BAB I PENDAHULUAN. jasa pemeriksa laporan keuangan, menyimpan banyak konflik dalam. Masalah yang sering terjadi ternyata tidak sedikit auditor yang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. dengan masyarakat. Dalam pasal 1 ayat (2) Kode Etik Ikatan Akuntan. integritas dan obyektivitas dalam melaksanakan tugasnya.

BAB I PENDAHULUAN. kode etik akuntan. Kode etik akuntan, yaitu norma perilaku yang mengatur

BAB I PENDAHULUAN. Pengembangan dan kesadaran etik/moral memainkan peran kunci. dalam semua area profesi akuntansi (Louwers et al dalam Muawanah dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Profesi akuntan publik memiliki peranan penting dalam melakukan audit

SKRIPSI. Oleh : MSY. FADHILAH DWINTASARI B

BAB I PENDAHULUAN. ini disebabkan oleh faktor diantaranya praktik-praktik profesi yang

BAB I PENDAHULUAN. persaingan antar perusahaan semakin meningkat, dan masalah yang dihadapi semakin UKDW

BAB I PENDAHULUAN. diperhadapakan pada berbagai persaingan yang sangat ketat, khususnya pada bidang bisnis UKDW

BAB I PENDAHULUAN. keuangan adalah relevan (relevance) dan dapat diandalkan (reliable). Kedua

PENGARUH ETIKA, INDEPENDENSI DAN KEAHLIAN TERHADAP PROFESIONALISME AUDITOR (Studi kasus Kantor Akuntan Publik wilayah Surabaya Timur) SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam semua area profesi akuntansi Louwers et al. dalam (Husein, 2004). Profesi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dewasa ini pekembangan dunia usaha yang semakin pesat mengakibatkan

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. T Pengaruh faktor..., Oktina Nugraheni, FE UI, 2009.

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan bisnis yang begitu pesat ini menimbulkan berbagai kasus bisnis

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia, profesi auditor mengalami perkembangan yang

BAB I PENDAHULUAN. Auditor independen ialah merupakan suatau akuntan publik yang

BAB I PENDAHULUAN. yang telah ditetapkan Institut Akuntan Publik Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. dengan berlakunya kesepakatan Internasional mengenai pasar bebas. Profesi

BAB I PENDAHULUAN. dikelolanya. Berbagai cara digunakan manajemen perusahaan, tidak hanya dengan

I. PENDAHULUAN. Laporan keuangan merupakan salah satu media terpenting untuk memberikan

BAB I PENDAHULUAN. dalam melaksanakan pemeriksaan akuntan, memperoleh kepercayaan dari klien

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kantor akuntan publik merupakan sebuah organisasi yang bergerak di bidang

BAB I PENDAHULUAN. kepentingan masing-masing. Pengertian laporan keuangan menurut Pernyataan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mengharapkan penilaian yang bebas dan tidak memihak terhadap informasi yang

BAB I PENDAHULUAN. (compliance audit) dan audit laporan keuangan (Arens dan Loebbecke, 2003).

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dalam laporan keuangan (Mulyadi, 2002: 2). Kepercayaan yang besar dari

: Tabel Distribusi Kuesioner pada KAP di Jakarta dan Tangerang

BAB I PENDAHULUAN. memadai saja yang dapat tumbuh dan bertahan. Setiap profesi dituntut untuk

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia usaha yang semakin pesatpada saatini dapat memicu

BAB I. melanggar dimensi moral dan etika bisnis itu sendiri, termasuk profesi. Masalah etika menjadi perhatian yang sangat penting bagi masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dan pemakai laporan keuangan (Sarwini dkk, 2014). pengguna laporan audit mengharapkan bahwa laporan keuangan yang telah

BAB I PENDAHULUAN. laporan keuangan adalah relevan (relevance) dan dapat diandalkan (reliable). Kedua

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Inspektorat daerah merupakan salah satu unit yang melakukan audit

BAB I PENDAHULUAN. pihak lain yang independen dan berkompeten dalam bidang keuangan yang. auditing disebut auditor atau yang sering disebut akuntan.

