BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Yoggi Prayoga, 2013

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Toshiko Kinosita (Kompas, 24 Mei 2002) mengemukakan bahwa sumber

BAB I PENDAHULUAN. karakteristik produk unggas yang dapat diterima oleh masyarakat, harga yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Angga Triadi Efendi, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Tahun (juta orang)

1 PENDAHULUAN. Sumber : Direktorat Jendral Peternakan 2010

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sektor pertanian adalah salah satu sektor sandaran hidup bagi sebagian besar

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah mengupayakan pembangunan nasional di berbagai bidang

, 2016 PENGARUH PELAKSANAAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI TERHADAP KESIAPAN KERJA SISWA KELAS XI JURUSAN TPHP DI SMKN 4 GARUT

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI, DAN KEBIJAKAN

POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL PETERNAKAN

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan keterampilan tertentu untuk tetap survive. Dunia kerja

I. PENDAHULUAN. peternak sebelumnya dari pembangunan jangka panjang. Pemerintah telah

BAB I PENDAHULUAN. secara optimal, baik aspek kognitif, apektif maupun psikomotorik. bergantung kepada bagaimana proses belajar yang dialami siswa.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dalam menghadapi persaingan yang semakin ketat diera

BAB 1 PENDAHULUAN. tertentu, hal tersebut dapat dilihat dari semangat dan prestasi belajar siswa

BAB I PENDAHULUAN. erat. Hal ini terbukti dengan adanya fakta bahwa perkembangan ilmu

BAB I PENDAHULUAN. Masalah yang dihadapi oleh kalanganan dunia pendidikan khususnya

2015 ANALISIS HASIL BELAJAR MENGOLAH HIDANGAN SATE ATAU JENIS MAKANAN YANG DIPANGGANG PADA KESIAPAN MEMBUKA USAHA FOOD COURT

BAB I PENDAHULUAN. Proses pembelajaran merupakan suatu kegiatan yang sengaja diciptakan

I. PENDAHULUAN. Dalam pembangunan nasional Indonesia, sub sektor peternakan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang dinamis dan syarat akan perkembangan, oleh karena itu

BAB I PENDAHULUAN. seperti petani, karyawan, mahasiswa, pegawai pemerintah, guru, dan lain sebagainya. Hal

I. PENDAHULUAN. salah satu cara memperbaiki keadaan gizi masyarakat (Stanton, 1991).

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Madrasah Aliyah (MA) merupakan lembaga pendidikan tingkat menengah. setara dengan Sekolah Menengah Atas (SMA). Tujuan pendidikan MA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Agus Muharam, 2013

I PENDAHULUAN. 2,89 2,60 2,98 3,35 5,91 6,20 Makanan Tanaman Perkebunan 0,40 2,48 3,79 4,40 3,84 4,03. Peternakan 3,35 3,13 3,35 3,36 3,89 4,08

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Fortunata Merry Octaria, 2013

I. PENDAHULUAN. Sumber : BPS (2009)

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan upaya untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan

IV. POLA KONSUMSI RUMAHTANGGA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. peradaban yang lebih sempurna. Sebagaimana Undang Undang Dasar Negara

MATRIK RENSTRA DINAS PETERNAKAN PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN

STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA PETERNAKAN DOMBA AGRIFARM DESA CIHIDEUNG UDIK KECAMATAN CIAMPEA KABUPATEN BOGOR JAWA BARAT

BAB II. PERJANJIAN KINERJA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sumber Daya Manusia (SDM) yang terampil, aktif dan siap kerja adalah

I. PENDAHULUAN. berubah, semula lebih banyak penduduk Indonesia mengkonsumsi karbohidrat namun

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan tersebut belum diimbangi dengan penambahan produksi yang memadai.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Agus Komar, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Usaha sektor peternakan merupakan bidang usaha yang memberikan

BAB I PENDAHULUAN. memiliki potensi dan kemampuan yang sesuai dengan kebutuhan dunia kerja, dan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian di Indonesia merupakan bagian integral dari

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan keuntungan dari kegiatan tersebut (Muhammad Rasyaf. 2002).

