BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

dokumen-dokumen yang mirip
II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran kooperatif merupakan pemanfaatan kelompok kecil dua hingga

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara umum, semua aktivitas yang melibatkan psiko-fisik yang menghasilkan

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. Pembelajaran kooperatif merupakan bentuk pengajaran dimana para siswa bekerja

II. TINJAUAN PUSTAKA. TTW merupakan model pembelajaran kooperatif dimana perencanaan dari

BAB II KAJIAN PUSTAKA. aktivitas merupakan prinsip yang sangat penting di dalam interaksi belajar. aktivitas tersebut. Beberapa diantaranya ialah:

TINJAUAN PUSTAKA. Banyak orang belum mengetahui apa itu leaflet dan apa perbedaannya dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bertanya, mengajukan pendapat, dan menimbulkan diskusi dengan guru.

II. TINJAUAN PUSTAKA. kemempuan belajar sendiri atau melakukan aktivitas seluas-luasnya kepada

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model dimaknakan sebagai objek atau konsep yang digunakan untuk

BAB II KAJIAN KEPUSTAKAAN. Pembelajaran matematika membutuhkan proses bernalar yang tinggi

II. TINJAUAN PUSTAKA. belajar anggota lainnya dalam kelompok tersebut. Sehubungan dengan pengertian

BAB.II. KAJIAN PUSTAKA. seseorang, sehinga menyebabkan munculnya perubahan prilaku (Wina Sanjaya,

II. TINJAUAN PUSTAKA. dapat membawa hasil atau berdaya guna. Efektif juga dapat diartikan dengan

II. TINJAUAN PUSTAKA. juga mengalami sehingga akan menyebabkan proses perubahan tingkah laku pada

II. TINJAUAN PUSTAKA. Huda (2014) mengatakan bahwa tidak semua belajar kelompok bisa dianggap

II. TINJAUAN PUSTAKA. dan sasarannya. Sutikno (2005: 29) mengemukakan bahwa pembelajaran efektif

I. TINJAUAN PUSTAKA. tersebut bukan diperoleh langsung dari proses pertumbuhan seseorang secara

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran kooperatif saat ini banyak diterapkan oleh guru dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. belajar. Pada prinsipnya belajar adalah berbuat, tidak ada belajar jika tidak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memecahkan suatu permasalahan yang diberikan guru.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. tepat untuk diterapkan guna mencapai apa yang diharapkan yaitu menciptakan manusia

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang mengacu pada

II. TINJAUAN PUSTAKA. perubahan tingkah laku pada diri sendiri berkat pengalaman dan latihan.

(produk, proses dan sikap ilmiah). Pembelajaran IPA berawal dari rasa ingin tahu,

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara umum menurut Gagne dan Briggs (2009:3) yang disebut konstruktivisme

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa latin medius yang secara harfiah berarti

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menuju ke arah yang lebih baik. Menurut Hamalik (2001: 37) belajar

KAJIAN PUSTAKA. Aktivitas mengikuti proses pembelajaran meliputi mendengarkan

BAB II KERANGKA TEORITIS. Perubahan tersebut mencakup aspek tingkah laku, keterampilan dan

II. TINJAUAN PUSTAKA. salah satunya adalah teknik Numbered Head Together (NHT). Menurut

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PBL UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MAHASISWA PENDIDIKAN TATANIAGA

TINJAUAN PUSTAKA. TPS adalah suatu struktur yang dikembangkan pertama kali oleh Profesor

II. TINJAUAN PUSTAKA. Keberhasilan belajar tidak akan tercapai begitu saja jika pembelajaran tidak

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR FISIKA SISWA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. siswa yang melakukan kegitan belajar. Keberhasilan kegiatan pembelajaran

jadikan sebagai indikator aktivitas belajar siswa adalah:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. siswa tidak cukup hanya mendengarkan dan mencatat seperti yang sering

II. TINJAUAN PUSTAKA. Rosenberg (dalam Surjono, 2009: 3), mendefinisikan e-learning sebagai

MAKALAH TUGAS KELOMPOK EXAMPLE NON EXAMPLE. Mata Kuliah: METODE PEMBELAJARAN. Dosen Pengampu: Ahmad Nasir Aribowo, M.Pd.

MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER

BAB II KAJIAN PUSTAKA. perubahan seluruh tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai hasil

BAB II KAJIAN TEORI. usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah

IMPLEMENTASI METODE PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE (TPS) UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN TEKNIK KOMPUTER DAN JARINGAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Biologi berasal dari bahasa yunani, yaitu dari kata bios yang berarti

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF TIPE LISTENING TEAM PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS XI IPA SMA NEGERI 5 PADANG

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dari kehidupan manusia, bahkan sejak manusia lahir sampai akhir hayat.

Universitas Syiah Kuala Vol. 3 No.4, Oktober 2016, hal ISSN:

II. TINJAUAN PUSTAKA. mampu merangsang peserta didik untuk menggali potensi diri yang sebenarnya

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Ratih Rahmawati Program Studi Pendidikan Sosiologi Antropologi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta

BAB II KERANGKA TEORITIS. 1. Belajar dan Pembelajaran Matematika. memenuhi kebutuhan hidupnya. Menurut Slameto (2003:

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2009:6). Menurut Gagne (dalam Sadiman, 2006:6) menyatakan bahwa media

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. lingkungan tersebut mengalami perubahan, sehingga fungsi intelektual semakin

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Efektivitas pembelajaran yaitu terlaksana tidaknya suatu perencanaan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Belajar merupakan proses perubahan tingkah laku siswa akibat adanya

II. KAJIAN PUSTAKA. dari diri siswa hasil belajar merupakan puncak proses belajar.

PENERAPAN METODE TANDUR PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMPN 12 PADANG TAHUN PELAJARAN 2011/2012

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran mempunyai andil yang cukup besar dalam kegiatan

Oleh Saryana PENDAHULUAN

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Efektivitas merujuk pada kemampuan untuk memiliki tujuan yang tepat

BAB II KAJIAN TEORI. 1. Hakikat Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGARUH PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN MAKE A MATCH TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA KELAS XI IPA DI SMA NEGERI 14 PADANG.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dengan tujuan dan bahan acuan interaksi. Di dalamnya dikembangkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran yang efektif adalah pembelajaran yang memberikan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Pengertian Pembelajaran Pembelajaran berasal dari kata belajar. Menurut Rusman (2011) belajar diartikan

II. TINJAUAN PUSTAKA. pembelajaran dengan menggunakan sistem pengelompokkan/tim kecil yaitu

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

PUBLIKASI ILMIAH. Oleh: LULUK RIF ATIN A54F100033

II. TINJAUAN PUSTAKA. kepada anak didik untuk bekerjasama dengan sesama siswa dan saling

UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI SISWA KELAS VIIB SMP NEGERI 3 SENTOLO.

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, DAN HIPOTESIS. 1. Model Pembelajaran Example Non Example

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dalam pencapaian tujuan dan hasil belajar. Belajar menurut Bell-Gredler

e-issn Vol. 5, No. 2 (2016) p-issn

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS. kearah yang lebih baik. Menurut Hamalik (2004:37) belajar merupakan

KAJIAN PUSTAKA. Dalam kegiatan belajar mengajar siswa melakukan aktivitas. Pengajaran yang

PENINGKATAN KEAKTIFAN DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA DENGAN KOMBINASI MODEL PEMBELAJARAN JIGSAW

II. TINJAUAN PUSTAKA. satunya adalah metode diskusi. Hasibuan dan Moedjiono (2004:20) mengatakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pesan (Sadiman, 2002: 6). Secara umum alat peraga pembelajaran dalam

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN TEORI. teknik penyajian yang dikuasai guru untuk mengajar atau menyajikan bahan

pengalaman kelompok menjadi tiga tingkat. Pertama, tingkat problem-solving

NASKAH PUBLIKASI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Guru Sekolah Dasar SUSANTI A

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut (Sanjaya, 2009: ), pembelajaran kooperatif merupakan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Model Pembelajaran Contextual Teaching And Learning (CTL) 1. Pengertian Contextual Teaching And Learning (CTL)

ISSN Jurnal Exacta, Vol. X No. 1 Juni 2012

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kajian Teori

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA MELALUI STRATEGI PLANTED QUESTIONS PADA SISWA KELAS V SD N NGAGLIK, SAMBI, BOYOLALI TAHUN AJARAN 2012/2013

