BAB I PENDAHULUAN. Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu kebutuhan, sebab tanpa pendidikan manusia akan

BAB 1 PENDAHULUAN. individu. Karena dalam pendidikan mengandung transformasi pengetahuan, nilainilai,

I. PENDAHULUAN. membantu proses pembangunan di semua aspek kehidupan bangsa salah satunya

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan sehari-hari. Masalah yang muncul pada kehidupan setiap

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu upaya untuk memberikan pengetahuan, wawasan,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rizky Fauziah Nurrochman, 2015

I. PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai arti penting dalam kehidupan. Melalui pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Pendidikan memegang peranan penting dalam menunjang. kemajuan bangsa Indonesia di masa depan. Setiap orang berhak

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Perkembangan zaman dan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) menghadapi persaingan khususnya dalam bidang IPTEK. Kemajuan IPTEK yang

BAB I PENDAHULUAN. Mata pelajaran matematika dalam kurikulum pendidikan nasional selalu

yang selalu berubah, tidak pasti, dan kompetitif. solving), penalaran (reasoning), komunikasi (communication), koneksi

I. PENDAHULUAN. Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang termuat dalam kurikulum

Circle either yes or no for each design to indicate whether the garden bed can be made with 32 centimeters timber?

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Matematika memiliki peranan penting dalam berbagai aspek kehidupan.

2014 PENDEKATAN PROBLEM POSING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. pola pikir siswa adalah pembelajaran matematika. Hal ini sesuai dengan yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Pesatnya perkembangan zaman di era globalisasi menuntut setiap negara untuk

BAB I BAB I PENDAHULUAN. peserta didik ataupun dengan gurunya maka proses pembelajaran akan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. menjadi alat untuk perkembangan teknologi modern. Tidak hanya sebagai penghubung

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sri Asnawati, 2013

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan memegang peranan penting dalam kehidupan manusia.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Matematika merupakan salah satu pengetahuan mendasar yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. dari diajarkannya matematika di setiap jenjang pendidikan. Selain itu, untuk

BAB I PENDAHULUAN. Matematika juga mempunyai peranan dalam berbagai disiplin ilmu lain,

I. PENDAHULUAN. dan berlangsung sepanjang hayat. Menurut UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem

BAB I PENDAHULUAN. suatu negara. Dengan PISA (Program for International Student Assessment) dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Diana Utami, 2014

I. PENDAHULUAN. serta bertanggung jawab. Salah satu cara memperoleh sumber daya manusia yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan ilmu yang sangat penting dalam kehidupan. Matematika sebagai ilmu dasar, sekarang

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kemampuan atau skill yang dapat mendorongnya untuk maju dan terus

BAB I PENDAHULUAN. dalam bidang pendidikan yang di survey oleh Organisation for Economic

I. PENDAHULUAN. menjadi kebutuhan mendasar yang diperlukan oleh setiap manusia. Menurut UU

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. bekerja sama dalam suatu kelompok. matematika yaitu pemecahan masalah (problem solving), penalaran dan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sangat pesat, hal ini

BAB 1 PENDAHULUAN. Hal tersebut merupakan sesuatu yang sangat penting untuk menentukan

BAB I PENDAHULUAN. dilaksanakan dalam kegiatan pembelajaran.

BAB I PENDAHULUAN. salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas hidup seseorang. Tujuan pembelajaran matematika dinyatakan dalam National Council

BAB I PENDAHULUAN. matematika yaitu kemampuan pemecahan masalah (problem solving),

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan ilmu matematika sampai saat ini, seperti Pythagoras, Plato,

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Pengaruh Pendekatan Brain Based Learning Terhadap Peningkatan Kemampuan Penalaran Matematis

BAB I PENDAHULUAN. pelajaran ini. Meskipun dianggap penting, banyak siswa yang mengeluh kesulitan

BAB I PENDAHULUAN. permasalahan yang sedang dihadapinya. Oleh karena itu, kemampuan pemecahan

