BAB I PENDAHULUAN. menjadi pasar kedelai terbesar di Asia. Sebanyak 50% dari konsumsi kedelai

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. kuning melalui proses fermentasi jamur yaitu Rhizopus oryzae, Rhizopus stolonifer, atau Rhizopus oligosporus. Tempe dikenal sebagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tempe merupakan makanan khas Indonesia yang cukup populer dan

BAB I PENDAHULUAN. dapat digunakan sebagai pangan, pakan, maupun bahan baku industri.

BAB I PENDAHULUAN. muda, apalagi mengetahui asalnya. Bekatul (bran) adalah lapisan luar dari

BAB I PENDAHULUAN. dapat dijadikan bahan utama dalam pembuatan tempe. Tempe. karbohidrat dan mineral (Cahyadi, 2006).

BAB I PENDAHULUAN. di pasar saat ini adalah berbentuk flake. Sereal dalam bentuk flake dianggap

BAB I PENDAHULUAN. Protein (KEP). KEP merupakan suatu keadaan seseorang yang kurang gizi

BAB I PENDAHULUAN. didalamnya terkandung senyawa-senyawa yang sangat diperlukan untuk

BAB I PENDAHULUAN. difermentasikan menggunakan kapang rhizopus ( ragi tempe ). Selain itu

BAB I PENDAHULUAN. komposisi senyawanya terdiri dari 40% protein, 18% lemak, dan 17%

BAB I PENDAHULUAN. pembuatan tempe, tahu, kecap, oncom, susu, dan lain-lain. Kacangkacangan

PENGARUH PERENDAMAN DALAM LARUTAN GULA TERHADAP PERSENTASE OLIGOSAKARIDA DAN SIFAT SENSORIK TEPUNG KACANG KEDELAI (Glycine max)

BAB I PENDAHULUAN. menjadi pasar kedelai terbesar di Asia. Konsumsi tempe rata-rata per orang per

I. PENDAHULUAN. karena berpengaruh terhadap eksistensi dan ketahanan hidup setiap manusia,

mi. Sekitar 40% konsumsi gandum di Asia adalah mi (Hoseney, 1994).

BAB I PENDAHULUAN. Melalui penganekaragaman pangan didapatkan variasi makanan yang

BAB I PENDAHULUAN. lapisan terluar beras yaitu bagian antara butir beras dan kulit padi berwarna

PENGARUH PERBANDINGAN TEPUNG TERIGU DAN TEPUNG BIJI NANGKA TERHADAP KOMPOSISI PROKSIMAT DAN SIFAT SENSORIK KUE BOLU KUKUS

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Protein (KEP). KEP merupakan suatu keadaan seseorang yang kurang gizi

UJI PROTEIN DAN ORGANOLEPTIK PADA TEMPE DENGAN BAHAN DASAR JAGUNG MANIS (Zea mays saccharata)

BAB I PENDAHULUAN. Proses penggilingan padi menjadi beras tersebut menghasilkan beras sebanyak

BAB I PENDAHULUAN. komersial dilakukan secara setahap dengan hasil samping berupa dedak

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan bantuan kapang golongan Rhizopus Sp. Menurut Astawan

I. PENDAHULUAN. Makanan pendamping ASI (MP-ASI) adalah makanan atau minuman yang

I. PENDAHULUAN. pangan yang disukai anak-anak (Sardjunani, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. dalam pembangunan nasional. Undang-undang No.18 Tahun 2012 tentang Pangan

4. HASIL DAN PEMBAHASAN. Purata Kadar Protein Tempe ( mg / ml ± SE) pada Perlakuan Variasi Penambahan Inokulum Tempe dan Tepung Belut

lain-lain) perlu dilakukan (Suryuna, 2003).

