BAB I PENDAHULUAN. dunia, hal ini didukung dengan kemajuan di bidang teknologi dan komunikasi.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. tahun-tahun terakhir ini, dimana dampaknya sangat jelas terlihat di segala bidang

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan kepada publik atau sering dikenal dengan go public di pasar modal.

BAB I PENDAHULUAN. initial return dari hasil kegiatan tersebut (Handayani, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. pendanaan yang bisa dilakukan oleh perusahaan adalah menjual saham

BAB I PENDAHULUAN. umumnya dilakukan dengan menjual saham perusahaan kepada publik atau yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. pendanaan dari luar perusahaan adalah melalui mekanisme penyertaan yang

BAB I PENDAHULUAN. di pasar modal atau disebut juga dengan go public. Adapun tujuan perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. usahanya adalah dengan cara melakukan go public. Dana yang diperoleh dalam go

BAB I. memenuhi kebutuhan dana yang cukup besar tersebut, seringkali dana yang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. tambahan dana dalam rangka mengembangkan usahanya yang sedang berkembang

BAB I PENDAHULUAN. Penawaran umum saham perdana dikenal dengan istilah Initial Public

Pengaruh Ukuran Perusahaan dan Return On Assets (ROA) Terhadap Tingkat Underpricing Saham pada Penawaran Saham Perdana di Bursa Efek Indonesia (BEI)

BAB I PENDAHULUAN. sehingga kebutuhan modal suatu perusahaan akan semakin meningkat, hal ini

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada umumnya setiap perusahaan mempunyai keinginan untuk

BAB I PENDAHULUAN. kelangsungan hidup perusahaan (going concern). Untuk mencapai tujuan tersebut,

BAB I PENDAHULUAN. memperjualbelikan sekuritas, atau secara formal pasar modal dapat juga

BAB I PENDAHULUAN. untuk dunia usaha dan investasi untuk investor. Setiap perusahaan tentu memiliki

BAB I PENDAHULUAN. kelangsungan hidup perusahaan (going concern). Untuk mencapai tujuan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Judul : Pengaruh Variabel Keuangan, Non Keuangan dan Ekonomi Makro terhadap Underpricing

BAB 1 PENDAHULUAN UKDW. atau saham baru perusahaan kepada publik atau go public.

BAB I PENDAHULUAN. modal semakin besar seiring dengan perkembangan perusahaan. Perusahaan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. membayar hutang dan modal kerja (Porman, 2013:59). Underpricing terjadinya

BAB I PENDAHULUAN. mengapa perusahaan memutuskan go public adalah: (1) pendiri perusahaan ingin

BAB I PENDAHULUAN. persaingan usaha yang semakin ketat. Salah satu kendala yang kerap kali dihadapi

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki era globalisasi seperti sekarang ini, perusahaan-perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. keuntungan sebesar-besarnya. Untuk mencapai tujuan tersebut, salah satu cara

BAB I PENDAHULUAN. dapat dilakukan dengan melakukan ekspansi. Seiring dengan ekspansi yang

BAB I PENDAHULUAN. memutuskan untuk go public untuk yang pertama kalinya, saham dilepas terlebih

Repositori STIE Ekuitas

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan maka kewajiban akan pendanaan juga semakin besar jumlahnya. Hal

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan yaitu, melalui penambahan jumlah kepemilikan saham dengan

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal merupakan salah satu sumber pendanaan selain sumber-sumber. Banyaknya perusahaan yang telah memutuskan go public akan

BAB I PENDAHULUAN. beberapa proses terlebih dahulu. Transaksi pertama yang dilakukan perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. untuk memperoleh modal tersebut adalah dengan melakukan go public. Go public

BAB 1 PENDAHULUAN. perusahaan pada umumnya melakukan usaha pendanaan untuk memenuhi kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. Adler Haymans, (2013:2) bahwa sumber pendanaan perusahaan. pemegang saham lama atau kepada publik. Namun perusahaan lebih sering

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. diobservasi untuk dipakai sebagai penetapan. Ada 2 meode untuk

BAB I PENDAHULUAN. underpricing tidak menguntungkan bagi perusahaan yang melakukan go public, pihak menguntungkan para investor (Johnson,2011).