BAB I PENDAHULUAN. pendapat (Sabandar, 2010: 168) bahwa matematika adalah sebagai human

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan. Matematika juga berfungsi dalam ilmu pengetahuan, artinya selain

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. Mencerdaskan kehidupan bangsa dan meningkatkan kualitas sumber

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Peserta didik merupakan generasi penerus bangsa yang perlu

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dan kreativitasnya melalui kegiatan belajar. Oleh

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu

BAB I PENDAHULUAN. National Cauncil of Teacher of Mathematics (NCTM, 2000) menyebutkan. masalah (problem solving), penalaran (reasoning), komunikasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang baik dan tepat. Hal tersebut diperjelas dalam Undang - Undang No 2 Tahun

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Wita Aprialita, 2013

ANALISIS KEMAMPUAN LITERASI MATEMATIK MAHASISWA CALON GURU MATEMATIKA

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, diperoleh kesimpulan sebagai

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu hal penting dalam kehidupan karena dapat

I. PENDAHULUAN. Sejarah suatu bangsa dapat dilihat dari perkembangan pendidikan yang diperoleh

BAB I PENDAHULUAN. matematika sebagai pelajaran wajib dikuasai dan dipahami dengan baik oleh

PENERAPAN MODEL ADVANCE ORGANIZER UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN DAN ANALOGI MATEMATIS SISWA SMP

BAB I PENDAHULUAN. yang mendasari perkembangan sains dan teknologi, mempunyai peran

BAB I PENDAHULUAN. .id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.

2014 PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN DAN REPRESENTASI MATEMATIS MELALUI PEMBELAJARAN DENGAN STRATEGI THINK TALK WRITE (TTW) DI SEKOLAH DASAR

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan wadah bagi masyarakat untuk memperoleh

Pembelajaran Problem Posing untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika

ANALISIS KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS SISWA SMP KELAS VII PADA PENERAPAN OPEN-ENDED

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Hani Handayani, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan salah satu aspek penting yang akan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Helen Martanilova, 2014

2016 KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIS SISWA SMP MELALUI MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK

I. PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai peranan penting dalam meningkatkan dan mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. Pengaruh Pembelajaran Model Matematika Knisley Terhadap Peningkatan Kemampuan Koneksi Matematis Siswa SMA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

P. S. PENGARUH PEMBELAJARAN PENEMUAN TERBIMBING TERHADAP KEMAMPUAN KONEKSI MATEMATIS DAN KECEMASAN MATEMATIS SISWA KELAS VII

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas sumber daya manusia bagi suatu bangsa. Dengan adanya

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM POSING

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nurningsih, 2013

MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA SMP MELALUI PENDEKATAN PROBLEM POSING

BAB I PENDAHULUAN. Matematika adalah salah satu ilmu dasar, yang sangat berperan penting

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fauzi Yuberta, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan penting dalam menciptakan manusiamanusia

BAB I PENDAHULUAN. dianggap sukar bagi sebagian besar siswa yang mempelajari matematika. dibandingkan dengan mata pelajaran lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. (dalam Risna, 2011) yang menyatakan bahwa: Soejadi (2000) mengemukakan bahwa pendidikan matematika memiliki dua

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi matematika (mathematical communication), penalaran. (mathematical problem solving), mengaitkan ide ide (connection), dan

PENDAHULUAN. Leli Nurlathifah, 2015

BAB I PENDAHULUAN. pada dasarnya menggunakan prinsip-prinsip matematika. Oleh karena itu,

I. PENDAHULUAN. Karakteristik abad 21 berbeda dengan abad-abad sebelumnya. Pada abad 21 ini

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sosial, teknologi, maupun ekonomi (United Nations:1997). Marzano, et al (1988)

BAB I PENDAHULUAN. wilayah. Kehidupan yang semakin meng-global ini memberikan tantangan yang

