalam

BAB I PENDAHULUAN. Psikotropika, dan Zat adiktif lainnya) adalah sejenis zat (substance) yang

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Masalah penyalahgunaan dan peredaran narkoba saat ini sudah menjadi persoalan global yang melanda semua wilayah maupun negara di dunia. Terkhususnya di Indonesia sendiri, penyalahgunaan dalam kondisi yang sangat mengkhawatirkan. Narkoba tidak lagi memandang usia, mulai dari anak-anak, remaja, dewasa hingga orang tua sekalipun tidak luput dari jeratan penyalahgunaan narkoba. Serta tidak hanya dinikmati kalangan tertentu saja, tetapi sudah digunakan berbagai profesi, seperti pengusaha, birokrat, aparat hukum dan lainnya. Selain itu, persoalan peredaran narkoba juga tidak kalah mengkhawatirkan. Ini dilihat dari peredarannya bukan hanya di kota-kota besar tetapi sampai meramba ke pelosok Indonesia. Indonesia menjadi salah satu negara yang sedang berkembang yang menjadi pasar besar bagi peredaran narkoba. Menurut Direktur Diseminasi Informasi Deputi Bidang Pencegahan BNN, bahwa saat ini Indonesia tidak lagi menjadi negara transit tetapi sudah menjadi negara pasar narkoba yang besar, apalagi dengan harga yang tinggi sehingga rawan dan surga bagi sindikat narkoba ( dalam Satu News, 2013). Bukan hanya sebagai tempat transit atau tempat mengedarkan narkoba namun juga telah berkembang menjadi tempat penghasil narkoba. Kondisi ini mungkin tercipta sebagai dampak dari era globalisasi yang ditandai dengan kemajuaan teknologi informasi, liberalisasi perdagangan dan kemajuaan industri pariwisata yang mendorong Indonesia dapat tumbuh 11

kembang menjadi negara penghasil narkoba. Peredaran gelap narkoba ini tidak hanya berasal dari dalam negeri saja, namun juga datang dari luar negeri baik itu melalui jalur darat, jalur laut ataupun jalur udara. Peredaran gelap narkoba melalui jalur darat umumnya terjadi di sekitar wilayah perbatasan Indoensia dengan negara sekitar. Hal ini dapat terjadi karena lemahnya sistem pengawasan dan keamanan di wilayah perbatasan (http://www.ilunifk83.com/t400p30-mengenal-narkoba diakses pada 25 Agustus 2014, pukul 21:05 WIB). Pola peredaran narkoba semakin melanglang buana menembus batas negara, di mana saat ini narkoba sudah menjadi hal yang sangat menakutkan dan mengancam pertumbuhan generasi bangsa kita. Mengingat bahwa dewasa ini, arus perkembangan dan kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi telah membawa masyarakat pada kemudahan-kemudahan mendapatkan informasi. Semua hal dapat menyebar lebih cepat melalui alat komunikasi yang semakin canggih. Tingginya harga narkoba merupakan salah satu faktor penyebab peredaran narkoba seperti shabu-shabu. Direktur Narkoba Polda Metro Jaya Kombes Anjan Pramuka Putra mengatakan bahwa harga pasaran shabu-shabu di Indonesia lebih mahal dibandingkan dengan Iran yakni salah satu negara produsen shabu terbesar di Indonesia. Harga shabu-shabu di iran per kilogram Rp. 100.000.000, sedangkan di Indonesia Rp. 400.000.000 sampai Rp. 1000.000.000. Dan ini masih partai standar, bukan partai besar. (http://nasional.inilah.com/read/detail/429542/harga-shabu-di-indonesia-ternyata-tergolongtinggi diakses pada tanggal 7 Maret 2015, pukul 18.00 WIB). Jika lingkungan sosial banyak terjadi penyimpangan maka ini dapat beresiko pada rusaknya cita dan citra generasi bangsa yang diakibatkan norma-norma dan nilai-nilai dalam 12

