2017, No Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 12, Tambahan Le

dokumen-dokumen yang mirip
2018, No Indonesia Tahun 2009 Nomor 12, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4967); 3. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2011 tentang P

2016, No Indonesia Tahun 2009 Nomor 12, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4967); 2. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2011 tentang Pe

PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2017 TENTANG REHABILITASI SOSIAL RUMAH TIDAK LAYAK HUNI DAN SARANA PRASARANA LINGKUNGAN

2 Indonesia Tahun 2002 Nomor 109, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4235) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 35 Tahun

2017, No Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2011 tentang Penanganan Fakir Miskin (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 83, Tambahan L

2017, No Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 12, Tambahan Le

2017, No Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2011 tentang Pengesahan Convention on the Rights of Persons with Disabilities (Konvensi Mengenai Hak-H

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA,

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

- 1 - PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2017 TENTANG PENERBITAN KARTU PENYANDANG DISABILITAS

2018, No Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Le

2015, No Peraturan Menteri Sosial tentang Rencana Program, Kegiatan, Anggaran, Dekonsentrasi, dan Tugas Pembantuan Lingkup Kementerian Sosial

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 12,

2016, No Peraturan Presiden Nomor 46 Tahun 2015 tentang Kementerian Sosial (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 86); 5. Per

PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2017 TENTANG LEMBAGA KONSULTASI KESEJAHTERAAN KELUARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2016, No Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2016 tentang Perangkat Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 114, Tambah

2017, No Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 12, Tambahan Le

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG PROGRAM ASISTENSI SOSIAL LANJUT USIA TELANTAR

2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan : 1. Pengumpulan sumbangan masyarakat adalah penghimpunan dan/atau

PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2016 TENTANG MEKANISME PENGGUNAAN DATA TERPADU PROGRAM PENANGANAN FAKIR MISKIN

2018, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 201

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tam

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PENGUMPULAN DAN PENGGUNAAN

2017, No Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Kesejahteraan Sosial (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 201

2017, No Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 112, Tambahan Lemba

2 2. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara R

PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2013 TENTANG PEMBERDAYAAN KARANG TARUNA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 176 TAHUN 2011 TENTANG

- 1 - PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2015 TENTANG

2017, No Negara Republik Indonesia Nomor 4916); 2. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Ind

2015, No Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Le

2017, No Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4400); 4. Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Aku

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA,

2016, No Indonesia Tahun 2009 Nomor 12, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4967); 3. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2012 tentang Pen

PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 06 TAHUN 2012 TENTANG PENGHARGAAN KESEJAHTERAAN SOSIAL LANJUT USIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2018 TENTANG KECAMATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

2017, No Indonesia Tahun 2011 Nomor 83, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5235); 4. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL DESA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2018, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan

MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2013 TENTANG TENAGA KESEJAHTERAAN SOSIAL KECAMATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2016 TENTANG MEKANISME PENGGUNAAN DATA TERPADU PROGRAM PENANGANAN FAKIR MISKIN

2018, No Menteri Dalam Negeri tentang Kewaspadaan Dini di Daerah; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara (

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2017 TENTANG PENYALURAN BANTUAN SOSIAL SECARA NON TUNAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2015, No Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Ind

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 186 TAHUN 2014 TENTANG PEMBERDAYAAN SOSIAL TERHADAP KOMUNITAS ADAT TERPENCIL

PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2013 TENTANG LEMBAGA KONSULTASI KESEJAHTERAAN KELUARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2017, No Indonesia Tahun 2011 Nomor 83, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5235); 3. Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2015 tent

PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA TENTANG STANDAR REHABILITASI SOSIAL PENYANDANG DISABILITAS OLEH LEMBAGA DI BIDANG KESEJAHTERAAN SOSIAL

2018, No Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438); 4.