Transkripsi:

9 BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Model Pembelajaran Model pembelajaran merupakan set materi dan prosedur pembelajaran yang digunakan secara bersama-sama untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Menurut Joyce dan Weil dalam Tim pengembang MKDP kurikulum dan pembelajaran UPI (2006, h.139) model pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang dapat digunakan untuk membentuk kurikulum (rencana pembelajaran jangka panjang), merancang bahan-bahan pembelajaran dan membimbing pembelajaran di kelas. Selain itu Joyce ( dalam Triano, 2007 h.5 ) juga menyatakan bahwa, setiap model pembelajaran mengarahkan kita kedalam mendesainpembelajaran untuk membantu peserta didik sedemikian rupa sehingga tujuan pembelajaran tercapai. Adapun Soekamto ( dalam Triano, 2007, h.5 ) mengemukakan maksud dari model pembelajaran adalah: Kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan aktivitas belajar mengajar. Dari pengertian di atas, dapat diartikan model pembelajaran memberikan kerangka dan arah bagi guru untuk mengajar dalam penerapannya, model pembelajaran harus dilaksanakan sesuai dengan sesuai dengan keadaan

10 lingkungan dan kebutuhan siswa karena masing-masing model pembelajaran memiliki tujuan, prinsip, dan tekanan utama yang berbeda-beda. Dalam memilih model pembelajaran, guru harus memperhatikan relevansinya dengan pencapaian tujuan pengajaran yang ditetapkan. 2.1.2 Kriteria Model Pembelajaran Istilah model pembelajaran mempunyai arti yang luas dari pada strategi dan prosedur. Kardi dan Nur (dalam Trianto, 2007, h.6) menyebutkan bahwa model pembelajaran memiliki empat cirri khusus yang tidak dmiliki oleh strategi, metode dan prosedur. Ciri-ciri tersebut adalah: 1. Nasional teoritis logis yang disusun oleh para pencipta atau pengembangannya. 2. Landasan pemikiran tentang apa dan bagaimana siswa belajar (tujuan pembelajaran yang akan dicapai). 3. Tingkah laku mengajar yang diperlukan agar model tersebut dapat dilaksanakan dengan berhasil. 4. Lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran dapat tercapai. Selain ciri-ciri khusus pada suatu model pembelajaran, menurut khabibah (dalam Trianto, 2007, h.8) yang menyatakan bahwa untuk melihat tingkat kelayakan suatu model pembelajaran suatu aspek validitas dibutuhkan ahli dan praktisi untuk memvalidasi model pembelajaran yang dikembangkan. Sedangkan untuk aspek kepraktisan dan efektivitas diperlukan suatu perangkat pembelajaran yang dikembangkan. Berdasarkan pengertian di atas untuk melihat kedua aspek tersebut perlu dikembangkan suatu perangkat pembelajaran untuk suatu topic tertentu yang

11 sesuai dengan model pembelajaran yang dikembangkan. Selain itu dikembangkan pada instrumen penelitian yang sesuai dengan tujuan yang diinginkan. Sedangkan Arends (dalam Trianto, 2007, h.9) menyeleksi enam model pembelajaran yang sering dan praktis digunakan guru dalam mengajar yaitu: 1. Presentasi 2. Pengajaran langsung 3. Pengajaran konsep 4. Pembelajaran kooperatif 5. Pengajaran berdasarkan masalah, dan 6. Diskusi kelas Oleh karena itu model pembelajaran yang ada perlu diseleksi model pembelajaran mana yang paling baik untuk mengajarkan materi yang akan disampaikan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Sehingga pemilihan model pembelajaran membutuhkan suatu pertimbangan-pertimbangan tertentu. 2.1.3 Model Pembelajaran Examples Non Examples Menurut Neti Budiwati dan Leni Permana ( 2010, h. 80 ) model pembelajaran dengan pendekatan kontekstual merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa mendorong membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Berdasarkan penjelasan di atas, model pembelajaran examples non examples masuk ke dalam model pembelajaran kontekstual. Karena model pembelajaran examples non examples dalam pembelajarannya memberikan contoh

