Disusun Oleh : Westry Sekar Fitriana

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. penyakit periodontitis (Asmawati, 2011). Ciri khas dari keadaan periodontitis yaitu gingiva kehilangan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Rerata Zona Radikal. belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi L) terhadap bakteri penyebab

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. ekstrak kulit nanas (Ananas comosus) terhadap bakteri Porphyromonas. Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. reaksi, piring kultur sel atau di luar tubuh makhluk hidup, syarat penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Desain penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian

IV. Hasil dan Pembahasan. A. Hasil penelitian. kamboja putih (Plumeria acuminataw.t.ait ) terhadap hambatan pertumbuhan

BAB III METODE PENELITIAN. laboratoris murni yang dilakukan secara in vitro. Yogyakarta dan bahan uji berupa ekstrak daun pare (Momordica charantia)

BAB III METODE PENELITIAN. Asam Jawa (Tamarindus indica L) yang diujikan pada bakteri P. gingivalis.

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Salah satu bagian tanaman pepaya yang dapat dimanfaatkan sebagai obat

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. Desain penelitian yang akan dilakukan adalah penelitian eksperimental

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. (Myrmecodia pendens Merr. & Perry) terhadap bakteri Lactobacillus

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN. mahkota dewa (Phaleria macrocarpa) dengan konsentrasi 25%, 50%

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. yaitu 10%, 25%, 50%, 75% dan 100%. 2. Bakteri uji yang digunakan adalah bakteri Enterococcus faecalis dengan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh daya antibakteri

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai uji klinis dan di pergunakan untuk pengobatan yang berdasarkan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan adalah eksperimental murni laboratoris

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Mikrobiologi Rumah Sakit

BAB I PENDAHULUAN. menduduki peringkat kedua setelah karies (Amalina, 2011). Periodontitis

AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK ETANOL BIJI BUAH PEPAYA (Carica papaya L.) TERHADAP Escherichia coli DAN Staphylococcus aureus

BAB III METODE PENELITIAN. Subyek pada penelitian ini adalah bakteri Enterococcus faecalis yang

Prosiding Seminar Nasional Kefarmasian Ke-1

BAB III METODE PENELITIAN

AKTIVITAS ANTIBAKTERI SARI BUAH BELIMBING WULUH (Averrhoa bilimbi Linn.) TERHADAP BAKTERI PSEUDOMONAS AERUGINOSA DAN STAPHYLOCOCCUS EPIDERMIDIS

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi ekstrak kulit buah dan

ABSTRAK. Pembimbing I : Widura, dr., MS. Pembimbing II : Yenni Limyati, dr., Sp.KFR., S.Sn., M.Kes. Selly Saiya, 2016;

BAB 4 METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. menciptakan hubungan oklusi yang baik (Dika et al., 2011). dua, yaitu ortodontik lepasan (removable) dan ortodontik cekat (fixed).

UJI EKSTRAK DAUN BELUNTAS

Daya Antibakteri Ekstrak Tumbuhan Majapahit (Crescentia cujete L.)Terhadap Bakteri Aeromonas hydrophila

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit periodontal adalah penyakit yang umum terjadi dan dapat ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. mamalia. Beberapa spesies Candida yang dikenal dapat menimbulkan penyakit

HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Kadar Air Ekstraksi dan Rendemen Hasil Ekstraksi

BAB I PENDAHULUAN. mulut. Ketidakseimbangan indigenous bacteria ini dapat menyebabkan karies gigi

BAB III METODE PENELITIAN. eksperimental laboratoris post test with control group design. 1. Populasi : Mahasiswa Pendidikan Dokter Angkatan 2013.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorium.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Sentral bagian

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mencapai 50% dari jumlah populasi dewasa. Di Indonesia penyakit periodontal

BAB III METODE PENELITIAN. dengan rancangan post test only control group design. Penelitian

BAB III. METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah. Streptococcus sanguis merupakan bakteri kokus gram positif dan ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dijumpai pada masyarakat dengan prevalensi mencapai 50% (Wahyukundari,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Koloni bakteri pada plak gigi merupakan faktor lokal yang mengakibatkan

ABSTRAK. EFEK ANTIMIKROBA EKSTRAK ETANOL BAWANG PUTIH (Allium sativum Linn.) TERHADAP Staphylococcus aureus DAN Escherichia coli SECARA IN VITRO

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masalah kesehatan terutama pada kesehatan gigi dan mulut semakin kompleks

Kata kunci: Infusa Siwak, Staphylococcus aureus, konsentrasi, waktu kontak.

