BAB IV. Dasar Pertimbangan Hakim Terhadap Putusan Pengadilan Negeri. Pidana Hacker. Negeri Purwokerto No: 133/Pid.B/2012/PN.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV ANALISIS JARI<MAH TA ZI<R TERHADAP SANKSI HUKUM MERUSAK ATAU MENGHILANGKAN TANDA TANDA BATAS NEGARA DI INDONESIA

BAB IV. Perbuatan tindak pidana yang dilakukan oleh terdakwa dipandang. sebagai tindak kejahatan yang melanggar norma hukum.

BAB IV ANALISIS TERHADAP PUTUSAN PENGADILAN NEGERI SIDOARJO TENTANG PERJUDIAN TOGEL MELALUI MEDIA INTERNET

BAB IV. A. Pertimbangan Hakim Pengadilan Negeri Meulaboh dalam Putusan No. 131/Pid.B/2013/PN.MBO tentang Tindak Pidana Pembakaran Lahan.

Tindak pidana perampasan kemerdekaan orang lain atas dasar. keduanya, diantaranya persamaan-persamaan itu adalah sebagai berikut:

BAB IV ANALISA HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PERTIMBANGAN HUKUM HAKIM DALAM TINDAK PIDANA PENIPUAN YANG DILAKUKAN OLEH DUKUN PENGGANDAAN UANG

BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PERTIMBANGAN HUKUM HAKIM DALAM TINDAK PIDANA EKSPLOITASI SEKSUAL KOMERSIAL ANAK DIBAWAH UMUR

BAB IV. A. Analisis Pertimbangan Hakim pada Putusan Pengadilan Negeri Jombang No.23/Pid.B/2016/PN.JBG tentang Penggelapan dalam Jabatan

BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP SANKSI DALAM BENTUK FUNDS WIRE

Pelanggaran terhadap nilai-nilai kesopanan yang terjadi dalam suatu. masyarakat, serta menjadikan anak-anak sebagai obyek seksualnya merupakan

BAB IV KOMPARASI HUKUM ISLAM DAN HUKUM POSITIF MENGENAI SANKSI PROSTITUSI ONLINE. A. Persamaan Sanksi Prostitusi Online Menurut Hukum Positif dan

BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP HUKUMAN MATI BAGI PENGEDAR NARKOTIKA. dalam Undang-undang Nomor 35 Tahun 2009.

BAB IV TINJAUAN HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PUTUSAN HAKIM NOMOR :191/PID.B/2016/PN.PDG

BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PUTUSAN PENGADILAN NEGERI SUNGAILIAT NO.73/PID.B/2015/PN.SGL TENTANG TINDAK PIDANA PERTAMBANGAN TANPA IZIN

BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP SANKSI HUKUM TENTANG KEJAHATAN TERHDAP ASAL-USUL PERNIKHAN KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PIDANA (KUHP)

BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM ATAS PUTUSAN HAKIM PENGADILAN NEGERI SIDOARJO TERHADAP TINDAK PIDANA PENGANIAYAAN YANG DILAKUKAN ANAK DIBAWAH UMUR

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP TINDAK PIDANA MEMBUKA RAHASIA NEGARA SOAL UJIAN NASIONAL

Dalam memeriksa putusan pengadilan paling tidak harus berisikan. tentang isi dan sistematika putusan yang meliputi 4 (empat) hal, yaitu:

crime dalam bentuk phising yang pernah terjadi di Indonesia ini cukup

BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PEMBERIAN PEMBEBASAN BERSYARAT BAGI NARAPIDANA MENURUT PERMEN NO.M.2.PK.

