BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pengetahuan dimana kunci suksesnya terletak pada dunia pendidikan.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. masalah penilaian terhadap hasil usaha tersebut. 1. Pendidikan nasional Indonesia memiliki tujuan untuk mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. masalah penilaian terhadap hasil usaha tersebut. ( Suryabrata, 2002 : 293 ).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tujuan pendidikan nasional yang tertuang dalam Pasal 3 Undang-Undang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. menyontek tidak dapat ditemukan secara langsung, kata menyontek dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. yang tangguh baik secara fisik, mental maupun intelektual dan kepribadian. pendidikan di indonesia yaitu Madrasah Aliyah (MA).

BAB I PENDAHULUAN. bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kadang berbagai macam cara dilakukan untuk mencapai tujuan itu. Salah satu yang

BAB I PENDAHULUAN. Prilaku menyontek atau cheating adalah salah satu fenomena pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. sangat cepat. Seiring dengan perkembangan zaman, siswa selaku peserta didik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. belajar, membahas soal bersama-sama, atau bahkan ada yang berbuat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. karakter siswa. Pendidikan agama merupakan sarana transformasi pengetahuan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Ujian Nasional merupakan gerbang dari sebuah keinginan besar bahwa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kecurangan akademik merupakan fenomena umum di sekolah menengah dan perguruan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kata menyontek mungkin sudah tidak asing lagi bagi pelajar dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. manusia (SDM) yang berkualitas. Manusia harus dapat menyesuaikan dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. penilaian bahkan sampai pada penulisan tugas akhir. Cheating merupakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. perbuatan curang dalam dunia pendidikan. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia menyadari akan pentingnya menciptakan warga negara yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Prestasi belajar mahasiswa merupakan salah satu faktor penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

PERILAKU MENYONTEK PADA SISWA SMA NEGERI 1 WIROSARI. Skripsi. Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat S-1

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dapat dilakukan dengan peningkatan mutu pendidikan. Keberhasilan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. selalu muncul menyertai aktivitas proses belajar mengajar sehari hari tetapi jarang

HUBUNGAN ANTARA EFIKASI DIRI DENGAN KECENDERUNGAN MENYONTEK PADA MAHASISWA. Skripsi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seperti yang diketahui pendidikan merupakan kebutuhan mendasar bagi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia adalah makhluk sosial (homo sosius), yang dibekali

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Keunggulan suatu bangsa tidak lagi tertumpu pada kekayaan alam,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sekolah. Dikenal karena ada yang melakukan atau hanya sebatas mengetahui perilaku

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan jujur. Namun hingga saat ini, masih ada masalah ketidakjujuran mahasiswa.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terus membangun dan meningkatkan sumber daya manusia melalui pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dicita-citakan bangsa ini berada di tangan mereka. Banyak orang menganggap bahwa

HUBUNGAN ANTARA PERSAINGAN MERAIH NILAI TINGGI DENGAN INTENSITAS PERILAKU MENYONTEK PADA SISWA MENENGAH KEJURUAN SKRIPSI.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan memiliki budi pekerti

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dua dasawarsa terakhir ini, perubahan yang terjadi dalam berbagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendidikan rakyatnya rendah dan tidak berkualitas. Sebaliknya, suatu negara dan

PENDAHULUAN. mengajar yang berkaitan dengan program studi yang diikutinya serta hasil

BAB 1 PENDAHULUAN. sangat dibutuhkan untuk meningkatkan prestasi belajar matematika. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dimana sistem pendidikan tidak dijalankan secara proporsional. Sistem

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tugas merupakan suatu hal yang sangat dekat dengan perkuliahan dan

2016 KECENDERUNGAN INTEGRITAS AKADEMIK SISWA SEKOLAH MENENGAH ATAS

Penelitian tentang kejujuran pada calon guru pernah dilakukan oleh Arianto (2013) dengan judul Tingkat Kejujuran Sosial dan Akademik Mahasiswa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dengan lingkungannya, baik dari lingkungan keluarga, sekolah, dan pergaulan

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan tinggi. Secara umum pendidikan perguruan tinggi bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. perilaku yang diinginkan. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting

PERILAKU MENYONTEK DITINJAU DARI KEPERCAYAAN DIRI

BAB I PENDAHULUAN. Perguruan tinggi di Indonesia sangat banyak, sehingga terjadi

BAB I PENDAHULUAN. mental sehingga menghasilkan perubahan-perubahan dalam bersikap (Ihsan,

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Persiapan Proses Pelaksanaan Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. peserta didik, untuk membentuk Sumber Daya Manusia yang berkualitas.