DAYA HAMBAT DEKOKTA KULIT BUAH MANGGIS (Garcinia mangostana L.) TERHADAP BAKTERI ESCHERICHIA COLI. Muhamad Rinaldhi Tandah 1

DAYA ANTIBAKTERI EKSTRAK RIMPANG TEMULAWAK

ABSTRAK. EFEK ANTIBAKTERI EKSTRAK ETANOL BUNGA ROSELLA (Hibiscus sabdariffa Linn) TERHADAP Staphylococcus aureus SECARA IN VITRO

ABSTRAK EFEKTIVITAS ANTIMIKROBA EKSTRAK DAUN BINAHONG

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Identifikasi Tanaman Manggis (Garcinia mangostana)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Aktivitas antimikroba pada ekstrak sambiloto terhadap pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. Aggregatibacter Actinomycetemcomitans adalah bakteri gram negatif, nonmotile,

BAB 1 PENDAHULUAN. Nikaragua. Bersama pelayar-pelayar bangsa Portugis di abad ke 16, tanaman ini

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. in vitro. Rancangan penelitian yang digunakan adalah post-test kelompok

BAB III METODE PENELITIAN. Desain penelitian yang dilakukan pada penelitian ini adalah penelitian

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 1 PENDAHULUAN. lainnya sehingga mengganggu aktivitas sehari-hari. Angka kejadian masalah

BAB I PENDAHULUAN. Bahan-bahan alam banyak dimanfaatkan sebagai obat-obatan, termasuk dalam

BAB I PENDAHULUAN. pada infeksi yang disebabkan oleh bakteri seperti mycobacterium, staphylococcus,

OPTIMASI PEMBUATAN KOPI BIJI PEPAYA (Carica papaya)

PEMANFAATAN EKSTRAK ETANOL DAUN SOM JAWA SEBAGAI OBAT ANTISEPTIK DALAM SEDIAAN GEL ANTISEPTIK KULIT

PERBEDAAN DAYA HAMBAT EKSTRAK ETANOL BIJI ALPUKAT (Persea americana Mill.) TERHADAP PERTUMBUHAN BAKTERI Escherichia coli DENGAN Staphylococcus.

BAHAN DAN METODE Bahan dan Alat

BAB IV METODE PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Mikroorganisme dapat menyebabkan infeksi terhadap manusia. Infeksi

BAB I PENDAHULUAN. 86%-nya menderita penyakit periodontal (Arif, 2013). Menurut (Carranza, dkk., 2006), actinomycetemcomitans merupakan

BAB V PEMBAHASAN. graveolens L.), kemangi (Ocimum bacilicum L.) serta campuran keduanya. terhadap pertumbuhan Candida albicans in vitro yang

HASIL DA PEMBAHASA. Kadar Air

METODE PENELITIAN. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung.

PERBANDINGAN EFEK EKSTRAK BUAH ALPUKAT (Persea americana Mill) TERHADAP PERTUMBUHAN BAKTERI Pseudomonas aeruginosa DENGAN METODE DISK DAN SUMURAN

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian bulan Desember 2011 hingga Februari 2012.

BAB 1 PENDAHULUAN. iskemik jaringan pulpa yang disertai dengan infeksi. Infeksi tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Tingkat keparahan penyakit periodontal di Indonesia menduduki. urutan kedua utama setelah karies yang masih merupakan masalah

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan April-Juni 2014 di Laboratorium

ABSTRAK. Kata Kunci : Streptococcus mutans, avokad, in vitro.