BAB IV STUDI KOMPARASI ANTARA HUKUM PIDANA DAN FIQH JINAYAH TERHADAP TINDAK KEJAHATAN PERDAGANGAN ORGAN TUBUH

BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP CYBERBULLYING TAHUN 2016 TENTANG ITE

BAB IV TINJAUAN HUKUM PIDANA ISLAM TENTANG PELAKSANAAN TINDAKAN KHUSUS TERHADAP KAPAL PERIKANAN BERBENDERA

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP SANKSI PIDANA PELANGGARAN HAK PEMEGANG PATEN MENURUT UU NO. 14 TAHUN 2001 TENTANG PATEN

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HUKUM PIDANA DAN HUKUM PIDANA ISLAM. Hukum pidana adalah sistem aturan yang mengatur semua perbuatan

BAB IV ANALISIS TERHADAP PUTUSAN PENGADILAN NEGERI PAMEKASAN TENTANG HUKUMAN AKIBAT CAROK MASAL (CONCURSUS) MENURUT HUKUM ISLAM

BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP TINDAKAN ASUSILA DAN PENGANIAYAAN OLEH OKNUM TNI

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP DENDA YANG TIDAK UMMAT SIDOARJO. Keuangan Syariah dalam melakukan aktifitasnya yaitu, muraba>hah, ija>rah

BAB IV ANALISIS FIQH JINAYAH TERHADAP TINDAKAN MENGEMIS DI MUKA UMUM. A. Analisis terhadap Sanksi Hukum Bagi Pengemis Menurut Pasal 504

BAB IV PERSAMAAN DAN PERBEDAAN ANTARA HUKUM ISLAM DAN UU NO 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP PEMBULATAN HARGA

ANALISIS PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG NO K/PID.SUS/2014

BAB IV ANALISIS PERTANGGUNG JAWABAN PEMERIKSAAN TERSANGKA PENGIDAP GANGGUAN JIWA MENURUT HUKUM PIDANA POSITIF DAN HUKUM PIDANA ISLAM

Perbuatan yang Dilarang dan Ketentuan Pidana UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK (ITE)

BAB IV TINJAUAN HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP TINDAK PIDANA PENGEDARAN SEDIAAN FARMASI TANPA IZIN EDAR

BAB IV JUAL BELI SEPATU SOLID DI KECAMATAN SEDATI SIDOARJO DALAM PERSPEKTIF MASLAHAH MURSALAH

BAB II PEMIDANAAN MENURUT HUKUM PIDANA ISLAM

BAB IV ANALISIS KOMPARASI TINDAK PIDANA CARDING MENURUT HUKUM PIDANA ISLAM DAN KUHP

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Gambaran Peristiwa Tindak Pidana Pencurian Oleh Penderita

BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PUTUSAN PENGADILAN NEGERI PROBOLINGGO NO. 179/PID.B/PN.PBL TENTANG TINDAK PIDANA ILLEGAL LOGGING

islam yang mengatur masalah kejahatan yang telah dilarang oleh sayara karena dapat menimbulkan bahaya bagi jiwa, harta, keturunan dan akal.

A. Analisis Tentang Fenomena Pemasangan Identitas KH. Abdurraman Wahid (Gus Dur) pada Alat Peraga Kampanye PKB di Surabaya

BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PUTUSAN HAKIM PENGADILAN NEGERI LAMONGAN DALAM PERKARA TINDAK PIDANA PEMERASAN YANG DILAKUKAN OLEH ANAK

BAB IV ANALISIS TENTANG SANKSI PIDANA ATAS PENGEDARAN MAKANAN TIDAK LAYAK KONSUMSI

BAB IV. Analisis Hukum Islam Terhadap Penjualan Obat Generik Melebihi Harga Eceran Tertinggi (HET) Pada Tiga Apotek di Surabaya

BAB III TINJAUAN FIQH JINAYAH TERHADAPPERCOBAAN KEJAHATAN

BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM ATAS PUTUSAN HAKIM PENGADILAN NEGERI BANYUWANGI TERHADAP TINDAK PIDANA PENANGKAPAN IKAN DENGAN POTASIUM CIANIDA

BAB IV ANALISIS PERSAMAAN DAN PERBEDAAN PERTANGGUNG JAWABAN PIDANA

BAB IV ANALISIS LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN

BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM ATAS PUTUSAN PENGADILAN TINGGI MEDAN NOMOR : 67/PID.SUS/2015/PT.MDN DALAM PERKARA