2017, No MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN PRESIDEN TENTANG KEBIJAKAN DAN STRATEGI NASIONAL PENGELOLAAN SAMPAH RUMAH TANGGA DAN SAMPAH SEJENIS

2017, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Presiden ini yang dimaksud dengan: 1. Bantuan Sosial adalah bantuan berupa uang, barang,

2018, No d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b dan huruf c, perlu menetapkan Peraturan Menteri Pekerjaan

2017, No Perekonomian selaku Ketua Pengarah Tim Koordinasi Nasional Pengelolaan Ekosistem Mangrove Nasional; c. bahwa berdasarkan pertimbanga

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2016, No Peraturan Presiden Nomor 25 Tahun 2016 tentang Pemberian Kompensasi Kepada Warga Negara Indonesia Bekas Warga Provinsi Timor Timur

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 09 TAHUN 2012 TENTANG PEMBERDAYAAN KOMUNITAS ADAT TERPENCIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2017, No Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indo

PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 03 TAHUN 2013 TENTANG TENAGA KESEJAHTERAAN SOSIAL KECAMATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2016, No Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan L

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2017 TENTANG PENYALURAN BANTUAN SOSIAL SECARA NON TUNAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2017, No Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2013 tentang Tata Cara Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (Lembaran Negara Repu

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

2016, No Undang Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional; 4. Undang Undang Nomor 40 Tahun 2009 tentang Kepemudaan (Lem

BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR

PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2012 TENTANG TARUNA SIAGA BENCANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2017, No Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG PENANGANAN FAKIR MISKIN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

2017, No Transfer ke Daerah dan Dana Desa, persetujuan atas pembagian Dana Bagi Hasil Cukai Hasil Tembakau untuk provinsi/kabupaten/kota yang d

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.84/MENLHK-SETJEN/KUM.1/11/2016 TENTANG PROGRAM KAMPUNG IKLIM

PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG STANDAR REHABILITASI SOSIAL DENGAN PENDEKATAN PROFESI PEKERJAAN SOSIAL

2016, No provinsi/kabupaten/kota ditetapkan dengan Peraturan Menteri Keuangan; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam hur

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2016, No mengalihkan Pegawai Negeri Sipil Daerah Provinsi dan Daerah Kabupaten/Kota menjadi Pegawai Negeri Sipil Kementerian Kelautan dan Peri

2017, No Pengelolaan Belanja Lainnya (BA ) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 70/PMK.02/2016 tentang Peruba

2017, No Pendekatan Wilayah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 157, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5449);

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA,

MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2012 TENTANG

2017, No Indonesia Tahun 2008 Nomor 166, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4916); 3. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2009 tentang

Peraturan Presiden Nomor 63 Tahun 2017: Penyaluran Bantuan Sosial Secara Non Tunai

2016, No Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2015 tentang Organisasi Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 8

2016, No Guru dan Tenaga Kependidikan Menjadi Pegawai Negeri Sipil Daerah Provinsi; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Si

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG PENANGANAN FAKIR MISKIN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

2017, No Nomor 112); 3. Peraturan Presiden Nomor 66 Tahun 2015 tentang Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indone

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2017, No Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 64, Tambahan Lembaran Nega

2017, No , Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5948) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2017 tentang

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG PENANGANAN FAKIR MISKIN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Transkripsi:

No.940, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENSOS. Program Keluarga Harapan. PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2017 TENTANG PROGRAM KELUARGA HARAPAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk perbaikan aksesibilitas terhadap layanan kesehatan, pendidikan, dan kesejahteraan sosial guna meningkatkan kualitas hidup keluarga miskin dan rentan diperlukan program perlindungan sosial yang terencana, terarah, dan berkelanjutan; b. bahwa untuk mewujudkan program perlindungan sosial yang terencana, terarah, dan berkelanjutan, perlu menetapkan program keluarga harapan sebagai bantuan sosial bersyarat bertujuan mengurangi beban pengeluaran dan meningkatkan pendapatan keluarga miskin dan rentan sebagai salah satu upaya mengurangi kemiskinan dan kesenjangan; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Sosial tentang Program Keluarga Harapan; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 150, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4456);

2017, No.940-2- 2. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 12, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4967); 3. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2011 tentang Penanganan Fakir Miskin (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 83, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5235); 4. Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Kesejahteraan Sosial (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5294); 5. Peraturan Pemerintah Nomor 63 Tahun 2013 tentang Pelaksanaan Upaya Penanganan Fakir Miskin Melalui Pendekatan Wilayah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 157, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5449); 6. Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2015 tentang Organisasi Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 8); 7. Peraturan Presiden Nomor 46 Tahun 2015 tentang Kementerian Sosial (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 86); 8. Peraturan Menteri Sosial Nomor 20 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Sosial (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 1845); 9. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 254/PMK.05/2015 tentang Belanja Bantuan Sosial pada Kementerian Negara/Lembaga sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 228/PMK.05/2016 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 254/PMK.05/2015 tentang Belanja Bantuan Sosial pada Kementerian Negara/Lembaga (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 2147); 10. Peraturan Menteri Sosial Nomor 10 Tahun 2016 tentang Mekanisme Penggunaan Data Terpadu Program