ABSTRAK. EFEK ANTIMIKROBA EKSTRAK ETANOL DAUN SALAM (Syzygium polyanthum) TERHADAP Escherichia coli DAN Bacillus subtilis SECARA IN VITRO

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan negara yang memiliki ribuan jenis tumbuhan

EFEKTIFITAS EKSTRAK DAUN KATUK (SAUROPUS ANDROGYNUS L.) DALAM MENGHAMBAT PERTUMBUHAN BAKTERI STAPHYLOCOCCUS AUREUS SECARA IN VITRO

BAB IV METODE PENELITIAN. Jenis penelitian adalah eksperimental laboratories dengan rancangan. penelitian The Post Test Only Control Group Design.

BAB III METODE PENELITIAN

DAYA ANTIBAKTERI BERBAGAI KONSENTRASI EKSTRAK DAUN KEMBANG BULAN

BAB 1 PENDAHULUAN. dipisahkan dari kesehatan umum (Ramadhan dkk, 2016). Kesehatan gigi dan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

PENGARUH EKSTRAK ETANOL DAUN LABU SIAM (Sechium edule (Jacq.) Swartz) TERHADAP DAYA HAMBAT PERTUMBUHAN PERIODONTITIS

BAB I PENDAHULUAN. merupakan kelompok mikroba di dalam rongga mulut dan dapat diklasifikasikan. bakteri aerob, anaerob, dan anaerob fakultatif.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 5 HASIL PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. penting dalam pemenuhan kebutuhan gizi, karena memiliki protein yang

BAB III METODE PENELITIAN

SKEMA ALUR PIKIR. Kulit Buah Manggis

EFEKTIVITAS EKTRAK PROPOLIS LEBAH KELULUT (Trigona spp) DALAM

Transkripsi:

NASKAH PUBLIKASI EFEKTIVITAS DAYA ANTIBAKTERI EKSTRAK BIJI PEPAYA (Carica papaya Linn.) TERHADAP BAKTERI Actinobacillus actinomycetemcomitans Disusun Oleh : Westry Sekar Fitriana 201103477 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER GIGI FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2015

EFEKTIVITAS DAYA ANTIBAKTERI EKSTRAK BIJI PEPAYA (Carica papaya Linn.) TERHADAP BAKTERI Actinobacillus actinomycetemcomitans Westry Sekar Fitriana 1, Ika Andriani 2 1 Program Studi Pendidikan Dokter Gigi FKIK UMY 2 Bagian Periodonsia Program Studi Pendidikan Dokter Gigi FKIK UMY Abstract Indonesia has a high incident level of periodontitis. Actinobacillus actnomycetemcomitans is one of bacteria causing chronic periodontitis. One of the plants that have the power to inhibit the growth of this bacterium is papaya (Carica papaya L.) with the content of saponin, flavonoid, alkaloid and triterpenoid on its seed.. The purpose of this research is to determine the differences of papaya seed (Carica papaya L.) extract s antibacterial power effectiveness against Actinobacillus actinomycetemcomitans. This research uses houl plate diffusion method using TSA medium. There are 25 samples, each groups consist of 5 different treatment which consists of papaya seed extract (25%, 50%, 1%), tetracycline as the positive control, and sterilized aquades as the negative control. The result of ANOVA test shows the significance of p<0.05. There are any differences of papaya seed extract s antibacterial power effectiveness against Actinobacillus actinomycetemcomitans. The 1% extract has the most effective power. Keyword : Papaya seed, Actinobacillus actinomycetemcomitans, periodontitis Abstrak Insiden periodontitis dilaporkan cukup tinggi di Indonesia. Actinobacillus actinomycetemcomitans merupakan penyebab terjadinya periodontitis kronik. Salah satu tumbuhan yang diharapkan dapat menghambat pertumbuhan bakteri Actinobacillus actinomycetemcomitans adalah pepaya (Carica papaya L.) yang mana ekstrak bijinya memiliki kandungan senyawa aktif berupa saponin, flavonoid, alkaloid dan triterpenoid. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan efektivitas daya antibakteri ekstrak biji pepaya (Carica papaya L.) terhadap pertumbuhan bakteri Actinobacillus actinomycetemcomitans. Penelitian dilakukan dengan metode houl plate diffusion menggunakan media TSA. 25 sampel yang dibagi ke dalam 5 kelompok perlakuan yang terdidi dari ekstrak biji pepaya berbagai konsentrasi (1%, 50%, 25%), tetrasiklin sebagai kontrol positif dan aquades steril sebagai kontrol negatif. Hasil analisis uji One Way ANOVA menunjukkan nilai signifikansi p<0.05 yang berarti terdapat perbedaan efektivitas daya antibakteri ekstrak biji pepaya (Carica papaya L. terhadap pertumbuhan bakteri Actinobacillus actnomycetemcomitans. Ekstrak dengan konsentrasi 1% memiliki daya antibakteri paling efektif. Kata kunci : Biji pepaya, Actinobacillus actinomycetemcomitans, periodontitis PENDAHULUAN Insiden periodontitis dilaporkan cukup tinggi di Indonesia, penyakit ini merupakan penyebab utama kehilangan gigi pada kelompok usia 35 tahun ke atas. Hasil dari berbagai macam studi menemukan bahwa penyakit periodontitis banyak ditemukan pada usia muda memberi kesan bahwa unsur genetik diduga turut berperan dalam suseptibilitas terhadap penyakit periodontitis 1 Periodontitis adalah suatu inflamasi pada jaringan pendukung gigi. Pada keadaan periodontitis, gingiva kehilangan perlekatannya dengan gigi dan membentuk suatu celah yang disebut pocket gingiva terinfeksi. Toksin dari bakteri-bakteri plak bercampur dengan respon alami pertahan