I. PENDAHULUAN. penelitian yang terdiri dari latar belakang masalah, identifikasi masalah,

BAB I PENDAHULUAN. kebijakan pembangunan dalam dunia pendidikan. Pembangunan dalam bidang

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian, pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan

PRAKTIKUM TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA PADA MATA DIKLAT PENETASAN TELUR DI SMK NEGERI 1 CIKALONGKULON, CIANJUR TAHUN AJARAN

I. PENDAHULUAN. keanekaragaman hayati yang sangat besar (mega biodiversity) berupa sumber

BAB I PENDAHULUAN. kerja, dunia kerja yang semula menggunakan tenaga kerja manusia pada akhirnya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR RENCANA KERJA ( RENJA )

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas kehidupan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sub sektor peternakan merupakan bagian dari pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas dan handal di bidangnya masing-masing. memandirikan siswa didik. Dengan beberapa acuan perundangan tersebut jelas

BAB I. Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) adalah lembaga pendidikan kejuruan. yang tujuan utamanya mempersiapkan siswa menjadi tenaga kerja andal dengan

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

BAB I PENDAHULUAN. berdirinya perusahaan-perusahaan perunggasan. Peternakan unggas, utamanya

BAB I PENDAHULUAN. segala bidang khususnya di dunia usaha sangat begitu ketat dan diikuti dengan

I. PENDAHULUAN. dalam pembangunan sektor pertanian. Pada tahun 1997, sumbangan Produk

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai nilai sangat strategis. Dari beberapa jenis daging, hanya konsumsi

BAB I PENDAHULUAN. Bagi negara yang sedang berkembang seperti negara Indonesia, ilmu

I. PENDAHULUAN. Sumber :

BAB I PENDAHULUAN. output yang dihasilkan dan tanpa memperhatikan proses pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan dalam bidang kesehatan diarahkan untuk meningkatkan derajat

A. TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM MATA KULIAH

LAPORAN KINERJA 2014 BAB I. PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

I. PENDAHULUAN. 1 Sapi 0,334 0, Kerbau 0,014 0, Kambing 0,025 0, ,9 4 Babi 0,188 0, Ayam ras 3,050 3, ,7 7

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gun Gun Gunawan, 2013

pendidikan yang berjenjang. Jenjang pendidikan formal terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan tinggi.

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki sumber daya melimpah

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan pendidikan adalah menciptakan seseorang yang berkualitas dan

BAB I PENDAHULUAN. kerja kalah cepat dengan kenaikan jumlah lulusan. Sangat ironis bila kita

I. PENDAHULUAN. kontribusi positif terhadap pertumbuhan Produk Domestik Bruto Indonesia.

DOKUMEN REVIEW PERJANJIAN KINERJA TAHUN ANGGARAN 2014

I. PENDAHULUAN. Otonomi Daerah telah ditindaklanjuti dengan ditetapkannya Undang-undang

PENJABARAN KKNI JENJANG KUALIFIKASI V KE DALAM LEARNING OUTCOMES DAN KURIKULUM PROGRAM KEAHLIAN TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN TERNAK

I. PENDAHULUAN. mendapatkan manfaat dan hasil dari kegiatan tersebut (Putra et. al., 2015). Usaha

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan sebagai suatu proses pengubahan sikap dan perilaku seseorang

DOKUMEN PERJANJIAN KINERJA

BAB 1 PENDAHULUAN. informasi dan kemajuan teknologi sangat di butuhkan dalam semua proses bisnis.

BAB I PENDAHULUAN. Rangkaian penguat merupakan sistem yang tidak dapat ditinggalkan dalam

MASALAH DAN KEBIJAKAN PENINGKATAN PRODUK PETERNAKAN UNTUK PEMENUHAN GIZI MASYARAKAT*)

BAB I PENDAHULUAN. Kehidupan dunia pendidikan tidak terlepas dari perkembangan ilmu

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor peternakan merupakan bagian integral dari. pembangunan pertanian dan pembangunan nasional. Sektor peternakan di

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekar Arum Ningtyas, 2014 Hubungan Antara Kebiasaan Belajar dengan Hasil Belajar Sistem Pengapian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peternakan merupakan salah satu sub sektor pertanian yang memiliki peranan cukup penting dalam memberikan

BAB I PENDAHULUAN. Banyaknya para pencari kerja di Indonesia tidak di imbangi dengan

PENDAHULUAN. Latar Belakang. subsektor peternakan. Suatu negara dapat dikatakan sistem

