PROSES PENGAWETAN KAYU. 1. Persiapan Kayu untuk Diawetkan

dokumen-dokumen yang mirip
TATA LAKSANA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu. Penelitian ini dilakukan di daerah Minggir, Sleman, Yogyakarta dan di

PENGAWETAN KAYU. Eko Sri Haryanto

(STEK-SAMBUNG) SAMBUNG)

JENIS-JENIS PENGERINGAN

Gambar. Diagram tahapan pengolahan kakao

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

MENENTUKAN JUMLAH KALOR YANG DIPERLUKAN PADA PROSES PENGERINGAN KACANG TANAH. Oleh S. Wahyu Nugroho Universitas Soerjo Ngawi ABSTRAK

Dasar-Dasar Rumah Sehat KATA PENGANTAR

II. PENGAWETAN IKAN DENGAN PENGGARAMAN & PENGERINGAN DINI SURILAYANI

! "# # $ # % & % # '(()

V. POLA DAN TEHNIK PEMBELAHAN

Buku Petunjuk Pemakaian Pengering Rambut Ion Negatif

Meningkatkan Nilai Tambah Bawang Merah Oleh: Farid R. Abadi

PENGAWETAN KAYU. Eko Sri Haryanto, M.Sn

TATA CARA PERENCANAAN TANGKI SEPTIK DENGAN SISTEM RESAPAN

BAB II LANDASAN TEORI

MANISAN KERING JAHE 1. PENDAHULUAN 2. BAHAN

BAGAIMANA HUBUNGAN ANTARA SIFAT BAHAN KIMIA SEHARI-HARI DENGAN STRUKTUR PARTIKEL PENYUSUNNYA? Kegiatan 2.1. Terdiri dari

BAB 5 DASAR POMPA. pompa

Menanan Jamur Merang di Dalam Kumbung

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

4 KEADAAN UMUM UKM. Pulau Pasaran SKALA 1:

Buku Petunjuk Pemakaian Pengeriting Rambut Berpelindung Ion

Pendahuluan Motor Diesel Tujuan Rudolf Diesel Kesulitan Rudolf Diesel

Berbagai Bentuk Energi dan Penggunaannya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. melebihi daya dukung tanah yang diijinkan (Sukirman, 1992).

SELAMAT ATAS PILIHAN ANDA MENGGUNAKAN LEMARI PENDINGIN (REFRIGERATOR) DOMO

DIKTAT PENGERINGAN KAYU. Oleh: Efrida Basri

BAB 5 PEMUAIAN. Pemuaian. Kompetensi Dasar: Standar Kompetensi: Melakukan percobaan yang berkaitan dengan pemuaian dalam kehidupan sehari-hari.

MORFOLOGI DAN POTENSI. Bagian-Bagian Kayu - Kulit kayu - Kambium - Kayu gubal - Kayu teras - Hati - Lingkaran tahun - Jari-jari

PETUNJUK TEKNIS TATA CARA PEMBANGUNAN IPLT SISTEM KOLAM

OLEH HARI SUBAGYO BP3K DOKO PROSES PENGOLAHAN BIJI KOPI

Pengolahan, Pengemasan dan Penyimpanan Hasil Pertanian

PROSEDUR MOBILISASI DAN PEMASANGAN PIPA AIR MINUM SUPLEMEN MODUL SPAM PERPIPAAN BERBASIS MASYARAKAT DENGAN POLA KKN TEMATIK

Struktur dan Konstruksi II

TUGAS AKHIR PENGARUH PERUBAHAN TEMPERATUR PENGERING TERHADAP KUALITAS KAYU SUREN, SENGON, DAN MAHONI

TEKNIK PENGADAAN BIBIT ULIN DENGAN PEMOTONGAN BIJI BERULANG SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN KEDIKLATAN

EKSPERIMEN 1 FISIKA SIFAT TERMAL ZAT OLIMPIADE SAINS NASIONAL 2006 Waktu 1,5 jam

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. sesuai dengan SNI no. 03 tahun 2002 untuk masing-masing pengujian. Kayu tersebut diambil