BAB I PENDAHULUAN. bagi pemakai laporan keuangan. Perkembangan profesi akuntan publik di suatu

BAB I PENDAHULUAN. yang berkualitas yang dapat menjamin bahwa laporan (informasi) yang

BAB I PENDAHULUAN. stakeholder terutama berkaitan dengan akuntabilitas entitas yang bersangkutan. Jasa

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan utama dari pelaporan keuangan adalah menyediakan informasi

BAB I PENDAHULUAN. peluang yang besar sekaligus memberikan tantangan yang semakin. mengancam eksistensi profesi akuntan indonesia.

HUBUNGAN SKEPTISISME PROFESIONAL AUDITOR, SITUASI AUDIT, ETIKA, PENGALAMAN SERTA KEAHLIAN AUDIT DENGAN KETEPATAN PEMBERIAN OPINI AUDITOR OLEH

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang masalah. untuk mengaudit laporan keuangan perusahaan. Selain digunakan oleh

BAB II LANDASAN TEORI. Setiap pengambilan keputusan akan lengkap dan sempurna jika melibatkan

BAB I PENDAHULUAN. Etika merupakan konsep fundamental bagi semua bidang seperti; akuntansi,

BAB I PENDAHULUAN. melaksanakan audit atas laporan keuangan tidak semata mata bekerja untuk. dituntut untuk memiliki kompetensi yang memadai.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian 1.2 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. dalam masyarakat sekarang ini. Terjadinya krisis. Indonesia menyadarkan masyarakat untuk mengutamakan perilaku

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Salah satu manfaat dari jasa akuntan publik yaitu memberikan

BAB I PENDAHULUAN. Laporan keuangan suatu perusahaan merupakan salah satu sumber informasi

BAB I PENDAHULUAN. sebelum para pengambil kebijakan mengambil keputusan. Auditor menjadi

BAB I PENDAHULUAN. menyimpang jauh dari aktivitas moral, bahkan ada anggapan bahwa dunia

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Tema tentang independensi dan etika dalam profesi akuntan memiliki

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Seiring dengan berjalannya waktu, perkembangan dunia usaha dan industri

BAB I PENDAHULUAN. mempekerjakan auditor untuk memeriksa catatan keuangan. Revolusi industri

BAB I PENDAHULUAN. suatu perusahaan digunakan untuk menjamin kelangsungan hidup perusahaan dan

BAB I PENDAHULUAN. pada laporan keuangan perusahaan terutama yang berbentuk Perseroan Terbatas,

BAB I PENDAHULUAN. Pada pemerintahan sekarang mengharuskan adanya transparansi laporan

BAB I PENDAHULUAN. dengan judgment berdasarkan kejadian-kejadian yang dialami oleh suatu. judgment atas kemampuan kesatuan usaha dalam mempertahankan

BAB I PENDAHULUAN. mengenai asersi tentang kegiatan-kegitan dan kejadian-kejadian ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. untuk memberikan penilaian atas kewajaran dari laporan keuangan. khususnya, memperoleh infomasi keuangan yang andal sebagai dasar

BAB I PENDAHULUAN. kompleksnya operasi usaha menyebabkan semakin banyak pihak-pihak yang

PERSEPSI AKUNTAN, MAHASISWA AKUNTANSI DAN KARYAWAN BAGIAN AKUNTANSI TERHADAP ETIKA PROFESI AKUNTAN

BAB 1 PENDAHULUAN. informasi untuk menentukan dan melaporkan derajat kesesuaian antara informasi

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia saat ini sudah banyak perusahaan-perusahaan yang semakin

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi informasi makin meluas dan peran teknologi