BAB I PENDAHULUAN. Pada zaman sekarang pengembangan dibidang industri yang sangat pesat

BAB I PENDAHULUAN. Nasional No.20 tahun 2003, menyatakan sebagai berikut :

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA 2013

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Data Perkembangan Koperasi tahun Jumlah

Peran dan fungsi pemerintah pada era otonomi daerah adalah. berupa pelayanan dan pengaturan (fasilitator, regulator dan dinamisator)

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masyarakat Indonesia saat ini mengkonsumsi protein perhari hanya 5,72 gram/kapita, sedangkan menurut standar konsumsi gizi Nasional seharusnya konsumsi protein per hari adalah 6,5 gram/kapita. Apabila kebutuhan protein masyarakat Indonesia tidak ditingkatkan, tentu akan menimbulkan dampak buruk pada generasi mendatang. Dampak tersebut sangat erat kaitannya dengan kecerdasan dan pertumbuhan manusia yang akan berkembang secara lambat. Salah satu penyebab terjadinya hal tersebut adalah kurangnya SDM yang mendalami dan menjalankan usaha di bidang peternakan. Ternak adalah hewan yang dipelihara dan dikembangbiakkan untuk tujuan produksi. Hewan ternak ini sudah menjadi salah satu penunjang kehidupan manusia secara turun temurun. Ternak dikembangbiakkan untuk memenuhi kebutuhan manusia akan nutrisi dan gizi yang berguna bagi pertumbuhan serta kesehatan dan daya tahan tubuh. Tanpa asupan gizi tambahan yang berasal dari daging, rasanya gizi yang diperlukan manusia untuk bertahan hidup kurang sempurna. Padahal beternak merupakan salah satu pilihan usaha yang dapat dikembangkan dengan baik oleh masyarakat. Produk yang dihasilkan dari peternakan sangat beragam sekaligus banyak membuka peluang kerja bagi masyarakat. Beternak juga merupakan salah satu usaha yang dapat diandalkan untuk meningkatkan kesejahteraan peternak pada khususnya. Dari hewan ternak sapi, kambing, dan domba, masyarakat dapat memilih ternak mana yang paling cocok dan sesuai dengan kemampuan serta lingkungan di daerahnya. Prospek bisnis ternak juga tidak kalah menggiurkan. Pendapatan yang dihasilkan cukup menjanjikan dan mampu memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga. Sehubungan dengan hal di atas, kurangnya konsumsi protein masyarakat di Indonesia tidak menutup kemungkinan bukan hanya 1

2 disebabkan oleh satu faktor. Akan tetapi, banyak variabel yang dapat memungkinkan terjadinya hal tersebut. Salah satu penyebab yang paling mendasar adalah minat masyarakat untuk berwirausaha hewan ternak sendiri, seperti halnya ternak domba. Domba adalah komoditi ternak yang cukup diminati masyarakat Indonesia yang diolah menjadi makanan berupa sate dan olahan lain. Meskipun harga jual komoditi ini cukup fluktuatif di pasaran. Akan tetapi, menjelang hari-hari raya di Indonesia seperti Idul Adha dapat meningkatkan tingginya permintaan hewan ternak untuk dikurbankan, sehingga bisa memberikan keuntungan yang cukup besar bagi para peternak. Terbukanya peluang yang ada memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk berwirausaha di bidang peternakan khususnya usaha ternak domba. Untuk memulai usaha tersebut tentu harus adanya minat dalam menjalankannya. SMK Peternakan merupakan salah satu lembaga pendidikan yang bertanggung jawab untuk melahirkan sumber daya manusia yang memiliki kemampuan, keterampilan dan keahlian dalam membudidayakan/memelihara hewan ternak seperti halnya ternak domba, sehingga lulusannya dapat mengembangkan kinerja apabila terjun dalam dunia kerja. Pendidikan SMK itu sendiri bertujuan meningkatkan kemampuan siswa untuk dapat mengembangkan diri sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan kesenian, serta menyiapkan siswa untuk memasuki lapangan kerja dan mengembangkan sikap profesional. Apapun jenis pendidikan pada Sekolah Menengah Kejuruan tidak lain muara dari lulusannya agar mereka memiliki kemampuan, keterampilan serta ahli dalam bidang ilmu yang ditekuninya dan mampu mengaplikasikan dalam dunia kerja, baik sebagai pekerja ataupun sebagai pengusaha/wirausahawan. Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) merupakan salah satu sekolah di Jawa Barat yang membuka jurusan Peternakan dengan kompetensi keahlian: 1. Agribisnis Ternak Ruminansia 2. Agribisnis Ternak Unggas

