BAB I PENDAHULUAN. pelajaran Pendidikan Agama Islam yang mempelajari tentang Fiqih ibadah,

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu

BAB I PENDAHULUAN. pengenalan dan pemahaman tentang cara-cara pelaksanaan rukun Islam dan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah suatu proses yang disosialisasikan sebagai usaha

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul. Membaca adalah melihat serta memahami isi dari apa yg tertulis (dengan

BAB I PENDAHULUAN. faktor utama keberhasilan Pembangunan Nasional. Semakin tinggi kualitas

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. penting karena dapat menentukan perkembangan dan kemajuan suatu kelompok

BAB I PENDAHULUAN. Rukun Islam adalah pokok-pokok utama ajaran islam. Kita semua sebagai

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Membaca pada dasarnya adalah mengubah lambang-lambang tertulis

BAB I PENDAHULUAN. komponen, seperti guru, murid, bahan ajar dan sarana lain yang digunakan

BAB I PENDAHULUAN. Fungsi pendidikan di Indonesia telah dijabarkan dalam Undang-Undang. Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. Standar Nasional Pendidikan pasal 3 menyebutkan, bahwa: 2

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia. Negara Indonesia sebagai negara yang berkembang, telah

BAB I PENDAHULUAN. dipenuhi sepanjang hayat. Tanpa pendidikan sama sekali mustahil suatu kelompok

BAB I PENDAHULUAN. dengan Tuhannya. Beberapa ulama fikih seperti Imam Abu Hanifah

BAB I PENDAHULUAN. Standar Kompetensi Lulusan dan Standar Isi Pendidikan Agama Islam dan Bahasa Arab di Madrasah, hlm. 67

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana firman Allah SWT dalam surat Al-Mujadilah ayat 11:

BAB I PENDAHULUAN. semua bidang studi. Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. dirumuskan dalam Undang-Undang No.20 Tahun 2003 pasal 3, yang berbunyi:

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Agama Islam merupakan salah satu aspek penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. merupakan sarana untuk mencapai tujuan pembelajaran serta dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul. bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Hal ini sejalan dengan tujuan pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. nasional sebagaimana yang dirumuskan dalam Undang-Undang RI No.20 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. dari yang diharapkan. Banyak siswa yang mempunyai perilaku menyimpang,

BAB I PENDAHULUAN. UU No. 20 tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional disebutkan bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah salah satu faktor yang yang menentukan keberhasilan

BAB I PENDAHULUAN. Membaca pada dasarnya adalah mengubah lambang-lambang tertulis

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan hidup secara tepat dimasa akan datang atau dapat juga didefinisikan

BAB I PENDAHULUAN. terbelakang. Pendidikan harus benar-benar diarahkan untuk menghasilkan

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan, berketerampilan, dan berakhlak mulia. hubungan ini tepat sekali ajaran agama Islam yang menjunjung tinggi ilmu

BAB I PENDAHULUAN. Al-Quran adalah kitab suci yang merupakan sumber utama dan utama

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. selesai sampai kapanpun, sepanjang ada kehidupan manusia di dunia ini, karena

BAB I PENDAHULUAN. Sebagian besar sekolah di Indonesia menjadikan bahasa Inggris sebagai

BAB I PENDAHULUAN. jawab. 3 Penyampaian pelajaran pada peserta didik di sekolah akan menjadi

BAB I PENDAHULUAN. mengembangakan kegiatan belajar siswa. Hal ini mengandung pengertian bahwa

BAB I PENDAHULUAN. meliputi pengetahuan, keterampilan dan sikap-sikap yang baru, yang diharapkan

BAB I PENDAHULUAN. dikarenakan kegiatan belajar mengajar, diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu

BAB I PENDAHULUAN. bebas serta perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin canggih

BAB I PENDAHULUAN. guru sebagai pendidik, sedangkan belajar dilakukan peserta didik atau murid.