BAB I PENDAHULUAN. (private) menjadi perusahaan publik atau sering dikenal dengan istilah go public

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan adalah dengan menjual saham ke masyarakat umum melalui pasar

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan usaha untuk mencari sumber tambahan dari eksternal, termasuk

BAB I PENDAHULUAN. meningkat. Banyak perusahaan yang membutuhkan dana besar untuk

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan tersebut telah melakukan proses initial public offering (IPO). Yang

BAB I PENDAHULUAN. penawaran saham ataupun surat utang di pasar modal. Penawaran saham dapat

BAB I PENDAHULUAN. menguntungkan dalam jangka pendek maupun jangka panjang.

PENGARUH VARIABEL-VARIABEL KEUANGAN DAN SIGNALING TERHADAP PENENTUAN HARGA PASAR SAHAM PADA PERUSAHAAN YANG MELAKUKAN IPO DI BURSA EFEK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. terdaftar di BEI sekitar 500 perusahaan, hal ini tidak lepas dari upaya

PENGARUH VARIABEL-VARIABEL KEUANGAN TERHADAP HARGA PASAR SAHAM SETELAH INITIAL PUBLIC OFFERING (IPO) DI BURSA EFEK JAKARTA PERIODESASI

BAB I PENDAHULUAN. Efek) saham perusahaan yang akan go public terlebih dahulu dijual di pasar

BAB I PENDAHULUAN. menuntut perusahaan untuk berkembang dan berinovasi guna berjalannya kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. dan membuat inovasi-inovasi baru di dalam menghadapi persaingan usaha.

BAB I PENDAHULUAN. iklim persaingan semakin ketat sehingga setiap perusahaan akan memiliki

BAB 1 PENDAHULUAN. perusahaan memerlukan modal yang jumlahnya cukup besar.

harga, yaitu penentuan harga saham saat IPO secara signifikan lebih rendah

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan perusahaan, permasalahan yang dihadapi

BAB I PENDAHULUAN. Aktivitas penawaran saham perdana atau IPO (Initial Public Offerings)

BAB I PENDAHULUAN. teknologi dan komunikasi menyebabkan iklim persaingan usaha menjadi semakin

Abstrak. Kata kunci : Underpricing, Reputasi Auditor, Size, Return on Assets, Financial Leverage

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah Initial public offering (IPO), dapat juga disebut dengan istilah go public, adalah

perusahaan emiten dan underwriter (penjamin emisis efek). Sedangkan untuk

BAB I PENDAHULUAN. tersebut. Ada beberapa alternatif yang bisa dilakukan perusahaan dalam

BAB I PENDAHULUAN. Initial Public Offering ) untuk pertama kalinya terjadi di pasar perdana (

1 BAB I PENDAHULUAN. pihak yang memiliki kelebihan dana dengan pihak yang kekurangan dana

BAB I PENDAHULUAN. bersaing secara kompetitif untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya. mewujudkannya dengan kebutuhan dana yang semakin besar pula.

BAB I PENDAHULUAN. kompetitornya, baik pada pasar dalam negeri maupun pasar luar negeri. Salah satu

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI UNDERPRICING PADA PENAWARAN SAHAM PERDANA DI BURSA EFEK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. dengan go public. Dalam proses go public, sebelum diperdagangkan di pasar

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT UNDERPRICING SAHAM PERDANA PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI BURSA EFEK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. akan dapat meningkatkan posisi keuangan perusahan disamping untuk. Perusahaan melakukan penjualan saham ataupun mengeluarkan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menjual surat berharganya di pasar modal. Dapat dikatakan bahwa pasar

BAB I PENDAHULUAN. sehingga menciptakan persaingan yang semakin ketat. Persaingan perusahaan

PERBANDINGAN UNDERPRICING PADA PENAWARAN SAHAM PERDANA PERUSAHAAN KEUANGAN DAN NON-KEUANGAN DI BURSA EFEK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN UKDW. yang semakin banyak ditempuh perusahaan dalam rangka pendanaan usaha.