tubuh secara perlahan merusak tulang dan jaringan penyangga gigi sehingga gigi kehilangan jaringan pendukungnya. Apabila tidak ditangani dengan benar, gigi dapat menjadi goyah bahkan lepas dari socketnya. 2 Actinobacillus actinomycetemcomitans merupakan salah satu penyebab terjadinya periodontitis kronik. Actinobacillus actinomycetemcomitans mempunyai sejumlah faktor virulensi yang membantu progresifitas penyakit. 3 Faktor virulensi pada bakteri ini menyebabkan kerusakan jaringan periodontal yang dapat menyebabkan terjadinya periodontitis. 4 Actinobacillus actinomycetemcomitans memproduksi leukotoksin yang dapat membunuh neutrofil yang berfungsi melawan infeksi periodontal. 5 Salah satu tanaman yang dapat dimanfaatkan sebagai obat tradisional adalah tanaman pepaya (Carica papaya L). Secara tradisional biji pepaya dapat dimanfaatkan sebagai obat cacing gelang, gangguan pencernaan, diare, kontrasepsi pria, bahan baku obat masuk angin, dan sebagai sumber untuk mendapatkan minyak dengan kandungan asam-asam lemak tertentu. Minyak biji pepaya yang berwarna kuning diketahui mengandung 71,60% asam oleat, 15,13% asam palmitat, 7,68% asam linoleat, 3,60% asam stearat dan asam-asam lemak lain dalam jumlah relatif sedikit atau terbatas. 6 Kematian bakteri Porphyromonas gingivalis mungkin disebabkan oleh flavonoid berkhasiat bakterisid dan fungisid. 7 Senyawa flavonoid dapat berperan secara langsung sebagai antibiotik dengan menggangu fungsi organisme seperti bakteri atau virus. 8 Penelitian Puspitaningtyas tahun 2012 menunjukkan bahwa ekstrak biji pepaya mengandung alkaloid, saponin, triterpenoid dan flavonoid. Ekstrak biji pepaya pada konsentrasi 1% mampu menghambat pertumbuhan bakteri Bacillus sp., Staphylococcus sp., Streptococcus sp.. Berdasarkan hal tersebut di atas, peneliti ingin menguji efektivitas daya antibakteri ekstrak biji pepaya (Carica papaya L) terhadap pertumbuhan bakteri Actinobacillus actinomycetemcomitans. BAHAN DAN METODE Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimental laboratoris tentang efektivitas daya antibakteri ekstrak biji pepaya (Carica papaya L) terhadap pertumbuhan bakteri Actinobacillus actinomycetemcomitans. Pelaksanaan penelitian berupa proses ekstraksi biji papaya dilakukan di LPPT Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada, serta pengujian ekstrak biji pepaya (Carica papaya L.) dengan bakteri Actinobacillus actiomycetemcomitans dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Waktu penelitian ini adalah pada bulan Agustus 2014. Tahap pembuatan ekstrak kulit manggis diawali dengan proses pencucian biji papaya sampai bersih kemudian pengerigan dengan cara dijemur lalu ditumbuk sampai menjadi serbuk. Kemudian diekstraksi dengan etanol 70% secara maserasi kemudian direndam selama 24 jam. Setelah itu dilakukan penyaringan, sehingga residu tertinggal dan mendapatkan filtrat. Filtrat yang didapat lalu dievaporasi, hasilnya didapat ekstrak kental.untuk mendapat konsentrasi ekstrak biji pepaya 1%, 50%, 25% adalah sebagai berikut: 1 gram ditambah aquades 1 ml : 1% 50 gram ditambah aquades 1 ml : 50% 25 gram ditambah aquades 1 ml : 25% Bakteri Actinonobacillus actinomycetemcomitans hasil biakan dambil dengan ose steril, kemudian dimasukkan ke media BHI (Brain Heart Infusion) dan diinkubasikan selama 24 jam pada suhu 37 o C sehingga diperoleh suspensi Actinonobacillus actinomycetemcomitans. Aquades