I PEDAHULUAN. Pemikiran,(6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

Pada era globalisasi ini pola konsumsi masyarakat, terutama masyarakat

I. PENDAHULUAN. kebutuhan tersebut adalah melalui usaha peternakan ayam pedaging. Ayam

BAB I PENDAHULUAN. Konsumsi rata-rata kue kering di kota dan di pedesaan di Indonesia 0,40

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. antara kacang-kacangan tersebut, kedelai paling banyak digunakan sebagai bahan

BAB I PENDAHULUAN. Telur merupakan salah satu sumber protein hewani yang memiliki rasa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. energi protein (KEP) adalah kondisi kurang gizi yang disebabkan oleh

I. PENDAHULUAN ton (US$ 3,6 juta) (Jefriando, 2014). Salah satu alternatif pemecahan

BAB I PENDAHULUAN. Protein merupakan suatu senyawa yang dibutuhkan dalam tubuh. manusia sebagai zat pendukung pertumbuhan dan perkembangan.

BAB I PENDAHULUAN. tanaman kecipir (Psophocarpus tetragonolobus). Di beberapa daerah,

PENGARUH LAMA FERMENTASI Rhizopus oligosporus TERHADAP KADAR OLIGOSAKARIDA DAN SIFAT SENSORIK TEPUNG TEMPE KEDELAI (Glycine max)

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sangat terkenal dan digemari oleh semua lapisan masyarakat, karena memiliki

PEMANFAATAN AMPAS DARI BERBAGAI JENIS KACANG - KACANGAN PADA PEMBUATAN TEMPE GEMBUS SKRIPSI. Disusun Oleh : SISWANTI BINTARATIH NPM.

BAB I PENDAHULUAN. Santoso (2009) menyatakan bahwa yoghurt merupakan produk susu. yang difermentasi. Fermentasi susu merupakan bentuk pengolahan susu

PENGARUH PERLAKUAN PADA PROSES BLANCHING DAN KONSENTRASI NATRIUM BIKARBONAT TERHADAP MUTU SUSU KEDELAI

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan akan pangan semakin meningkat dengan bertambahnya. jumlah penduduk. Berbagai jenis pangan diproduksi dengan meningkatkan

I. PENDAHULUAN. Produk pangan fungsional (fungtional food) pada beberapa tahun ini telah

BAB I PENDAHULUAN. Produk olahan yang paling strategis untuk dikembangkan dalam. rangka menunjang penganekaragaman (diversifikasi) pangan dalam waktu

BAB I PENDAHULUAN. Mie merupakan jenis makanan hasil olahan tepung yang sudah. dikenal oleh sebagian besar masyarakat Indonesia. Mie juga merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Minyak merupakan zat makanan yang penting untuk menjaga kesehatan tubuh

KOMPOSISI KIMIA BEBERAPA BAHAN LIMBAH PERTANIAN DAN INDUSTRI PENGOLAHAN HASIL PERTANIAN

I. PENDAHULUAN. seluruh penduduk Indonesia. Pemenuhan kebutuhan pangan harus dilakukan

I. PENDAHULUAN. dan siap untuk dimakan disebut makanan. Makanan adalah bahan pangan

SUBSTITUSI TEPUNG TEMPE UNTUK PEMBUATAN KUE LUMPUR COKLAT DENGAN PENAMBAHAN VARIASI GULA PASIR JURNAL PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Keberhasilan usaha peternakan sangat ditentukan oleh kualitas, kuantitas,

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah,

BAB 1 PENDAHULUAN. macam komoditi pangan pertanian, tetapi kemampuan produksi pangan di

BAB I PENDAHULUAN. Berbasis Sumber Daya Lokal yang tertulis dalam Peraturan Presiden RI

HASIL DAN PEMBAHASAN

SUSU KEDELAI 1. PENDAHULUAN

I. PENDAHULUAN. sekitar 60% biaya produksi berasal dari pakan. Salah satu upaya untuk menekan

I. PENDAHULUAN. Tempe merupakan produk pangan tradisional Indonesia berbahan dasar kacang

OLEH: YULFINA HAYATI

I. PENDAHULUAN. Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian dan (7) Tempat dan

I. PENDAHULUAN. menentukan keberhasilan dalam kegiatan budidaya ikan. Kebutuhan pakan ikan

BAB I PENDAHULUAN. Clarias sp (ikan lele) merupakan salah satu jenis ikan air tawar yang

