BAB I PENDAHULUAN. Manusia pada umumnya tumbuh dan besar melalui proses pendidikan.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Setelah melakukan penelitian mengenai proses pelatihan musik bagi anakanak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan musik di dunia pendidikan di Indonesia akhir-akhir ini

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

2015 PEMBELAJARAN TARI KREASI UNTUK MENINGKATKAN MINAT BELAJAR PADA SISWA KELAS VIII DI SMPN 45 BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini pendidikan musik tidak lagi dipandang sebagai mata pelajaran

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Helda Rakhmasari Hadie, 2015

BAB I PENDAHULUAN. Perguruan Tinggi. Pendidikan Seni Budaya diharapkan mampu mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

A. LATAR BELAKANG PENELITIAN

2013 PENGELOLAAN PEMBELAJARAN TARI DI SANGGAR FAMILY SUKAJADI BANDUNG

2015 PEMBELAJARAN GITAR DALAM KEGIATAN EKSTRAKURIKULER DI SMP AL-AZHAR SYIFA BUDI PARAHYANGAN PADALARANG

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi diri dalam berbagai disiplin ilmu. Lembaga pendidikan

M. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR SENI BUDAYA SMPLB TUNANETRA

48. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR SENI BUDAYA SMA/MA/SMK/MAK

BAB I PENDAHULUAN. atau pedoman dalam proses belajar mengajar guna meningkatkan mutu

Komunitas Musik Di Jogjakarta

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara. 1 Koentjaranigrat (seniman). Majalah Versus Vol 2 edisi Februari 2009

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rachmayanti Gustiani, 2013

I. PENDAHULUAN. Menurut Undang-Undang RI No.20 tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan. Nasional, yang dimaksud dengan Pendidikan adalah usaha sadar dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB V PENUTUP. memberikan bimbingan atau pertolongan yang diberikan dengan sengaja oleh

BAB I. penting dalam melanjutkan kehidupan manusia. Kita tentunya berharap, anakanak

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran seni tari pada saat ini semakin banyak kita jumpai di

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Sunda memiliki identitas khas yang ditunjukkan dengan

BAB I PENDAHULUAN. menghawatirkan, baik dari segi penyajian, maupun kesempatan waktu dalam

30. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR SENI BUDAYA DAN PRAKARYA SD/MI

I. PENDAHULUAN. dihadapkan terhadap hal baik ekonomi, sosial, budaya maupun politik.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Masa kanak-kanak dapat dikatakan sebagai masa yang penting dalam

2014 PEMBELAJARAN TARI YUYU KANGKANG DALAM PROGRAM LIFE SKILL DI SMK KESENIAN PUTERA NUSANTARA MAJALENGKA

BAB I PENDAHULUAN. adalah tuntunan di dalam hidup tumbuhnya anak-anak. Hal ini berarti bahwa

BAB I PENDAHULUAN. yang dituangkan melalui instrumen atau suara dengan unsur dasar melodi,

2016 PROSES BELAJAR MANDIRI PEMAIN KEYBOARD PADA BAND MTM COMMUNITY BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN A. LATARBELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. tahun sesudahnya menyebabkan timbulnya berbagai masalah. Banyak industri yang

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 1990 TENTANG PENDIDIKAN PRASEKOLAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

M. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR SENI BUDAYA SMALB TUNANETRA

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan yaitu tuntutan di dalam hidup tumbuhnya anak-anak. Maksudnya,

BAB I PENDAHULUAN. Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK). Hal ini sesuai dengan Peraturan Pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. dan norma-norma yang diakui. Dalam pernyataan tadi tersurat dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mella Tania K, 2014

KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR SEKOLAH MENENGAH ATAS/MADRASAH KEJURUAN/MADRASAH ALIYAH KEJURUAN (SMA/MA/SMK/MAK)

BAB I PENDAHULUAN. secara beragam, bergantung pada sudut pandang masing-masing dan teori yang

BAB I PENDAHULUAN. berpengaruh pada perkembangan musik di Indonesia. Angklung adalah alat musik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yang membuat kalangan lain merasa dirugikan.