12 dan bukan contoh dari materi yang kemudian dikaitkan dengan kehidupan seharihari. Model pembelajaran examples non examples dapat dilakukan dalam metode ceramah ataupun diskusi. Karena model pembelajaran examples non examples bias dijadikan media pembelajaran agar metode pembelajaran ceramah menjadi lebih variatif. Model pembelajaran examples non examples merupakan model pembelajaran yang menggunakan gambar atau ilustrasi sebagai contoh dalam bentuk media pembelajaran. Penggunan media gambar atau ilustrasi ini disusun dan dirancang agar anak dapat menganalisis gambar atau ilustrasi tersebut menjadi sebuah bentuk diskripsi singkat mengenai apa yang ada dalam gambar atau ilustrasi tersebut. Penggunaan model pembelajaran examples non examples ini lebih menekankan pada konteks analisis siswa. Biasa yang lebih dominan digunakan dikelas tinggi, namun dapat juga digunakan dikelas rendah dengan menekankan aspek psikologis dan tingkat perkembangan siswa kelas rendah seperti : kemampuan berbahasa tulis dan lisan, kemampuan analisis ringan dan kemampuan berinteraksi dengan siswa lainnya. Model pembelajaran examples non examples menggunakan gambar dapat dengan OHP, Proyektor ataupun yang paling sederhana adalah poster. Gambar atau ilustrasi yang kita gunakan haruslah jelas dan dapat dimengerti.

13 Examples non examples dianggap perlu dilakukan karena suatu definisi konsep hanya sebagai suatu konsep yang diketahui secara primer dari segi definisinya bukan dari sifat fisiknya. Dengan memusatkan perhatian siswa terhadap examples non examples diharapkan akan dapat mendorong siswa untuk menuju pemahaman yang lebih dalam mengenai materi yang ada. a. Keunggulan dalam menggunakan model Examples non Examples Menurut Bruce Joyce, Marsha Weil, dan Emily Calhoum (2009) keuntungan dari model Examples non Examples antara lain : 1) Siswa berangkat dari satu definisi yang selanjutnya digunakan untuk memperluas pemahaman konsepny dengan lebih mendalam dan lebih komplek. 2) Siswa terlibat dalam satu proses discovery ( penemuan ), yang mendorong mereka untuk membangun konsep secara progresif melalui pengalaman dari Examples non Examples, 3) Siswa diberi sesuatu yang berlawanan untuk mengeksplorasi karakteristik sari suatu konsep dengan mempertimbangkan bagian non examples yang dimungkinkan masih terdapat beberapa bagian yang merupakan suatu karakter dari konsep yang telah dipaparkan pada bagian Examples. b. Kelemahan dalam model Examples Non Examples Menurut Bruce Joyce, Marsha Weil, dan Emily Calhoum (2009) ada beberapa kelemahan dalam menggunakan model Examples non Examples antara lain : 1) Tidak semua materi dapat disajikan dalam bentuk gambar 2) Memakan waktu lama c. Langkah-langkah model pembelajaran examples non examples : Menurut Agus Suprijono ( 2009, h. 125 ) langkah langkah model pembelajaran Examples Non Examples, diantaranya :

14 1) Guru mempersiapkan gambar gambar sesuai dengan tujuan pembelajaran. Gambar gambar yang digunakan merupakan gambar yang relevan dengan materi yang yang di bahas sesuai dengan kompetensi dasar 2) Guru menempelkan gambar di papan atau ditayangkan melalui LCD/OHP/InFocus. Pada tahap ini guru dapat meminta bantuan siswa untuk mempersiapkan gambar 3) Guru member petunjuk dan kesempatan kepada peserta didik untuk memperhatikan / menganalisa gambar. Peserta didik diberi waktu melihat dan menelaah gambar yang disajikan secara seksama agar detail gambar dapat dipahami oleh peserta didik, dan guru juga member deskripsi tentang gambar yang diamati. 4) Melalui diskusi kelompok 2-3 orang siswa, hasil diskusi dari analisa gambar tersebut dicatat pada kertas. Kertas ang digunakan sebaiknya disediakan oleh guru. 5) Tiap kelompok diberi kesempatan untuk membacakan hasil diskusinya. Dilatih peserta didik untuk untuk menjelaskan hasil diskusi mereka melalui perwakilan kelompok masing-masing 6) Mulai dari komentar/hasil diskusi peserta didik, guru mulai menjelaskan materi sesui dengan tujuan yang ingin dicapai 7) Guru dan peserta didik menyimpulkan materi sesuai dengan tujuan pembelajaran. 2.1.4 Keaktifan Belajar Siswa Keaktifan adalah beraneka bentuk kegiatan siswa dalam proses pembelajaran, dari keadaan fisik yang mudah diamati sampai kegiatan psikis yang sulit diamati. Kegiatan fisik yang mudah diamati seperti kegiatan membaca, mendengarkan, menulis dan berlatih keterampilan keterampilan. Sedangkan kegiatan psikis misalnya mengaplikasikan pengetahuan yang dimiliki dan memecahkan masalah yang dihadapi, membandingkan satu konsep dengan yang lain, menyimpulkan hasil percobaan (Dimyati dan Mudjino, 2009, h. 45) Menurut Djamarah (2008, h. 110) menjelaskan bahwa dalam pembelajaran, aktivitas siswa yang diharapkan tidak hanya aspek fisik melainkan