-3-2017, No.940 Penanganan Fakir Miskin (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 705); MEMUTUSKAN : Menetapkan: PERATURAN MENTERI SOSIAL TENTANG PROGRAM KELUARGA HARAPAN. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan: 1. Program Keluarga Harapan yang selanjutnya disingkat PKH adalah program pemberian bantuan sosial bersyarat kepada keluarga miskin dan rentan yang terdaftar dalam data terpadu penanganan fakir miskin, diolah oleh Pusat Data dan Informasi Kesejahteraan Sosial dan ditetapkan sebagai keluarga penerima manfaat PKH. 2. PKH Akses adalah program pemberian bantuan sosial dengan pengkondisian secara khusus untuk meningkatkan aksesibilitas keluarga miskin dan rentan terhadap layanan sosial dasar yang berada di wilayah sulit dijangkau. 3. Keluarga Penerima Pelayanan yang selanjutnya disebut Keluarga Penerima Manfaat adalah keluarga penerima bantuan sosial PKH yang telah memenuhi syarat dan ditetapkan dalam keputusan. 4. Bantuan Sosial PKH adalah bantuan berupa uang, barang, atau jasa kepada seseorang, keluarga, kelompok atau masyarakat miskin, tidak mampu, dan/atau rentan terhadap risiko sosial. 5. Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang sosial.

2017, No.940-4- Pasal 2 PKH bertujuan: a. untuk meningkatkan taraf hidup Keluarga Penerima Manfaat melalui akses layanan pendidikan, kesehatan, dan kesejahteraan sosial; b. mengurangi beban pengeluaran dan meningkatkan pendapatan keluarga miskin dan rentan; c. menciptakan perubahan perilaku dan kemandirian Keluarga Penerima Manfaat dalam mengakses layanan kesehatan dan pendidikan serta kesejahteraan sosial; dan d. mengurangi kemiskinan dan kesenjangan. Pasal 3 Sasaran PKH merupakan keluarga miskin dan rentan yang terdaftar dalam data terpadu program penanganan fakir miskin yang memiliki komponen kesehatan, pendidikan, dan kesejahteran sosial. Pasal 4 (1) Sasaran PKH Akses merupakan keluarga miskin dan rentan di wilayah PKH Akses yang diusulkan oleh pemerintah daerah bersama dengan tokoh masyarakat yang memiliki komponen kesehatan, pendidikan, dan kesejahteraan sosial. (2) Wilayah PKH Akses sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas: a. daerah tertinggal; b. daerah terpencil; dan c. pulau terluar. Pasal 5 (1) Kriteria komponen kesehatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 dan Pasal 4 meliputi: a. ibu hamil/menyusui; dan b. anak berusia 0 (nol) sampai dengan 6 (enam) tahun.

-5-2017, No.940 (2) Kriteria komponen pendidikan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 dan Pasal 4 meliputi: a. anak SD/MI atau sederajat; b. anak SMP/MTs atau sederajat; c. anak SMA/MA atau sederajat; dan d. anak usia 6 (enam) sampai dengan 21 (dua puluh satu) tahun yang belum menyelesaikan wajib belajar 12 (dua belas) tahun. (3) Kriteria komponen kesejahteraan sosial sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 dan Pasal 4 meliputi: a. lanjut usia diutamakan mulai dari 70 (tujuh puluh) tahun; dan b. penyandang disabilitas diutamakan penyandang disabilitas berat. BAB II HAK DAN KEWAJIBAN KELUARGA PENERIMA MANFAAT PKH Pasal 6 Keluarga Penerima Manfaat PKH berhak mendapatkan: a. Bantuan Sosial PKH; b. pendampingan sosial; c. pelayanan di fasilitas kesehatan, pendidikan, dan kesejahteraan sosial; dan d. program bantuan komplementer di bidang pangan, kesehatan, pendidikan, subsidi energi, ekonomi, perumahan, pemenuhan kebutuhan dasar lainnya. Pasal 7 (1) Keluarga Penerima Manfaat PKH berkewajiban: a. memeriksakan kesehatan pada fasilitas pelayanan kesehatan sesuai dengan protokol kesehatan bagi ibu hamil/menyusui dan anak berusia 0 (nol) sampai dengan 6 (enam) tahun; b. mengikuti kegiatan belajar dengan tingkat kehadiran paling sedikit 85% (delapan puluh lima persen) dari