BAB I PENDAHULUAN UKDW. menjalankan suatu profesi juga dikenal adanya etika profesi.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Seiring perkembangan zaman dunia usaha dan industri semakin cepat

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat dan pemakai laporan keuangan mengharapkan agar auditor dapat

BAB I PENDAHULUAN. profesi. Etika Profesi diperlukan agar apa yang dilakukan oleh suatu profesi tidak

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan dalam melakukan audit (Mulyadi dan Puradiredja, (1998)

BAB I PENDAHULUAN. memperhatikan interaksinya dan aspek-aspek kehidupan nasional. BUMN harus. bidang pengendalian dan pengawasan, Wardoyo (2010)

BAB I PENDAHULUAN. maupun eksternal perusahaan. Menurut Financial Accounting Standards

BAB I PENDAHULUAN. data terbaru Institut Akuntan Publik Indonesia pada tahun 2016 ini terdapat 403 KAP

ANALISIS PERSEPSI DOSEN AKUNTANSI DAN MAHASISWA AKUNTANSI TERHADAP KODE ETIK AKUNTAN INDONESIA (SURVEY DI PERGURUAN TINGGI WILAYAH SURAKARTA)

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat adalah jasa auditor. Profesi akuntan publik bertanggungjawab untuk menaikkan

BAB I PENDAHULUAN. memberikan opini atau pendapat tentang kewajaran penyajian laporan

BAB I PENDAHULUAN UKDW. bidang jasa. Jasa yang diberikan berupa jasa audit operasional, audit

BAB I PENDAHULUAN. laporan keuangan yang belum atau tidak diaudit. keuangan yang terjadi akhir-akhir ini. Singgih dan Bawono (2010) menyebutkan

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam SPAP SA 341 dijelaskan bahwa terkait opini going concern, auditor

BAB I PENDAHULUAN. semakin kompleks (Halim, 2008). Peningkatan kompleksitas tersebut

BAB I PENDAHULUAN. membahas tentang latar belakang penelitian yang. penelitian sebelumnya. Selanjutnya berdasakan latar belakang penelitian, dapat

BAB I PENDAHULUAN. profesi akuntan publik, masyarakat mengharapkan penilaian bebas dan tidak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Dengan meningkatnya kompetensi persaingan, profesi akuntan menghadapi

BAB I PENDAHULUAN. keuangan yang telah diaudit oleh akuntan publik kewajarannya lebih dapat

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat umum terutama dalam bidang audit atas laporan keuangan

BAB I PENDAHULUAN. atas kinerja perusahaan melalui pemeriksaan laporan keuangan. Laporan

BAB I PENDAHULUAN. Setiap perusahaan akan bersaing untuk menjadi yang terbaik di antara. dan tidak menyesatkan pemakainya dalam pengambilan keputusan.

BAB I PENDAHULUAN. yang akurat dan dapat dipercaya untuk pengambilan keputusan. Laporan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Profesi akuntan publik merupakan profesi kepercayaan masyarakat. Dari

BAB I PENDAHULUAN. Audit laporan keuangan pada sebuah entitas dilaksanakan oleh pihak yang

BAB I PENDAHULUAN. Organization (WTO), General Agreement on Tarrifs and Trade (GATT), dan General Agreement on Trade in Services (GATS) tidak hanya

BAB I PENDAHULUAN. kompetensi dari pihak yang melakukan audit (Weningtyas et al., 2006).

BAB I PENDAHULUAN. diterima auditor atas jasa audit yang diberikan terhadap laporan keuangan.