15 juga aspek mental. Siswa yang melakukan aktivitas secara fisik dan mental misalnya, bertanya, mengajukan pendapat, mengerjakan tugas, berdiskusi, menulis, membaca, membuat grafik dan mencatat hal-hal penting dari penjelasan guru. Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa keaktifan belajar adalah kegiatan siswa yang melibatkan aspek fisik dan mental secara aktif dalam pembelajaran. Beberapa diantaranya seperti mengajukan pertanyaan, memberikan tanggapan terhadap suatu hal, dan mengaplikasikan apa yang telah didapat termasuk dalam kegiatan siswa secara aktif selama proses pembelajaran. Menurut Daryanto (2010, h. 2) belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang utnuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Sedangkan menurut Uno (2011, h. 54) menyatakan bahwa belajar sebagai kegiatan yang dilakukan secara sadar untuk menghasilkan suatu perubahan, menyangkut pengetahuan, keterampilan, sikap, dan nilai-nilai. Jadi, belajar merupakan kegiatan yang dilakukan seseorang secara sadar untuk memperoleh sesuatu untuk mencapai perubahan. Maka dapat disimpulkan bahwa keaktifan belajar merupakan segala kegiatan yang dilakukan dalam proses interaksi antara guru dan siswa dalam rangka mencapai tujuan belajar. Pada prinsipnya belajar adalah berbuat dan segaligus merupakan proses yang membuat anak didik harus aktif. Belajar tidak bias dipaksakan oleh orang lain dan juga tidak bisa dilimpahkan kepada orang

16 lain. Keaktifan belajar dalam proses pembelajaran akan menyebabkan interaksi yang tinggi antara guru dengan siswa ataupun siswa itu sendiri, seperti yang dikemukakan oleh sardiman (2011, h. 99), secara alami siswa bisa menjadi aktif, karena adanya motivasi dan didorong oleh bermacam-macam kebutuhan. Siswa dipandang sebagai organism yang mempunyai potensi untuk berkembang. Oleh sebab itu, tugas pendidik adalah mengembangkan bakat dan potesi yang dimiliki peserta didik. Menurut Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 (Arifin, 2011, h. 40), menjelaskan bahwa pendidik harus melibatkan peserta didik untuk aktif mengembangkan potensi dirinya. Jadi, setiap setiap siswa merupakan makhluk yang aktif dan mempunyai potensi dasar untuk ditumbuh kembangkan. Tugas pendidik adalah mengaktifkan peserta didik, baik secara fisik, mental, intelektual, emosional maupun sosialnya. Diedrich dalam Sardiman ( 2011, h. 101) membuat suatu daftar yang berisi kegiata siswa yang anatar lain digolongkan sebagai berikut : 1) Visual Activities, misalnya membaca, memperhatikan gambar demonstrasi, percobaan, dan mengamati pekerjaan orang lain. 2) Oral Activities, misalnya menyatakan, merumuskan, bertanya, member saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara, diskusi, dan interupsi. 3) Listen Activities, misalnya mendengarkan uraian, percakapan, diskusi, music dan pidato. 4) Writing Activities, misalnya menulis cerita, karangan, laporan, angket dan menyalin. 5) Drawing Activities, misalnya menggambar, membuat grafik, peta dan diagram. 6) Motor Activities, misalnya melakukan percobaan, membuat konstruksi, bermain, berkebun, dan beternak. 7) Mental Activities, misalnya menanggapi, mengingat, memecahkan soal, menganalisis, melihat hubungan dan mengambil keputusan.