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Suatu hal yang penting dan besar manfaatnya bagi kehidupan adalah pendidikan. Pendidikan merupakan usaha agar manusia dapat mengembangkan potensi dirinya melalui proses pembelajaran. Dengan adanya pendidikan, setiap manusia dapat mengembangkan potensi dirinya baik dalam hal pengetahuan, sikap, maupun keterampilan. Dalam arti yang terbatas, pendidikan dapat merupakan salah satu proses interaksi belajar-mengajar dalam bentuk formal yang dikenal sebagai pengajaran. Salah satu pelajaran yang wajib termuat dalam kurikulum pendidikan dasar dan menengah yaitu matematika. National Council of Teacher of Mathematics (2000) menyatakan bahwa tujuan pembelajaran matematika telah mengalami perubahan, tidak lagi hanya menekankan pada peningkatan hasil belajar, namun juga diharapkan dapat meningkatkan kemampuan: 1. Komunikasi matematika (mathematical communication); 2. Penalaran matematika (mathematical reasoning); 3. Pemecahan masalah matematika (mathematical problem solving); 4. Mengaitkan ide-ide matematika (mathematical connections); 5. Representasi matematika (mathematical representation). Berdasarkan uraian di atas, kemampuan pemecahan masalah matematis merupakan salah satu kemampuan yang penting dalam pembelajaran matematika dan harus dimiliki oleh peserta didik. Pentingnya pencapaian kemampuan pemecahan masalah oleh siswa dalam matematika ditegaskan juga oleh Branca (Fitriani, 2006: 17) sebagai berikut: (1) kemampuan pemecahan masalah merupakan tujuan umum pengajaran matematika, (2) pemecahan masalah yang meliputi metode, prosedur dan strategi merupakan proses inti dan utama dalam kurikulum matematika, (3) pemecahan masalah merupakan kemampuan dasar 1

2 dalam belajar matematika. Dari penjelasan tersebut, kita dapat mengetahui bahwa kemampuan ini sangat berguna bagi siswa untuk memecahkan masalah matematika dalam kehidupan sehari-hari. Sejalan dengan pemaparan di atas, sebuah lembaga survey Programme for International Student Assessment (PISA) dari Organisation for Economic Cooperation and Development (OECD), menunjukkan rendahnya kemampuan matematika siswa Indonesia jika dibandingkan dengan negara-negara lain. Dalam penelitiannya, PISA mengukur kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal-soal yang diberikan dan membandingkan sejauh mana siswa siap dalam menghadapi tantangan masa depan. Soal yang diberikan menuntut siswa untuk memecahkan suatu masalah (problem solving), mulai dari mengenali dan menganalisa masalah, menformulasikan reasoning-nya, dan mengkomunikasikan gagasan-gagasan yang dimillikinya. Kelemahan siswa pada kemampuan pemecahan masalah matematis adalah pada aspek merencanakan penyelesaian dan memeriksa kembali. Kemudian juga berdasarkan hasil tes yang dikeluarkan oleh PISA pada tahun 2009, tes yang diselenggarakan oleh OECD, Indonesia berada pada peringkat ke- 61 dari 65 negara, Indonesia masih berada di urutan bawah. Hal ini menunjukkan belum terjadi peningkatan dari hasil tes PISA 2003 dimana Indonesia berada pada peringkat ke-35 dari 41 negara. Atas dasar itu, perlu adanya upaya meningkatkan kemampuan pemecahan masalah. Pemecahan masalah merupakan salah satu tujuan pembelajaran matematika. Pembelajaran matematika hendaknya dapat menstimulus pengembangan kemampuan pemecahan masalah. Salah satu model pembelajaran yang dapat digunakan untuk mengembangkan kemampuan pemecahan masalah adalah Problem Posing. Problem Posing merujuk pada pembuatan soal oleh siswa berdasar kriteria tertentu. Silver dan Cai (1996: 521) menyatakan bahwa NCTM merekomendasikan agar dalam pembelajaran matematika, para siswa diberikan kesempatan untuk mengajukan soal sendiri. Silver dan Cai (1996: 293) juga menyarankan agar pembelajaran matematika lebih ditekankan pada kegiatan Problem Posing.