BAB I PENDAHULUAN. independen maka hasil pemeriksaan akan lebih akurat. kewajaran laporan keuangan agar laporan keuangan tersebut tidak memberikan

BAB I PENDAHULUAN. Wiratama dan Budiartha (2015), laporan keuangan memiliki dua. karakteristik penting yaitu relevan dan dapat diandalkan, sehingga

BAB I PENDAHULUAN. bersaing di dunia maju sekarang ini. Namun, selain kemampuan dan keahlian

BAB I PENDAHULUAN. Pemakai informasi akuntansi diklasifikasikan menjadi dua yaitu pihak internal dan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Konflik merupakan proses yang dimulai saat salah satu pihak merasa dikecewakan oleh pihak lain. Auditor yang memiliki profesi sebagai penyedia jasa pemeriksa laporan keuangan, menyimpan banyak konflik dalam pekerjaannya. Hal ini berhubungan dengan kedudukan auditor sebagai auditor independen. Halim (2003) menyatakan bahwa auditor independen adalah para praktisi individual atau anggota kantor akuntan publik yang memberikan jasa auditing profesional kepada klien. Masalah yang sering terjadi ternyata tidak sedikit auditor yang mengabaikan sikap mental dan perilaku yang independen saat mengalami konflik audit. Penolakan terhadap permintaan klien bisa berakibat pemecatan dan hal ini tentu saja sangat merugikan auditor. Disamping itu, godaan uang mampu menggoyahkan integritas dan sikap independen auditor. Simamora (2002) menyatakan bahwa integritas merupakan karakteristik pribadi yang sangat berharga bagi profesi akuntan. Zoraifi (2005) mencatat adanya 11 kasus pelanggaran pasar modal yang melibatkan akuntan publik sepanjang tahun 2001 di Bursa Efek Jakarta. Hal ini belum ditambah lagi dengan pelanggaran di tempat lain, seperti perbankan, sebagaimana diungkapkan oleh Indonesia Corruption Watch (ICW). Contoh lain banyak skandal akuntansi yang terjadi pada perusahaan besar di dunia 1

2 seperti Enron Corp, Xerox Corp, WorldCom hingga Walt Disney. Arthur Andersen, merupakan kantor akuntan publik The Big Six yang melakukan audit terhadap laporan keuangan Enron Corp. Wijayanti (2008) mengutip dari Majalah Auditor Internal (2002) mengungkapkan bahwa Arthur Andersen dituding tidak hanya melakukan manipulasi laporan keuangan Enron, akan tetapi hampir semua klien yang berada dalam naungannya. Adanya kasuskasus yang melibatkan auditor tersebut mengakibatkan komitmen profesional seorang auditor semakin dipertanyakan di mana kode etik profesional telah dilanggar. Pangkal masalah dari tindakan ini berhubungan dengan fee (honorarium atau penghasilan yang diterima suatu kantor akuntan publik dari klien tertentu, biasanya dengan adanya tawar menawar), yang membuat batas toleransi yang dimiliki akuntan publik menjadi hilang. Saling pengertian diantara auditor dengan pihak manajemen klien sering berakhir dengan lahirnya opini unqualified (wajar tanpa pengecualian). Peran dan tanggungjawab auditor, sebenarnya sudah diatur dalam Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) yang ditetapkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) atau Statement on Auditing Standards (SASs) yang dikeluarkan oleh Auditing Standar Boards (SAB). Standar tersebut dalam pelaksanaannya sering menimbulkan expectation gap, yaitu terjadinya perbedaan antara apa yang masyarakat dan pemakai laporan keuangan percayai atau harapkan dari auditor dengan apa yang auditor yakini tanggungjawab diberikannya (Guy dan Sullivan, 1988 dalam Pramesti dan Satyawati, 2007).