17 8) Emotional Activities, misalnya menaruh minat, merasa bosan, gembira, bersemangat, bergairah, berani, tenang, dan gugup. 2.1.5 Tujuan Keaktifan Belajar Keaktifan siswa dalam kegiatan pembelajaran sangat tergantung dari pemanfaatkan potensi yang dia miliki oleh siswa itu sendiri. Oleh karena itu, keaktifan siswa dalam menjalankan proses belajar mengajar merupakan salah satu kunci keberhasilan pencapaian tujuan pembelajaran. Siswa akan aktif dalam kegiatan belajarnya bila ada motivasi, baik itu memotivasi ekstrinsik maupun intrinsic. Agar siswa dapat tetap aktif dalam mengikuti kegiatan pembelajaran perlu dipilih jenis kegiatan atau juga yang sifatnya menarik atau menyenangkan bagi siswa disamping itu juga bersifat menantang. Pelaksanaan kegiatan hendaknya bervariasi dalam hal ini sehingga siswa lebih termotivasi dan mampu memeahkan masalah melalui media yang digunakan. 2.1.6 Indikator Keaktifan Keaktifan belajar menurut Sudjana (2010, h. 61) dapat diliht dari beberapa indicator antara lain : 1) Siswa turut serta dalam melaksanakan tugas belajarnya. Maksud dari indikator tersebut adalah dalam kegiatan pembelajaran, siswa berperan aktif menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru seperti mendengarkan, memberikan pendapat, menjawab pertanyaan, bertanya dan sebagainya. 2) Siswa terlibat dalam pemecahan masalah Siswa melakukan pemecahan masalah terhadap soal yang diberikan dengan baik. Pemecahan masalah di sini dalam bentuk individu atau kelompok, misalnya dalam kegiatan di kelas siswa mampu memecahkan permasalahn

18 yang diberikan dan ikut serta membahas bersama atau mencatat hasil pemecahan yang telah dibahas. 3) Siswa bertanya kepada siswa lain atau guru apabila tidak memahami persoalan yang dihadapinya. Maksud dari indikator tersebut adalah apabila siswa menghadapi kesulitan, siswa berani bertanya kepada siswa lain yang dirasa mampu untuk membantu atau bertanya dengan guru. Dan ketika siswa lain atau guru yang sedang dimintai jawaban sedang menjawab, hendaknya siswa mendengarkan dengan seksama. 4) Siswa aktif mencari informasi yang berhubungan dengan pemecahan masalah. Maksud dari indikator tersebut adalah dalam memecahkan permasalahan, siswa aktif mencari informasi untuk menyelesaikan permasalahan tersebut seperti pergi ke perpustakaan atau mencari sumber belajar yang lainnya. 5) Siswa melaksanakan diskusi kelompok dengan petunjuk guru. Siswa aktif dalam bekerja sama dan mengikuti aturan yang diberikan oleh guru saat melaksanakan kegiatan diskusi bersama kelompoknya. 6) Siswa dapat menilai kemampuan dirinya dan hasil-hasil yang diperolehnya. Indikator tersebut maksudnya adalah siswa mencoba melatih dirinya seperti mengerjakan soal setelah diterangkan oleh guru. 7) Siswa melatih diri dalam mengerjakan soal. Siswa terlihat aktif dan mampu memecahkan permasalahan terhadap soal yang diberikan. 8) Siswa mengerjakan apa yang diperolehnya dalam menyelesaikan tugas atau persoalan yang dihadapi. Maksud dari indikator tersebut adalah siswa menggunakan langkah-langkah atau rumus untuk menyelesaikan permasalahan yang dihadapinya. Dari uraian di atas tentang klasifikasi keaktifan, dapat diambil kesimpulan bahwa keaktifan dalam belajar merupakan suatu proses kegiatan belajar mengajar dimana siswa mengalami keterlibatan intelektual-emosional. Siswa dilibatkan secara fisik maupun mental dalam proses belajar seperti, bertanya, mengajukan pendapat, mengerjakan tugas, berdiskusi, menulis, membaca, membuat grafik, dan mencatat hal-hal penting dari penjelasan guru. Dalam proses pengajaran terutama di sekolah, apabila guru mampu melibatkan siswa untuk aktif dalam pembelajaran