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan masyarakat. Saat ini, perunggasan merupakan subsektor peternakan

UJI SERAT, PROTEIN SERTA ORGANOLEPTIK TEMPE BIJI TURI (Sesbania grandiflora) DENGAN PENAMBAHAN JAGUNG (Zea mays) DAN BEKATUL NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jamur merang merupakan salah satu jenis jamur pangan yang memiliki nilai gizi yang tinggi dan permintaan pasar

1 I PENDAHULUAN. Penelitian, (1.5) Kerangka Pemikiran, (1.6) Hipotesis Penelitian, dan (1.7) Waktu

BAB I PENDAHULUAN. sebagian besar masyarakat. Sampai saat ini produk-produk sumber protein

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. alternatif pengganti beras dan sangat digemari oleh masyarakat Indonesia.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

4. HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Kadar Air (%) Tempe Dengan Penambahan Tepung Belut dan Variasi Konsentrasi Usar Tempe

I PENDAHULUAN. Pada pendahuluan menjelaskan mengenai (1) Latar Belakang, (2)

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan. Salah satu produk pangan kesehatan yang muncul di pasaran adalah

BAB I PENDAHULUAN. Lele dumbo yang bernama ilmiah Clarias geriepinus, masuk di Indonesia

PENGANTAR. sangat digemari oleh masyarakat. Sate daging domba walaupun banyak. dipopulerkan dengan nama sate kambing merupakan makanan favorit di

I. PENDAHULUAN. pecan, 10% bekatul, 3% menir atau tepung dan 20% sekam (Labib, 1997).

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia kaya akan sumber daya alam, termasuk di dalamnya kekayaan

1 I PENDAHULUAN. yang cukup baik terutama kandungan karbohidrat yang tinggi.

YUWIDA KUSUMAWATI A

BAB I PENDAHULUAN. Daging ayam merupakan penyedia protein hewani yang cukup tinggi sehingga

SIFAT ORGANOLEPTIK, OVERRUN, DAN DAYA TERIMA ES KRIM YANG DIBUAT DARI CAMPURAN SUSU KEDELAI DAN SUSU SAPI DENGAN PERBANDINGAN YANG BERBEDA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Tahu merupakan salah satu makanan yang digemari dan mudah dijumpai

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. oleh terpenuhinya kebutuhan gizi dalam makanannya. Pada usia 6 bulan pertama,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA. dalam meningkatkan ketersediaan bahan baku penyusun ransum. Limbah

BAB I PENDAHULUAN. Keberadaan bekatul di Indonesia sangat melimpah, mengingat bangsa. Indonesia merupakan negara agraris. Setiap tahun Indonesia mampu

BAB I PENDAHULUAN. Biskuit crackers merupakan makanan kecil ringan yang sudah. memasyarakat dan banyak dijumpai di pasaran. Hal ini setidaknya dapat

BAB I PENDAHULUAN. menjadi kendala pada peternak disebabkan mahalnya harga bahan baku, sehingga

PEMANFAATAN TEPUNG UMBI GARUT (Maranta arundinaceae L.) DALAM PEMBUATAN BUBUR INSTAN DENGAN PENCAMPURAN TEPUNG TEMPE SKRIPSI

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tempe Kacang-kacangan dan biji-bijian seperti kacang kedelai, kacang tanah, biji kecipir, koro, kelapa, dll merupakan bahan

BAB I PENDAHULUAN. yang penting sebagai penghasil sumber bahan pangan, bahan baku makanan,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