ditambahkan pada suspensi Actinonobacillus actinomycetemcomitans sehingga mencapai kekeruhan sesuai standar Brown III yaitu 10 6 CFU/ml. Akan terbentuk koloni dan ditempatkan pada suhu 37 o C. Dalam penelitian ini dilakukan 3 kali percobaan. Biakan dibagi menjadi 5 sektor dan masing-masing di buat sumuran menggunakan pipet dengan diameter 5 mm dan kedalaman 3 mm.kemudian 1 mm suspensi kuman diinokulasi pada permukaan media agar TSA (Tryptic Soy Agar) hingga rata. Tiap-tiap sumuran diisi ekstrak biji pepaya dengan konsentrasi yang berbeda (1%, 50%, 25%) sebanyak 50 µl. yang digunakan adalah Tetrasiklin dan aquades. Kemudian media diinkubasi pada suhu 37 C selama 24 jam. Potensi kuman diukur dengan melihat zona radikal menggunakan sliding caliper dengan ketelitian 0,05 mm. Pengukuran zona radikal yaitu dengan mengambil tiga garis yang melalui titik pusat lubang sumuran. Pada pengukuran pertama menggunakan diameter daerah bening (A-B) dikurangi diameter sumuran (a-b) dibagi dua. Pengukuran kedua menggunakan diameter daerah bening (C- D) dikurangi diameter sumuran (c-d) dibagi dua. Pengukuran ketiga menggunakan diameter daerah bening (E- F) dikurangi diameter sumuran (e-f) dibagi dua. Hasil akhir dari pengukuran zona radikal adalah pengukuran pertama ditambah dengan pengukuran kedua ditambah pengukuran ketiga kemudian hasilnya dibagi tiga Setelah penelitian selesai, data hasil peneitian disajikan menggunakan tabel. Penelitian ini dianalisa secara deskriptif dan analitik menggunakan uji One Way ANOVA. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Hasil percobaan menunjukkan adanya zona hambat pada masing-masing kelompok perlakuan seperti pada Tabel 1. berikut: Tabel 1. Hasil Rata-rata Zona Hambat Pertumbuhan Bakteri Actinobacillus actinomcetemcomitans Percob aan ke- (Tetrasi klin) 1 10.25 2 11 3 10 4 11 5 10.55 Ratarata 10.56 Kelompok Perlakuan Ekstr ak 25% 1.9 Ekstr ak 50% Ekstr ak 1 % 2.35 4.4 0 1.8 3.25 5.15 0 1 2.8 4 0 0.75 2.95 3.9 0 1 3.1 5.25 0 1.29 2.89 4.54 0 Kontr ol Negat if (Aqua des steril) Tabel di atas menunjukkan bahwa zona hambat ekstrak biji pepaya 25% setelah dirata-rata dari lima kali percobaan yaitu sebesar 1,29 cm, zona hambat ratarata ekstrak biji pepaya 50% menunjukkan angka 2,89 cm dan zona hambat rata-rata ekstrak biji pepaya 1% yaitu sebesar 4,54 cm. Rata-rata zona hambat dari kontrol positif yaitu antibiotik tetrasiklin sebesar 10,56 cm. Hal tersebut menunjukkan bahwa ekstrak biji pepaya memiliki daya antibakteri 45% dari daya antibakteri yang dimiliki antibiotik tetrasiklin. Meskipun tidak sebesar antibiotik tersebut, ekstrak yang digunakan dalam penelitian ini telah berhasil dibuktikan dayanya untuk menghambat pertumbuhan bakteri Actinobacillus actinomycetemcomitans. Analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji varian satu jalan (One Way ANOVA). Sebelum dilakukan perhituangan menggunakan One Way ANOVA, perlu dipenuhi salah satu syarat wajib yaitu uji normalitas pada data yang ada. Tujuan dilakukannya uji normalitas