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 1990 TENTANG PENDIDIKAN PRASEKOLAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB 1 PENDAHULUAN. diri seseorang. Musik tidak hanya menyentuh, tetapi meresap dan merasuk jiwa

2015 KREATIVITAS ARANSEMEN MUSIK PADA LAGU DAERAH ACEH MELALUI PROJECT BASED LEARNING

BAB I PENDAHULUAN. dapat dilakukan dengan mudah dan cepat, yakni dengan penggunaan handphone

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan pokok yang tidak bisa

BAB I PENDAHULUAN. untuk diikuti. Pendidikan musik kini menjadi sesuatu yang penting bagi manusia

BAB I PENDAHULUAN. tujuan dari pembinaan kesiswaan Pasal 1 (a) Mengembangkan potensi siswa

BAB I PENDAHULUAN. yaitu mengenai hak dan kewajiban setiap warga negara yaitu : Tiap warga negara

M. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR SENI BUDAYA SMPLB TUNADAKSA

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan nasional bertujuan untuk mencerdaskan dan usaha untuk

BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Keberadaan musik sulit dipisahkan dari kehidupan masyarakat Kota

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. merupakan suatu proses yang berlangsung pada seseorang,

M. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR SENI BUDAYA SMALB AUTIS

BAB I PENDAHULUAN. oleh Plato (2000:5) Pendidikan seni dapat dijadikan dasar pendidikan, karena

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Banyak dari kehidupan bermasyarakat kita tidak terlepas dari polapola

BAB 1 PENDAHULUAN. Musik adalah suatu hasil karya seni bunyi dalam bentuk lagu atau

BAB I PENDAHULUAN. persoalan dan pertanyaan yang timbul dalam pelaksanaannya. Sesuai dengan

BAB V KESIMPULAN. Berdasarkan hasil penelitian tentang Pendidikan Keberbakatan Istimewa

BAB I PENDAHULUAN. terkoordinasi dan terarah dengan siswa diharapkan dapat mencapai prestasi

2015 PENGOLAHAN MUSIK TETABUHAN NUSANTARA DALAM RHYTHM SAWAH KARYA GILANG RAMADHAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang ada terkadang membawa hal yang positif dan negatif, tergantung dari

BAB I PENDAHULUAN. Prinsip pendidikan seni dan budaya meliputi pengembangan dimensi

BAB I PENDAHULUAN. mulia, keterampilan untuk hidup mandiri, mengikuti pendidikan lebih lanjut.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan bagian terpenting dalam terbentuknya suatu negara

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Presentase Jumlah Pecinta Seni di Medan. Jenis Kesenian yang Paling Sering Dilakukan Gol. Jumlah

BAB V KESIMPULAN. batatamba. instrumen yang masih sederhana terdiri dari tiga jenis instrumen

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Universitas Kristen Maranatha BAB 1 PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Pada bab V ini dikemukakan simpulan dan saran-saran yang didasarkan

3. Bagaimana menciptakan sebuah ruangan yang dapat merangsang emosi yang baik untuk anak dengan menerapkan warna-warna di dalam interior?

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. penduduk ( 2015). Sementara itu, McClelland dalam

I. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR SENI TARI SMALB TUNADAKSA

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan nasional yang mampu bersaing di dunia internasional.

BAB I PENDAHULUAN. umum musik yang meliputi pitch, dinamika, kualitas sonik dari timbre dan

BAB I PENDAHULUAN. Menyanyi dapat dikatakan sebagai aktifitas bermusik yang paling mudah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

M. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR SENI BUDAYA SMALB TUNADAKSA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

58. Mata Pelajaran Seni Budaya untuk Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Tunanetra (SMPLB-A)

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan kebutuhan mutlak bagi kehidupan manusia sejalan

77. Mata Pelajaran Seni Budaya untuk Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Tunanetra (SMALB A)

BAB I PENDAHULUAN. merupakan sesuatu yang dapat dirasakan, dipikirkan, dan dihayati, dalam seni

BAB I PENDAHULUAN. mencetak generasi penerus bangsa. Apabila output dari proses pendidikan ini