3 Visi dari sekolah tersebut yaitu membentuk generasi muda yang cerdas, tangguh dan mandiri untuk turut serta berpartisipasi dalam pembangunan Sektor Peternakan. Hal tersebut tergambar pula dalam misi yang dijunjung oleh SMK yaitu: a) Menghasilkan calon peternak/pengusaha agribisnis dan tenaga teknisi menengah peternakan dan kesehatan hewan yang profesional, berkarakter dan berkinerja tinggi. b) Menghasilkan lulusan yang memiliki kemampuan merencanakan, mengelola dan mengembangkan agribisnis peternakan. c) Meninggkatkan kualitas penyelenggaraan pendidikan kejuruan hewan dan kesehatan hewan. d) Meningkatkan kualitas ketenagaan dan fasilitas pendidikan kejuruan peternakan dan kesehatan ternak. e) Meningkatkan sarana dan prasarana pendidikan Misi SMK sejalan dengan Instruksi Presiden No. 4 Th 1995 tanggal 30 Juni tentang Gerakan Memasyarakatkan dan Membudayakan Kewirausahaan, yaitu untuk mengembangkan programprogram kewirausahaan diberbagai lapisan masyarakat diseluruh Indonesia, tidak terkecuali ditataran pendidikan menengah. Menurut instruksi presiden tersebut, SMK mengimplementasikannya dengan mendidik dan mempersiapkan siswa yang diberikan program praktik usaha untuk bidang-bidang peternakan yang diminatinya. Salah satu usaha yang telah diberikan adalah dengan memberikan siswa bekal melalui pembelajaran Manajemen Produksi Ternak Potong Kecil (MPT). Isi dari mata pelajaran tersebut mengenai seluruh tata cara/tatalaksana dalam pemeliharaan ternak domba dan kambing yang dimulai dari hulu sampai hilir, yang artinya pembelajaran ini menerangkan bagaimana memproduksi ternak domba sampai ke konsumen, baik dari segi perencanaan, pengelolaan (menajemen) maaupun pemasaran. Bersandar pada latar belakang di atas, seharusnya seorang siswa lulusan SMK seharusnya sudah memiliki karakteristik

4 perilaku seorang wirausaha yaitu orang yang mampu mendirikan, mengelola, mengembangkan, dan melembagakan perusahaan miliknya sendiri dan menciptakan lapangan kerja bagi orang yang membutuhkan. Maka dari itu, penulis tertarik untuk mengetahui seberapa besar pengaruh hasil belajar MPT Potong Kecil terhadap minat berwirausaha ternak domba pada siswa kelas XI Ruminansia di SMK Peternakan Negeri Lembang, serta menyusunnya dalam skripsi dengan judul: Pengaruh Hasil Belajar MPT Potong Terhadap Minat Berwirausaha Ternak Domba pada Siswa SMK B. Identifikasi Masalah Identifikasi masalah merupakan proses penyederhanaan masalah yang rumit dan kompleks dirumuskan menjadi masalah yang dapat diteliti atau dicari alternatif pemecahannya. Menurut Riduwan (2005:21) dikatakan bahwa: Identifikasi masalah pada umumnya menditeksi, melacak, menjelaskan aspek permasalahan yang muncul dan berkaitan dari judul penelitian atau dengan masalah atau variabel yang akan diteliti. Hasil identifikasi masalah dapat diangkat beberapa permasalahan yang saling terkait satu dengan lainnya. Dari pendapat di atas yang telah dikemukakan, dapat diidentifikasi beberapa permasalahan, antara lain: 1. Belum tampaknya keinginan siswa dalam berwirausaha ternak domba. 2. Belum tampaknya ketertarikan siswa dalam berwirausaha ternak domba. 3. Belum tampak nyata kemampuan siswa dalam berwirausaha ternak domba. 4. Belum menunjukan kemauan yang besar pada saat kegiatan belajar manajemen ternak potong kecil (domba). 5. Belum menunjukan kemauan yang besar pada saat kegiatan praktikum manajemen ternak potong kecil (domba).