BISNIS TANAMAN BONSAI

TEKNOLOGI PRODUKSI BENIH PASCA

BABV Kromatografi Kolom (Column Chromatography)

ANALISA EKONOMIS PERBANDINGAN KAPAL KAYU SISTEM LAMINASI DENGAN SISTEM KONVENSIONAL

Arang Tempurung Kelapa

BAB II LANDASAN TEORI. panas. Karena panas yang diperlukan untuk membuat uap air ini didapat dari hasil

BAB 3 METODOLOGI. yang dilaksanakan untuk menyelesaikan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai. Mulai. Tinjauan Pustaka. Pengujian Bahan/Semen

TEKNIK PASCAPANEN UNTUK MENEKAN KEHILANGAN HASIL DAN MEMPERTAHANKAN MUTU KEDELAI DITINGKAT PETANI. Oleh : Ir. Nur Asni, MS

putri Anjarsari, S.Si., M.Pd

PENGELOLAAN AIR LIMBAH

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB VI PEMBAHASAN. perawatan kesehatan, termasuk bagian dari bangunan gedung tersebut.

PEMBUATAN CUKA KAYU DAN APLIKASINYA PADA TANAMAN. Oleh : Sri Komarayati

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Hasil hutan tidak hanya sekadar kayu tetapi juga menghasilkan buahbuahan

Konstruksi Atap. Pengertian, fungsi dan komponen konstruksi atap

S o l a r W a t e r H e a t e r. Bacalah buku panduan ini dengan seksama sebelum menggunakan / memakai produk Solar Water Heater.

SELAMAT ATAS PILIHAN ANDA MENGGUNAKAN CHEST FREEZER DOMO

PENGOLAHAN PANAS DAN PENGOLAHAN PEMBEKUAN KELOMPOK 1

SANITASI DAN KEAMANAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN

KEPALA BADAN PENGENDALIAN DAMPAK LINGKUNGAN,

KALOR. Peristiwa yang melibatkan kalor sering kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari.

Cara uji berat jenis tanah

Kayu lapis untuk kapal dan perahu

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB XIV INSTALASI PIPA PVC

Persyaratan Tempat Penyimpanan Sementara Limbah B3 Yulinah Trihadiningrum 11 Nopember 2009

Metode pengujian kuat lentur kayu konstruksi Berukuran struktural

BAB III PROSES PERPINDAHAN KALOR DESTILASI DAN ANALISA

PERESAPAN BAHAN PENGAWET. 1. Faktor-faktor terhadap Peresapan

BAB I PENDAHULUAN. Untuk memenuhi kebutuhan industri perkayuan yang sekarang ini semakin

TES DIAGNOSTIK I POKOK BAHASAN TEKANAN ( Tekanan Pada Zat Padat, Tekanan Dalam Zat Cair, Hukum Pascal) Waktu : 90 menit

ΔL = ΔT. α. L 1. ΔA = ΔT. β. A 1 PEMUAIAN

BAB VI KLASIFIKASI KONSEP DAN APLIKASI RANCANGAN. rancangan terdapat penambahan terkait dengan penerapan tema Arsitektur

I. BEBERAPA KIAT PENGOPERASIAN MESIN PERONTOK PADI

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Penelitian sifat-sifat fisika dan mekanika kayu Glugu dan Sengon kawasan. Merapi dalam rangka mempercepat pemulihan ekonomi masyarakat Merapi

MANISAN KERING BENGKUANG

Gambar 36. Selai sebagai bahan olesan roti

METODE PENGUJIAN CAMPURAN ASPAL DENGAN ALAT MARSHALL

III. METODE PENELITIAN. 2. Air yang berasal dari Laboratorium Mekanika Tanah Fakultas Teknik

METODE PENGUJIAN TENTANG ANALISIS SARINGAN AGREGAT HALUS DAN KASAR SNI

I. PENDAHULUAN. Beras adalah buah padi, berasal dari tumbuh-tumbuhan golongan rumputrumputan

1. Bagian Utama Boiler

Kamariah Jurusan Pendidikan Matematika FKIP Universitas Musamus

BAB VII PEMBAHASAN MASALAH. Dalam setiap Proyek Konstruksi, metode pelaksanaan yang dilakukan memiliki