BAB V PERSAMAAN DAN PERBEDAAN HUKUM DALAM HUKUM REKAYASA FOTO DENGAN UNSUR PENCEMARAN NAMA BAIK DI FACEBOOK, INSTAGRAM, TWETTER, BBM DAN WHATSAAP

BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP TINDAK PIDANA PENADAHAN DALAM PUTUSAN NO 376/PID.B/2015/PN.SMG

BAB IV. A. Penerapan Perda Nomor 7 Tahun 1999 Tentang Larangan Menggunakan

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP HUTANG PIUTANG PETANI TAMBAK KEPADA TENGKULAK DI DUSUN PUTAT DESA WEDUNI KECAMATAN DEKET KABUPATEN LAMONGAN

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM DAN UU PERLINDUNGAN KONSUMEN NOMOR 8 TAHUN 1999 TERHADAP JUAL BELI BARANG REKONDISI

IDDAH DALAM PERKARA CERAI TALAK

BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM DALAM PASAL 55 KUHP TERHADAP MENYURUH LAKUKAN TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN

BAB IV. A. Analisis Penerapan Sanksi Pidana Pencemaran Nama Baik Menurut Pasal 27 (3) Jo.Pasal 45 (1) Uu No.11 Thn.

BAB IV ANALISIS TERHADAP PUTUSAN PENGADILAN NEGERI BANGKALAN NO.236/PID.B/2014/PN.BKL TENTANG PENGANIAYAAN YANG MENYEBABKAN KEMATIAN

BAB II TURUT SERTA TINDAK PIDANA DALAM HUKUM PIDANA ISLAM (AL-ISTIRAK FI AL-JARI>MAH)

A. Analisis Tentang Tata Cara Akad Manusia tidak bisa tidak harus terkait dengan persoalan akad

BAB IV ANALISIS TERHADAP JUAL BELI IKAN BANDENG DENGAN PEMBERIAN JATUH TEMPO DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

KOMPETENSI DASAR: INDIKATOR:

BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PERSYARATAN TEKNIS DAN SANKSI HUKUM MODIFIKASI KENDARAAN BERMOTOR YANG

UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK [LN 2008/58, TLN 4843]

BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PEMENJARAAN BAGI PELAKU TINDAK PIDANA KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA PUTUSAN NO.203/PID.SUS/2011/PN.

BAB IV ANALISIS SEWA MENYEWA TAMBAK YANG DIALIHKAN SEBELUM JATUH TEMPO MENURUT HUKUM ISLAM. A. Analisis Terhadap Akad Sewa Menyewa Tambak

Pidana tanpa hak mentransmisikan Informasi Elektronik yang memiliki muatan. melakukan suatu tindak pidana pencemaran nama baik yang di media sosial

BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA DAN FIKIH JINAYAH TENTANG HUKUMAN KUMULATIF TERHADAP ANAK PELAKU PENCABULAN (PUTUSAN NO.66/PID.B/2011/PN.

BAB V PENUTUP. sebelumnya, serta arahan dari pembimbing maka dalam bab ini penulis dapat

BAB IV. A. Analisis Pertimbangan Hakim Terhadap Tindak Pidana Penipuan yang. Berkedok Lowongan Pekerjaan (Studi Direktori Putusan Pengadilan Negeri

BAB I PENDAHULUAN. mengganggu ketentraman umum serta tindakan melawan perundang-undangan.

A. Analisis Terhadap Putusan Hakim Kekerasan seksual pada anak, yaitu dalam bentuk pencabulan

Hijab Secara Online Menurut Hukum Islam

BAB IV ANALISIS DATA. A. Proses Akad yang Terjadi Dalam Praktik Penukaran Uang Baru Menjelang Hari Raya Idul Fitri

BAB IV. limbah B3 (bahan, berbahaya, dan beracun). Hakim membuat pertimbanganpertimbangan.