M. Yogie Nugraha 1), Edison 2), and Syahrul 2) Abstract

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara produsen tempe terbesar di dunia dan menjadi pasar kedelai terbesar di Asia. Sebanyak 50% dari konsumsi kedelai Indonesia dilakukan dalam bentuk tempe, 40% dalam bentuk tahu dan 10% dalam bentuk produk lain, seperti tauco, kembang tahu, oncom dan kecap. Konsumsi tempe rata-rata pertahun di Indonesia saat ini sekitar 6,45 kg/orang(astawan, 2005). Pada era globalisasi ini, pola konsumsi masyarakat terutama masyarakat menengah ke atas berkembang menjadi pola makan fast food, yang cenderung tinggi lemak jenuh dan gula, rendah serat dan rendah zat gizi mikro. Perubahan selera makan yang jauh dari menu seimbang akan berdampak negatif terhadap kesehatan dan status gizi (Baliwati, 2002). Salah satu alternatif untuk mengurangi masalah tersebut adalah dengan penganekaragaman pangan. Penganekaragaman pangan merupakan usaha membudidayakan pola makan dan tata menu yang melibatkan pemanfaatan semua sumber daya pangan yang diproduksi agar dicapai kesejahteraan baik dari segi kecukupan gizi maupun kecukupan pangan. Tempe merupakan makanan yang terbuat dari kacang kedelai yang difermentasi. Masyarakat luas menjadikan tempe sebagai sumber protein nabati, selain itu harganya juga murah. Tempe mempunyai daya simpan yang singkat dan akan segera membusuk selama penyimpanan. Hal ini 1

disebabkan oleh proses fermentasi lanjut, menyebabkan degradasi protein lebih lanjut sehingga terbentuk amoniak. Amoniak ini yang menyebabkan munculnya bau busuk (Sarwono, 2007). Beberapa perubahan yang menguntungkan selama proses fermentasi kedelai menjadi tempe, antara lain nilai gizinya meningkat, karena pada proses fermentasi dapat mengurangi kandungan antitripsin dan asam fitat yang dapat memperlambat penyerapan protein. Hai ini karena pada proses fermentasi jamur Rhizopus sp menghasilkan enzim fitase yang akan menghidrolisis asam fitat menjadi inositol dan ortofosfat. Adapun keunggulan tempe yaitu cita rasanya lebih disukai dan dapat dikembangkan menjadi berbagai produk dengan cita rasa beragam, sehingga tingkat penerimaan masyarakat semakin tinggi. Selama proses fermentasi kadar protein hanya berubah sedikit, tetapi kelarutan dapat meningkat sampai sekitar 50%, kadar lemak hanya sedikit terjadi perubahan, lemak terhidrolisis mencapai 35% (Astawan, 2005). Berdasarkan penelitian Setyawati, dkk (2008) bahwa semakin banyak penambahan bekatul pada pembuatan tempe kedelai berpengaruh terhadap sifat organoleptik, hasil yang terbaik pada penambahan tepung bekatul 4%. Berdasarkan penelitian Deliani (2008) bahwa lama fermentasi akan memberikan pengaruh terhadap kadar protein dan kadar asam lemak yang dihasilkan, dimana semakin lama fermentasi kadar protein dan lemak semakin menurun. Kadar protein tertinggi diperoleh pada lama fermentasi pada lama fermentasi 24 jam. Sekarang ini berbagai jenis tempe telah diproduksi dengan menggunakan bahan pencampuran seperti pepaya mentah, tepung ketan, 2

jagung, ampas kelapa, bekatul (Suprapti, 2003). Penambahan bahan campuran bekatul, untuk memberikan variasi cita rasa sesuai dengan kegunaan konsumen, juga untuk memperkaya nilai gizi. Salah satu kandungan zat gizi yang tinggi adalah serat yaitu 25,3/100 g. Penambahan bekatul pada pembuatan tempe dapat meningkatkan konsumsi masyarakat terhadap serat. Hal serupa telah dilakukan oleh Setyawati, dkk (2008) yang menambahkan bekatul pada pembuatan tempe kedelai dengan tujuan untuk memperkaya kandungan serat pada tempe kedelai. Hasil dari penelitiannya yaitu bahwa penambahan bekatul 0% mempunyai kadar serat yang paling rendah, yaitu 4,569 g%. Sedangkan kadar serat kasar yang tertinggi adalah pada penambahan bekatul 12% yaitu sebesar 7,855 g%. Hal tersebut menunjukkan bahwa semakin banyak penambahan bekatul, kadar serat pada tempe dengan penambahan bekatul semakin tinggi, sehingga tempe yang dihasilkan kaya akan serat. Bekatul adalah lapisan luar dari beras yang terlepas pada saat proses penggilingan gabah, berwarna krem atau coklat muda. Dalam proses penggilingan gabah bekatul yang dihasilkan mencapai 8 12% (Nursalam, 2007). Produksi bekatul melimpah dari tahun ke tahun. Hal ini disebabkan pabrik pabrik penggilingan padi cukup banyak jumlahnya, namun pemanfaatannya masih terbatas yaitu untuk pakan unggas saja (Rasyat, 1990). Bekatul bukan merupakan bahan pangan, namun memiliki banyak manfaat bagi kesehatan, antara lain kandungan minyak bekatul yang dapat menurunkan kadar kolesterol darah, Low Density Lipoprotein (LDL) dan Very Low Density Lipoprortein (VLDL) serta dapat meningkatkan kadar High 3