BAB I PENDAHULUAN. hanya membekali siswa dengan kemampuan akademik atau hard skill,

BAB I PENDAHULUAN. potensi yang dimiliki peserta didik melalui proses pembelajaran (Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. bentuk percakapan yang baik, tingkah laku yang baik, sopan santun yang baik

HUBUNGAN ANTARA BERPIKIR POSITIF DAN KREATIF DENGAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH PADA REMAJA

BAB I PENDAHULUAN. Pada era gobalisasi ini, perkembangan masyarakat di berbagai bidang

2016 EFEKTIVITAS KONSELING RASIONAL EMOTIF PERILAKU UNTUK MENINGKATKAN SELF EFFICACY SISWA YANG MENCONTEK

BAB I PENDAHULUAN. Perilaku menyontek atau cheating merupakan salah satu fenomena dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. bagi negara berkembang seperti Indonesia. Masalah sumber daya tersebut tidak bisa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sebagaimana halnya dengan keluarga, sekolah juga mengajarkan nilai-nilai dan

BAB I PENDAHULUAN. membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka memasuki era globalisasi, remaja sebagai generasi penerus

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

PERILAKU MENYONTEK SISWA SMA NEGERI DI KOTA PADANG SERTA UPAYA PENCEGAHAN OLEH GURU BK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. daya yang terpenting adalah manusia. Sejalan dengan tuntutan dan harapan jaman

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Mahasiswa merupakan suatu tahapan pendidikan formal yang menuntut

BAB I PENDAHULUAN. manusia untuk membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam

PPKn. Dosen PJMK : Mohammad Adib. Artikel Ilmiah Populer/Essay Bebas. Pendidikan Anti Korupsi. Kelas D

BAB I PENDAHULUAN. mensosialisasikannya sejak Juli 2005 (

BAB I PENDAHULUAN. pada setiap individu tanpa memandang usia, jenis kelamin, atau statusnya sebagai

KEJUJURAN AKADEMIK SISWA SEKOLAH MENENGAH ATAS PADA SITUASI UJIAN. Naskah Publikasi

BAB I PENDAHULUAN. dari segi budaya, social maupun ekonomi. Sekolah menjadi suatu organisasi yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Perilaku Menyontek. tidak sah dan mengaku jawaban itu dari diri sendiri, menggunakan catatan

BAB 1 PENDAHULUAN. Unand ini merupakan satu dari dua universitas negeri yang berada diluar pulau

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menuntut terciptanya

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia. Pendidikan berfungsi untuk mengembangkan dan membentuk

BAB I PENDAHULUAN. di bidang tekhnologi, ilmu pengetahuan, ekonomi, dan pendidikan. Perubahan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting untuk kelangsungan

BAB I PENDAHULUAN. sendiri. Dalam pendidikan terdapat dua subjek pokok yang saling berinteraksi.

PENGARUH REWARD TERHADAP MOTIVASI BERPRESTASI DAN PRESTASI BELAJAR AKUNTANSI PADA SISWA KELAS XI

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menuju masa. lainnya. Masalah yang paling sering muncul pada remaja antara lain

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Dunia saat ini sedang memasuki era baru yaitu era globalisasi dimana hampir

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan perdagangan, ekonomi, teknologi, dan lain sebagainya. Sedemikian

Nomer : Fakultas : Semester : IPK : PETUNJUK PENGISIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah salah satu hal yang menjadi tonggak ukur kesuksesan

Prilaku Jujur Dalam Kehidupan Sehari-Hari. Aat Agustini, MKM

HUBUNGAN ANTARA PERCAYA DIRI DENGAN INTENSI MENYONTEK

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini pendidikan sangat penting. Hal ini disebabkan perkembangan

HUBUNGAN ANTARA SELF EFFICACY DENGAN PERILAKU MENYONTEK PADA SISWA KELAS XI DI SMA NEGERI 1 PLERET BANTUL YOGYAKARTA ARTIKEL E-JOURNAL

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu proses dalam rangka mempengaruhi siswa agar

BAB I PENDAHULUAN. kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan tinggi memiliki tujuan yaitu menyiapkan peserta didik menjadi

BAB I PENDAHULUAN. terhadap perubahan sikap dan perilaku. Perubahan sikap dan perilaku itulah yang

BAB I PENDAHULUAN. latihan sehingga mereka belajar untuk mengembangkan segala potensi yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Beberapa tahun terakhir ini sering kita melihat siswa siswi yang dianggap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. di masyarakat. Mahasiswa minimal harus menempuh tujuh semester untuk dapat