BAB III METODOLOGI A. Alat dan Bahan A.1Alat yang digunakan : - Timbangan - Blender - Panci perebus - Baskom - Gelas takar plastik - Pengaduk -

PENANGANAN PASCA PANEN YANG BAIK (GOOD HANDLING PRACTICES/GHP) RIMPANG

Cara uji titik lembek aspal dengan alat cincin dan bola (ring and ball)

TINJAUAN PUSTAKA. pada masa yang akan datang akan mampu memberikan peran yang nyata dalam

Jurnal Ilmiah Widya Teknik Volume 15 Nomor ISSN INOVASI MESIN PENGERING PAKAIAN YANG PRAKTIS, AMAN DAN RAMAH LINGKUNGAN

PENGARUH PERSENTASE PEREKAT TERHADAP KARAKTERISTIK PELLET KAYU DARI KAYU SISA GERGAJIAN

ANTIREMED KELAS 10 FISIKA Fluida Statis - Latihan Soal

PENGELOLAAN AIR LIMBAH KAKUS I

PENANGANAN PANEN DAN PASCA PANEN

Cooling Tower (Menara Pendingin)

III. METODE PELAKSANAAN. bulan April 2013 sampai dengan pertengahan Juni 2013.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISA TERMODINAMIKA LAJU PERPINDAHAN PANAS DAN PENGERINGAN PADA MESIN PENGERING BERBAHAN BAKAR GAS DENGAN VARIABEL TEMPERATUR LINGKUNGAN

TATA CARA PENGAMBILAN CONTOH ASPAL

HASIL DAN PEMBAHASAN

Transkripsi:

PROSES PENGAWETAN KAYU 1. Persiapan Kayu untuk Diawetkan Tujuan dari persiapan kayu sebelum proses pengawetan adalah agar 1 ebih banyak atau lebih mudah bahan pengawet atau larutannya meresap ke dalam kayu. Persiapan kayu sebelum diawetkan dapat satu atau lebih dari proses di bawah ini. a. Pengupasan kayu, untuk kayu bulat b. Pengeringan kayu, untuk kayu gergajian c. Pengerjaan kayu sampai bentuk akhir d. Perlubangan dangkal di sekitar garis tanah, untuk tiang listrik atau telepon. Untuk kayu basah yang akan segera diawetkan dan untuk menunggo pengeringan akan terlalu lama dapat dilakukan pengukusan disertai penghampaan selama satu atau dua hari. Apabila kayu diawetkan sebelum selesai pengerjaan akhir, maka ada dtiga kerugian yang diperoleh. Pertama, boros penggunaan bahan pengawet dan kedua, kayu limbah sesudah kayu diawetkan karena kayu kemudian dipotong, dibelah atau dibor, dipasah dan sebagainya, mengandung bahan pengawet dan dapat membahayakan lingkungan dan ketiga, karena dipotong akan terbuka bagian tengah kayu yang mungkin tidak teresapi bahan pengawet. 2. Proses Pengawetan Tanpa Tekanan Proses pengawetan dibagi ke dalam dua golongan besar yaitu proses pengawetan tanpa tekanan dan dengan tekanan. Proses tanpa tekanan lebih murah tetapi jumlah bahan pengawet yang meresap lebih sedikit dan waktunya lebih lama. a. Pengawetan permukaan meliputi pelaburan (untuk jumlah kayu yang sedikit), penyemprotan (untuk kayu bulat misalnya, pada bagian Ujung dan pangkalnya) danpencelupan (untuk kayu gergajian yang banyak, baik dengan sistim rantai berjalan masuk ke dalam kolam berisi larutan bahan pengawet, ataupun dengan sistim tumpukan yang diangkat dengan keran dan dicelupkan ke dalam bak larutan). Tujuan utama pengawetan permukaan untuk mencegah serangan jamur permukaan pada kayu-kayu tertentu seperti tusam, sengon dan ramin yang masih basah atau segar.

