I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L.] Merrill) merupakan salah satu komoditas pangan

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. Produksi kedelai di Indonesia pada tahun 2009 mencapai ton. Namun,

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine Max [L.] Merrill) merupakan tanaman pangan yang memiliki

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L]. Merrill) merupakan salah satu komoditas pangan

1. PENDAHULUAN. Kedelai merupakan tanaman asli daratan Cina dan telah dibudidayakan sejak 2500

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max L. Merrill) merupakan tanaman pangan yang sangat dibutuhkan

I. PENDAHULUAN. padi karena banyak dibutuhkan untuk bahan pangan, pakan ternak, dan industri.

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max (L.) Merrill) merupakan salah satu komoditi pangan utama

I. PENDAHULUAN. Kedelai merupakan sumber protein penting di Indonesia. Kesadaran masyarakat

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L.] Merrill) merupakan salah satu tanaman sumber protein

I. PENDAHULUAN. Indonesia tinggi, akan tetapi produksinya sangat rendah (Badan Pusat Statistik,

I. PENDAHULUAN. Kedelai ( Glycine max (L.) Merrill) merupakan salah satu tanaman penghasil

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max L. Merrill) merupakan tanaman pangan yang sangat

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L] Merril) merupakan tanaman yang banyak dimanfaatkan

I. PENDAHULUAN. Indonesia sebagai sumber utama protein nabati. Kontribusi kedelai sangat

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max (L.) Merrill) merupakan salah satu komoditas pangan

I. PENDAHULUAN. protein yang mencapai 35-38% (hampir setara protein susu sapi). Selain

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L.] Merril) merupakan salah satu komoditas penting dalam

I. PENDAHULUAN. Pemuliaan tanaman adalah suatu metode yang secara sistematik merakit

PENDAHULUAN. telah ditanam di Jepang, India dan China sejak dulu. Ratusan varietas telah

DAYA WARIS DAN HARAPAN KEMAJUAN SELEKSI KARAKTER AGRONOMI KEDELAI GENERASI F 2

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Kontradiktif dengan luasnya lahan potensial untuk pertanaman kedelai. Indonesia

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Morfologi dan Agroekologi Tanaman Kacang Panjang. Kacang panjang merupakan tanaman sayuran polong yang hasilnya dipanen

Kemajuan Genetik Dan Heritabilitas Karakter Agronomi Kedelai (Glycine max [L.] Merrill) Generasi F 2 Persilangan Wilis Dan Mlg 2521

I. PENDAHULUAN. Ketahanan pangan merupakan salah satu prioritas utama dalam pembangunan

I. PENDAHULUAN. Kedelai termasuk salah satu komoditas yang dibutuhkan, karena protein yang

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. fenotipe yang diamati menunjukkan kriteria keragaman yang luas hampir pada

I. PENDAHULUAN. Kacang panjang (Vigna sinensis L.) merupakan tanaman semusim yang menjalar

I. PENDAHULUAN. Padi (Oryza sativa L.) merupakan makanan pokok bagi sebagian besar penduduk

I. PENDAHULUAN. Pangan merupakan sesuatu hal yang sangat vital bagi kehidupan manusia.

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kedelai merupakan komoditas tanaman menjadi sumber protein nabati dan

I. PENDAHULUAN. Jagung manis (Zea mays saccharata [Sturt.] Bailey) merupakan salah satu

PARAMETER GENETIK (Ragam, Heritabilitas, dan korelasi) Arya Widura R., SP., MSi PS. Agroekoteknologi Universitas Trilogi

karakter yang akan diperbaiki. Efektivitas suatu karakter untuk dijadikan karakter seleksi tidak langsung ditunjukkan oleh nilai respon terkorelasi

I. PENDAHULUAN. meningkat. Sementara lahan pertanian khususnya lahan sawah, yang luas

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kedelai merupakan tanaman pangan berupa semak yang tumbuh tegak, berasal

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kacang panjang diklasifikasikan sebagai berikut :

SELEKSI NOMOR- NOMOR HARAPAN KEDELAI (Glycine max [L.] Merril) GENERASI F 5. HASIL PERSILANGAN WILIS x MLG 2521

I. PENDAHULUAN. yang dapat tumbuh di Indonesia sepanjang tahun. Pemanfaatan ubikayu sebagai

sehingga diharapkan dapat menghasilkan keturunan yang memiliki toleransi yang lebih baik dibandingkan tetua toleran (segregan transgresif).