Pada hakikatnya pembiayaan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) di Bank. pemenuhan kebutuhan akan rumah yang disediakan oleh Bank Muamalat

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP APLIKASI TABUNGAN RENCANA MULTIGUNA DI PT. BANK SYARI AH BUKOPIN Tbk. CABANG SURABAYA

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP LARANGAN NIKAH TUMBUK DESA DI DESA CENDIREJO KECAMATAN PONGGOK KABUPATEN BLITAR

BAB I PENDAHULUAN. mengalami suatu kegagalan dalam memperjuangkan kepentingannya sendiri,

TINDAK PIDANA DI BIDANG MEDIA SOSIAL Oleh : Prof. Dr. H. Didik Endro Purwoleksono, S.H., M.H.

BAB IV ANALISIS FIQH JINAYAH TERHADAP PIDANA CABUL KEPADA ANAK DI BAWAH UMUR

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN SEWA- MENYEWA TANAH FASUM DI PERUMAHAN TNI AL DESA SUGIHWARAS CANDI SIDOARJO

BAB III ANALISIS PERBANDINGAN PENGANIYAAN TERHADAP IBU HAMIL YANG MENGAKIBATKAN KEGUGURAN JANIN ANTARA HUKUM PIDANA ISLAM DAN HUKUM PIDANA POSITIF

BAB II KEJAHATAN PEMBOBOLAN WEBSITE SEBAGAI BENTUK KEJAHATAN DI BIDANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK

BAB II KONSEP PENAMBAHAN HUKUMAN MENURUT FIQH JINAYAH. Hukuman dalam bahasa Arab disebut uqūbāh.

BAB 1 PENDAHULUAN. mengganggu ketenangan pemilik barang. Perbuatan merusak barang milik. sebagai orang yang dirugikan dalam tindak pidana tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. Akhir-akhir ini telah marak penjualan minum-minuman yang dapat. mengenal siapa yang membeli minuman tersebut, bahkan tidak mengenal

BAB IV. A. Mekanisme Penundaan Waktu Penyerahan Barang Dengan Akad Jual Beli. beli pesanan di beberapa toko di DTC Wonokromo Surabaya dikarenakan

BAB IV. Islam juga berlaku bagi tindak pidana yang dilakukan oleh penduduk da>r alsala>m

BAB 1 PENDAHULUAN. kehidupan bermasyarakat ialah tentang kejahatan. Kejahatan adalah suatu

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PENERAPAN BAGI HASIL DALAM PEMBIAYAAN MUSHA>RAKAH DI BMT AN-NUR REWWIN WARU SIDOARJO

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PERCERAIAN KARENA ISTERI. A. Analisis terhadap Dasar Hukum dan Pertimbangan Hakim karena Isteri

BAB II MENURUT FIKIH JINAYAH

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK JUAL BELI SAWAH BERJANGKA WAKTU DI DESA SUKOMALO KECAMATAN KEDUNGPRING KABUPATEN LAMONGAN

BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PUTUSAN HAKIM PENGADILA N NEGERI MEDAN DALAM PERKARA TINDAK PIDANA PENGEDARAN MATA UANG PALSU

KRITERIA MASLAHAT. FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA Nomor: 6/MUNAS VII/MUI/10/2005 Tentang KRITERIA MASLAHAT

BAB I PENDAHULUAN. Untuk menjamin, melindungi dan menjaga kemaslahatan kemaslahatan

BAB I PENDAHULUAN. bertambahnya kejahatan yang melanggar nilai-nilai atau norma-norma yang. Negara dijadikan sebagai perbuatan untuk di tindak.

BAB 1V ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PUTUSAN HAKIM PENGADILAN NEGERI MEULABOH DALAM PUTUSAN NO.