BAB 1 PENDAHULUAN. diperkirakan mencapai anak dan pada tahun 2012 meningkat menjadi

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Manusia pada umumnya tumbuh dan besar melalui proses pendidikan. Pendidikan pada manusia sendiri dipelajari mulai dari keluarga, sekolah, maupun lingkungan melalui cara belajar dan berlatih. Pembelajaran melalui keluarga dan sekolah bertujuan untuk membentuk pribadi seseorang, sedangkan melalui pelatihan berguna untuk mengasah keahlian tertentu yang dibutuhkan seseorang. Menurut pernyataan Simamora (1995:287) dalam Kamil (2010:4) bahwa pelatihan adalah serangkaian aktivitas yang dirancang untuk meningkatkan keahliankeahlian, pengetahuan, pengalaman, ataupun perubahan sikap seorang individu. Pelatihan termasuk ke dalam ranah pendidikan non-formal (Pendidikan Luar Sekolah). Beberapa jenis pelatihan meliputi: pelatihan kerja melalui magang, kursus, dan sanggar sudah banyak kita jumpai saat ini di berbagai tempat. Salah satu contohnya adalah pelatihan musik yang ada di kota Bandung. Berbagai tempat kursus dan sanggar musik banyak berdiri dalam rangka memberikan pendidikan musik yang baik dan terampil. Kualitas pendidikan dalam pelatihan musik ini, sering kali diukur dari seberapa besar kita membayar untuk mendapatkan pelatih/mentor yang baik, sedangkan kualitas anak didiknya kurang diperhatikan. Hal ini memberikan kesan seolah-olah hanya mereka yang memiliki cukup biaya yang dapat mempelajari musik.

2 Pandangan di atas ditentang oleh seorang seniman bernama Harry Roesli. Pendapatnya seolah menepis anggapan bahwa musik hanya untuk kalangan yang memiliki cukup biaya yang notabene adalah dari para kalangan menengah ke atas. Menurut Harry Roesli, seni juga dapat dipelajari oleh kalangan yang tidak mampu. Penyataan itu beliau refleksikan dengan kegiatan menampung dan memberikan pelatihan musik bagi anak-anak jalanan. Bentuk kecintaannya terhadap kehidupan anak-anak jalanan salah satunya dengan mendirikan Rumah Musik Harry Roesli (RMHR). Melalui kegiatannya itu menunjukkan bahwa status sosial tidak bisa mengahalangi seseorang untuk berkesenian. Mack mengungkapkan : Mas Harry selalu mengutamakan aktivitas sosial yang konkret di luar musiknya sendiri. Dilihat dari sudut ini, mas Harry juga bisa disebut sebagai seorang pembantu sosial karismatik yang menggunakan medium musik demi berbagai tujuan sosial tertentu (manuskrip, 8 Januari 2012). Sebagai seorang komponis yang berjiwa sosial tinggi, Harry Roesli hadir dan mewadahi para anak jalanan untuk menyalurkan bakat dan kemampuan mereka ke dalam suatu kegiatan berkesenian, salah satunya adalah musik. Ia melihat adanya peluang dan potensi yang sama besarnya dalam membina dan mendidik anak-anak jalanan seperti halnya membina anak-anak yang belajar di lembaga formal. Di kedua ranah tersebut pada hakekatnya pendidikan memiliki manfaat yang sama dalam menumbuhkembangkan kemampuan individu seorang anak. Konsep kegiatan Harry Roesli sendiri bukan hanya sekedar memberikan pendidikan musik, tetapi juga membina anak-anak jalanan dan memanusiakan mereka. Menurut Ki hajar Dewantara dalam Suwarno (1985:2) bahwa:

3 Pendidikan yaitu tuntunan di dalam hidup tumbuhnya anak-anak, adapun maksudnya, pendidikan yaitu menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak itu, agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapatlah mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya. Dikatakan Mahfud (2009: 50-51) dalam bukunya bahwa... pendidikan adalah sebagai investasi sumber daya manusia (SDM) yang memberi manfaat moneter ataupun non-moneter. Manfaat yang ditimbulkan dari produk pendidikan sangat jelas secara langsung maupun tidak langsung kepada subjeknya. Dampak moneter sangat jelas dirasakan jika tujuan pembelajaran dalam sebuah pelatihan musik bagi anak-anak jalanan tercapai. Sebagai contoh, anak-anak jalanan yang sebagian besar adalah pengamen dapat meningkat pendapatannya setelah belajar dan berlatih musik di RMHR. Setelah mendapatkan ilmu dalam bermusik, para anak-anak jalanan mendirikan grup/ansambel musik serta diberi kesempatan untuk tampil di berbagai acara. Dengan semakin banyaknya kesempatan anak-anak jalanan binaannya tampil di berbagai acara, masyarakat semakin mengenal mereka dan pada akhirnya berbagai tawaranpun mulai berdatangan untuk mempetunjukkan karyakarya anak-anak jalanan tersebut. Selain itu, beberapa anak-anak jalanan ada pula yang berkesempatan untuk mengajar musik di beberapa tempat. Hal ini secara langsung telah menaikkan status hidup mereka dibandingkan sebelumnya. Dampak lain yang erat kaitannya dalam usaha membina anak-anak jalanan melalui pelatihan musik adalah berkurangnya kebiasaan dan perilaku negatif mereka di kalangan anak-anak jalanan.

4 Rumah pelatihan musik yang didirikan oleh Harry Roesli mengembangkan program pelatihan seni tari, teater, dan musik. Melalui rumah musik tersebut, Harry Roesli berkeyakinan bahwa aktivitasnya itu sedikitnya dapat merubah paradigma mengenai pandangan yang kurang baik tentang anak jalanan ke arah yang lebih baik. Konsep pemikiran Harry Roesli sesuai dengan penyataan Clarke & Rowley (2008) bahwa: Music also helps academically gifted and talented students to develop confidence, co-ordination and creative skills. Pendapat ini menjelaskan bahwa dengan mengembangkan bakat anak-anak jalanan, berguna untuk meningkatkan kepercayaan diri, koordinasi, dan keterampilan berkreasi yang lebih terfokus dalam bermusik. Hasilnya dapat dirasakan bagi anak-anak jalanan itu sendiri maupun masyarakat sekitarnya. Melalui pelatihan musik di RMHR anak-anak jalanan dapat langsung menikmati hasilnya, yaitu memiliki kemampuan bermusik yang baik. Pelatihan merupakan salah satu implementasi pendidikan yang sangat penting, pentingnya hal ini didasari instruksi Presiden No.15 Tahun 1974 yang menyebutkan bahwa: Pelatihan adalah bagian pendidikan yang menyangkut proses belajar untuk memperoleh dan meningkatkan keterampilan di luar sistem pendidikan yang berlaku, dalam waktu yang relatif singkat, dan dengan menggunakan metode yang lebih mengutamakan praktik daripada teori. Berdasarkan pengamatan, pelatihan musik di RMHR dalam prosesnya lebih mengutamakan praktik musik, dengan menerapkan metode-metode yang disesuaikan dengan kebutuhan peserta didik. Namun demikian, di RMHR juga

5 memberikan pembinaan mental bagi anak-anak jalanan melalui kegiatan seperti: memberikan kebebasan untuk menggunakan dan merawat setiap fasilitas yang ada di RMHR, hal ini bertujuan agar para anak-anak jalanan memiliki rasa tanggung jawab. Hal lain adalah memberikan sangsi atau peringatan kecil bagi setiap pelanggaran yang dilakukan, ini bertujuan agar anak-anak jalanan lebih disiplin dalam mengembangkan diri. Ada begitu banyak lembaga pelatihan musik (tempat kursus dan sanggar) yang terdapat di Bandung, namun belum ada yang secara independen bergerak untuk merekrut anak-anak jalanan sebagai peserta didik di dalam lembaganya. RMHR adalah salah satu contoh lembaga kepelatihan musik yang konsisten membina anak-anak jalanan yang ada di kota Bandung yang dilengkapi dengan sarana dan prasarana yang memadai, seperti: studio latihan musik untuk pembelajaran musik, studio rekaman, dan ruangan untuk melakukan pertemuan baik yang bersifat santai atau formal. Selain itu, RMHR menyediakan lingkungan dan tempat tinggal yang layak bagi anak-anak jalanan, sehingga para anak-anak jalanan merasa nyaman melakukan aktivitas berlatih. Anak-anak jalanan yang dibina di RMHR direkrut melalui proses seleksi, sehingga anak-anak jalanan di RMHR memiliki kualifikasi yang cukup baik dalam bermusik. Hal ini ditunjukkan melalui beberapa prestasi yang mereka capai, seperti bermain dalam acara Java Jazz pada bulan Maret 2012 yang lalu dan berkolaborasi dengan Dave Coz (pemain Saxophone kelas dunia). Karya yang dipentaskan dalam acara tersebut yaitu lagu-lagu jazz yang sudah cukup dikenal oleh masyarakat dan dibawakan dengan formasi band.