I. PENDAHULUAN. secara signifikan. Melalui proses seleksi tanaman yang diikuti dengan penyilangan

TINJAUAN PUSTAKA Karakteristik Lahan Kering Masam

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kedelai telah dibudidayakan sejak abad ke-17 dan telah ditanam di berbagai daerah di

I. PENDAHULUAN. Tingginya tingkat konsumsi beras di Indonesia harus diimbangi oleh produksi

I. PENDAHULUAN. Ubi kayu (Manihot esculenta Crantz) merupakan salah satu tanaman pangan

I. PENDAHULUAN. digunakan untuk pangan pokok saja, tetapi juga diolah menjadi berbagai produk

HERITABILITAS, NISBAH POTENSI, DAN HETEROSIS KETAHANAN KEDELAI (Glycine max [L.] Merrill) TERHADAP SOYBEAN MOSAIC VIRUS

( 2 ) untuk derajat kecocokan nisbah segregasi pada setiap generasi silang balik dan

I. PENDAHULUAN. Tanaman padi (Oryza sativa L.) merupakan salah satu makanan pokok di

I. PENDAHULUAN. Produksi tanaman tidak dapat dipisahkan dari program pemuliaan tanaman.

PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan sentra pertanaman kacang panjang yang mempunyai

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Balai Besar Penelitian Tanaman Padi (2007), benih padi hibrida secara

I. PENDAHULUAN. Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) merupakan salah satu dari enam komoditas

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kedelai (Glycine max [L.] Merrill) merupakan salah satu tanaman

I. PENDAHULUAN. Ubi kayu (Manihot esculenta Crantz) merupakan sumber bahan pangan ketiga di

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kedelai merupakan tanaman pangan berupa semak yang tumbuh tegak. Kedelai

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Pemanfaatan Teknik Kultur In Vitro Untuk Mendapatkan Tanaman Pisang Ambon Tahan Penyakit Fusarium

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Analisis Kuadrat Nilai Tengah Gabungan untuk Variabel Vegetatif dan Generatif

II. TINJAUAN PUSTAKA. yang berbeda untuk menggabungkan sifat-sifat unggul dari keduanya. Hasil

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Selain sebagai bahan pangan, akhir-akhir ini jagung juga digunakan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Labolatorium Lapangan Terpadu Fakultas

I. PENDAHULUAN. Terung (Solanum melongena L.) merupakan salah satu produk tanaman

I. PENDAHULUAN. Pangan merupakan substansi pokok dalam kehidupan manusia sehingga

METODE PEMULIAAN TANAMAN MENYERBUK SENDIRI

Penelitian I: Pendugaan Ragam dan Model Genetik Karakter Ketahanan terhadap Penyakit Bulai pada Jagung Pendahuluan

I. PENDAHULUAN. Tanaman jagung manis (Zea mays saccharata Sturt.) merupakan jagung yang

Variabilitas Genetik dan Heritabilitas Karakter Agronomi Kedelai (Glycine max [L.] Merrill) Generasi F 5 Hasil Persilangan WILIS X B 3570

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Tanaman jagung merupakan salah satu jenis tanaman pangan biji-bijian dari

Lindiana 1*), Nyimas Sa diyah 1, Maimun Barmawi 1 ABSTRACT

TINJAUAN PUSTAKA. Pemuliaan Jagung Hibrida

STUDI DAYA HASIL GALUR F4 KEDELAI (Glycine max L.) HASIL PERSILANGAN VARIETAS GROBOGAN DENGAN ANJAMORO, UB, AP DAN ARGOPURO

TINJAUAN PUSTAKA Pemuliaan Tanaman Padi

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapangan Terpadu Fakultas

BAB. I PENDAHULUAN. Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA. ujung (tassel) pada batang utama dan bunga betina tumbuh terpisah sebagai

TINJAUAN PUSTAKA. Kedelai telah dibudidayakan sejak abad ke-17 dan telah ditanam di berbagai