2017, No.940-6- hari belajar efektif bagi anak usia sekolah wajib belajar 12 (dua belas) tahun; dan c. mengikuti kegiatan di bidang kesejahteraan sosial sesuai kebutuhan bagi keluarga yang memiliki komponen lanjut usia mulai dari 70 (tujuh puluh) tahun dan/atau penyandang disabilitas berat. (2) Keluarga Penerima Manfaat PKH Akses berkewajiban: a. memeriksakan kesehatan pada fasilitas pelayanan kesehatan khusus dan/atau petugas pelayanan kesehatan yang disetarakan sesuai dengan protokol kesehatan bagi ibu hamil/menyusui dan anak berusia 0 (nol) sampai dengan 6 (enam) tahun; b. mengikuti kegiatan belajar dengan fasilitas pendidikan khusus bagi anak usia sekolah wajib belajar 12 (dua belas) tahun; dan c. memberikan perawatan terhadap anggota keluarga lanjut usia mulai dari 70 (tujuh puluh) tahun dan/atau penyandang disabilitas berat. Pasal 8 Dalam hal Keluarga Penerima Manfaat yang tidak memenuhi kewajiban sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 dikenakan penangguhan atau penghentian Bantuan Sosial PKH. BAB III SUMBER DAYA MANUSIA Pasal 9 (1) Sumber daya manusia terdiri atas: a. tenaga ahli; b. koordinator wilayah; c. koordinator kabupaten/kota; d. pendamping sosial; dan e. operator. (2) Sumber daya manusia sebagaimana dimaksud pada ayat (1) direkrut, diseleksi, dan ditetapkan oleh direktur yang menangani pelaksanaan PKH.

-7-2017, No.940 (3) Penggunaan sumber daya manusia sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disesuaikan dengan kemampuan keuangan negara. Pasal 10 Tenaga ahli sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 huruf a bertugas membantu direktur yang menangani pelaksanaan PKH mulai dari perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pelaksanaan PKH. Pasal 11 Koordinator wilayah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 huruf b bertugas membantu kepala dinas/instansi sosial provinsi dalam mengoordinasikan sumber daya manusia PKH di tingkat daerah provinsi. Pasal 12 Koordinator kabupaten/kota sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 huruf c bertugas membantu kepala dinas/instansi sosial kabupaten/kota dalam dalam mengoordinasikan sumber daya manusia PKH di tingkat daerah kabupaten/kota. Pasal 13 Pendamping sosial sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 huruf d bertugas melaksanakan tugas pendampingan PKH di tingkat kecamatan. Pasal 14 Operator sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 huruf e bertugas mengumpulkan, memverifikasi, mengolah, dan mendistribusikan data PKH di tingkat pusat, daerah provinsi, dan daerah kabupaten/kota.

2017, No.940-8- BAB IV KEGIATAN Pasal 15 (1) Untuk mencapai tujuan PKH sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 dilakukan kegiatan: a. analisis dan perencanaan; b. koordinasi, komunikasi, informasi, dan edukasi; c. validasi dan terminasi; d. pemberian Bantuan Sosial PKH; e. pertemuan peningkatan kemampuan keluarga; f. fasilitasi dan pendampingan; g. penyediaan dan peningkatan kapasitas pendamping; h. pendayagunaan sumber daya; i. pemantauan dan evaluasi; dan j. ketatausahaan. (2) Ketentuan lebih lanjut mengenai kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dalam Peraturan Direktur Jenderal Perlindungan dan Jaminan Sosial. BAB V KELEMBAGAAN Pasal 16 (1) Dalam merumuskan kebijakan dan pengembangan program PKH dibentuk tim koordinasi nasional PKH. (2) Tim koordinasi nasional PKH sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas Pejabat Eselon I yang membidangi urusan pengentasan kemiskinan, pendidikan, kesehatan, anak, keluarga, disabilitas, lanjut usia, data, komunikasi, dan kementerian/lembaga terkait. (3) Tim koordinasi nasional PKH sebagaimana dimaksud pada ayat (2), ditetapkan dengan Keputusan Menteri. (4) Susunan keanggotaan tim koordinasi nasional PKH sebagaimana dimaksud pada ayat (3) diatur dalam