3 Dalam menjalankan profesinya, seorang akuntan diatur oleh suatu kode etik akuntan. Kode etik akuntan, yaitu norma perilaku yang mengatur hubungan antara akuntan dengan para klien, antara akuntan dengan sejawatnya, dan antara profesi dengan masyarakat. Ikatan Akuntan Indonesia (IAI), sejak tahun 1973 telah mengesahkan Kode Etik Akuntan Indonesia yang telah mengalami revisi pada tahun 1986, dan terakhir pada tahun 1994. Dalam pasal 1 ayat (2) Kode Etik Ikatan Akuntan Indonesia mengamanatkan: setiap anggota harus mempertahankan integritas dan obyektivitas dalam melaksanakan tugasnya. Khomsiyah dan Indriantoro (1997) mengungkapkan bahwa dengan mempertahankan integritas, seorang akuntan akan bertindak jujur, tegas, dan tanpa pretensi. Sedangkan dengan mempertahankan obyektivitas, ia akan bertindak adil, tanpa dipengaruhi tekanan atau permintaan pihak tertentu atau kepentingan pribadinya. Pengembangan dan kesadaran etik/ moral memainkan peran kunci dalam semua profesi akuntansi (Louwers et al., 1997 dalam Pramesti dan Satyawati, 2007). Profesi akuntan tidak terlepas dari etika bisnis yang mana aktivitasnya melibatkan aktivitas bisnis yang perlu pemahaman dan penerapan etika profesi seorang akuntan serta etika bisnis (Ludigdo dan Machfoedz, 1999 dalam Nugrahaningsih, 2005). Akuntan mempunyai kewajiban untuk menjaga standar perilaku etis tertinggi mereka kepada organisasi di mana mereka bernaung, profesi mereka, masyarakat, dan diri mereka sendiri. Akuntan mempunyai tanggungjawab menjadi kompeten dan untuk menjaga integritas dan obyektivitas mereka. Analisis terhadap sikap etis dalam profesi akuntan

4 menunjukkan bahwa akuntan mempunyai kesempatan untuk melakukan tindakan tidak etis dalam profesi mereka. Kesadaran etika dan sikap profesional memegang peran yang sangat besar bagi akuntan. Akuntan secara terus menerus berhadapan dengan dilema etika yang melibatkan pilihan antara nilai-nilai yang bertentangan. Dilema etis dalam setting auditing, misalnya, dapat terjadi ketika auditor dan klien tidak sepakat terhadap beberapa aspek fungsi dan tujuan pemeriksaan (Sihwahjoeni dan Gudono, 2000). Dalam keadaan ini, klien bisa mempengaruhi proses pemeriksaan yang dilakukan oleh auditor. Klien bisa menekan auditor untuk mengambil tindakan yang melanggar standar pemeriksaan. Karena secara umum dianggap bahwa auditor termotivasi oleh etika profesi dan standar pemeriksaan, maka auditor akan berada dalam situasi konflik. Memenuhi tuntutan klien, berarti melanggar standar. Namun dengan tidak memenuhi tuntutan klien, bisa menghasilkan sangsi oleh klien berupa kemungkinan penghentian penugasan. Karena pertimbangan profesional berlandaskan pada nilai dan keyakinan individu, kesadaran moral memainkan peran penting dalam pengambil keputusan akhir. Pendidikan akuntansi diharapkan tetap memainkan peran utama dalam pengembangan profesional entry level employee. Rustiana (2006) mengutip pernyataan Russell dan Smith (2003) yang menyoroti bahwa kegagalan bisnis yang melibatkan salah satu kantor akuntan publik global, tidak terlepas dari desain kurikulum pendidikan tinggi akuntansi yang dirasa belum mampu menyediakan materi yang cukup untuk mempersiapkan mahasiswa akuntansi