II. TINJAUAN PUSTAKA. maupun seleksi tidak langsung melalui karakter sekunder. Salah satu syarat

Topik 9 Genetika Kuantitatif

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kedelai (Glycine max L) merupakan salah satu tanaman pangan pengasil protein

HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA. Kedelai (Glycine max [L.] Merrill) berasal dari daratan Cina, yang kemudian

PENDAHULUAN. ternyata dari tahun ke tahun kemampuannya tidak sama. Rata-rata

melakukan inokulasi langsung pada buah pepaya selanjutnya mengamati karakter yang berhubungan dengan ketahanan, diantaranya masa inkubasi, diameter

menunjukkan karakter tersebut dikendalikan aksi gen dominan sempurna dan jika hp < -1 atau hp > 1 menunjukkan karakter tersebut dikendalikan aksi gen

PERAKITAN KULTIVAR KACANG TANAH TAHAN PENYAKIT KAPASITAS SOURCE-SINK SEIMBANG UNTUK

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Universitas Sumatera Utara, Medan, dengan ketinggian tempat

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kedelai merupakan tanaman berupa semak yang tumbuh tegak. Kedelai jenis liar

I. PENDAHULUAN. berasal dari kacang tanah menyebabkan meningkatnya jumlah permintaan.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pada awalnya kedelai dikenal dengan beberapa nama botani, yaitu Glycine soja,

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Bahan dan Alat Metode Percobaan

KERAGAAN GALUR-GALUR HARAPAN KEDELAI TAHAN PECAH POLONG (POD SHATTERING)

PENDAHULUAN. Latar Belakang. yang cukup penting di Indonesia, yaitu sebagai sumber protein nabati.

1. I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

KERAGAMAN FENOTIPE, GENOTIPE, DAN HERITABILITAS KARAKTER AGRONOMI KEDELAI (Glycine max [L.] Merrill) GENERASI F 7 HASIL PERSILANGAN WILIS x MLG 2521

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

Transkripsi:

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Kedelai (Glycine max [L.] Merrill) merupakan salah satu komoditas pangan strategis ketiga di Indonesia setelah padi dan jagung. Sejalan dengan bertambahnya jumlah penduduk, kebutuhan kedelai terus meningkat dari tahun ke tahun. Menurut Batubara (2011), Indonesia sendiri merupakan pengimpor potensial untuk komoditi kedelai namun kontradiktif dengan luas lahan potensial untuk pertanaman kedelai. Indonesia merupakan negara ketiga terbesar dari sudut luas areal tanaman kedelai yaitu 1,4 juta ha, China (8 juta ha) dan India (4,5 juta ha). Indonesia diketahui menduduki peringkat keenam terbesar di dunia setelah AS, Brazil, Argentina, China, dan India dilihat dari sisi produksi kedelai,. Keanekaragaman manfaat kedelai telah mendorong tingginya permintaan kedelai di dalam negeri. Selain itu, manfaat kedelai sebagai salah satu sumber protein murah membuat kedelai semakin diminati. Semakin besar jumlah penduduk Indonesia berpotensi untuk meningkatkan permintaan kedelai. Konsumsi kedelai diproyeksikan mengalami pertumbuhan sebesar 1,38% per tahun (Rante, 2013). Kebutuhan konsumsi kedelai dari tahun 2012 -- 2015 juga diproyeksikan meningkat. Pada tahun 2012 konsumsi kedelai mencapai 9,97 kg/kapita/tahun akan meningkat di tahun 2015 mencapai