-9-2017, No.940 Keputusan Direktur Jenderal Perlindungan dan Jaminan Sosial. Pasal 17 Tim koordinasi nasional PKH sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 bertugas: a. melakukan kajian pelaksanaan, mekanisme, hasil audit, dan evaluasi; b. memberikan solusi atas permasalahan lintassektor; dan c. menyetujui perubahan pelaksanaan program. Pasal 18 (1) Dalam melaksanakan kegiatan PKH sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 dibentuk tim koordinasi teknis PKH. (2) Tim koordinasi teknis PKH sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas: a. tim koordinasi teknis PKH pusat; b. tim koordinasi teknis PKH daerah provinsi; dan c. tim koordinasi teknis PKH daerah kabupaten/kota. (3) Tim koordinasi teknis PKH pusat sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a terdiri atas pejabat eselon II wakil kementerian/lembaga terkait. (4) Tim koordinasi teknis PKH daerah provinsi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b terdiri atas pejabat eselon II dari satuan kerja perangkat daerah provinsi. (5) Tim koordinasi teknis PKH daerah kabupaten/kota sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf c terdiri atas pejabat eselon II dari satuan kerja perangkat daerah kabupaten/kota. (6) Tim koordinasi teknis PKH sebagaimana dimaksud pada ayat (2), ditetapkan dengan Keputusan Direktur Jenderal Perlindungan dan Jaminan Sosial. Pasal 19 Tim koordinasi teknis PKH pusat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 ayat (2) huruf a bertugas:

2017, No.940-10- a. mengkaji berbagai rencana operasional yang disiapkan oleh direktorat yang menangani pelaksanaan PKH; b. melakukan koordinasi lintassektor terkait agar tujuan PKH dapat berjalan baik; c. membentuk tim lintassektor yang terdiri atas perwakilan kementerian/lembaga terkait; d. tim lintassektor sebagaimana dimaksud pada huruf c bertugas menentukan sasaran Keluarga Penerima Manfaat PKH; dan e. melakukan pengawasan pelaksanaan PKH. Pasal 20 (1) Tim koordinasi teknis PKH daerah provinsi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 ayat (2) huruf b diketuai oleh kepala badan perencanaan dan pembangunan daerah provinsi dengan sekretaris kepala dinas/instansi sosial provinsi. (2) Tim koordinasi teknis PKH daerah provinsi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ditetapkan dengan Keputusan Gubernur. Pasal 21 Tim koordinasi teknis PKH daerah provinsi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20, bertugas: a. menyusun program dan rencana kegiatan PKH; b. memastikan komitmen penyediaan anggaran penyertaan kegiatan PKH; c. melakukan koordinasi dengan satuan kerja perangkat daerah terkait dan instansi/lembaga vertikal di provinsi; d. melakukan kegiatan pemantauan dan pengendalian kegiatan PKH; dan e. menyusun laporan pelaksanaan kegiatan PKH. Pasal 22 (1) Tim koordinasi teknis PKH daerah kabupaten/kota sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 ayat (2) huruf c diketuai oleh kepala badan perencanaan dan