19 maka suasana yang terbentuk tidak cenderung membosankan dan siswa akan senang mengikuti kegiatan belajar 2.1.7 Penerapan model pembelajaran examples non examples dalam meningkatkan keaktifan belajar siswa Model pembelajaran examples non examples merupakan model pembelajaran yang membentuk siswa untuk berkelompok yang terdiri dari 4-5 orang yang heterogen kemudian belajar didalam kelompok tersebut sehingga siswa dapat lebih aktif untuk mengembangkan materi. Siswa dituntut untuk aktif baik dalam proses penyampaian materi maupun pemahaman materi sehingga keaktifan belajar akan meningkat. Model pembelajaran examples non examples merupakan salah satu bagian dari kodel pembelajaran kooperatif yang dalam proses pembelajarannya membentuk kelompok, sehingga didalamnya terjadi interaksi antara siswa dan adanya aktivitas baik dalam belajar maupun dalam memahami suatu materi dalam sebuah wacana materi, kemudian siswa menyusun kembali pemahaman mteri yang sudah didiskusikan dengan kelompok kemudian dituangkan dalam kalimat sendiri. Dengan ini siswa akan lebih memahami materi yang dibandingkan dengan materi yang disampaikan guru dengan manggunakan metode ceramah. Keaktifan siswa yang dimaksud adalah kegiatan atau aktifitas yang dilakukan oleh siswa dalam sebuah proses pembelajaran yang akan tercipta situasi belajar aktif. Keaktifan siswa dalam proses belajar mengajar disini mencakup

20 diantaranya keaktifan belajar siswa untuk mengerjakan soal latihan didepan kelas, keaktifan bertanya, keaktifan mengemukakan ide, keaktifan menjawab pertanyaan, keaktifan menyanggah atau menyetujui ide teman. 2.2 Hasil hasil Penelitian Terdahulu Tabel 2.2 Hasil Penelitian Terdahulu No Nama Judul Metode Hasil Penelitian Persamaan Perbedaan 1 Citra Pengaruh Metode yang Tidak Teknik perbedaan Dewi Penerapan digunakan terdapat pembelajaran terletak pada Octavia Teknik oleh citra perbedaan yang dipakai objek Pembelajaran adalah metode hasil oleh citra dan penelitian di Examples kuantitatif. belajar peneliti sama SMA Negeri Non Dan desain siswa menggunakan 7 Bandung. Examples penelitiannya pada mata teknik Sedangkan terhadap Nonequivalent pelajaran pembelajaran peneliti Hasil Belajar Control ekonomi examples non objek Siswa Pada Group Design antara examples penelitiannya mata kelas di SMA Pelajaran eksperime Pasundan 3 Ekonomi. n dan Bandung. (Studi kelas

21 Eksperimen kontrol pada siswa sebelum kelas XI IPS SMA Negeri 7 Bandung) diberikan perlakuan. Terdapat perbedaan hasil belajar siswa pada mata pelajaran ekonomi antara kelas eksperime n dan kelas control sesudah diberikan perlakuan Terdapat perbedaan

22 hasil siswa belajar pada kelas experiment pada mata pelajaran ekonomi sesudah dan sebelum penelitian. 2 Mentari Pemanfaatan Metode yang Pelaksanaan Sama sama Mentari Delta media Carta digunakan proses menggunakan Delta dengan Model metode pembelajaran teknik melakukan Examples kuantitatif dengan pembelajaran di Sekolah Non pemanfaatan example non Dasar ( SD ) Examples media catra examples sedangkan untuk model peneliti meningkatkan Partisipan dan hasil Belajar siswa kelas III pada pembelajaran examples non examples telah meningkatkan kualitas pembelajaran melakukan penelitian di Sekolah Menengah Atas (SMA)