b. Perendaman, dibedakan perendaman dingin, yaitu peredaman pada suhu kamar dan perendaman panas-dingin yaitu perendaman di dalam larutan panas 70 C selama minimal 6 jam diteruskan perendaman pada suhu kamar selama satu hari. Pada proses ini kayu harus sudah kering udara. Kayu ditumpuk dengan menggunakan tongkattongkat antara seperti penumpukan pada pengeringan. Tumpukan hams diberi pemberat agar tidak mengapung di dalam larutan. Pada perendaman, peresapan yang paling banyak terjadi pada 3 hari yang pertama dan khususnya dalam 24 jam yang pertama, sesudah itu peresapan berlangsung sangat lambat dan akhirnya berhenti. Pada perendaman panas-dingin, pada saat perendaman panas, udara di dalam rongga sel kayu di lapisan luar menjadi panas, mengembang dan sebagian keluar meninggalkan kayu. Pada saat perendaman dingin, udara di dalam rongga sel kayu menjadi dingin dan karena massanya sudah berkurang, tekanannya menjadi kurang dari satu atmosfir. Akibatnya udara luar menekan larutan masuk ke dalam kayu. Apabila dikerjakan dengan baik, maka dengan waktu yang lebih singkat, jumlah bahan pengawet yang masuk ke dalam kayu sama dengan jumlah bahan pengawet yang masuk pada proses rendaman dingin. c. Proses difusi. Proses ini dilakukan pada kayu yang masih basah atau segar. 1) Pelaburan pada kayu bulat. Kayu bulat segar dikupas kulitnya dan dilaburi bahan pengawet bentuk pasta. Kayu kemudian ditumpuk, ditutup dengan lembaran yang kedap air (tidak tembus air dan uap air) selama 40 hari. Bahan pengawet akan masuk ke dalam kayu dengan cara difusi. 2) Proses stepping. Pohon ditebang, batang bebas cabang dipotong, disandarkan pada pohon lain, pangkal batang direndam larutan bahan pengawet selama beberapa hari. 3) Metode ban mobil. Pohon ditebang, batang direbahkan tanpa membuang cabang dan dawn, pangkal diangkat, ban dalam mobil dipotong sehingga seperti pipa karet, salah satu ujung pipa dimasukkan ke pangkal batang. Dari ujung lain dituangkan larutan bahan pengawet. 4) Pengawetan pohon hidup. Pada permukaan batang pohon dibuat takik spiral mengelilingi pangkal batang. Takik diisi bahan pengawet bentuk pasta, takik ditutup dengan lembaran kedap air dan didikat kuat selama beberapa hari. 5) Metode tong atau drum. Tonggak-tonggak pendek masih segar didirikan di dalam tong atu drum berisi larutan bahan pengawet. Setelah beberapa hari, bagian ujung dipotong 5 cm kemudian tonggak dibalik ujung pangkalnya, bagian ujung dimasukkan ke dalam larutan selama beberapa hari pula.