SELF-REGULATED LEARNING SISWA YANG MENYONTEK (SURVEY PADA SISWA KELAS X DI SMA N 52 JAKARTA UTARA TAHUN AJARAN 2010/2011)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pemalsuan data laboratorium dan tindak kecurangan. Menurut Mujahidah (2012 :4)

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sumber daya manusia (SDM) merupakan satu modal penting dalam meningkatkan kualitas hidup manusia di segala bidang. Dimana pada era modern ini, banyak terjadi kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan yang menuntut cerdasnya Sumber Daya Manusia (SDM) untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia yang semakin kompleks. Manusia di tuntut untuk selalu menyesuaikan diri dengan kehidupannya sekarang, yaitu kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan dimana kunci suksesnya terletak pada dunia pendidikan. Bidang pendidikan telah menetapkan bahwa nilai secara akademis menjadi satu penanda bahwa suatu sekolah dikategorikan sebagai sekolah yang berhasil dan mendapatkan predikat sekolah yang bagus secara akademis atau sering disebut sebagai sekolah favorit. Nilai yang sudah ditentukan Kementerian Pendidikan sebagai patokan untuk siswa dinyatakan lulus, tak urung membuat cemas beberapa pihak khususnya bagi para siswa itu sendiri. Nilai kelulusan UN inilah menjadi satu tekanan yang berat bagi siswa. Banyak kejadian yang dialami para siswa dimana saat merasa tertekan dengan tingkat nilai UN yang telah ditentukan, siswa mengambil jalan pintas tanpa mau belajar dan berusaha dengan cara menyontek. Siswa memiiki kebutuhan untuk mendapat persetujuan dari pihak luar sehingga mereka harus menyontek untuk memenuhi permintaan lingkungan 1

2 sekitarnya dan bahwa mereka ingin memperoleh tujuan-tujuan akademis tanpa bekerja keras (Murdock dan Anderman dalam Fontaine, 2006). Indarto dan Masrun (2004) mendefinisikan menyontek sebagaiperbuatan curang, tidak jujur, dan tidak legal dalam mendapatkan jawaban padasaat tes. Menyontek juga dapat didefinisikan sebagai tindakan kecurangan dalamtes melalui pemanfaatan informasi yang berasal dari luar secara tidak sah (Sujanadan Wulan, 1994). Menyontek disebut juga jalan pintas kognitif dimana para pelajar menolak atau tidak mengetahui strategi kognisi yang efektif. Jalan pintas inilah yang menurut mereka sangat efektif untuk mendapatkan nilai yang bagus tanpa harus bersusah payah belajar. Akibat buruk dari kebiasaan menyontek adalah menjadi malas, menggantungkan hasil belajarnya pada orang lain dan menjadi terbiasa mengambil jalan pintas untuk mencapai tujuan tanpa menilai proses pencapaiannya (Fontaine, 2006). Dampak paling berbahaya adalah, lewatkecurangan, siswa secara tidak langsung belajar untuk tidak menghargai proses, cara apapun boleh digunakan, benar atau salah, asalkan tujuan dapat tercapai.kondisi ini tidak sesuai dengan tujuan pendidikan yang telah ditetapkanpemerintah. Perilaku menyontek merupakan fenomena yang sering terjadi dalam dunia pendidikan di Indonesia. Namun, hal ini kurang mendapatkan perhatian khusus dari para pakar pendidikan Indonesia karena mereka menganggap perilaku menyontek merupakan hal yang wajar dan sepele yang dilakukan oleh siswa di sekolah. Perilaku menyontek ini merupakan masalah yang sangat mendasar bagi para siswa yang apabila dilakukan terus-menerus, maka akan berpengaruh pada