10,27 kg/kapita/tahun (Damardjati et al., 2005). Namun meningkatnya 2 permintaan akan kedelai tidak selaras dengan produksi kedelai yang dihasilkan setiap tahun. Produksi kedelai di Indonesia pada tahun 2010 mencapai 907.031 ton. Tahun 2011 hingga tahun 2012 produksi kedelai nasional terus mengalami penurunan menjadi 843.153 ton dan angka sementara untuk produksi kedelai tahun 2013 mengalami penurunan menjadi 780.163 ton (Badan Pusat Statistik, 2014). Rendahnya tingkat produktivitas kedelai dibandingkan dengan komoditas tanaman pangan yang lain disebabkan oleh kurangnya minat petani untuk menanam kedelai, sehingga petani berpindah ke usaha tani tanaman lain yang lebih menguntungkan. Sebagai akibatnya luas areal pangan kedelai makin menurun tajam dan produksi kedelai nasional makin menurun. Penyebab lain rendahnya hasil kedelai di Indonesia adalah gangguan penyakit tanaman, karena kedelai merupakan salah satu tanaman yang rentan terserang penyakit. Soybean mosaic virus adalah penyakit yang sering merusak tanaman kedelai. Soybean mosaic virus (SMV) merupakan salah satu jenis virus penyebab penyakit yang penting pada tanaman kedelai. Penyakit ini tersebar di beberapa sentra produksi kedelai di Indonesia dan mampu menimbulkan kerugian hasil yang cukup besar. Kerugian hasil akibat virus SMV dapat mencapai 25% apabila penularan terjadi pada fase vegetatif, namun kehilangan hasil dapat mencapai 90% apabila tanaman terinfeksi sejak fase awal pertumbuhan (Ooffei dan Albrechtsen, 2005 dikutip oleh Prayogo, 2012).

Berbagai usaha dalam meningkatkan produktivitas kedelai terutama kendala 3 penyakit yang disebabkan oleh SMV sangat perlu dilakukan. Salah satu upaya untuk meningkatkan produksi dan kualitas hasil kedelai adalah melalui program pemuliaan tanaman. Dengan upaya tersebut diharapkan akan diperoleh varietas unggul yang berdaya hasil tinggi dan tahan terhadap SMV. Proses kegiatan pemuliaan diawali dengan (i) usaha koleksi plasma nutfah sebagai sumber keragaman, (ii) identifikasi dan karakterisasi, (iii) induksi keragaman, misalnya melalui persilangan ataupun dengan transfer gen, yang diikuti dengan (iv) proses seleksi, (v) pengujian dan evaluasi, (vi) pelepasan, distribusi, dan komersialisasi varietas (Carsono, 2014). Program pemuliaan merupakan program dalam perakitan kultivar yang banyak ditekankan pada usaha mempertinggi produktivitas hasil pertanian. Menurut Pakpahan (2009), dengan ditemukan kultivar unggul baru melalui seleksi galur dan persilangan, diharapkan sifat-sifat baru yang akan dihasilkan dapat dipertanggungjawabkan, baik dalam hal produksi, umur panen, maupun daya tahannya terhadap hama dan penyakit. Keberhasilan suatu program pemuliaan tanaman ditentukan oleh pendugaan parameter genetik sebelum perbaikan sifat dilaksanakan untuk meningkatkan hasil suatu tanaman. Parameter genetik di antaranya meliputi pendugaan nilai koefisien keragaman genetik, heritabilitas dan korelasi antarsifat. Heritabilitas dapat dijadikan landasan dalam menentukan program seleksi. Seleksi pada generasi awal dilakukan bila nilai heritabilitas tinggi, sebaliknya jika rendah seleksi pada generasi lanjut akan berhasil karena peluang terjadi peningkatan keragaman dalam

populasi (Poehlman, 1983 dan Falconer, 1970 dikutip oleh Aryana, 2011). 4 Tanaman generasi F 3 akan mengalami segregasi yang cukup tunggi sebesar 25%, sehingga akan menyebabkan keragaman. Manfaat bila terdapat keragaman genetik yang luas pada suatu populasi dan tingkat heritabilitas yang tinggi akan mempengaruhi keberhasilan seleksi. Menurut Samudin (2009), keragaman yang ditimbulkan oleh faktor lingkungan disebut modifikasi dan tidak dapat diturunkan, sedangkan keragaman yang disebabkan oleh faktor genetik dapat diturunkan dari generasi ke generasi berikutnya. Nilai keragaman genetik yang rendah berarti individu yang terdapat dalam populasi cenderung bersifat seragam sehingga seleksi untuk perbaikan sifat pada populasi demikian sulit dilakukan. Sebaliknya, jika populasi memiliki keragaman genetik besar maka seleksi yang dilakukan dalam populasi tersebut akan berpeluang memperoleh genotipe-genotipe yang diinginkan. Heritabilitas merupakan parameter yang digunakan untuk seleksi pada lingkungan tertentu, karena heritabilitas merupakan gambaran apakah suatu karakter lebih dipengaruhi oleh faktor genetik atau faktor lingkungan (Alnopri, 2004). Heritabilitas menentukan kemajuan seleksi, semakin besar nilai heritabilitas makin besar kemajuan seleksi yang diperoleh dan makin cepat varietas unggul dilepas. Sebaliknya, semakin rendah nilai heritabilitas arti sempit makin kecil kemajuan seleksi diperoleh dan semakin lama varietas unggul baru diperoleh (Dahlan dan Slamet, 1992 dikutip oleh Aryana, 2011). Heritabilitas berdasarkan variasi komponennya dibedakan menjadi heritabilitas dalam arti luas (broad sense heritability) dan heritabilitas dalam arti sempit