6) Metode Boucherie. Larutan bahan pengawet disimpan di dalam bak yang ditaruh di atas menara yang tinggi. Sebuah pipa keluar dari bak larutan ke bawah, disambung dengan suatu seri paralel kop yang masuk menyelimuti pangkal kavu bulat segar. d. Pengaranagn dan penyemprotan. Pangkal suatu tonggak diarangkan dengan api gas kemudian disemprot dengan larutan bahan pengawet. e. Metode seluhung pasir yang diberi &than penguwet. Bagian tonggak yang masuk ke dalam tanah diselubungi pasir dan pasir kemudian disiram larutan bahan pengawet. 3. Proses Pengawetan dengan Tekanan Proses pengawetan dengan tekanan membutuhkan tanki larutan yang tahan terhadap tekanan tinggi dan dilengkapi dengan pompa hisap dan pompa tekan. a. Proses sel penuh. Dipatenkan oleh John Bethell sehingga disebut proses Bethell. Secara harfiah dengan proses ini dimaksudkan agar bahan pengawet atau larutannya akan meresap atau masuk ke dalam dinding sel dan rongga sel kayu sehingga selnya menjadi penuh. Tujuannya agar diperoleh hasil peresapan yang maksimum. Pada proses ini diperlukan kayu yang kering udara. Urut-urutan kerjanya sebagai berikut. 1) Muatan kayu yang ditumpuk seperti penumpukan pada pengeringan, dimasukkan ke dalam tanki pengawetan. Tanki ditutup rapat. 2) Udara di dalam tanki dihisap atau dikeai yakum sehingga tekanan berkurang menjadi minimum tinggal 1/3 atmosfir selama 1/4 sampai 'A jam. 3) Tanpa mengubah kondisi yakum, larutan bahan pengawet yang sudah dipanaskan sebelumnya dipompakan masuk ke dalam tanki pengawetan sampai kayu terendam berlebihan. 4) Udara di dalam tanki kemudian dikenai tekanan sampai 12 atmosfir atau sampai maksimum selama 3-4 jam. 5) Tekanan dilepaskan, larutan dikeluarkan dan dikirim ke tanki larutan. 6) Udara di dalam tanki dikenai vakum lagi untuk mengeluarkan sisa-sisa larutan di dalamnya sampai 2 jam. 7) Tanki dibuka dan kayu dikeluarkan.

b. Proses sel kosong. Dipatenkan oleh Max Rueping sehingga disebut proses Rueping Secara harfiah, dengan proses ini dimaksudkan bahwa bahan pengawet atau larutannya hanya meresap ke dalam dinding sel kayu saja dan tidak masuk ke dalam rongga sel, sehingga selnya tetap kosong. Urut-urutan kerjanya sebagai berikut. 1) Muatan kayu dimasukkan ke dalam tanki pengawetan. Tanki ditutup rapat. 2) Udara di dalam tanki dikenai tekanan awal beberapa atmosfir selama 1/4-1/2 jam. 3) Tanpa mengubah kondisi tekanan, larutan bahan pengawet yang telah dipanaskan sebelumnya, dipompakan masuk ke dalam tanki pengawetan. Untuk ini diperlukan tanki keseimbangan untuk menampung udara keluar agar tekanan udara di dalam tanki tetap. 4) Udara di dalam tanki diberi tekanan sehingga mencapai 12 atmosfir atau sampai maksimum selama 3-4 jam. 5) Tekanan dilepaskan dan larutan dikeluarkan (untuk dikirim ke tanki larutan). 6) Udara di dalam tanki dikenai vakum selama 1/4 - '/2 jam untuk mengeluarkan sisa-sisa larutan di dalam tanki. 7) Tanki dibuka dan kayu dikeluarkan. c. Proses Lowry. Proses ini proses sel kosong dan merupakan modifikasi dari proses Rueping. Dipatenkan oleh Lowry. Proses ini persis sama dengan proses Rueping dengan hanya satu perbedaan yaitu tidak adanya tekanan awal pada proses ini. d. Proses Cellon. Proses ini menggunakan pelarut LPG (liquified petroleum gas). Setelah proses selesai dan tekanan dilepaskan, pelarut akan berubah menjadi gas kembali dan dihisap ke tanki yang lain untuk kemudian disimpan dalam bentuk cair setelah diberi tekanan tinggi. 3. Perlakuan terhadap Kayu sesudah Diawetkan Sesudah diawetkan, sebelum digunakan, kayu perlu dikering-udarakan terlebih dahulu di bawah atap selama 40 hari. Pengeringan perlu dilakukan di bawah atap agar tidak kehujanan yang dapat mencuci bahan pengawet dan tidak terkena sinar matahari langsung yang dapat membuat kayu retak dan pecah. Tujuan pengeringan adalah pada pengawetan dengan bahan pengawet larut air air akan menguap

bahan pengawet akan bereaksi dengan kayu dan mengendap di dalam kayu. Pada pengawetan dengan bahan pengawet minyak atau larut minyak, agar fraksi-fraksi dari minyak yang mudah menguap, akan menguap lebih dahulu dan ini akan mengurangi risiko kebakaran.