5 sebagai calon-calon akuntan dalam memasuki dunia bisnis. Clark (2003) dalam Rustiana (2006) menyatakan bahwa masyarakat dan pandangannya mempunyai pengaruh secara langsung terhadap perilaku etis. Para pendidik akuntansi dan praktisipun tidak mampu mengembangkan konsep-konsep etika yang sesuai dengan keadaan dunia bisnis yang sedang berlangsung. Pendidikan akuntansi perlu merespon dengan melakukan perubahan desain kurikulum antara lain berupa pembahasan kasus-kasus nyata yang sedang terjadi dalam bisnis yang terkait dengan dilema etis. Pentingnya pendidikan etika dalam akuntansi telah diakui penting oleh praktisi dan akademisi. Para mahasiswa akuntansi diperkenalkan dan dilatih agar mampu merasakan peran pentingnya etika dalam kehidupan profesional mendatang dan mampu mengembangkan perspektif kritis terhadap isu-isu etis yang sedang berkembang (Rustiana, 2006). Perbedaan tingkat pendidikan antara auditor senior dan junior sangat berpengaruh dalam proses pengambilan keputusan walaupun sudah diatur dalam kode etik akuntan. Auditor junior belum mampu mengendalikan perilaku mereka dalam situasi konflik audit. Auditor junior belum begitu mampu mengendalikan integritas, independensi, dan kompetensi mereka sebagai akuntan publik. Fee (honorarium atau pengasilan) dan pemecatan oleh klien merupakan sebab-sebab auditor mengalami situasi konflik audit. Situasi seperti itulah yang membuat perilaku auditor junior sering melupakan independensi dan integritas mereka. Auditor senior lebih berpengalaman dalam melihat situasi tersebut. Biasanya auditor senior lebih mampu

6 mengendalikan perilaku mereka dalam situasi konflik audit. Auditor senior lebih mampu menjaga integritas dan independensi mereka walaupun fee atau pemecatan sedang mereka hadapi. Locus of control adalah cara pandang seseorang terhadap suatu peristiwa apakah dia dapat atau tidak dapat mengendalikan (control) peristiwa yang terjadi padanya (Rotter, 1966 dalam Engko dan Gudono, 2007). Lefcourt (1982) dalam Engko dan Gudono (2007) menyatakan bahwa locus of control internal ditunjukkan dengan pandangan bahwa peristiwa baik atau buruk yang terjadi diakibatkan oleh tindakan seseorang, oleh karena itu, terjadinya suatu peristiwa berada dalam pengendalian seseorang. Sedangkan locus of control eksternal ditunjukkan dengan pandangan bahwa peristiwa baik atau buruk yang terjadi tidak berhubungan dengan perilaku seseorang pada situasi tertentu, oleh karena itu yang dirasakan adalah pengendalian dari luar dirinya. Seorang auditor sangat sulit mengendalikan perilaku mereka apabila mereka sedang berada dalam situasi konflik audit. Mengendalikan perilaku dari dalam diri sendiri (internal locus of control) mungkin lebih mudah daripada mengendalikan faktor-faktor yang berasal dari luar dirinya (external locus of control). Ketakutan yang berasal dari dalam diri akan adanya sanksi yang akan diberikan apabila seorang auditor melupakan tugas mereka sebagai akuntan publik akan membuat perilaku auditor tetap terjaga. Faktor-faktor yang sulit dikendalikan dan membuat perilaku auditor menyimpang adalah faktor-faktor yang berasal dari luar diri mereka. Takdir, keberuntungan, dan

7 kesempatan adalah faktor-faktor eksternal yang sangat sering membuat perilaku auditor menyimpang dari integritas dan independensi mereka. Bersamaan dengan munculnya kesadaran tentang pentingnya pengembangan dan kesadaran etik akuntan publik, muncul pula sejumlah penelitian akademis yang mencurahkan perhatiannya pada masalah ini, serta berusaha untuk menguraikan dan mengevaluasi faktor-faktor yang dapat mempengaruhi perilaku etik akuntan (Louwers et al., 1997 dalam Pramesti dan Satyawati, 2007). Penelitian-penelitian tersebut sengaja mempertimbangkan rerangka psikologis proses kesadaran etis dalam menjawab pertanyaan apa yang membuat akuntan menjadi lebih/ kurang etis (Tsui dan Gul, 1996 dalam Pramesti dan Satyawati, 2007). Gambaran di atas meskipun klasik, tetapi perbuatan yang tidak dibenarkan secara moral tersebut hanya bisa diatasi dengan etika. Auditor yang memiliki landasan etika yang kuat mampu terhindar dari situasi konflik audit yang dapat merugikan masyarakat. Ralph dalam Zoraifi (2005), menyatakan bahwa moralitas merupakan pemecah dari masalah yang disebabkan oleh adanya konflik, yaitu konflik antara pihak-pihak yang memiliki kepentingan yang sama atau pun yang berbeda. Berdasarkan latar belakang di atas, penulis tertarik untuk melakukan pengembangan penelitian dengan judul PENGARUH TINGKAT PENDIDIKAN, PERTIMBANGAN ETIS DAN LOCUS OF CONTROL TERHADAP PERILAKU AUDITOR DALAM SITUASI KONFLIK AUDIT PADA KANTOR AKUNTAN PUBLIK DI YOGYAKARTA