6 Sehubungan dengan hal tersebut, metode pelatihan di RMHR memang menggunakan pendekatan melalui lagu-lagu populer yang dipilih berdasarkan tingkat kesulitan masing-masing lagu. Sehingga hal ini bisa dijadikan evaluasi kemampuan siswa, dan sejauh mana mereka mampu membawakan lagu dengan teknik yang beragam. Bagi anak-anak yang mampu membawakan lagu dengan tingkat kesulitan tertentu dengan baik, maka ini sudah bisa dijadikan indikator keberhasilan pembelajaran musik untuk selanjutnya siap untuk dipentaskan di beberapa acara. Selanjutnya masyarakat akan menilai kualitas dari anak-anak jalanan di RMHR dengan kualitas yang baik. Dari berbagai kelebihan dan kelemahan yang disebutkan di atas, RMHR sebagai sebuah organisasi atau komunitas memiliki beberapa permasalahan internal tertkait manajerial program yang belum tersusun, kurikulum yang disesuaikan dengan kondisi dan situasi tertentu (belum disusun secara tertulis), pembagian dan pengaturan waktu pertemuan antara anak-anak jalanan dan para pelatih/mentor masih selalu mengalami penyesuaian yang tidak tentu. Berdasarkan hasil paparan tersebut, melakukan pengamatan secara intensif dan berkala menjadi suatu hal yang penting, guna mendapatkan data yang akurat terkait dengan kegiatannya. Beberapa konsep pemikiran Harry Roesli dalam pengembangan sanggar atau komunitas pelatihan musik dapat menarik perhatian dari peneliti dan memotivasi peneliti untuk melakukan kajian lebih lanjut mengenai proses pembinaan anak-anak jalanan melalui pelatihan musik di RMHR di Bandung.

7 Sebelum penelitian ini pernah dilakukan penelitian mengenai Tinjauan Deskriptif Musik Sikat Gigi Karya Harry Roesli oleh Djaelani (1966), kajian mengenai analisis karya musik Harry Roesli oleh Iwan Gunawan (murid Harry Roesli), dan biografi oleh Rully (keluarga Harry Roesli), namun penelitian mengenai pelatihan musik di RMHR sendiri belum pernah dilakukan. Penelitianya menyebutkan mengenai analisis pengkaryaan dari Harry Roesli dan konteks pembelajaran umum mengacu kepada bimbingan belajar di RMHR terhadap anakanak jalanan. Sementara itu, konteks pelatihan musik mengenai anak-anak jalanan di RMHR sendiri belum diteliti. Hal ini juga yang mendorong peneliti untuk melakukan penelitian mengenai pelatihan musik bagi anak-anak jalanan di RMHR. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi permasalahanpermasalahan pelatihan musik bagi anak-anak jalanan di RMHR. B. Rumusan Masalah Ada beberapa indikasi yang dikembangakan dari latar belakang penelitian ini. Indikasi ini menjadi acuan peneliti dalam merumuskan masalah, diantaranya: 1. RMHR adalah salah satu sanggar/komunitas seni yang mengembangkan program pelatihan musik bagi anak-anak jalanan yang berdampak secara positif terhadap peningkatan aktivitas dan kesejahteraan para anggotanya. 2. RMHR melakukan perekrutan anggota yakni anak-anak jalanan melalui pendekatan personal dan melalui proses seleksi dan wawancara sehingga anakanak jalanan yang tergabung di RMHR telah teruji kemampuan dan etika dalam bersikap.