adalah untuk mengetahui apakah suatu data distribusinya normal atau tidak. Uji normalitas yang digunakan pada penelitian ini adalah uji Saphiro- Wilk. Jumlah sampel kurang dari 50, maka data dikatakan memiliki distribusi normal dan syarat untuk dilakukannya uji One Way ANOVA telah terpenuhi jika p>0.05. Tabel 2. Hasil Uji Normalitas Data Kelompok Saphiro-Wilk ntrol strak 1% strak 50% strak 25% atistic 7 9 3 4 Hasil uji normalitas menunjukkan bahwa semua kelompok perlakuan memiliki data yang normal. Kelompok perlakuan pada KP (kontrol positif,tetrasiklin) memiliki p = 0.395, kelompok P1 (perlakuan 1, ekstrak 25%) memiliki p = 0.163, kelompok P2 (perlakuan 2, ekstrak 50%) memiliki p = 0.635, dan kelompok P3 (perlakuan 3, ekstrak 1%) memiliki p = 0.244. negatif tidak dimasukkan dalam pengolahan data ini karena hasilnya statis yaitu 0, sehingga dihilangkan secara otomatis oleh sistem. Semua kelompok perlakuan dikatakan memiliki data yang normal karena nilai signifikansinya p > 0.05. Tahapan selanjutnya yaitu melakukan Test of Homogenity of Variance untuk menguji apakah sampel yang diambil memiliki varians yang sama. Tabel 3. Hasil Uji Homogenitas Varians vene 1 2 g Statis tic 816 15 Berdasarkan tabel 3, uji homogenitas varians nilai signifikansi atau probabilitas menunjukkan hasil p>0.05 sehingga dapat disimpulkan bahwa data berasal dari populasi-populasi yang mempunyai varians sama. Selanjutnya keseluruhan data tersebut dianalisis g 5 3 5 4 menggunakan uji hipotesis varian satu jalan (One Way ANOVA). Hasil pengukuran zona hambat dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel 4. Hasil Uji ANOVA tween groups ithin Group s tal m of Squar es 6.059 963 50.022 ean Squ are.020 48 g. 1.142 Analisis menggunakan One Way ANOVA menunjukkan p < 0.05 maka Ho diterima, sehingga dapat disimpulkan hipotesis terbukti benar bahwa terdapat perbedaan efektivitas daya antibakteri pada ekstrak biji pepaya (Carica papaya L.). Fungsi uji One Way ANOVA adalah untuk membedakan rata-rata antar kelompok dari suatu percobaan yang memiliki sampel lebih dari 2 kelompok. Tabel 5. Hasil Uji Post Hoc LSD Kelompok Mean Sig. difference 270 * 670* Ekstrak 25% 020* Ekstrak 50% Ekstrak 1% ktrak 25% Ekstrak 50% Ekstrak 1% strak 50% Ekstrak 25% Ekstrak 1% 270* 6* 250* 670* 6* 650*