BAB IV ANALISIS KEWENANGAN HAKIM TATA USAHA NEGARA MENURUT UNDANG-UNDANG NO. 9 TAHUN 2004 DALAM PANDANGAN FIQH SIYASAH

Transkripsi:

BAB IV Dasar Pertimbangan Hakim Terhadap Putusan Pengadilan Negeri Purwokerto Dalam Putusan Nomor:133/Pid.B/2012/PN.Pwk Tentang Sanksi Pidana Hacker A. Analisis Pertimbangan Hukum Hakim Terhadap Putusan Pengadilan Negeri Purwokerto No: 133/Pid.B/2012/PN.Pwk Tentang Sanksi Pidana Hacker Menurut UU No 11 Tahun 2008 (ITE) Hacker yang dalam bahasa Indonesianya disebut peretas adalah orang yang mempelajari, menganalisa dan selanjutnya bila menginginkan, bisa membuat, memodifikasi atau bahkan mengeksploitasi sistem yang terdapat di sebuah perangkat, seperti perangkat lunak komputer dan perangkat keras komputer seperti programer, administrasi dan hal-hal lainnya terutama keamanan. Hacker adalah sekumpulan atau beberapa kelompok yang bertujuan untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dan sharing informasi bebas tanpa batas. Hacker adalah sesorang yang tertarik untuk mengetahui secara mendalam mengenai kerja suatu sistem, komputer atau jaringan komputer. Mereka terdiri dari para programmer yang ahli jaringan. Mereka juga lah yang berjasa membangun internet lewat pengembangan sistem operasi UNIX. Hacker memiliki konotasi negatif karena kesalapahaman masyarakat akan berbeda istilah tentang hacker dan cracker. Banyak yang memahami hackerlah yang mengakibatkan kerugian pihak tertentu seperti mengubah tampilan suatu situs web (defacing), menyisipkan kode-kode virus dsb. Padahal, merka adalah cracker.

Crackerlah yang menggunakan celah-celah keamanan yang belum diperbaiki oleh pembuat perangkat lunak untuk menyusup atau merusak suatu sistem. Atasan alasan ini biasanya para hacker dipahami dibagi menjadi 2 golongan yaitu : 1. Whaite Hat Hackers 2. Black Hat Hackers Ada beberapa pasal yang menyebutkan beberapa aspek pidana dalam undang-undang tindak pidana hacking, yaitu dalam pasal 51 ayat (2) jo pasal 36 jo pasal 30 ayat (1), (2), (3) jo pasal 32 ayat (2) jo pasal 34 ayat (1) b UU RI Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik jo pasal 55 ayat (1) ke-1, unsur- unsurnya adalah sebagai berikut: 1. Setiap Orang; 2. Dengan Sengaja dan Tanpa Hak atau Melawan Hukum, Mengakses Komputer dan/ atau Sistem Elektronik Milik Orang Lain Dengan Cara Apapun Dengan Tujuan Untuk Memperoleh Informasi Elektronik dan/ atau Dokumen Elektronik; 3. Dengan Melanggar, Menerobos, Melampaui atau Menjebol Sistem Pengamanan; 4. Memindahkan atau Mentransfer Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik kepada Sistem Elektronik Orang Lain yang Tidak Berhak;

5. Memproduksi, Menjual, Mengadakan untuk Digunakan, Mengimpor, Mendistribusikan, Menyediakan atau Memiliki Sandi Lewat komputer, Kode Akses atau hal yang sejenis dengan itu yang Ditujukan agar Sistem Elektronik menjadi dapat diakses Dengan Tujuan Memfasilitasi Perbuatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 sampai dengan Pasal 33; 6. Mengakibatkan Kerugian Bagi Orang Lain; 7. Dilakukan oleh Orang Melakukan, Menyuruh Melakukan, atau Turut Serta Melakukan. Sebelum menentukan hukuman yang akan dijatuhan kepada terdakwa tersebut, Majelis Hakim akan mempertimbangkan hal-hal yang memberatkan dan yang meringankan yang ada pada diri terdakwa sebagai berikut 3) Hal-hal yang memberatkan: Perbuatan terdakwa merugikan PT. Telkomsel, Tbk; Perbuatan terdakwa sangat tidak pantas dilakukan oleh orang-orang yang mempunyai pengetahuan di bidang komputer karena terdakwa sangat menyadari bahwa suatu sistem elektronik yang diterobosnya merupakan sistem elektronik yang dilindungi oleh pemiliknya; Terdakwa melibatkan pihak-pihak lain dalam melakukan kegiatannya; Terdakwa melakukan 2(dua) tindak pidana secara bersamaan; 4) Hal-hal yang meringankan : Terdakwa bersikap sopan dipersidangan