BAB I PENDAHULUAN. usahanya dan meningkatkan skala perusahaan, maka perusahaan perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. Beredarnya saham perusahaan ditangan publik atau masyarakat menyebabkan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Jeff Madura (2007)

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan diharuskan tetap bugar untuk bertahan dalam menjalankan ekspansi

Disusun oleh : Karina Dewi Puspitasari B

BAB I PENDAHULUAN. Perusahan sebagai suati entitas bisnis bertujuan memaksimalkan nilai perusahaan dan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Fenomena underpricing dikemukakan Alteza (2010), yaitu signaling

BAB I PENDAHULUAN. salah satu penyedia sumber pendanaan selain perbankkan. Dana yang

BAB I PENDAHULUAN. Jogiyanto (1998) dan Anggarwal et al. (2001) mengemukakan bahwa salah satu

PENGARUH INFORMASI AKUNTANSI PROSPEKTUS IPO TERHADAP TINGKAT UNDERPRICED DI BURSA EFEK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Suatu perusahaan dalam melakukan transformasi bisnis dari suatu entitas

BAB I PENDAHULUAN. Tajamnya kompetisi dan luasnya skala persaingan didukung oleh

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan untuk menarik investor dari luar dalam hal pendanaan tersebut.

SKRIPSI. Diajukan oleh; H A R I A N T O /FE/EM FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN JAWA TIMUR 2013

BAB I PENDAHULUAN UKDW. dan penerimaan devisa. Di Negara yang sedang berkembang usaha yang

BAB I PENDAHULUAN. menjadi sebesar $878 juta. Keadaan ekonomi yang baik ini dapat. persaingan pasar yang semakin kompetitif. Kinerja perusahaan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pasar modal dapat dijadikan salah satu alternatif bagi perusahaan untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. Ketiga, menambah saham lewat dividen yang tidak dibagi (dividend reinvestment

BAB I PENDAHULUAN. diantaranya melakukan ekspansi. Untuk memenuhi kebutuhan ekspansi diperlukan suatu

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal dalam bentuk konkrit berupa Bursa Efek (securities / stock

BAB I PENDAHULUAN. berfungsi sebagai lembaga perantara (intermediasi). Fungsi ini menunjukkan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini perkembangan terjadi secara dinamis di segala bidang. Perkembangan tersebut terasa sangat berdampak pada bidang perekonomian dunia, hal ini didukung dengan kemajuan di bidang teknologi dan komunikasi. Sejalan dengan perkembangan tersebut, semakin meningkat pula upaya berbagai perusahaan untuk mengembangkan usahannya agar dapat bertahan menghadapi persaingan global. Kebutuhan tambahan modal semakin bertambah seiring dengan perkembangan perusahaan. Hal ini menuntut manajemen untuk memilih apakah tambahan modal akan dilakukan dengan cara hutang atau dengan menambah jumlah kepemilikan saham dengan penerbitan saham baru. Penerbitan saham bukan hanya menarik bagi perusahaan guna mendapatkan dana, di sisi lain, kegiatan tersebut juga menarik bagi investor untuk menanamkan modalnya dengan membeli sejumlah efek dengan harapan mendapatkan keuntungan (initial return) dari hasil pembelian efek tersebut. Peningkatan jumlah perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia mengakibatkan peningkatan jumlah saham di pasar modal sehingga investor dapat memilih saham yang akan dibelinya. Keadaan tersebut tentu memerlukan strategi tertentu untuk membeli saham yang sekiranya dapat dijadikan pilihan dalam berinvestasi dan dapat memberikan keuntungan. 1

Kegiatan perusahaan untuk menjual sebagian sahamnya kepada masyarakat luas tertermasuk investor melalui pasar modal disebut dengan penawaran umum (Go Public), perusahaan penerbit saham disebut emiten atau investee dan pembeli saham disebut investor. Penjualan saham oleh perusahaan yang dilakukan untuk pertama kali disebut sebagai Initial Public Offering (IPO) atau penawaran umum perdana. Istilah go public (penawaran umum) tidak lain adalah istilah hukum yang ditunjukkan bagi kegiatan suatu emiten dan akhirnya menjual efek-efek yang diterbitkannya, baik dalam bentuk saham, obligasi atau efek-efek lainnya. Berikut penawaran umum perdana perusahaan pada tahun 2011-2015, seperti yang terlihat pada Tabel 1.1 : Tabel 1.1 Perusahaan yang Melakukan Initial Public Offering Tahun 2011-2015 Tahun Jumlah Perusahaan IPO 2011 26 2012 22 2013 30 2014 24 2015 16 Total 118 Sumber: www.idx.co.id Berdasarkan Tabel 1.1 dapat dilihat, bahwa ada fluktuasi jumlah perusahaan yang melakukan initial public offering. Adanya kondisi seperti ini menunjukkan bahwa setiap tahun ada perusahaan yang terus berkembang, karena dengan melakukan penawaran perdana perusahaan mendapatkan tambahan dana agar dapat melakukan perluasan (ekspansi) usahanya. Menurut Handayani (2008), transaksi penawaran umum perdana atau IPO dilakukan oleh emiten (perusahaan go public) untuk pertama kalinya dilaksanakan 2