-11-2017, No.940 pembangunan daerah kabupaten/kota dengan sekretaris kepala dinas/instansi sosial kabupaten/kota. (2) Tim koordinasi teknis PKH kabupaten/kota sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditetapkan dengan Keputusan Bupati/Wali kota. Pasal 23 Tim koordinasi teknis PKH daerah kabupaten/kota sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22, bertugas: a. menyusun program dan rencana kegiatan PKH daerah kabupaten/kota; b. komitmen penyediaan anggaran penyertaan kegiatan PKH; c. penyediaan fasilitas layanan pendidikan dan kesehatan; d. melakukan koordinasi dengan satuan kerja perangkat daerah terkait dan instansi/lembaga vertical di daerah kabupaten/kota; e. melakukan pemantauan dan pengendalian kegiatan PKH; f. menyelesaikan masalah yang timbul dalam pelaksanaan PKH di lapangan; dan g. menyusun dan menyampaikan laporan pelaksanaan kegiatan PKH kepada kepala daerah, pelaksana PKH provinsi, dan pelaksana PKH pusat. Pasal 24 (1) Pelaksana PKH pusat dilakukan oleh direktorat yang menangani pelaksanaan PKH pada Kementerian Sosial. (2) Pelaksana PKH pusat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan Keputusan Menteri Sosial. (3) Tugas pelaksana PKH pusat sebagaimana dimaksud pada ayat (1): a. melaksanakan seluruh kebijakan pelaksanaan PKH meliputi penetapan sasaran, validasi, terminasi, Bantuan Sosial PKH, kepesertaan, dan sumber daya; b. memastikan pelaksanaan PKH sesuai dengan rencana; c. menyelesaikan permasalahan dalam pelaksanaan PKH; d. membangun jejaring dan kemitraan dengan berbagai pihak untuk perluasan dan penyempurnaan program;

2017, No.940-12- e. melakukan pemantauan dan pengendalian kegiatan PKH; dan f. menyusun dan menyampaikan laporan pelaksanaan kegiatan PKH kepada Direktur Jenderal Perlindungan dan Jaminan Sosial. Pasal 25 (1) Pelaksana PKH daerah dilakukan oleh dinas/instansi sosial tingkat daerah provinsi dan daerah kabupaten/kota yang membidangi Bantuan Sosial PKH, perlindungan, dan jaminan sosial. (2) Pelaksana PKH daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas: a. pelaksana PKH daerah provinsi; b. pelaksana PKH daerah kabupaten/kota; dan c. pelaksana PKH kecamatan. (3) Pelaksana PKH daerah provinsi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a bertugas: a. bertanggung jawab dalam penyediaan informasi dan sosialisasi PKH di daerah kabupaten/kota; b. melakukan supervisi, pengawasan, dan pembinaan terhadap pelaksanaan PKH di daerah kabupaten/kota; c. memastikan pelaksanaan PKH sesuai dengan rencana; d. menyelesaikan permasalahan dalam pelaksanaan PKH; e. membangun jejaring dan kemitraan dengan berbagai pihak dalam pelaksanaan PKH; dan f. melaporkan secara berkala capaian pelaksanaan PKH di daerah kabupaten/kota kepada pelaksana pusat. (4) Pelaksana PKH daerah kabupaten/kota sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b bertugas: a. bertanggung jawab dalam penyediaan informasi dan sosialisasi PKH di kecamatan; b. melakukan supervisi, pengawasan, dan pembinaan terhadap pelaksanaan PKH di kecamatan; c. memastikan pelaksanaan PKH sesuai dengan rencana; d. menyelesaikan permasalahan dalam pelaksanaan PKH;

-13-2017, No.940 e. membangun jejaring dan kemitraan dengan berbagai pihak dalam pelaksanaan PKH; dan f. melaporkan pelaksanaan PKH daerah kabupaten/kota kepada pelaksana PKH pelaksana pusat dengan tembusan kepada pelaksana PKH daerah provinsi. (5) Pelaksana PKH kecamatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf c bertugas: a. bertanggung jawab dalam penyediaan informasi dan sosialisasi PKH di kelurahan/desa/nama lain; b. melakukan kegiatan pendampingan PKH di kelurahan/desa/nama lain; c. memastikan pelaksanaan PKH sesuai dengan rencana; d. menyelesaikan permasalahan dalam pelaksanaan PKH; e. membangun jejaring dan kemitraan dengan berbagai pihak dalam pelaksanaan PKH; dan f. melaporkan pelaksanaan PKH kepada pelaksana PKH daerah kabupaten/kota. BAB VI MEKANISME PELAKSANAAN PKH Pasal 26 Mekanisme pelaksanaan PKH dilaksanakan dengan tahapan: a. penetapan lokasi PKH; b. penetapan Keluarga Penerima Manfaat PKH; c. penyaluran Bantuan Sosial PKH; d. verifikasi komitmen kewajiban Keluarga Penerima Manfaat PKH; e. pemutakhiran data Keluarga Penerima Manfaat PKH; f. transformasi kepesertaan PKH; dan g. pengakhiran Bantuan Sosial PKH dan pendampingan. Pasal 27 (1) Penetapan lokasi PKH sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 huruf a berdasarkan usulan proposal dari daerah kabupaten/kota.