3 perilakunya yang akan datang dimana hal ini dapat mempengaruhi perkembangan moral anak didik di Indonesia. Berdasarkan wawancara yang dilakukan penulis dengan salah satu guru SMK PGRI I Surakarta, saat ujian akhir semester, sang guru menemukan perilaku menyontek yang dilakukan para siswa. Ada beberapa siswa yang bekerja sama dalam hal ini demi kesuksesan bersama. Seiringperkembangan teknologi, telepon genggam dapat digunakan sebagai sarana untukmenyontek, yaitu dengan menyimpan data contekan di memori telepon genggamatau saling berkirim jawaban melalui SMS (short message service) pada saat ujian. Setelah ditelusuri, penyebabnya adalah demi mendapatkan nilai yang bagus, tidak mengecewakan orang tua dan wali kelas. Karena banyak terjadi perilaku menyontek ini, maka sang guru mengambil kebijakan apabila siswa ketahuan sedang menyontek, maka sang guru akan meminta siswa tersebut mengikuti ujian remidiasi di kantor guru. Sanksi yang dilakukan oleh sang guru diharapkan bisa memberikan efek jera bagi para siswa, agar tidak mengulangi perilaku menyontek dan mereka mau belajar agar bisa meraih nilai yang baik tanpa harus berbuat curang alias jujur. Pada penelitian-penelitian yang pernah dilakukan peneliti terdahulu, takut gagal dan tuntutan nilai bagus oleh orang tua merupakan dua dari lima alasan untuk menyontek (Schab dalam Niels, 1996). Sedangkan tiga alasan lainnya adalah pusat kendali, kecemasan dan situasional. Menyontek merupakan satu sikap kecurangan yang tidak dapat ditoleransi lagi, dimana siswa yang memiliki kebiasaan menyontek di sekolah, memiliki potensi untuk menjadi penipu dan koruptor dalam masyarakat nanti. David dan Lugvison menemukan bahwa

4 perilaku menyontek pada masa lalu merupakan peramal perilaku ketidakjujuran di masa yang akan datang (Jahja, 2007). Siswa pada usia SMA maupun SMK menyontek karenaadanya tekanan untuk memperoleh nilai baik agar dapat masuk ke perguruantinggi atau untuk mempertahankan rata-rata nilai yang sudah diperolehnya.hal ini dikuatkan oleh Blankenship dan Whitley bahwa ketidakjujuran akademik terkait dengan perilaku menyeleweng seperti pencurian kecil-kecilan dan berbohong (Jahja, 2007). Berdasarkan keterangan yang diberikan oleh guru BK SMK PGRI I Surakarta, prosentase siswa tahun ajaran 2012/2013 yang melakukan perilaku menyontek ataupun tidak, hampir seimbang, yaitu 46% siswa menyontek dan 54% siswa yang tidak menyontek. Perilaku menyontek lebih sering terjadi saat para pelajar tidak siap atau merasa tidak percaya diri. Keadaan ini akan menimbulkan kecemasan dan rasa takut gagal dimana menunjukkan rendahnya efikasi diri (Calabrese dan Cochran dalam Anderman, 1997). Bandura (dalam Santrock, 1998) menegaskan bahwa efikasi diri adalah faktor yang sangat penting tentang bagaimana seorang pelajar akan berprestasi. Mereka memotivasi diri mereka masing-masing dengan sugesti yang positif dimana mereka yakin akan bisa melalui atau mengerjakan tugas yang sulit ataupun menghadapi situasi yang mengancam. Para pelajar tidak perlu menggunakan cara-cara yang tidak etis untuk mengatasinya, sehingga perilaku menyontek dapat ditekan. Dari wawancara yang telah dilakukan fakta yang dialami oleh siswa SMK PGRI 1 Surakarta sangat jelas tentang ketimpangan yang terjadi antara siswa yang

5 saat melakukan perilaku menyontek demi mendapatkan nilai bagus dengan siswa yang sungguh-sungguh belajar untuk meningkatkan nilai akademisnya. Walaupun terjadi kecemburuan sosial, tapi siswa yang suka belajar bisa memetik nilai dari segi positifnya yaitu ilmu yang diperoleh walaupun secara akademis, nilai di antara siswa menyontek dan siswa belajar rata-ratanya hampir sama. Berdasarkan fenomena dan uraian di atas maka rumusan masalah penelitian ini yaitu: Apakah ada hubungan antara efikasi diri dengan perilaku menyontek? Berdasarkan rumusan masalah tersebut peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul: Hubungan Antara Efikasi Diri Dengan Perilaku Menyontek Pada Siwa SMK PGRI Surakarta. B. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara efikasi diri dengan perilaku menyontek. C. Manfaat Penelitian Diharapkan hasil penelitian ini dapat bermanfaat untuk : Manfaat secara praktis : a. Bagi Guru Diharapkan dari penelitian ini guru akan lebih memahami dan memperhatikan perkembangan anak didiknya agar perilaku menyontek siswa dapat ditanggulangi dengan meningkatkan pengawasan guru. b. Bagi siswa Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang pentingnya efikasi diri bagi siswa dalam memahami dan menyikapi setiap

6 tanggung jawabnya sebagai seorang pelajar, sehingga siswa dapat lebih berprestasi.pimpinan SMK PGRI 1 Surakarta dalam mencegah perilaku menyontek pada siswa. c. Bagi peneliti Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai sumbangan referensi untuk penelitian selanjutnya, khususnya dalam bidang psikologi pendidikan.