di pasar perdana (primary market) dengan tujuan agar perusahaan mendapatkan dana sebesar saham yang ditawarkan, kemudian diperjualbelikan di pasar sekunder (secondary market) yang bertujuan untuk menyelenggarakan perdagangan saham yang sudah ada di tangan investor, sehingga investor yang ingin menjual atau membeli sejumlah saham terlaksana. Perusahaan emiten mengharapkan melalui kegiatan IPO prospek perusahaan akan membaik karena ekspansi yang akan dilakukan dan membaiknya prospek perusahaan akan membuat harga saham yang ditawarkan menjadi lebih tinggi. Selain itu, melalui kegiatan go public dapat menaikkan modal perusahaan serta menciptakan suatu pasar publik di mana pendiri dan pemegang saham lain mengkonversi sebagian besar saham mereka dalam bentuk tunai dengan segera pada suatu saat di masa depan dan juga meningkatkan publikasi yang memainkan peran pelengkap bagi sebagian besar perusahaan. Suyatmin dan Sujadi (2006) dalam jurnal menyatakan, permasalahan yang dihadapi perusahaan ketika melakukan penawaran saham perdana di pasar modal adalah penentuan besarnya harga penawaran perdana. Di satu pihak perusahaan ingin menetapkan harga jual tinggi agar memperoleh penerimaan dari hasil penawaran (proceeds) yang tinggi pula. Di sisi lain, harga saham yang mahal mempengaruhi niat investor untuk membeli saham tersebut, dan mahalnya harga saham mengakibatkan saham yang ditawarkan menjadi kurang menarik karena investor ingin mendapatkan initial return dari selisih antara harga saham di pasar sekunder dengan pembelian saham di pasar perdana tersebut, sehingga kondisi ini tidak menguntungkan bagi emiten, karena emiten telah mengorbankan return 3

yang seharusnya didapat. Adanya initial return mengindikasikan terjadi fenomena underpricing di pasar perdana. Apabila harga saham pada pasar perdana lebih rendah dibandingkan dengan harga saham pada pasar sekunder pada hari pertama, maka akan terjadi fenomena harga rendah di penawaran perdana yang disebut underpricing. Underpricing harga saham tergantung dari permintaan dan penawaran pada hari pertama saham tersebut ditransaksikan di bursa. Harga yang digunakan bisa menggunakan offering price (Harga IPO) atau closing price pada transaksi hari pertama di pasar sekunder. Bila harga yang ditawarkan ke publik pada pasar perdana adalah sebesar Rp. 395 per saham dan pada hari pertama saham tersebut ditransaksikan dengan harga penutupan sebesar Rp. 550 per saham maka harga saham ini dianggap underpricing. Artinya, harga wajar perusahaan adalah harga permintaan dan penawaran sebesar Rp. 550. Menurut Beatty (1989), kondisi underpricing menimbulkan dampak yang berbeda bagi perusahaan dan investor. Perusahaan akan tidak diuntungkan apabila terjadi underpricing karena dana yang diperoleh dari go public tidak maksimum. Sedangkan bila terjadi overpricing, investor yang akan merugi karena tidak menerima initial return yaitu keutungan yang diperoleh pemegang saham karena perbedaan harga saham yang dibeli di pasar perdana saat IPO dengan harga jual yang bersangkutan di hari pertama di pasar sekunder. Berikut ini perhitungan 5 (lima) data perusahaan yang mengalami underpricing dari 64 sampel yang digunakan pada tahun 2011 sampai 2015: 4