BAB I PENDAHULUAN. rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang diatur dengan undang-undang.

BAB I PENDAHULUAN. menyelenggarakan suatu Sistem Pendidikan Nasional yang dicantumkan dalam

BAB I PENDAHULUAN. Hal ini disebabkan karena segala aktivitas kehidupan manusia membutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. manusia sebagaimana yang dirumuskan dalam Undang-undang Republik

BAB I PENDAHULUAN. berbangsa dan bernegara. Maju mundur suatu bangsa sebagian besar ditentukan

BAB I PENDAHULUAN. tugas sebagai khalifah-nya terlaksana secara bertanggung jawab dan mandiri. 3

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu pondasi utama yang dapat menjadikan

BAB I PENDAHULUAN. kedudukan ilmu pengetahuan dalam Islam sangat penting. Allah SWT berfirman

BAB I PENDAHULUAN. Dengan mulai diterapkannya kurikulum KTSP Tahun 2006, dalam mata

BAB I PENDAHULUAN. manusia dan ibadah shalat yang dilakukan dengan benar-benar akan membentuk. manusia yang beriman dan bertaqwa serta berbudi luhur.

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan diharapkan dapat menaikkan harkat dan martabat manusia Indonesia.

PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul. Undang-Undang RI No.20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal

3BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul. bagi rakyatnya, sehingga mampu mandiri dan dapat membangun bangsa.

hlm Nana Sudjana, Cara Belajar Peserta didikaktif, (Bandung: Sinar Baru Algensind, 1996),

BAB I PENDAHULUAN. kondisi sosial kultural masyarakat Indonesia( Hamalik, 2001: 1)

BAB I PENDAHULUAN. Islam memandang manusia sebagai makhluk yang termulia dan sempurna. Ia

BAB I PENDAHULUAN. sepanjang hidupnya. Proses belajar mengajar adalah suatu kegiatan yang di

BAB I PENDAHULUAN. (pendidik), kurikulum (materi pelajaran), sarana (peralatan dan dana) serta murid

BAB I PENDAHULUAN. ini. Kenyataan ini menunjukkan bahwa manusia memerlukan pendidikan. Akan

BAB I PENDAHULUAN. termasuk hal yang sangat diperhatikan di Indonesia disamping bidang yang lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. Undang No. 20 Tahun 2003 Bab II Pasal 3 sebagai berikut. Hal ini sejalan pula dengan Hadist Rasulullah SAW dari Abu Hurairah r.a.

BAB I PENDAHULUAN. individu, maupun sebagai masyarakat, bangsa dan negara. Oleh karena itu sangat

BAB I PENDAHULUAN. Sehubungan dengan itu Allah Swt berfirman dalam Alquran surah At-Tahrim

BAB I PENDAHULUAN. siswa untuk berkomunikasi dalam Bahasa Indonesia dengan baik dan benar, baik

BAB I PENDAHULUAN. guru agar anak didik mudah memahami materi yang diberikan. Jika guru kurang

BAB I PENDAHULUAN. Remaja Rosdakarya, 2011), hlm Nana Syaodih Sukmadinata, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, (Bandung:

BAB I PENDAHULUAN. persoalan pendidikan bangsa pada saat ini adalah mengenai kompetensi mengajar

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan sarana untuk mendewasakan peserta didik.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Proses belajar mengajar merupakan suatu kegiatan melaksanakan

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan formal, nonformal, dan informal di sekolah, dan luar sekolah yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Definisi Operasional. membudayakan manusia. Melalui pendidikan segala potensi sumber daya manusia

Bab I. Pendahuluan. yang saling menghormati dan menghargai tidak akan terbentuk jika tidak

A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. potensi anak didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan pada hakikatnya merupakan kegiatan mendidik, mengajar,

BAB I PENDAHULUAN. kefitrahan menuju penunaian tugas sebagai khalifah-nya terlaksana secara

BAB I PENDAHULUAN. dan menjelaskannya kepada orang lain, sesuai dengan kualitas dan kuantitas ilmu

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh pengetahuan dan keterampilan menjadi tanggung jawab satuan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul. berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, dan mandiri.