masyarakat telah terabaikan. Dengan demikian, demi berlangsungnya tertib sosial, perlu menegakkan kembali aturan-aturan yang bersifat normatif di masyarakat. Maka norma-norma sosial sangat perlu diketahui dan dipahami setiap anggota masyarakat lewat belajar dan mempelajarinya. Ini secara sosiologis biasa dikenal yaitu proses sosialisasi. Dalam proses sosialisasi dilaksanakan oleh kelompok-kelompok dalam masyarakat, yang disebut sebagai agen sosialisasi. Sejalan dengan hal tersebut, yang menjadi perhatian kita adalah keluarga sebagai agen sosialisasi. Keluarga merupakan salah satu agen sosialisasi yang utama di masyarakat. Selain itu, keluarga juga merupakan institusi yang paling penting pengaruhnya terhadap proses sosialisasi manusia (dalam Narwoko dan Suyanto, 2007 : 92). Dari kasus penyalahgunaan narkoba yang tidak sedikit pada kalangan anak-anak dan remaja, sehingga membuat orang tua dalam keluarga terus merasakan kecemasan jika anaknya ikut dan terlibat ke dalamnya. Namun, dalam hal ini ditegaskan keluarga yang dimaksud bukan hanya sebatas orang tua atau saudara kandung saja, melainkan istri, suami, maupun anak juga. Untuk melakukan pencegahan dan pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika (P4GN) yang sudah sangat merugikan dan membahayakan kehidupan masyarakat maka pemerintah melakukan upaya-upaya penegakan hukum tentang penggunaan, impor, eskpor, menanam, pengedaran narkotika secara terkendali dan diawasi dengan ketat. Ini dibuktikan dibuatnya peraturan hukum lewat Undang Undang Nomor 22 tahun 1997 tentang Narkotika, untuk mengatur pemberantasan terhadap tindak pidana narkotika dengan memberikan ancaman sanksi pidana, seperti penjara, penjara seumur hidup, dan hukuman mati (dalam Siswanto, 2012 : 1-2). 13

Meskipun Undang-Undang Narkotika telah dibuat, penyalahgunaan dan peredaran gelapnya masih belum terbendung dan ditekan. Malahan setiap tahunnya kian tinggi dan bertambah. Salah satu faktor penting agar efektifitas atas pencegahan dan pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika dan psikotropika maka dibuat lah lagi peraturan mengenai kelembagaaan yang sudah yaitu BNN. Lewat PERPRES (peraturan presiden) Nomor 83 Tahun 2007 tentang Badan Narkotika Nasional, Badan Narkotika Provinsi, dan Badan Narkotika Kabupaten/Kota. BNN yang sekarang ini sudah diperkuat kewenangannya dalam penyelidikan dan penyidikan. Dalam hal ini, secara sosiologis perlu diketahui BNN bukan hanya lembaga pemerintah yang bertugas menyelidiki dan menyidiki kasus narkotika, melainkan juga sebagai agen sosialisasi dalam masyarakat yang amat berperan penting dan berpengaruh terhadap pengetahuan dan pemahaman tentang dampak-dampak yang ditimbulkan narkoba kepada masyarakat. Sehubungan dengan ini sumatera utara merupakan provinsi yang cukup tinggi kasuskasus narkobanya dengan peringkat ketiga setelah Jakarta dan Jawa Timur. Berdasarkan data Pusat Penelitian Data dan Informasi BNN pada pertengahan tahun 2012, sumatera utara tercatat menduduki peringkat ketiga dengan 2000 kasus. Di sumatera utara, jenis narkoba yang paling banyak digunakan dan diedarkan yaitu ganja dan shabu-shabu karena kedua jenis ini sangat dinikmati dan mudah didapatkan oleh pelakunya. Menurut AKBP MP Nainggolan (dalam Berita Sore, 2014) pada tahun 2013 terakhir dari 3.094 kasus narkoba di SUMUT yang berhasil diungkap dengan barang bukti cukup beragam (http://beritasore.com/2014/01/16/3-094-kasus-narkoba-di-sumut/ diakses pada tanggal 23 April 2014 pukul 19:55 wib). 14