No Tabel 1.2 Data Underpricing, Total Assets, Current Ratio (CR), Financial Leverage (DAR) dan ROE Pada 5 (lima) Perusahaan yang Underpriced Tahun 2011-2015 Nama Perusahaan Harga IPO (Rp) Closing Price (Rp) Total Assets (Rp) CR (%) DAR (%) ROE (%) 1 PT. Sejahtera Anugrah 120 200 864.069.041.042 0,717 24,84 0,724 Jaya Tbk 2 PT. Tri Banyan Tirta 210 315 213.200.517.834 214,3 41,8 8,56 Tbk 3 PT. Bank Mitra Niaga 180 305 1.285.156.786.339 7,25 87,56 2,12 Tbk 4 PT. Asuransi Mitra 270 405 515.520.125.346 633,11 60,83 11,96 Maparya Tbk 5 PT. Dua Putra Utama Makmur Tbk 555 825 1.575.467.891.720 4,99 21,36 6,44 Sumber: www.yahoofinance.com Pada Tabel 1.2 dapat dilihat kondisi underpricing yang terjadi pada 5 (lima) perusahaan yang underpriced pada tahun 2011-2015 di mana harga IPO yang ditawarkan pada hari pertama di pasar perdana lebih redah dari harga penutupan (closing price) saham pada saat hari pertama diperdagangkan di pasar sekunder. Investor yang membeli saham pada IPO selalu menginginkan harga sahamnya mengalami peningkatan di pasar sekunder terutama pada hari pertama agar investor memperoleh pengembalian saham. Tingkat pengembalian saham pada hari pertama dikenal dengan pengembalian awal (initial return). Namun karena kondisi underpricing yang terjadi pada pasar modal di Indonesia, seperti terlihat pada Tabel 1.2, sudah tentu dapat merugikan perusahaan yang go public, karena dana yang diperoleh dari publik tidak maksimal. 5

Yolana dan Martani (2005) menjelaskan bahwa underpricing adalah adanya selisih positif antara harga saham di pasar sekunder dengan harga saham di pasar perdana atau saat IPO. Selisih harga inilah yang dikenal sebagai initial return (IR) atau return positif bagi investor. Underpricing adalah fenomena yang umum dan serig di pasar modal manapun saat emiten melakukan IPO. Terjadinya kondisi ini pada umumnya disebabkan oleh berbagai faktor baik melalui rasio keuangan (CR, DAR, ROE) ataupun non-keuangan (harga saham, total aktiva yang dimiliki, dan lain-lain) seperti pada Tabel 1.2. Fenomena underpricing terjadi karena adanya beberapa faktor, yang pertama underpricing yang sengaja dilakukan untuk menarik investor di pasar perdana. Selain itu, untuk memberikan keuntungan kepada underwriter, dan faktor selanjutnya adalah karena adanya informasi asimetri. Informasi asimetri bisa terjadi antara emiten dan penjamin emisi maupun antar investor. Untuk mengurangi adanya informasi asimetri maka dilakukanlah penerbitan prospektus oleh perusahaan. Prospektus membuat rincian informasi serta fakta material tentang penawaran umum emiten baik berupa informasi yang sifatnya keuangan maupun non keuangan (Suyatmin dan Sujadi, 2006). Banyaknya riset-riset terdahulu mengenai tingkat underpricing terhadap perusahaan-perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia maupun bursa efek luar negeri menunjukkan bahwa penelitian mengenai tingkat underpricing merupakan hal yang menarik pagi peneliti keuangan untuk mengevaluasi secara empiris perilaku-perilaku investor dalam pembuatan kepustusan investasi di pasar modal. Dalam penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti-peneliti terdahulu 6