2017, No.940-14- (2) Penetapan lokasi PKH sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mempertimbangkan tingkat kemiskinan dan kesiapan daerah. (3) Penetapan lokasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan Keputusan Direktur Jenderal Perlindungan dan Jaminan Sosial. Pasal 28 (1) Penetapan Keluarga Penerima Manfaat PKH sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 huruf b berasal dari data terpadu program penanganan fakir miskin. (2) Data calon Keluarga Penerima Manfaat PKH sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dirinci menurut daerah provinsi, daerah kabupaten/kota, dan kecamatan. (3) Penentuan calon Keluarga Penerima Manfaat PKH mempertimbangkan tingkat kemiskinan dan kesiapan daerah. (4) Data calon Keluarga Penerima Manfaat PKH sebagaimana dimaksud pada ayat (3) divalidasi oleh pendamping PKH. (5) Hasil validasi sebagaimana dimaksud pada ayat (4) ditetapkan oleh direktur yang menangani pelaksanaan PKH sebagai Keluarga Penerima Manfaat PKH. Pasal 29 (1) Penyaluran Bantuan Sosial PKH sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 huruf c dilaksanakan oleh bank/pos penyalur sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan. (2) Penyaluran Bantuan Sosial PKH sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan secara tunai atau nontunai. (3) Ketentuan lebih lanjut mengenai penyaluran Bantuan Sosial PKH diatur dalam Peraturan Direktur Jenderal Perlindungan dan Jaminan Sosial. Pasal 30 Verifikasi komitmen kewajiban Keluarga Penerima Manfaat PKH sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 huruf d

-15-2017, No.940 dilaksanakan terhadap pendaftaran dan kehadiran anggota keluarga pada fasilitas kesehatan, pendidikan, dan kesejahteraan sosial. Pasal 31 (1) Pemutakhiran data Keluarga Penerima Manfaat PKH sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 huruf e dilaksanakan setiap ada perubahan sebagian atau seluruh data Keluarga Penerima Manfaat PKH. (2) Kegiatan pemutakhiran data sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh Pusat Data dan Informasi Kesejahteraan Sosial. (3) Dalam melakukan kegiatan pemutakhiran data sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat melibatkan pendamping. (4) Pendamping sebagaimana dimaksud pada ayat (3) disupervisi oleh koordinator daerah kabupaten/kota dan dikoordinasikan dengan dinas/instansi sosial setempat. Pasal 32 (1) Transformasi kepesertaan PKH sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 huruf f merupakan proses pengakhiran Keluarga Penerima Manfaat PKH dalam menerima Bantuan Sosial PKH dan pendampingan. (2) Transformasi kepesertaan PKH sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan bagi Keluarga Penerima Manfaat PKH yang telah mendapatkan Bantuan Sosial PKH selama 6 (enam) tahun. (3) Transformasi kepesertaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan melalui kegiatan resertifikasi. (4) Resertifikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (3) merupakan pendataan ulang dan evaluasi status kepesertaan dan sosial ekonomi Keluarga Penerima Manfaat PKH. (5) Resertifikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dimaksudkan untuk menentukan Keluarga Penerima Manfaat PKH berstatus graduasi atau transisi.