BAB I PENDAHULUAN. sejak dini, ini terlihat dari bab thaharah (bersuci) yang selalu diletakkan di awal

BAB I PENDAHULUAN. kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan. dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara 1

BAB I PENDAHULUAN. yang telah Allah turunkan kepada Rasul-Nya, Nabi mulia Muhammad SAW. Kitab suci

BAB I PENDAHULUAN. secara sistematis dan terencana dalam setiap jenis dan jenjang pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran sebagai suatu segmen kurikulum, strategi pembelajaran, media. pengajaran, dan evaluasi pembelajaran.

BAB I PENDAHULUAN. persaingan di berbagai negara. Dengan bantuan dari berbagai media, pengetahuan

BAB I PENDAHULUAN. dirumuskan itu bersifat abstrak sampai pada rumusan-rumusan yang dibentuk. khusus memudahkan pencapaian tujuan yang lebih tinggi.

BAB I PENDAHULUAN. dirumuskan itu bersifat abstrak sampai pada rumusan-rumusan yang dibentuk

BAB I LATAR BELAKANG. kehidupan manusia, baik terhadap aktivitas jasmaniahnya, pikiran-pikirannya,

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting dalam kehidupan.

BAB I PENDAHULUAN. dapat menghadapi segala tantangan yang akan timbul, lebih-lebih dalam

BAB I PENDAHULUAN. kepribadiannya dengan jalan membina potensi yang bersifat rohani (pikir, rasa,

BAB I PENDAHULUAN. ketakwaaan kepada Tuhan Yang Maha Esa agar selanjutnya mampu membekali

BAB I PENDAHULUAN. pembinaan kepada anak-anaknya dengan memberikan bimbingan, perintah,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan upaya untuk mencerdaskan, kehidupan bangsa dan

BAB I PENDAHULUAN. sekolah minimal harus memiliki dasar-dasar kompetensi sebagai wewenang dalam

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran merupakan suatu proses yang kompleks dan. melibatkan berbagai aspek yang saling berkaitan. Oleh karena itu untuk

BAB I PENDAHULUAN. semua pihak, baik pemerintah, orang tua maupun masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan Agama, kerena semakin tinggi kualitas suatu bangsa, semakin tinggi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan usaha sadar untuk menumbuh kembangkan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mata pelajaran Fiqih di Madrasah Ibtidaiyah merupakan salah satu mata pelajaran Pendidikan Agama Islam yang mempelajari tentang Fiqih ibadah, terutama menyangkut pengenalan dan pemahaman tentang cara-cara pelaksanaan rukun Islam dan pembiasaannya dalam kehidupan sehari-hari, serta Fiqih Muamalah yang menyangkut pengenalan dan pemahaman sederhana mengenai ketentuan tentang makanan dan minuman yang halal dan haram, khitan, kurban serta tata cara pelaksanaan jual beli dan pinjam meminjam. Dalam Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2008 tentang Standar Kompetensi Lulusan dan Standar Isi Pendidikan Islam dan Bahasa Arab bahwa tujuan mata pelajaran Fiqih di Madrasah Ibtidaiyah adalah: Pembelajaran Fiqih di Madrasah Ibtidaiyah bertujuan agar siswa mampu mengenal dan melaksanakan hukum Islam yang berkaitan dengan rukun Islam, mulai dari ketentuan dan tata cara pelaksanaan thaharah, shalat, puasa, zakat, sampai dengan pelaksanaan ibadah haji, serta ketentuan tentang makanan dan minuman, khitan, kurban dan cara pelaksanaan jual beli dan pinjam meminjam. 1 1 Departemen Agama, Peraturan Menteri Agama RI Nomor 2 Tahun 2008 tentang Standar Kompetensi Lulusan dan Standar Isi Pendidikan Agama Islam dan Bahasa Arab di Madrasah, (Jakarta: Direktorat Pendidikan Madrasah Dirjen Pendidikan Islam, 2008), h. 21 1