8 DAN SEMARANG. Penelitian ini merupakan penggabungan penelitian yang dilakukan oleh Muawanah dan Indriantoro (2001), Zoraifi (2005), serta Pramesti dan Satyawati (2007). Hasil penelitiannya yaitu terdapat pengaruh baik secara parsial maupun bersama-sama antara tingkat pendidikan, pertimbangan etis dan locus of control terhadap perilaku auditor dalam situasi konflik audit. Perbedaan penelitian ini terletak pada sampel yang digunakan adalah Kantor Akuntan Publik (KAP) di wilayah Yogyakarta dan Semarang. B. Rumusan Masalah Penelitian Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan dalam penelitian ini yaitu: 1. Apakah tingkat pendidikan berpengaruh terhadap perilaku auditor dalam menghadapi situasi konflik audit? 2. Apakah pertimbangan etis berpengaruh terhadap perilaku auditor dalam menghadapi situasi konflik audit? 3. Apakah locus of control berpengaruh terhadap perilaku auditor dalam menghadapi situasi konflik audit? C. Tujuan Penelitian Sesuai dengan rumusan masalah di atas, maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini yaitu: 1. Untuk memberikan bukti empiris pengaruh tingkat pendidikan terhadap perilaku auditor dalam menghadapi situasi konflik audit.

9 2. Untuk memberikan bukti empiris pengaruh pertimbangan etis terhadap perilaku auditor dalam menghadapi situasi konflik audit. 3. Untuk memberikan bukti empiris pengaruh locus of control terhadap perilaku auditor dalam menghadapi situasi konflik audit. D. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi-kontribusi dalam berbagai hal, seperti: 1. Bidang teoritis a. Sebagai bahan referensi bagi penelitian yang akan datang mengenai pengaruh tingkat pendidikan, pertimbangan etis dan locus of control terhadap perilaku auditor dalam situasi konflik audit. b. Kontribusi dalam pengembangan akuntansi keperilakuan. 2. Bidang praktis a. Sebagai bahan masukan bagi auditor tentang pentingnya menjaga integritas, kompetensi, dan independensi dalam menghadapi situasi konflik audit. b. Kepercayaan masyarakat terhadap kualitas jasa profesional akan meningkat, jika profesi mewujudkan standar kerja dan perilaku yang tinggi dan memenuhi semua kebutuhan sebagaimana layaknya yang mereka harapkan. c. Landasan etika yang kuat yang harus dimiliki oleh auditor mampu terhindar dari solusi konflik audit yang dapat merugikan masyarakat.

10 d. Bagi Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) dan para kelompok akuntan yang menjadi responden, untuk mengetahui seberapa jauh kode etik yang diterapkan telah melembaga dalam diri masing-masing kelompok akuntan tersebut, sehingga secara umum dapat dikatakan bahwa perilakunya dapat memberikan citra profesi yang mapan dan kemahiran profesionalnya dalam memberikan jasa kepada masyarakat akan semakin berarti. e. Memberikan masukan dalam mendiskusikan masalah kode etik akuntan guna penyempurnaan serta pelaksanaannya bagi seluruh akuntan di Indonesia.