5 (narrow sense heritability). Heritabilitas dalam arti luas merupakan perbandingan antara varians genetik total dan varians fenotipe, sedangkan heritabilitas dalam arti sempit merupakan perbandingan antara varians aditif dan varians fenotipe (Mangoendidjojo, 2003). Penelitian pada populasi F 1 Tanggamus x Taichung untuk tingkat keparahan penyakit termasuk ke dalam kategori tahan dengan rerata KP 24,84% dan nilai duga heritabilitas dalam arti sempitnya termasuk kriteria sedang. Karakter agronomi yang termasuk ke dalam kriteria rendah adalah tinggi tanaman, jumlah biji sehat, bobot biji sehat, dan bobot sepuluh butir biji (Putri, 2013). Jika heritabilitas dalam arti sempit bernilai tinggi, sifat tersebut dikendalikan oleh aksi gen aditif pada kadar tinggi. Sebaliknya, jika nilai heritabilitas bernilai rendah, sifat tersebut dikendalikan oleh aksi gen bukan aditif yaitu dominan atau epistasis pada kadar yang tinggi (Suprapto dan Kairudin, 2007). Genotipe harapan kedelai generasi F 2 hasil persilangan Tanggamus x Taichung memiliki rerata KP F 2 terpilih 27,74% termasuk kategori agak tahan. Nilai duga heritabilitas dalam arti luas untuk karakter ketahanan masuk ke dalam kriteria tinggi dan hampir seluruh karakter agronomi yang diamati memiliki heritabilitas tinggi, kecuali bobot sepuluh butir biji termasuk ke dalam kriteria rendah (Aprianti, 2014). Hasil penelitian Hakim (2010) menyatakan bahwa nilai duga heritabilitas paling tinggi terdapat pada karakter tinggi tanaman dan jumlah polong. Nilai heritabilitas tinggi, maka dapat disimpulkan bahwa keragaman suatu karakter lebih disebabkan oleh faktor genetik. Selanjutnya, bila nilai heritabilitas suatu sifat telah diketahui maka pemulia akan mudah menentukan kapan seleksi dilakukan untuk perbaikan suatu sifat.

6 Berkaitan dengan seleksi selain nilai duga heritabilitas, juga perlu diestimasi nilai korelasi. Korelasi antarsifat pada dasarnya mengukur derajat keeratan hubungan antara sifat-sifat baik korelasi genotipe maupun fenotipe. Korelasi genotipe dan fenotipe antarkarakter bermanfaat untuk perencanaan dan evaluasi di dalam program-program pemuliaan tanaman (Gultom, 2004). Menurut Warwick et al., (1983) dikutip Hamdan (2005), korelasi genetik akan mempengaruhi perubahan genetik sifat lain yang tidak diseleksi. Apabila korelasi genetik semakin tinggi, perubahan pada sifat yang berkorelasi akan terjadi semakin besar. Korelasi genetik dapat berubah dalam populasi yang sama selama beberapa generasi apabila ada seleksi yang intensif. Nilai duga korelasi genetik hanya berlaku pada populasi tempat nilai tersebut diestimasi dan pada kurun waktu tertentu pula. Nilai duga korelasi genotipe dan fenotipe dapat dimanfaatkan untuk melakukan seleksi secara tidak langsung antara satu karakter dengan karakter target. Hasil analisis korelasi persilangan Tanggamus x Taichung generasi F 2 oleh Aprianti (2014), memberikan informasi bahwa karakter keparahan penyakit tidak memiliki korelasi dengan seluruh karakter agronomi yang diamati. Selanjutnya, Aprianti (2014) menyatakan bahwa karakter yang disarankan sebagai kriteria seleksi adalah karakter jumlah polong bernas, dan total jumlah biji, sebab karakter ini berkorelasi dengan bobot biji per tanaman. Karena nilai-nilai korelasi tersebut positif, apabila menseleksi karakter yang satu mengakibatkan karakter yang lain turut terseleksi dan meningkat. Menurut Sudarmadji (2007), korelasi dua atau lebih antara sifat positif yang dimiliki akan memudahkan seleksi karena akan