Terdakwa belum pernah dihukum Terdakwa menyesali perbuatannya dan berjanji tidak mengulanginya lagi Menurut analisis penulis, dasar hukum pertimbangan hakim Pengadilan Negeri Purwokerto dalam putusan No :133/Pid.B/2012/PN.Pwk dalam pasal 51 ayat (2) jo pasal 36 jo pasal 30 ayat (1), (2), (3) jo pasal 32 ayat (2) jo pasal 34 ayat (1) b UU RI Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik jo pasal 55 ayat (1) KUHP bahwa Maka majelis hakim Pengadilan Negeri Purwokerto memberikan sanksi hukum yang dijatuhkan kepada terdakwa hanya selama 5 (lima) tahun penjara dan denda sebesar Rp 100.000.000,00.Putusan Pengadilan Negeri Purwokerto ini dinilai sudah sesuai dikarenakan putusan hukuman adalah sepenuhnya di tangan hakim. Telah disebutkan di amar putusan hukuman terdakwa dalam pasal 51 ayat (2) jo pasal 36 jo ayat (1), (2), (3) jo pasal 32 ayat (2) jo pasal 34 ayat (1) b tidak pernah disebutkan pidana penjara selama 5 tahun dan denda sebesar Rp 100.000.000,00 karena sanksi tersebut sangatlah sedikit seandainya pihak dari PT telkomsel tidak menerima keputusan hakim tersebut. Sebaiknya Hakim dan majelis menjatuhkan hukuman sesuai dengan rasa kepatuhan dan rasa keadilan. A. Pertimbangan hukum hakim Pengadilan Negeri Purwokerto Terhadap Putusan Pengadilan Negeri Purwokerto Nomor:133/Pid.B/2012/PN.Pwk Tentang Sanksi Pidana Hacker Ditinjau dari Fiqh Jinayah

Berdasarkan deskripsi kasus yang telah dipaparkan pada Bab III, sanksi hukum yang dijatuhkan kepada terdakwa hanya selama 5 (tahun) tahun penjara. Dengan dijerat pasal 51 ayat (2) jo pasal 36 jo pasal 30 ayat (1), (2), (3) jo pasal 32 ayat (2) jo pasal 34 ayat (1) b berbunyi sebagai berikut: 1. pasal 51 ayat (2) :Setiap Orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36 dipidana dengan pidana penjara paling lama 12 (dua belas) tahun dan/atau denda paling banyak Rp12.000.000.000,00 (dua belas miliar rupiah). 2. Pasal 36 : Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak atau melawan hukum melakukan perbuatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 sampai dengan Pasal 34 yang mengakibatkan kerugian bagi Orang lain. 3. Pasal 30 ayat 1,2,3 : (1) Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak atau melawan hukum mengakses Komputer dan/atau Sistem Elektronik milik Orang lain dengan cara apa pun. (2) Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak atau melawan hukum mengakses Komputer dan/atau Sistem Elektronik dengan cara apa pun dengan tujuan untuk memperoleh Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik. (3) Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak atau melawan hukum mengakses Komputer dan/atau Sistem Elektronik dengan cara