2 Madrasah ibtidaiyah sebagai lembaga pendidikan tingkat dasar yang mempunyai ciri khas yakni yang lebih menonjolkan dalam aspek keagamaan harus dapat mengemplementasikan dari tujuan tersebut sehingga para siswa-siswi alumnus Madrasah Ibtidaiyah untuk membentuk peserta didik menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa serta berakhlak mulia. Sebagaimana sabda Baginda Rasulullah SAW: ق ال ر س و ل اهلل صلى اهلل عليه وسلم : م ن ي رد اهلل خ ي ر ا ي ف ق هه ف الد ين )رواه الشيخان عن ايب هريرة( Agar tujuan tersebut tercapai dengan baik, maka pembelajaran Fiqih di Madrasah Ibtidaiyah hendaknya dapat disajikan secara menarik dan menyenangkan di setiap proses kegiatan pembelajaran berlangsung. Seorang guru jika menginginkan agar tujuan pembelajarannya berjalan dengan baik serta sesuai dengan apa yang ia harapkan, maka dari itu penguasaan materi saja tidaklah cukup, akan tetapi ia harus juga menguasai berbagai teknik maupun metodemetode penyampaian yang tepat dan sesuai dalam proses belajar mengajar. Maka dalam hal ini seorang guru harus dapat menguasai berbagai metode dan strategi mengajar agar dapat menyampaikannya dengan berbagai variasi metode, karena masing-masing metode itu memiliki kelebihan dan juga memiliki kekurangan, sehingga dalam penggunaannya seorang guru harus menyesuaikan dengan materi yang diajarkannya, agar pembelajaran tidak berjalan menoton dan akan lebih menarik perhatian, serta meningkatkan motivasi belajar siswa. Dengan meningkatnya perhatian dan motivasi siswa dalam belajar diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa menjadi lebih baik.

3 Dari uraian di atas dapat diasumsikan bahwa mata pelajaran Fiqih itu mempunyai nilai yang srategis, serta substansial. Mata pelajaran Fiqih memiliki konstribusi dalam memberikan motivasi kepada peserta didik untuk mempraktekkan dan menerapkan hukum Islam dalam kehidupan sehari- hari sebagai perwujudan keserasian, keselarasan dan keseimbangan hubungan manusia dengan Allah, dengan diri manusia itu sendiri, sesama manusia, makhluk lainnya ataupun lingkungannya. Hal yang menjadi hambatan selama ini dalam pembelajaran Fiqih di Madrasah Ibtidaiyah Darussu ada Kecamatan Tatah Makmur adalah disebabkan kurang dikemasnya pembelajaran dengan metode yang menarik dan menyenangkan. Sebab pada umumnya guru terlalu banyak menggunakan metode ceramah saja karena dalam penerapannya metode ceramah itu lebih menuntut para siswa untuk duduk dengan tenang, mendengarkan dan melihat guru mengajar selama berjam-jam. Gaya guru yang statis dapat menimbulkan kejenuhan siswa dalam mengikuti pelajaran, yaitu adanya sikap kurang perhatian terhadap materi, gelisah dan bosan, yang menyebabkan guru seringkali menyampaikan materi pembelajaran dengan apa adanya, sehingga pembelajaran cenderung membosankan dan kurang menarik minat para siswa yang pada gilirannya prestasi belajar siswa kurang memuaskan. Namun perlu diketahui juga bahwa tidak ada satu metode pun yang dianggap paling baik diantara metode-metode yang lain. Tiap metode mempunyai karakteristik tertentu dengan segala kelebihan dan kelemahan masing masing. Suatu metode mungkin baik untuk suatu tujuan tertentu, pokok bahasan maupun situasi dan kondisi tertentu, tetapi mungkin tidak tepat untuk situasi yang lain.