tersebut, tingkat underpricing dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor dan dari penelitian-penelitian tersebut ditemukan perbedaan hipotesis pada beberapa variabel, diantaranya ukuran perusahaan, financial leverage dan profitabilitas perusahaan (ROE). Berdasarkan pada teori signaling, untuk mengatasi penilaian yang rendah terhadap harga saham, maka perusahaan yang berkualitas dapat memberikan sinyal bagi investor untuk menunjukkan bahwa perusahaan tersebut memiliki kualitas yang baik. Semakin tinggi current ratio suatu perusahaan berarti semakin kecil risiko kegagalan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Hal ini menjadikan risiko yang ditanggung pemegang saham juga semakin kecil. Seakan mematahkan teori signaling, penelitian dari Hapsari dan Mahfud (2012) menemukan bahwa current ratio tidak memiliki efek yang signifikan terhadap underpricing. Faktor ukuran perusahaan (firm size) merupakan salah satu faktor yang berperan penting dalam membantu meyakinkan investor dalam menilai harga saham sehingga kemungkinan terjadinya underpricing dapat diminimalisir. Hal ini juga diteliti oleh Islam, et al, (2010), Yolana dan Martani (2005), Hapsari dan Mahfud (2012) menemukan bahwa menemukan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh signifikan positif terhadap underpricing. Sedangkan Wulandari (2011) menemukan bahwa faktor ukuran perusahaan berpengaruh secara negatif terhadap underpricing Faktor financial leverage juga menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi seperti penelitian yang dilakukan oleh Isfattun dan Hatta (2010), 7

Wulandari (2011) yang menyatakan bahwa financial leverage berpengaruh positif signifikan terhadap tingkat underpricing. Namun berdasarkan hasil penelitian dari Junaeni dan Agustian (2013) ditemukan bahwa secara parsial, financial leverage tidak mempengaruhi tingkat underpricing. Selain faktor-faktor sebelumnya, faktor profitabilitas perusahaan (ROE) juga menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi tingkat undepricing. Penelitian Yolana dan Martani (2005), Hapsari Mahfud (2012) menemukan bahwa faktor ROE berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap tingkat underpricing. Penelitian oleh Isfattun dan Hatta (2010) menemukan hasil lain mengenai faktor ROE. Mereka menemukan bahwa ROE tidak berpengaruh signifikan terhadap initial return. Ketidakkonsistenan hasil penelitian terdahulu membuat penelitian mengenai underpricing masih dianggap sebuah masalah yang menarik untuk diteliti. Berangkat dari permasalahan tersebut maka penulis tertarik untuk meneliti lebih lanjut mengenai faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi tingkat underpricing saham, terkhusus pada perusahaan yang melakukan penawaran umum perdana di Bursa Efek Indonesia dengan periode waktu penelitian yang digunakan adalah tahun 2011-2015. Berdasarkan uraian di atas dan latar belakang yang telah dikemukakan, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan menggunakan judul: Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tingkat Underpricing Pada Perusahaan yang Melakukan Initial Public Offering di Bursa Efek Indonesia. 8

1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, maka permasalahan yang akan dibahas pada penelitian ini adalah Apakah current ratio, ukuran perusahaan (firm size), financial leverage dan profitabilitas perusahaan (ROE) secara simultan dan parsial berpengaruh signifikan terhadap tingkat underpricing saham pada saat perusahaan melakukan Initial Public Offering (IPO) di Bursa Efek Indonesia (BEI)? 1.3 Tujuan Penelitian Sehubungan dengan masalah tersebut, maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh dari current ratio, ukuran perusahaan (firm size), financial leverage dan profitabilitas perusahaan (ROE) secara simultan dan parsial berpengaruh siginifikan terhadap tingkat underpricing saham pada saat perusahaan melakukan Initial Public Offering (IPO) di Bursa Efek Indonesia (BEI). 1.4 Manfaat Penelitian Dengan adanya hasil penelitian ini, diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut: 1. Bagi Peneliti Sebagai menambah dan memperdalam ilmu pengetahuan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat underpricing pada perusahaan yang melakukan Initial Public Offering di Bursa Efek Indonesia. 9

2. Bagi Akademisi Sebagai sumber referensi dan informasi untuk memungkinkan penelitian selanjutnya mengenai topik ini serta dapat memberikan wawasan dan pengetahuan yang lebih mendalam, khususnya mengenai tingkat underpricing pada penwaran saham perdana perusahaan di Bursa Efek Indonesia. 3. Bagi Investor atau Calon Investor Sebagai sumber informasi dalam membuat suatu strategi investasi di pasar modal serta untuk pengambilan keputusan investasi. 4. Bagi Perusahaan (Emiten) Diharapkan dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan mengenai faktorfaktor yang mempengaruhi underpricing saham, yang mendukung demi keberhasilan melakukan IPO. 10