3 Keterkaitan antara kemampuan pemecahan masalah dan kemampuan pembuatan soal (problem posing) dapat dijelaskan sebagai berikut. Ketika siswa membuat soal, siswa dituntut untuk memahami soal dengan baik. Hal ini merupakan tahap pertama dalam penyelesaian masalah. Mengingat soal yang dibuat siswa juga harus diselesaikan, tentu siswa berusaha untuk dapat membuat perencanaan penyelesaian berupa pembuatan model matematika untuk kemudian menyelesaikannya. Hal ini juga merupakan tahapan penyelesaian masalah, yaitu langkah ke-3 seperti dikemukakan Polya (1973) berikut: 1. Memahami soal atau masalah. 2. Membuat suatu rencana penyelesaian. 3. Menyelesaikan permasalahan. 4. Memeriksa kembali. Berdasarkan penelitian terkini, menurut Winograd (Lin, 2004), pemberian tugas kepada siswa untuk membuat soal dapat meningkatkan kemampuan siswa memecahkan masalah dan sikap mereka terhadap matematika. Menurut English (Christou, 1999) Problem Posing dapat meningkatkan kemampuan berpikir, kemampuan memecahkan masalah, sikap serta kepercayaan diri siswa dalam menyelesaikan masalah dan secara umum berkontribusi terhadap pemahaman konsep matematika. Hal itu juga diperkuat Killpatrick (Christou, 1999) yang mengatakan bahwa kualitas pertanyaan atau soal yang dibuat siswa menggambarkan kemampuan siswa menyelesaikan masalah. Keterkaitan pembuatan soal dan pemecahan masalah diungkapkan oleh English (1997). Menurutnya, dengan membuat soal berarti tahap awal dalam memecahkan masalah, yaitu memahami soal telah terlewati, sehingga untuk menyelesaikan soal dengan tahap berikutnya akan terbuka. Sementara itu Silver dan Cai (1996) dalam penelitiannya menyebutkan bahwa kemampuan pembuatan soal berkorelasi positif dengan kemampuan pemecahan masalah. Sedangkan English (1997) menjelaskan bahwa pembuatan soal dapat membantu siswa dalam mengembangkan keyakinan dan kesukaan terhadap matematika, sebab ide-ide matematika siswa dicobakan untuk memahami masalah yang sedang dikerjakan

4 dan dapat menguatkan performanya dalam pemecahan masalah. Dari pendapatpendapat di atas, guna meningkatkan kemampuan siswa dalam pemecahan masalah dapat dilakukan dengan membuat soal atau merumuskan (memformulasikan) soal yang baru atau berasal dari soal-soal yang telah diselesaikannya. Hubungan antara kemampuan pembuatan soal dan pemecahan masalah juga diteliti oleh Abu-Elwan (2000). Ia meneliti efektivitas strategi Problem Posing untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah mahasiswa calon guru matematika. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa mahasiswa yang mengikuti pembelajaran dengan strategi pembuatan soal (problem posing) mempunyai kemampuan yang lebih baik dalam memecahkan masalah. Dalam melaksanakan pembelajaran dengan strategi Problem Posing, Lowrie (Abu-Elwan, 2000) menyarankan guru matematika untuk meminta siswa membuat soal untuk teman di dekatnya sehingga mereka lebih menguasai dalam pembuatan soal. Guru perlu memberikan kesempatan kepada siswa berkemampuan rendah untuk bekerja secara kooperatif dengan temannya sehingga dapat mencapai tingkat kemampuan yang lebih tinggi. Guru juga perlu mendorong siswa untuk membuat soal kontekstual atau sesuai dengan situasi sehari-hari. Selain itu, siswa juga perlu didorong untuk menggunakan piranti teknologi seperti kalkulator dalam membuat soal sebagai upaya pengembangan kemampuan berpikir matematikanya. Sejalan dengan pemaparan di atas, Herawati (2010) menyatakan hasil jurnalnya bahwa pada kegiatan Problem Posing siswa dilatih untuk dapat mengaitkan informasi/situasi yang mereka peroleh dengan materi yang sudah mereka pelajari. Dengan demikian, pemahaman dan kemampuan berpikir siswa dalam pemecahan masalah matematik dengan pembelajaran Problem Posing akan lebih baik dibandingkan dengan pembelajaran konvensional. Karena tujuan pembelajaran Problem Posing adalah untuk melatih siswa agar dapat mengaitkan informasi/situasi yang mereka peroleh dengan materi yang sudah mereka pelajari, maka peneliti memberikan ide baru dalam penelitian ini