apa pun dengan melanggar, menerobos, melampaui, atau menjebol sistem pengamanan. 4. Pasal 32 ayat 2 : (2) Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak atau melawan hukum dengan cara apa pun memindahkan atau mentransfer Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik kepada Sistem Elektronik Orang lain yang tidak berhak 5. Pasal 34 ayat 1 b: (1) Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak atau melawan hukum memproduksi, menjual, mengadakan untuk digunakan, mengimpor, mendistribusikan, menyediakan, atau memiliki: b. sandi lewat Komputer, Kode Akses, atau hal yang sejenis dengan itu yang ditujukan agar Sistem Elektronik menjadi dapat diakses dengan tujuan memfasilitasi perbuatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 sampai dengan Pasal 33 Melakukan tindak pidana hacker dalam hukum positif merupakan tindak pidana yang diatur dalam Undang-Undang No. 11 Tahun 2008 (ITE). Sedangkan bila ditinjau dari hukum pidana islam hacking merupakan suatu jinayah atau jarimah karena menimbulkan keresahan dalam masyarakat terkait dengan kemaslahatan masyarakat, dan juga melanggar peraturan yang dibuat oleh pemerintah. Jarimah ini masuk dalam jarimah ta zir karena tidak diatur secara khusus dalam Al Quran maupun As Sunnah.Berbeda dengan jarimah hudud,qishash dan diyat, pada jarimah ta zir asas legalitas tidak diterapkan begitu teliti dan ketat.

Hal ini didasarkan bahwa pada jarimah ta zir hakim memilih kewenangan yang luas untuk menetapkan suatu jarimah dan hukumannyasesuai dengan ketentuan kemaslahatan. Pada jarimah ta zir ini, al-qur an dan al-hadist tidak menetapkan secara terperinci baik bentuk jarimah maupun hukumannya. Oleh karena itu hakim boleh memberikan hukuman terhadap pelaku kejahatan yang belum ada aturannya (jarimah ta zir) jika tuntutan kemaslahatan menghendakinya. Dari sini muncul kaidah : ا لت ع ز ي ر ي د و ر م ع ال م ص ل ح ة Artinya: Hukum Ta zir berlaku sesuai dengan tuntutan kemaslahatan. 34 Dinamisasi hukum pidana islam dalam menjawab bentuk-bentuk kejahatan baru yang belum ada aturannya sehingga setiap bentuk kejahatan baru yang dianggap telah merusak ketenangan dan ketertiban umum dapat dituntut dan dihukum. Suatu konsep yang kemudian diikuti oleh hukum positif karena berpegang pada asas legalitas secara kaku menyebabkan kurangnya perlindungan terhadap kepentingan masyarakat. Banyak kejahatan-kejahatan baru yang tidak diatur dalam undang-undang tidak dapat dipidana padahal telah mengganggu ketertiban masyarakat. Hal ini terlihat (sebagai contoh) pada perundang undangan Perancis, Jerman dan Rusia dalam memegang asas legalitas. Pada awalnya, hukum positif negara-negara tersebut memegang secara 34 Jaih Mubarok dan Enceng Arif Faizal, Kaidah Fiqh Jinayah: Asas-Asas Hukum Pidana Islam, (Bandung: Pustaka Bani Quraisy, 2004), 48-49.

teliti asas legalitas. Hakim hanya menjalankan undang-undang. Ia tidak bisa melebihi dan mengurangi bentuk dan hukuman yang telah tercantum dalam undang-undang. Sementara banyak bentuk kejahatankejahatan baru yang belum diatur oleh undang-undang tidak dapat dipidana padahal telah mengorbankan kepentingan masyarakat. Jarimah ta zir, secara etimologis berarti menolak atau mencegah. Sementara pengertian terminologis ta zir adalah bentuk hukuman yang tidak disebutkan ketentuan kadar hukumnya oleh syara dan menjadi kekuasaan penguasa atau hakim. 35 Pengertian tazir secara terminologis, yang dikehendaki dalam konteks fiqih jinayah adalah seperti yang dikemukakan dibawah ini : ا لت ع ز ي ز ه و ا ل ع ق و با ت ال ت ي ل م ي ر د م ه الش ار ع ب ب ي ان م ق د ار ه او ت ر ك ت ق د ي ر ه ال و ل ي ا أل م ر ا و ال ق ال م ج اه د ي ه Artinya : Tazir adalah bentuk hukuman yang tidak disebutkan ketentuan oleh syara dan menjadi kekuasaan waliyyul amri atau hakim Dalam hukum islam, suatu perbuatan dapat dikatakan sebagai tindak pidana apabila telah memenuhi unsur-unsur tindak pidana, dan unsur-unsur tersebut harus terdapat pada perbuatan untuk dapat digolongkan sebagai jarimah. Sedangkan dasar dari larangan dan 35 Rahmad Hakim, Hukum Pidana Islam, (Bandung: CV, Pustaka Setia,2000), hlm. 140-141.