23 IPA Konsep guru, ciri-ciri dan partisipasi Kebutuhan dan hasil Makhluk belajar siswa. Hidup 3 Anisa Penggunaan Metode yang Setelah Sama sama Anisa Fauziah Model digunakan menggunakan menggunakan Fauziah Safitri Examples metode model teknik Safitri Non kuantitatif example non pembelajaran melakukan Examples examples example non di Sekolah untuk penulis examples Dasar ( SD ) Meningkatkan berhasil sedangkan Kemampuan mengajarkan peneliti Menulis pembelajaran melakukan Karangan menulis penelitian di Narasi pada karangan Sekolah siswa Kelas V SDN Batukarut 1 narasi Menengah Atas (SMA)

24 2.3 Kerangka Pemikiran Belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku, dari tidak mengerti menjadi mengerti. Proses belajar yang baik senantiasa menghasilkan hasil belajar yang baik pula. Menurut sudjana belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang. Perubahan yang terjadi setelah proses belajar adalah perubahan yang positif. Jadi subyek belajar akan mengalami perubahan tingkah laku menjadi lebih bik setelah adanya pengalaman dan latihan. Sekarang ini, banyak sekali berkembang model-model pembelajaran. Salah satunya yang banyak digunakan dan dianggap dapt menumbuhkan keaktifan siswa yaitu model pembeljaran cooperative Learning. Pembelajaran kooperatif ini banyak sekali tekniknya. Salah satunya yaitu model pembelajaran Examples non examples. Model pembelajaran Examples non examples adalah model pembelajaran yang memberikan penjelasan materi berupa gambar atau ilustrasi. Gambar atau ilustrasi itu akan diberikan sebagai contoh dan bukan contoh sehingga siswa dapat menganalisa gambar atau ilustrasi yang sesuai dengan materi, sehingga dengan melihat atau memahami gambar atau ilustrasi materi yang dipelajari dapat disampaikan. Penggunaan model pembelajaran Examples non examples ini akan efektif meningkatkan keaktifan belajar siswa, krena penggunannya sesuai dengan karakteristik mta pelajaran ekonomi itu sendiri.

25 Dari penjelasan di atas dapat ditarik benang merah dan dibuat kerangka pemikiran sebagai berikut : Model pembelajaran Examples non Examples (X) Keaktifan Belajar Siswa (Y) Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran Skema Kerangka Pemikiran Berdasarkan gambar 1.1 yang merupakan variabel terikat adalah keaktifan belajar siswa (Y), sedangkan yang merupakan variabel bebas adalah model pembelajaran Examples non Examples (X). Keterangan : = Penerapan model pembelajaran Examples non Examples dalam meningkatkan keaktifan belajar siswa.

26 2.4 Asumsi dan Hipotesis 2.4.1 Asumsi Menurut Arikunto (2006, h.24) Asumsi adalah sesuatu yang diyakini kebenarannya adalah peneliti yang akan berfungsi sebagi hal-hal yang dipakai untuk tempat berpijak bagi peneliti dalam melakukan penelitian. Berdasarkan pengertian asumsi di atas, penulis berasumsi sebagi berikut : 1) Kegiatan pembelajaran masih berpusat pada guru 2) Guru mengetahui model pembelajaran 3) Metode pembelajaran yang digunakan guru hanya ceramah, sehingga siswa menjadi pasif dalam mengikuti proses kegiatan pembelajaran. 4) Pada mata pelajaran ekonomi d kelas X model pembelajaran Examples non Examples belum pernah digunakan. 5) Jika siswa diposisikan sebagai pusat dalam pembelajaran maka siswa akan menjadi aktif untuk berfikir tentang persoalan dan mencari penyelesaiannya dengan menggunakan kemampuan pengetahuannya. 2.4.2 Hipotesis Sugiono (2010, h.50) mengatakan bahwa hipotesis dapat diartikan sebagai suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap rumusan masalah yang akan dibuktikan kebenarannya secara empiri berdasarkan data dari lapangan. Dengan demikian hipotesis yang diajukan dalam penelitan ini adalah terdapat pengaruh

27 penerapan pembelajaran Examples non Examples (X) dalam meningkatkan Keaktifan Belajar Siswa (Y) pada mata pelajaran ekonomi. Adapun hipotesis dalam penelitian ini adalah yaitu sebagai berikut : 1. Tidak terdapat perbedaan keaktifan belajar siswa menggunakan model pembelajaran examples non examples? 2. Terdapat perbedaan peningkatan keaktifan belajar siswa menggunakan model pembelajaran examples non examples?