5 yaitu menggunakan teknik Think Pair Share dimana dengan teknik belajar mengajar Think Pair Share, siswa akan lebih aktif lagi dalam meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematisnya dan siswa dilatih untuk banyak berfikir dan saling tukar pendapat baik dengan teman sebangku ataupun dengan teman sekelas, sehingga dapat meningkatkan hasil belajar ranah kognitif siswa karena siswa dituntut untuk mengikuti proses pembelajaran agar dapat menjawab setiap pertanyaan dan berdiskusi. Berdasarkan paparan di atas penulis tertarik untuk meningkatkan pemecahan masalah matematis siswa menggunakan pembelajaran Problem Posing teknik Think Pair Share dengan judul penelitian Penerapan Model Pembelajaran Problem Posing dengan Teknik Think Pair Share untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa SMP. 1.2.Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, disusun rumusan masalah sebagai berikut : 1. Apakah kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran Problem Posing dengan teknik Think Pair Share lebih baik daripada siswa yang pembelajarannya dengan model pembelajaran konvensional? 2. Bagaimana kualitas peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran Problem Posing dengan teknik Think Pair Share dibandingkan dengan siswa yang pembelajarannya dengan model pembelajaran konvensional? 3. Bagaimanakah sikap siswa setelah diterapkan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Problem Posing dengan teknik Think Pair Share? 4. Bagaimanakah indikator kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran Problem Posing

6 dengan teknik Think Pair Share, jika dibandingkan dengan siswa yang pembelajarannya dengan model pembelajaran konvensional? 1.3.Tujuan Penelitian Adapun tujuan dilaksanakannya penelitian ini adalah untuk : 1. Mengetahui apakah kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran Problem Posing dengan teknik Think Pair Share lebih baik daripada siswa yang pembelajarannya dengan model pembelajaran konvensional. 2. Mengetahui kualitas peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang pembelajarannya dengan menggunakan model Problem Posing dengan teknik Think Pair Share dibandingkan dengan siswa yang pembelajarannya dengan model pembelajaran konvensional. 3. Mengetahui sikap siswa terhadap pembelajaran matematika setelah belajar dengan menggunakan model Problem Posing dengan teknik Think Pair Share. 4. Mengetahui bagaimanakah indikator kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran Problem Posing dengan teknik Think Pair Share, jika dibandingkan dengan siswa yang pembelajarannya dengan model pembelajaran konvensional. 1.4.Manfaat Penelitian 1. Bagi guru Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi guru dalam upaya menyusun pembelajaran untuk mengembangkan kemampuan pemecahan masalah matematika melalui pembelajaran Problem Posing dengan teknik Think Pair Share. Hasil dari penelitian ini juga diharapkan dapat membantu guru dalam mengembangkan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa, sehingga dapat dijadikan rambu-rambu untuk lebih meningkatkan dan mengembangkan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa dalam proses pembelajaran.