4 Demikian pula suatu metode yang dianggap baik untuk suatu pokok bahasan yang disampaikan oleh guru tertentu, kadang-kadang belum tentu berhasil dibawakan oleh guru lain. Adakalanya seorang guru perlu menggunakan beberapa metode dalam menyampaikan suatu pokok bahasan tertentu. Dengan variasi beberapa metode, penyajian pengajaran menjadi lebih hidup. Misalnya pada awal pengajaran, guru memberikan suatu uraian dengan metode ceramah, kemudian selanjutnya menggunakan metode sosiodrama serta dan diakhiri dengan diskusi atau tanyajawab. Di sini bukan hanya guru yang aktif, melainkan siswa pun terdorong untuk berpartisipasi dan lebih aktif lagi ketimbang gurunya tersebut 2. Salah satu metode yang dapat meningkatkan keaktifan pembelajaran baik ranah intelektual, psikomotorik, maupun ranah afektif adalah metode sosiodrama (suatu cara mengajar dengan jalan mendramatisasikan bentuk tingkah laku dalam hubungan sosial). Winarno Surakhmad memberikan penjelasan bahwa: Metode Sosiodrama merupakan satu metode mengajar, istilah sosiodrama berasal dari kata sosio = sosial dan drama. Kata drama adalah suatu kejadian atau peristiwa dalarn kehidupan manusia yang mengandung konflik kejiwaan, pergolakan, benturan antara dua orang atau lebih. Kedua metode tersebut biasanya disingkat menjadi metode sosiodrama yang merupakan metode mengajar dengan cara mempertunjukkan kepada siswa tentang masalah-masalah hubungan sosial, untuk mencapai tujuan pengajaran tertentu. Masalah hubungan sosial tersebut didramatisasikan oleh siswa dibawah 2 http://pakguruonline.pendidikan.net/buku_tua_pakguru_dasar_kpdd_b12.html

5 pimpinan guru, Melalui metode ini guru ingin mengajarkan cara-cara bertingkah laku dalam hubungan antara sesama manusia. Cara yang paling baik untuk memahami nilai sosiodrama adalah Mengalami sendiri sosiodrama, mengikuti penuturan terjadinya sosiodrama dan mengikuti langkah-langkah guru pada saat memimpin sosiodrama. Guru memberi kesempatan kepada para pendengar (siswa lain) untuk memberikan pendapat atau mencari pemecahan dengan cara-cara lain, kemudian diambil kesimpulan. Permainan peranan ini menimbulkan sejumlah masalah yang perlu dicamkan oleh para siswa. Perasaan mereka dapat diperkuat oleh pengalaman yang realistis tersebut. 3 Agar pembelajaran Fiqih khususnya dalam ruang lingkup Bidang Muamalah menjadi pembelajaran yang aktif, efektif, dan menyenangkan yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa maka salah satu cara yang cukup efektif adalah menggunakan metode sosiodrama. Oleh karena itu perlu di adakan penelitian tindakan kelas untuk membuktikan bahwa melalui metode sosiodrama dapat meningkatkan hasil belajar siswa Bidang Muamalah pada mata pelajaran Fiqih kelas VI semester 2 Madrasah Ibtidaiyah Darussu ada Kecamatan Tatah Makmur. Beranjak dari latar belakang permasalahan tersebut penulis tertarik untuk mengadakan penelitian dalam bentuk Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang berjudul: Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Fiqih 3 http://alhafizh84.wordpress.com/2012/11/16/metode-sosiodrama/