Density Lipoprotein (HDL) (Ardiansyah, 2006). Nilai gizi bekatul dalam setiap 100 gram mengandung 16,5 gram protein, 21,5 g lemak, dan 49, 4 gram karbohidrat. Upaya menambahkan bekatul pada pembuatan tempe agar layak dikonsumsi merupakan alternatif untuk meningkatkan pemanfaatan bekatul. Untuk mengetahui kadar zat gizi karbohidrat, protein, lemak, air, dan abu dalam bekatul dapat dilakukan analisis komposisi proksimat. Analisis komposisi proksimat yaitu analisis yang menggolongkan komponen yang ada pada bahan makanan berdasarkan komposisi kimia dan fungsinya yaitu air, abu, protein kasar, lemak kasar dan bahan ekstrak tanpa nitrogen atau tergolong sebagai karbohidrat (Sudarmadji, 1996). Bekatul yang mempunyai komposisi proksimat (kadar protein kasar, lemak, air dan abu) yang berbeda dengan tempe. Jika dilakukan pencampuran dalam produk tempe, maka akan berpengaruh terhadap komposisi proksimat tempe tersebut. Perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui komposisi proksimat tempe yang di tambahkan bekatul. Berdasarkan latar belakang tersebut akan dilakukan penelitian mengenai pengaruh lama fermentasi terhadap komposisi proksimat pada tempe kedelai yang di tambahkan tepung bekatul. B. Rumusan Masalah Dari latar belakang tersebut, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana pengaruh lama fermentasi terhadap komposisi proksimat tempe kedelai yang ditambahkan tepung bekatul. 4

C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Untuk mengetahui pengaruh lama fermentasi dan penambahan bekatul terhadap komposisi proksimat tempe kedelai. 2. Tujuan Khusus a. Menganalisis kadar air tempe kedelai yang ditambahkan tepung bekatul pada waktu fermentasi yang berbeda. b. Menganalisis kadar abu tempe kedelai yang ditambahkan tepung bekatul pada waktu fermentasi yang berbeda. c. Menganalisis kadar lemak dan minyak tempe kedelai yang ditambahkan tepung bekatul pada waktu fermentasi yang berbeda. d. Menganalisis kadar protein total tempe kedelai yang ditambahkan tepung bekatul pada waktu fermentasi yang berbeda. e. Menganalisis kadar karbohidrat (by different) tempe kedelai yang ditambahkan tepung bekatul pada waktu fermentasi yang berbeda. D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Peneliti Menambah wawasan dan pengetahuan tentang pengaruh lama fermentasi terhadap komposisi proksimat tempe kedelai yang ditambahkan tepung bekatul. 2. Bagi Masyarakat Dapat memberikan informasi kepada masyarakat untuk memanfaatkan tepung bekatul pada pembuatan tempe sehingga dapat memperluas pemanfaatan bekatul. 5

3. Bagi Peneliti Lanjutan Penelitian ini dapat dipakai sebagai bahan masukan apabila mengadakan penelitian selanjutnya. E. Ruang Lingkup Ruang lingkup materi pada penelitian ini dibatasi pada pembahasan mengenai pengaruh lama fermentasi terhadap komposisi proksimat tempe kedelai yang ditambahkan tepung bekatul. 6