8 3. Kualitas pelatihan musik anak-anak jalanan di RMHR cukup baik dan dapat diamati berdasarkan prestasi-prestasinya. 4. RMHR menggunakan sistem manajemen bersama yang melibatkan para anak-anak jalanan sendiri untuk ikut menjadi agen pelatihan dan perekrutan anak-anak baru, sehingga mereka tahu siapa yang mereka rekrut dengan kemampuannya masing-masing. Berdasarkan indikasi di atas, maka dirumuskan permasalahan ke dalam pertanyaan penelitian sebagai berikut: 1. Bagaimana kondisi objektif pelatihan musik di komunitas RMHR? 2. Bagaimana strategi pelatihan musik yang diimplementasikan terhadap anakanak jalanan di RMHR? C. Tujuan Penelitian Penelitian ini berjudul Pelatihan Musik Anak-anak Jalanan di Rumah Musik Harry Roesli, Berdasarkan tujuannya maka dapat tujuan umum sebagai berikut: 1. Mengetahui kondisi objektif pelatihan musik komunitas di RMHR. 2. Mengetahui strategi pelatihan musik yang diimplementasikan terhadap anakanak jalanan di RMHR. Sedangkan, secara khusus penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan, mengindetifikasi, dan memaparkan tentang: 1. Kondisi objektif pelatihan musik di komunitas RMHR. 2. Strategi pelatihan musik terhadap anak-anak jalanan di RMHR.

9 3. Konsep pelatihan menurut beberapa teori dan pandangan peneliti. 4. Temuan hasil penelitian dan memberikan implikasi yang berguna untuk peneliti, RMHR, dan beberapa pihak terkait penelitian ini. D. Signifikansi & Manfaat Penelitian Penelitian ini memiliki signifikansi dari penelitian terdahulu yang belum membahas aspek pelatihan musik di RMHR sendiri. Mengetahui aspek pelatihan musik dan kondisi pelatihan musik di RMHR sangat penting untuk mengetahui strategi pelatihan yang diajarkan untuk mencetak anak-anak jalanan yang memiliki cukup banyak prestasi ini. Selain itu, penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi berbagai pihak, diantanya: 1. Peneliti Memberikan pengalaman estetis dan memperkaya wawasan mengenai proses pelatihan yang terjadi secara non-formal terhadap anak-anak jalanan di RMHR. 2. Objek yang diteliti Penelitian ini bisa dijadikan bahan acuan untuk pengembangan program dan diharapkan dapat memberikan pemahaman bagi RMHR dan terutama bagi anak-anak jalanan yang dibina di RMHR sehingga mereka lebih bisa menyadari potensi yang ada dalam diri mereka. 3. Pengajar dan Lembaga Pendidikan Strategi yang diimplementasikan dalam memberikan pelatihan terhadap anak-anak jalanan dapat dikembangkan oleh para pengajar khususnya dalam

10 memberikan pelatihan musik. Disamping itu, hasil dari penelitian ini sedikitnya dapat memberikan kontribusi sebagai salah satu literatur yang dapat berguna untuk penelitian selanjutnya dan sebagai salah satu media informasi tentang komunitas dan pelatihan musik di RMHR. 4. Praktisi Seni Manfaat penelitian ini bagi beberapa praktisi seni dan yang tergabung dalam RMHR dapat menyadari strategi yang tepat dalam pelatihan musik khususnya untuk anak-anak jalanan, serta mampu memotivasi minat dan menigkatkan kemampuannya. E. Asumsi Penelitian Peneliti berasumsi bahwa komunitas yang mengadakan pelatihan musik bagi anak-anak jalanan di RMHR memiliki strategi pelatihan yang khusus dengan menggunakan konsep perencanaan, proses, dan evaluasi secara khusus yang menunjang tercapainya tujuan pelatihan musik di RMHR itu sendiri.

11