7 2. Bagi siswa Manfaat bagi siswa, model pembelajaran yang dikembangkan ini diharapkan akan dapat: a. Mengembangkan kemampuan berpikir, pemecahan masalah, dan keterampilan intelektual. b. Meningkatkan keaktifan siswa dalam pembelajaran. c. Membawa siswa untuk belajar dalam suasana yang menyenangkan. d. Meningkatkan kemampuan bekerjasama antar siswa. 3. Bagi peneliti Dengan penelitian ini diharapkan peneliti dapat memperoleh pengalaman dalam menerapkan strategi pembelajaran dan mampu memberikan pembelajaran yang berkualitas. 1.5.Definisi Operasional Definisi operasional dimaksudkan untuk menyamakan persepsi tentang topik dan memberikan gambaran yang jelas mengenai variabel-variabel yang digunakan, sebagai berikut: 1. Problem posing adalah suatu bentuk pendekatan dalam pembelajaran matematika yang menekankan pada perumusan soal, yang dapat mengembangkan kemampuan berpikir matematis atau menggunakan pola pikir matematis. 2. Model pembelajaran Problem Posing adalah suatu model pembelajaran yang menekankan siswa untuk mengajukan soal sendiri melalui belajar soal (berlatih soal) secara mandiri sehingga akan menambah kemampuan dan penguatan konsep serta prinsip matematika. 3. Think Pair Share mengandung pengertian sebagai berikut : a) Think (berpikir secara individual) Pada tahap think, guru mengajukan pernyataan atau masalah yang dikaitkan dengan pelajaran, dan siswa diminta untuk berpikir secara mandiri mengenai pernyataan atau masalah yang diajukan.

8 b) Pair (berpasangan) Langkah kedua adalah guru meminta para siswa untuk berpasangan dan mendiskusikan mengenai apa yang telah dipikirkan. Interaksi selama periode ini dapat menghasilkan jawaban bersama. Setiap pasangan siswa saling berdiskusi mengenai hasil jawaban mereka sebelumnya sehingga hasil akhir yang didapat menjadi lebih baik, karena siswa mendapat tambahan informasi dan pemecahan masalah yang lain. c) Share (berbagi jawaban dengan pasangan lain atau seluruh kelas) Pada langkah akhir ini guru meminta pasangan-pasangan tersebut untuk berbagi hasil pemikiran mereka dengan pasangan lain atau dengan seluruh kelas. Langkah ini merupakan penyempurnaan dari langkah-langkah sebelumnya, dalam arti bahwa langkah ini menolong agar semua kelompok menjadi lebih memahami mengenai pemecahan masalah yang diberikan berdasarkan penjelasan kelompok yang lain. Hal ini juga agar siswa benar-benar mengerti ketika guru memberikan koreksi maupun penguatan di akhir pembelajaran. Jadi, teknik Think Pair Share diartikan sebagai suatu teknik belajar mengajar dimana siswa dilatih untuk banyak berfikir dan saling tukar pendapat baik dengan teman sebangku ataupun dengan teman sekelas, sehingga dapat meningkatkan hasil belajar ranah kognitif siswa karena siswa dituntut untuk mengikuti proses pembelajaran agar dapat mengajukan dan menjawab setiap pertanyaan serta berdiskusi satu sama lain. 4. Gagne (Kirkley, 2003) mendefinisikan pemecahan masalah sebagai proses mensintesis berbagai konsep, aturan, atau rumus untuk memecahkan masalah. Sedangkan Polya (1973) menyatakan bahwa kemampuan pemecahan masalah matematis adalah kemampuan yang ditunjukkan siswa dalam menyelesaikan masalah yang memperhatikan proses menemukan jawaban berdasarkan tahapan-tahapan berikut, yaitu:

9 a. Memahami masalah, b. Membuat rencana penyelesaian, c. Menyelesaikan d. Memeriksa kembali. 5. Pembelajaran konvensional adalah pembelajaran yang berpusat pada guru, dan pada umumnya memiliki kekhasan tertentu, misalnya lebih mengutamakan hafalan daripada pengertian, menekankan kepada keterampilan berhitung, dan mengutamakan hasil daripada proses.