diikuti oleh peningkatan sifat yang satu diikuti dengan yang lainnya, sehingga 7 dapat ditentukan satu sifat tertentu akan memberi pengaruh menguntungkan atau tidak pada sifat yang lain. Sebaliknya bila korelasi negatif, maka sulit untuk memperoleh sifat yang diharapkan. Bila tidak ada korelasi di antara sifat yang diharapkan, maka seleksi menjadi tidak efektif. Korelasi yang terjadi antardua karakter tanaman jika dilihat dari faktor genetiknya dapat disebabkan oleh: (1) Pleitropi yaitu peristiwa yang terjadi bila suatu gen pada suatu lokus, atau suatu set gen pada beberapa lokus mengendalikan dua karekter yang berbeda atau lebih, dan (2) Linkage merupakan fenomena yang menjelaskan suatu peristiwa bahwa terdapat dua gen atau lebih yang mengendalikan dua atau lebih karakter yang berbeda dan terletak pada unit kromosom yang sama. Oleh karena itu, kedua karakter tersebut cenderung akan diwariskan secara bersama-sama (Rachmadi, 2000). Penelitian ini akan mengestimasi nilai heritabilitas dan korelasi hasil persilangan Tanggamus x Taichung generasi F 3. Populasi generasi F 3 tanaman kedelai masih mengalami segregasi yang cukup tinggi, diharapkan populasi F 3 tersebut menghasilkan keragaman genetik yang tinggi sehingga nilai duga heritabilitas serta korelasinya pun tinggi dan akhirnya diperoleh zuriat tanaman kedelai yang mempunyai karakter tahan terhadap serangan SMV dan berproduksi tinggi.

Penelitian ini dilakukan untuk menjawab masalah yang dirumuskan dalam 8 pertanyaan berikut: 1. Berapa besaran nilai duga heritabilitas karakter ketahanan terhadap SMV dan karakter agronomi tanaman kedelai populasi F 3 keturunan Tanggamus dan Taichung? 2. Apakah terdapat korelasi antara karakter ketahanan terhadap SMV dan karakter agronomi tanaman kedelai populasi F 3 keturunan Tanggamus dan Taichung? 3. Apakah terdapat nomor-nomor harapan untuk karakter ketahanan terhadap SMV dan karakter agronomi tanaman kedelai populasi F 3 keturunan Tanggamus dan Taichung? 1.2 Tujuan Penelitian 1. Mengetahui besaran nilai duga heritabilitas karakter ketahanan terhadap SMV dan karakter agronomi tanaman kedelai populasi F 3 keturunan Tanggamus dan Taichung. 2. Mengetahui korelasi antara karakter ketahanan terhadap SMV dan karakter agronomi tanaman kedelai populasi F 3 keturunan Tanggamus dan Taichung. 3. Mengetahui nomor-nomor harapan untuk karakter ketahanan terhadap SMV dan karakter agronomi tanaman kedelai populasi F 3 keturunan Tanggamus dan Taichung. 1.3 Kerangka Pemikiran Berdasarkan rumusan permasalahan dan tujuan yang telah dikemukakan, disusun kerangka pemikiran untuk memberikan penjelasan terhadap perumusan masalah.