Berdasarkan hasil observasi pendahuluan yang dilakukan peneliti di Desa Perumnas Simalingkar, ada sekelompok pemuda setempat sedang santai bernyanyi sambil menghisap ganja atau stephen (nama samaran baru dari ganja), yang mana menurut mereka hal tersebut sudah biasa dilakukan, baik sembunyi-sembunyi maupun terang-terangan asalkan pandai melihat situasi. Hal ini dapat beresiko pada masyarakat sekitar lainnya seperti anak-anak, remaja dan pemuda-pemudi serta orang dewasa dan lainnya untuk meniru atau mengikuti jika memakai obat terlarang tidak lagi sembunyi-sembunyi alias terang-terangan. Desa Perumnas Simalingkar bisa dikatakan sebagai desa yang maju karena lokasinya tidak jauh dari kota dan hanya dibatasi oleh jembatan pemisah dari Perumnas Simalingkar, kecamatan Medan Tuntungan. Desa ini terdapat banyak terminal atau pangkalan angkot, ada beberapa sekolah dan tempat ibadah, dan lainnya. Kondisi lingkungan di Desa Perumnas Simalingkar bisa disebut rawan untuk tumbuhnya tindakan atau perilaku menyimpang. Hal ini dikarenakan wilayah Desa Perumnas Simalingkar memiliki jumlah penduduk yang tidak sedikit yakni lebih dari 1600 KK dan penduduknya sudah bertransisi kearah hidup yang modern. Ada beberapa hal yang menjadi daya tarik bagi penulis pada saat melihat kondisi lingkungan sosial yang rawan pada desa ini, yaitu: 1. Penyalahgunaan dan peredaran narkoba berkembang dengan cepat di setiap area, terkhusus di gang-gang. 2. Ada beberapa tempat yang buka hingga dini hari, seperti warnet, warung kopi, dan billyard. Tempat ini biasanya banyak pemuda-pemudi nongkrong, bertaruh atau berjudi, sampai memakai narkoba 15

3. Ada beberapa terminal angkot menjadi tempat memakai dan mengedarkan narkoba. 4. Ada beberapa kelompok pemuda setempat melakukan aksi premanis diluar daerah dan anggota dari gang motor yang cukup terkenal di Medan. 5. Terdapat basecamp khusus yang merupakan tempat biasa dari pemakai dan pengedar narkoba dalam melakukan aksinya. Apabila hal ini terus dibiarkan akan mengakibatkan kehancuran masa depan generasi bangsa yang diharapkan dapat membangun dan mengembangkan kehidupan yang layak untuk semua masyarakat atau warga negara. Oleh sebab itu, sangat dibutuhkan kepedulian, keprihatinan, empati dari institusi atau lembaga yang berkaitan dengan ini, seperti BNN, keluarga, pendidikan, agama, hukum dan lainnya sangat dibutuhkan agar menciptakan proses sosialisasi yang baik dan mapan bagi putra atau putri bangsa dan negara. Berhubungan dengan hal ini, dalam rangka meningkatkan pencegahan dan pemberantasan penyalahgunaan serta peredaran gelap narkoba, dan demi tercapainya Indonesia Bebas Narkoba Tahun 2015, diperlukan kerja keras yang ekstra serta kerja sama antara lembaga negara dan masyarakat, melalui pemberian informasi-informasi penting atau sosialisasi mengenai bahaya penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba. Dalam hubungan ini secara khusus pula perlu peranan aktif dari agen sosialisasi dalam masyarakat dalam upaya meningkatkan pengetahuan masyarakat yang nantinya pengetahuan tersebut berguna dan bermanfaat dalam kehidupan masyarakat. Berdasarkan informasi dari media cetak, media elektronik, dan masyarakat, penulis mengetahui bahwa penyalahgunaan dan peredaran narkoba sedang marak terjadi. Dengan melihat kondisi-kondisi tersebut, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai 16