5 C. Rumusan dan Batasan Masalah Tidak semua masalah yang teridentifikasi tersebut akan diteliti dalam penelitian ini. Mengingat adanya keterbatasan yang ada pada penulis, maka masalah yang dibahas harus dibatasi seperti yang dikemukakan Winarno Surakhmad (1990 : 113) bahwa: Pembatasan masalah diperlukan bukan saja untuk memudahkan atau menyederhanakan masalah bagi para penyidik. Tetapi juga mendekatkan lebih dulu segala sesuatu yang diperlukan untuk mencurahkan tenaga, kecekatan, waktu, biaya, dan lain-lain yang timbul dari rencana. Perumusan masalah merupakan langkah dari suatu problematika dan merupakan bagian pokok dari kegiatan penelitian. Suharsimi Arikunto, (2010 : 89). Rumusan masalah dalam penelitian ini dititik beratkan pada bagaimana pengaruh hasil belajar pada minat siswa SMK yang ditinjau dari ketertarikan, bekal pengetahuan, sikap, dan keterampilan mereka untuk Berwirausaha Ternak Domba. Masalah yang dibahas pada penelitian ini dibatasi pada masalah-masalah: 1. Bagaimana gambaran hasil belajar MPT Potong Kecil pada siswa SMK? 2. Bagaimana gambaran minat berwirausaha ternak domba pada siswa SMK? 3. Apakah terdapat pengaruh hasil belajar MPT Potong Kecil terhadap minat berwirausaha ternak domba pada siswa SMK Peternakan Negeri Lembang? D. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian merupakan keinginan-keinginan peneliti atas hasil penelitian yang mengetengahkan indikator-indikator apa yang hendak ditemukan dalam penelitian, terutama yang berkaitan dengan variabelvariabel penelitian. Riduwan (2005 : 25). Secara umum tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran hasil belajar dan minat berwirausaha ternak domba pada siswa SMK. Tujuan khususnya adalah untuk mengetahui

6 seberapa besar pengaruh hasil belajar MPT Potong Kecil terhadap minat berwirausaha ternak domba pada siswa SMK. E. Manfaat Penelitian Dari hasil penelitian ini diharapkan adanya manfaat dalam pelaksanaan kegiatan belajar siswa khususnya SMK Peternakan Negeri Lembang yang menitikberatkan pada kegiatan belajar dan pembelajaran yang ada di sekolah. Sehingga diketahui sejauh mana pengaruh hasil belajar MPT Potong Kecil dalam menumbuhkan minat siswa untuk berwirausaha ternak domba. Manfaat tersebut meliputi: 1. Guru Memberikan informasi yang dibutuhkan siswa untuk meningkatkan minatnya sebagai dorongan dalam mempersiapkan suatu usaha yang akan didirikannya. 2. Siswa Memberikan informasi pada siswa mengenai pengaruh hasil belajar terhadap minat berwirausaha ternak domba. 3. Sekolah Memberikan masukan bagi sekolah sebagai pedoman untuk mengambil kebijakan sekolah. F. Struktur Organisasi Penelitian Sistematika penulisan yang dilakukan penulis meliputi : BAB I. PENDAHULUAN Bab ini berisi penjelasan tentang Latar Belakang Masalah, Identifikasi Masalah, Batasan Masalah, Perumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, serta Struktur Organisasi Penelitian.

7 BAB II. KAJIAN PUSTAKA Menjelaskan tentang teori yang akan digunakan peneliti, guna memperkuat hasil dari temuan penelitian. BAB III. HASIL DAN PEMBAHASAN Membuat pembahasan analisis terhadap hasil yang didapatkan selama penelitian dilihat dalam perspektif teori yang digunakan atau yang sudah dibahas, serta upaya penulis mengembangkan gagasan penyelesaian atau perbaikan terhadap permasalahan-permasalahan. BAB IV. KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini mengemukakan beberapa kesimpulan yang diperoleh berdasarkan temuan-temuan hasil penelitian, dan beberapa saran yang dimaksudkan untuk memberi masukan dan kritik yang membangun bagi Sekolah terlebih Lembaga Pendidikan SMK.