Penyebab lain rendahnya hasil kedelai di Indonesia adalah gangguan penyakit 9 tanaman, karena kedelai merupakan salah satu tanaman yang rentan terserang penyakit. Soybean mosaic virus adalah patogen penyakit mosaik kedelai yang sering merusak tanaman kedelai. Soybean mosaic virus ditularkan melalui benih mengakibatkan benih yang tidak sehat akan tumbuh menjadi kecambah dan tanaman yang tidak sehat, sehingga tidak mampu berproduksi optimal. Infeksi virus juga akan mempengaruhi jumlah dan bentuk sel serta organel, seperti mitokhondria dan kloroplas. Benih yang terinfeksi terlihat dari perubahan warna (discoloration), perubahan fisik biji (keriput, kusam, busuk) atau terdapatnya jamur pada benih. Salah satu upaya untuk mengurangi penurunan hasil akibat serangan penyakit mosaik kedelai adalah dengan menanam tanaman yang tahan dan berdaya hasil tinggi. Populasi F 1 hasil persilangan antara Tanggamus dan Taichung menunjukkan bahwa karakter keparahan penyakit termasuk ke dalam kategori tahan dengan rerata KP 24,84% dan nilai duga heritabilitas dalam arti sempit untuk karakter keparahan penyakit termasuk kriteria sedang. Kedelai generasi F 2 keturunan Tanggamus x Taichung memiliki rerata KP F 2 terpilih (seleksi) 27,74% termasuk kategori agak tahan. Nilai duga heritabilitas dalam arti luas untuk karakter ketahanan termasuk ke dalam kriteria tinggi. Hampir seluruh karakter agronomi memiliki nilai duga heritabilitas tinggi kecuali bobot sepuluh butir termasuk ke dalam kriteria rendah. Berdasarkan pertimbangan dipilih benih F 3 hasil persilangan Tanggamus x Taichung genotipe nomor 11 yang memiliki tingkat KP sebesar 25% (tahan) dan jumlah biji sehat 274 butir. Genotipe tersebut

ditanam pada penelitian ini dan dipilih berdasarkan hasil penelitian Wanda 10 (2014). Generasi F 3 merupakan generasi yang bersegregasi cukup tinggi dengan heterozigositasnya masih cukup tinggi sebesar 25% sehingga keragaman genetik populasi tersebut juga cukup tinggi. Keragaman genetik yang tinggi akan mempengaruhi nilai estimasi heritabilitas dan korelasi. Nilai duga heritabilitas sangat diperlukan dalam seleksi. Nilai heritabilitas yang tinggi akan lebih efektif dibandingkan populasi dengan heritabilitas rendah. Hal ini disebabkan pengaruh faktor genetik lebih besar daripada pengaruh lingkungan yang berperan dalam ekspresi karakter tersebut. Korelasi merupakan ukuran tentang derajat keeratan hubungan antara dua sifat baik korelasi genotipe maupun fenotipe. Pengetahuan mengenai korelasi antara sifat-sifat agronomi suatu tanaman dengan daya hasil memainkan peranan penting untuk seleksi. Pada generasi F 3 akan dilakukan analisis korelasi antara karakter ketahanan terhadap infeksi SMV dengan karakter agronomi. Apabila antara karakter ketahanan dan karakter agronomi terjadi peristiwa Pleiotropi atau linkage diduga terdapat hubungan antara karakter yang bersangkutan dan kemungkinan besar terdapat korelasi antara karakter ketahanan dan karakter agronomi serta antara berbagai karakter agronomi itu sendiri. Pada penelitian ini populasi kedelai generasi F 3 hasil persilangan Tanggamus dan Taichung yang memiliki heterogenitas genetik cukup tinggi, diharapkan memiliki ragam suatu karakter yang luas, nilai heritabilitas tinggi, dan terdapat korelasi

antara karakter ketahanan terhadap SMV dengan karakter agronomi sehingga 11 peluang memperoleh zuriat berproduksi tinggi akan semakin besar. 1.4 Hipotesis Hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut: 1. Heritabilitas karakter ketahanan terhadap SMV dan karakter agronomi tanaman kedelai populasi F 3 keturunan Tanggamus dan Taichung adalah tinggi. 2. Terdapat korelasi antara karakter ketahanan terhadap SMV dan berbagai karakter agronomi serta antara karakter agronomi itu sendiri. 3. Terdapat nomor-nomor harapan untuk karakter ketahanan terhadap SMV dan karakter agronomi tanaman kedelai populasi F 3 keturunan Tanggamus dan Taichung.