Ekstrak 1% Ekstrak 25% Ekstrak 50% 020* 250* 650* Uji Post Hoc LSD digunakan untuk mengetahui apakah seuatu kelompok memiliki perbedaan yang signifikan terhadap kelompok lainnya. Hasil analisis uji Post Hoc LSD pada penelitian ini menunjukkan tanda bintang (*) yang artinya semua kelompok memiliki perbedaan secara signifikan terhadap kelompok lain. Pembahasan Hasil penelitian pemberian ekstrak biji pepaya (Carica papaya L.) pada bakteri Actinobacillus actinomycetemcomitans menunjukkan distribusi data yang normal pada uji normalitas, yaitu dengan nilai signifikansi p>0.05. Uji normalitas adalah salah satu syarat yang mutlak untuk dilakukaannya uji One Way ANOVA. Data penelitian ini menunjukkan distribusi data yang normal, sehingga salah satu syarat uji One Way ANOVA telah terpehuhi dan dapat dilanjutkan pada uji selanjutnya. Uji homogenitas varians menunjukkan data yang homogen dengan nilai signifikansi p = 0.185, yang menunjukkan bahwa data-data tersebut berasal dari populasi-populasi yang sama. Semua syarat dilakukannya uji One Way ANOVA telah terpenuhi sehingga bisa dilanjutkan ke tahap selanjutnya. Hasil dari uji One Way ANOVA menunjukkan nilai signifikansi p<0.05 yang artinya tidak terdapat kesamaan pada masing-masing kelompok perlakuan. Hal ini sesuai dengan hipotesis bahwa terdapat perbedaan efektivitas daya antibakteri ekstrak biji pepaya (Carica papaya L.) terhadap pertumbuhan bakteri Actinobacillus actinomycetemcomitans. Uji Post Hoc LSD menunjukkan adanya tanda bintang pada semua kelompok yang menjelaskan bahwa setiap kelompok memiliki perbedaan yang signifikan terhadap kelompok lain. positif memiliki perbedaan yang signifikan terhadap ekstrak 25%, ekstrak 50% dan ekstrak 1%. Ekstrak 25% memiliki perbedaan yang signifikan terhadap kontrol positif, ekstrak 50%, dan ekstrak 1%. Ekstrak 50% memiliki perbedaan yang signifikan terhadap kontrol positif, ekstrak 25% dan ekstrak 1%. Ekstrak 1% memiliki perbedaan yang signifikan terhadap kontrol positif, ekstrak 25% dan ekstrak 50%. Uji homogenitas varians menunjukkan data yang homogen dengan nilai signifikansi p = 0.185, yang menunjukkan bahwa data-data tersebut berasal dari populasi-populasi yang sama. Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Sukadana dkk (28) yang menyatakan bahwa isolat triterpenoid dari biji pepaya mempunyai potensi sebagai antibakteri. Ketiga konsentrasi ekstrak yang digunakan menujukkan perbedaan di setiap kelompok dan terbukti bahwa ekstrak biji papaya 1% memiliki daya antibakteri yang paling tinggi dibandingkan dengan ekstrak 25% dan 50%. Flavonoid merupakan salah satu kelompok senyawa metabolit sekunder yang paling banyak ditemukan di dalam jaringan tanaman. Flavonoid dapat menghambat banyak reaksi oksidasi baik enzim maupun nonenzim. Senyawa kimia flavonoid telah terbukti diketahui sebagai senyawa dengan efek farmakologi yang cukup tinggi misalnya sebagai antibakteri, antioksidan dan antijamur pada salah satu metabolit sekundernya. 9 Mekanisme antibakteri flavonoid adalah dengan menghambat pertumbuhan bakteri, antara lain bahwa flavonoid menyebabkan terjadinya kerusakan permeabilitas dinding sel bakteri, mikrosom dan lisosom sebagai hasil interaksi antara flavonoid dengan dinding sel bakteri. 10