2017, No.940-16- (6) Graduasi sebagaimana dimaksud pada ayat (5) merupakan kondisi Keluarga Penerima Manfaat PKH yang sudah memiliki status ekonomi tidak miskin. (7) Transisi sebagaimana dimaksud pada ayat (5) merupakan kondisi Keluarga Penerima Manfaat PKH yang masih memiliki kriteria komponen dan status ekonomi miskin sehingga mendapatkan penambahan Bantuan Sosial PKH dan pendampingan paling lama 3 (tiga) tahun. Pasal 33 Pengakhiran Bantuan Sosial PKH dan pendampingan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 huruf g dengan ketentuan: a. hasil resertifikasi yang menunjukan status graduasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32 ayat (5); b. tidak memiliki komponen kepesertaan; c. tidak memenuhi kriteria kepesertaan Keluarga Penerima Manfaat PKH; dan d. mengundurkan diri dari kepesertaan Keluarga Penerima Manfaat PKH. BAB VII PENDANAAN Pasal 34 Sumber pendanaan PKH berasal dari: a. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara; b. anggaran pendapatan dan belanja provinsi; c. anggaran pendapatan dan belanja kabupaten/kota; dan d. sumber dana lain yang sah dan tidak mengikat. BAB VIII PEMANTAUAN DAN EVALUASI Pasal 35 (1) Menteri, gubernur, dan bupati/wali kota serta pihak terkait melakukan pemantauan pelaksanaan kebijakan dan kegiatan PKH.

-17-2017, No.940 (2) Pemantauan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan untuk mengetahui, memastikan pelaksanaan PKH sesuai dengan pedoman dan ketentuan peraturan perundang-undangan. (3) Pemantauan dilakukan paling sedikit 1 (satu) kali dalam 1 (satu) tahun atau sesuai dengan kebutuhan. Pasal 36 (1) Menteri, gubernur, dan bupati/wali kota serta pihak terkait melakukan evaluasi pelaksanaan kebijakan dan kegiatan PKH. (2) Evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan untuk mengukur keberhasilan atau kegagalan pelaksanaan PKH. (3) Evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan pada setiap akhir tahun anggaran. Pasal 37 (1) Menteri, gubernur, dan bupati/wali kota sesuai dengan kewenangannya melakukan evaluasi pelaksanaan kebijakan dan kegiatan program PKH yang dilakukan secara berkala. (2) Hasil evaluasi pelaksanaan kebijakan dan kegiatan program PKH sebagaimana dimaksud pada ayat (1) digunakan untuk perencanaan tahun berikutnya dalam rangka perbaikan program. (3) Evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

2017, No.940-18- BAB IX PEMBINAAN DAN PENGAWASAN Pasal 38 (1) Menteri bersama menteri/pimpinan lembaga terkait melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap pelaksanaan PKH. (2) Gubernur melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap pelaksanaan PKH sesuai dengan kewenangannya. (3) Bupati/wali kota melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap pelaksanaan PKH sesuai dengan kewenangannya. Pasal 39 Masyarakat dapat melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan PKH sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Pasal 40 Pembinaan dan pengawasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 38 dan Pasal 39 bertujuan untuk meningkatkan kualitas pelayanan terhadap Keluarga Penerima Manfaat PKH. BAB X PELAPORAN Pasal 41 (1) Bupati/wali kota menyampaikan laporan pelaksanaan PKH di daerah kabupaten/kota kepada gubernur. (2) Gubernur menyampaikan laporan pelaksanaan PKH di daerah provinsi kepada tim koordinasi nasional PKH. (3) Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) danayat (2) meliputi: a. laporan pelaksanaan; dan b. laporan pertanggungjawaban.

-19-2017, No.940 (4) Bentuk dan tata cara pelaporan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3) dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. BAB XI PENGADUAN Pasal 42 (1) Pengaduan pelaksanaan PKH dilaksanakan di tingkat pusat, daerah provinsi, daerah kabupaten/kota, dan kecamatan. (2) Pengaduan PKH sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilakukan melalui: a. aplikasi sistem pengaduan masyarakat; b. dinas/instansi sosial provinsi; atau c. dinas/instansi sosial kabupaten/kota. Pasal 43 Penyelesaian pengaduan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 42 dilakukan secara berjenjang. BAB XII KETENTUAN PENUTUP Pasal 44 Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

2017, No.940-20- Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Menteri ini dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia. Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 10 Juli 2017 MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA, ttd KHOFIFAH INDAR PARAWANSA Diundangkan di Jakarta pada tanggal 11 Juli 2017 DIREKTUR JENDERAL PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA, ttd WIDODO EKATJAHJANA