Pengetahuan Masyarakat Desa Perumnas Simalingkar Tentang Penyalahgunaan dan Peredaran Narkoba. 1.2. Perumusan Masalah Berdasarkan uraian diatas dilihat dari latar belakang yang sudah diuraikan, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah: 1. Bagaimanakah pengetahuan masyarakat Desa Perumnas Simalingkar tentang penyalahgunaan dan peredaran narkoba? 2. Bagaimanakah gambaran Keluarga dan BNN (Badan Narkotikan Nasional) sebagai agen sosialisasi? 1.3. Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah diatas maka yang menjadi tujuan yang diharapkan dan dapat diperoleh dari hasil penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui bagaimana pengetahuan masyarakat Desa Perumnas Simalingkar tentang penyalahgunaan dan peredaran narkoba. 2. Untuk mengetahui bagaimana gambaran Keluarga dan BNN (Badan Narkotika Nasional) sebagai agen sosialisasi. 17

1.4. Manfaat Penelitian Setiap penelitian diharapkan dapat memberikan manfaat, baik untuk diri sendiri, maupun orang lain, terlebih lagi untuk perkembangan ilmu pengetahuan. Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini, yaitu : 1. Manfaat Teoritis Secara teoritis hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan dan mengembangkan dibidang ilmu sosial, khususnya sosiologi pendidikan serta menambah referensi dan sumbangan pemikiran hasil penelitian yang juga dijadikan sebagai bahan rujukan untuk penelitian bagi mahasiswa. 2. Manfaat Praktis Manfaat praktis dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan-masukan kepada pihak-pihak atau lembaga-lembaga yang membutuhkannya, terutama bagi keluarga, BNN (Badan Narkotika Nasional), dan pemerintah daerah maupun pemerintah pusat untuk meningkatkan sosialisasi agar memperluas pengetahuan masyarakat tentang penyalahgunaan dan peredaran narkoba untuk mencegah kegiatan haram tersebut terjadi di lingkungan masyarakat sekitar. 1.5. Definisi Konsep Dalam sebuah penelitian ilmiah, definisi konsep sangan diperlukan untuk mempermudah dan memfokuskan penelitian. Konsep adalah definisi, suatu abstraksi mengenai gejala atau realita atau suatu pengertian yang nantinya akan memperjelaskan suatu gejala. Disamping mempermudah dan memfokuskan penelitian, konsep juga berfungsi 18

sebagai panduan bagi peneliti untuk menindak lanjuti kasus tersebut serta menghindari timbulnya kekacauan akibat kesalahan penafsiran dalam penelitian. Dengan kata lain, konsep adalah istilah yang mewakili atau suatu pengertian tersebut. Beberapa konsep yang dibatasi dengan pendefinisiannya secara operasional dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Pengetahuan Pengetahuan merupakan keseluruhan gagasan, ide, konsep, dan pemahaman, yang dimiliki manusia tentang dunia dan segala isinya, termasuk manusia dan kehidupannya, pengetahuan mencakup penalaran, penjelasan, dan pemahaman, manusia menjalani segala sesuatu. 2. Masyarakat Masyarakat adalah sekumpulan orang yang membentuk sistem, yang terjadi komunikasi didalam kelompok tersebut. 3. Penyalahgunaan dan peredaran narkoba merupakan aktivitas menyimpang dari norma-norma sosial yang dilakukan oleh individu dan sekelompok orang yang berakibat dan berdampak buruk terhadap kondisi sosial masyarakat. Kondisi sosial yang buruk dalam masyarakat disebabkan oleh terganggunya mental dan perilaku penyalahguna narkoba dan peredarannya merugikan masyarakat. 4. Narkoba adalah zat kimia yang mengubah keadaan psikologis perasaan, pikiran, suasana hati serta perilaku jika masuk ke dalam tubuh manusia baik dengan cara dimakan, diminum, dihirup, suntik, dan lain sebagainya. 5. Keluarga adalah institusi sosial dasar atau kelompok primer. Dalam penelitian ini keluarga secara langsung berperan sebagai agen sosialisasi utama, yang terdiri dari beberapa orang, seperti ayah, ibu, kakak, adik, dan juga istri, suami, dan anak bila yang sudah berkeluarga. 19

6. BNN adalah lembaga pemerintah atau kelompok formal. Dalam penelian ini BNN secara tidak langsung berperan sebagai agen sosialisasi yang memberikan informasi tentang bahaya penyalahgunaan dan peredaran narkoba kepada masyarakat. 20