Alkaloid merupakan golongan zat tumbuhan sekunder yang terbesar dan memiliki kemampuan sebagai antibakteri. Mekanisme yang diduga adalah dengan cara mengganggu komponen penyusun peptidoglikan pada sel bakteri, sehingga lapisan dinding sel tidak terbentuk secara utuh dan menyebabkan kematian sel tersebut. 11 Saponin mengandung bahan pembersih yang larut dalam air dan lemak, serta molekul steroid dan triterpenoid. Saponin memiliki daya antiinflamasi, pemacu imunitas, antifungi dan antimikroba serta antiprotozoa. Saponin bekerja sebagai antibakteri dengan mengganggu stabilitas membran sel bakteri sehingga menyebabkan sel bakterilisis. Mekanisme kerja saponin termasuk dalam kelompok antibakteri yang mengganggu permeabilitas membran sel mikroba, mengakibatkan kerusakan membran sel dan menyebabkan keluarnya berbagai komponen penting dari dalam sel mikroba yaitu protein, asam nukleat, nukleotida dan lain-lain. 12 Triterpenoid memiliki aktivitas biologi seperti antioksidan, antifungi, antikanker, antimikroba. Triterpenoid memiliki aktvitas farmakologi spektrum luas, dengan daya toksisitas untuk host sangat rendah. Mekanisme kerja triterpenoid sebagai antibakteri adalah dengan merusak membran sel oleh senyawa lipofilik. 13 KESIMPULAN Kesimpulan pada penelitian ini adalah: 1. Terdapat perbedaan efektivitas daya antibakteri ekstrak biji pepaya (Carica papaya L.) terhadap pertumbuhan bakteri Actinobacillus actinomycetemcomitans. 2. Ekstrak biji pepaya yang memiliki daya antibakteri paling efektif dilihat dari besarnya zona hambat yaitu ekstrak dengan konsentrasi 1%. Saran 1. Perlu dilakukan penelitian tentang ekstrak biji pepaya (Carica papaya L.) dalam rongga mulut dengan pengujian toksisitas. 2. Perlu dilakukan penelitian daya antibakteri ekstrak biji pepaya (Carica papaya L.) terhadap jenis bakteri yang lain. DAFTAR PUSTAKA 1. Asmawati. 2011. Deteksi Mutasi Gen Nukleotide-Binding Oligomerization Domain 2 (NOD 2) pada Penderita Periodontitis. Universitas Hassanudin. 2. Clearinghouse, N. O. 2011. Periodontal (Gum) Diseases: Causes, Symptoms and Treatments. US: NIH. 3. Carranza, Newman, Klokkevold, & Takei. 2010. Clinical Periodontology. St Louis Missouri: Saunders Elsevier. 4. Paju, S. 20. Virulences Associated Characteristics Actinobacillus actinomycetemcomitans an Oral and Non Oral Pathogen. 5. Fidary, H., & Lessang, R. 28. Periodontitis Agresif, Karakteristik dan Perawatannya. Majalah Kedokteran Gigi 15 (2), 187-190. 6. Warisno. 23. Budi Daya Pepaya. Yogyakarta: Kanisius 7. Tjay, T. H., & Rahardja, K. 22. Obat-Obat Penting Khasiat, Penggunaan, dan Efek-Efek Sampingnya. Jakarta: PT Elex Media Komputindo.

8. Subroto, A., & Saputro, H. (21). Gempur Penyakit dengan Sarang Semut. Jakarta: Penebar Swadaya. 9. Dalimartha. (25). Atlas Tumbuhan Obat Indonesia Jilid 3. Jakarta: Puspa Swara. 10. Sabir A. 25. Aktivitas antibakteri flavonoid propolis Trigona spp. terhadap bakteri Streptococcus mutans (in vitro). Makassar,Indonesia : Dent.J (3): 135-141 12. Cheeke, P. R. (28). Saponins Surprising Benefits of Desserts Plants. The Linus Pauling Institure Journal. 13. Bishayee, A., Ahmed, S., Brankov, N., & Perloff, M. (2011). triterphenoids as Potential Agents for the Chemoprevention and Therapy of Breast Cancer. Front Biosci, 980-996. 11. Harborne, J. B. (27). Metode Fitokimia. Bandung: Penerbit ITB.