hukuman terhadap perbuatan itu adalah untuk memelihara kepentingan masyarakat itu sendiri sehingga terciptalah kemaslahatan umat. Dari rumusan tersebut, hacking dapat dikatakan sebagai salah satu kejahatan apabila telah memenuhi unsur : - Unsur umum a. Rukun syar i atau unsur formil b. Rukun maddi atau unsur material c. Rukun adabi atau unsur formil - Unsur khusus Adanya perbuatan memasuki suatu sistem tanpa izin dari pemiliknya. Dengan demikian, hacking dapat dikatakan sebagai perbuatan pidana yang merupakan salah satu kejahatan karena telah memenuhi unsur-unsur jarimah baik unsur umum maupun unsur khusus. Disamping itu, kejahatan hacking dapat dikenai hukuman ta zir karena kejahatan ini sanksinya bukan ditentukan oleh al-qur an dan hadist melainkan perbuatan yang sanksinya ditentukan oleh ulil amri dengan prinsip, nilai-nilai dan tujuan syariat islam yaitu terciptanya kemaslahatan umat. Untuk itu, kejahatan hacking dapat dijatuhi hukuman ta zir berdasarkan pada al qur an surat 24 an-nur ayat 27

27. Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memasuki rumah yang bukan rumahmu sebelum meminta izin dan memberi salam kepada penghuninya. yang demikian itu lebih baik bagimu, agar kamu (selalu) ingat. Menurut analisis penulis dasar hukum pertimbangan hakim Pengadilan Negeri Purwokerto dalam putusan No :133/Pid.B/2012/PN.Pwk dalam fiqh jinayah ta zir berarti hukuman yang brupa memberi pelajaran kepada pelaku kejahatan sehingga hukuman tersebut dapat menghalanginya untuk tidak kembali pada jarimah yang pernah dilakukannya, atau dengan kata lain membuatnya jera. Para ulama mengartikan ta zir dengan hukuman yang tidak ditentukan oleh al-quran dan al-hadis yang berkaitan dengan kejahatan yang melanggar hak Allah dan hak hamba yang berfungsi untuk memberi pelajaran pada si terhukum dan mencegahnya untuk tidak mengulangi kejahatan serupa. 36 Dan mengenai batas minimal dan maksimal hukuman ta zir tidak terdapat ketentuan didalam alquran dan hadis hukuman ta zir tersebut semuanya diserahkan kepada ulil amri, khususnya hakim. Seorang hakim dalam menjatuhkan hukuman pada pelaku kejahatan yang dikenai hukuman ta zir berdasarkan pada ijtihad yang dapat memberikan pengaruh preventif (memberikan dampak positif bagi orang lain sehingga tidak melakukan perbuatan yang dilakukan oleh pelaku), represif ( memberikan dampak positif bagi pelaku untuk tidak mengulangi perbuatan yang menyebabkan dikenai hukuman ta zir), kuratif 36 Djazuli, Fiqh Jinayah, Raja Grafindo Persada:Jakarta 2000, h. 161

(mampu membawa perbaikan sikap dan perilaku pelaku di kemudian hari), dan edukatif (mampu menumbuhkan hasrat pelaku untuk mengubah pola hidupnya, bukan takut kepada hukuman melainkan kepada Allah. Demikian pula terhadap kejahatan hacking dapat dikenai hukuman ta zir, dalam menentukan hukumannya juga ditentukan oleh hakim melalui ijtihadnya,. Hal ini dikarenakan ijtihad merupakan suatu alasan yang mendukung pengembangan materimateri hukum islam untuk menanggulani kasus-kasus atau perkaraperkara baru yang belum pernah terjadi sebelumnya, sekaligus sebagai faktor yang penting dalam pengembangan hukum islam sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan dan kenyataan sejarah yang selalu berubah.