6 Bidang Muamalah dengan Menggunakan Metode Sosiodrama Kelas VI Semester 2 MI Darussu ada Kecamatan Tatah Makmur Kabupaten Banjar. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan uraian latarbelakang di atas sehingga dapat di identifikasi permasalahan terhadap pembelajaran fiqih di MI Darussu ada sebagai berikut: 1. Kurangnya variasi metode dalam kegiatan pembelajaran Fikih 2. Rendahnya keterlibatan siswa dalam pembelajaran Fikih 3. Kurangnya pemahaman siswa dalam materi muamalah 4. Rendahnya hasil belajar siswa terhadap Pembelajaran Fikih C. Rumusan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah di atas, permasalahan yang dapat dirumuskan adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana aktifitas dan peningkatan hasil belajar siswa bidang Muamalah dengan menggunakan metode Sosiodrama pada mata pelajaran Fiqih kelas VI semester 2 tahun pelajaran 2012/2013 Madrasah Ibtidaiyah Darussu ada Kecamatan Tatah Makmur? 2. Bagaimana respon siswa terhadap penerapan metode Sosiodrama bidang Muamalah pada mata pelajaran Fiqih kelas VI semester 2 tahun pelajaran 2012/2013 Madrasah Ibtidaiyah Darussu ada Kecamatan Tatah Makmur? D. Rencana Pemecahan Masalah Cara pemecahan masalah yang akan digunakan dalam penelitian tindakan kelas ini adalah penerapan metode sosiodrama tentang Bidang Muamalah pada

7 mata pelajaran Fikih di kelas VI semester 2 Madrasah Ibtidaiyah Darussu ada Kecamatan Tatah Makmur. Penggunaan metode ini diharapkan dapat memotivasi siswa dan lebih meningkatkan baik ranah kognitif, afektif, maupun ranah psikomotorik siswa serta membantu menambah daya ingat mereka sehingga pada akhirnya akan meningkatkan hasil belajar mereka. E. Hipotesis Tindakan Penelitian ini direncanakan terbagi ke dalam tiga siklus, setiap siklus dilaksanakan mengikuti prosedur perencanaan (planning), tindakan (acting), pengamatan (observing), dan refleksi (reflecting). Melalui ketiga siklus tersebut dapat diamati peningkatan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Fiqih khususnya Bidang Muamalah. Dengan demikian dapat dirumuskan hipostesis tindakan sebagai berikut: 1. Dengan diterapkan metode sosiodrama tentang Bidang Muamalah pada mata pelajaran Fiqih semester 2 tahun pelajaran 2012/2013 Madrasah Ibtidaiyah Darussu ada dapat meningkatkan hasil belajar siswa. 2. Dengan diterapkan metode sosiodrama tentang Bidang Muamalah pada mata pelajaran Fiqih semester 2 tahun pelajaran 2012/2013 Madrasah Ibtidaiyah Darussu ada meningkatkan peran aktif siswa dalam proses pembelajaran di kelas. 3. Dengan diterapkan metode sosiodrama tentang Bidang Muamalah pada mata pelajaran Fiqih semester 2 tahun pelajaran 2012/2013 Madrasah Ibtidaiyah Darussu ada respon suka dan setuju siswa terhadap kegiatan pembelajaran meningkat.

8 F. Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui peningkatan aktivitas dan hasil belajar siswa Bidang Muamalah menggunakan metode Sosiodrama pada mata pelajaran Fiqih kelas VI semester 2 tahun pelajaran 2012/2013 Madrasah Ibtidaiyah Darussu ada. 2. Untuk mengetahui respon siswa melalui metode sosiodrama tentang Bidang Muamalah pada mata pelajaran Fiqih kelas VI semester 2 tahun pelajaran 2012/2013 Madrasah Ibtidaiyah Darussu ada. G. Manfaat Penelitian Penelitian Tindakan Kelas berupa pembelajaran melalui metode sosiodrama diharapkan bermanfaat bagi: 1. Guru a. Memperoleh data hasil pembelajaran siswa. b. Meningkatkan kecakapan akademik sehingga dapat menciptakan proses belajar mengajar menjadi lebih menarik dan menyenangkan. c. Meningkatkan cara belajar siswa aktif. d. Meningkatkan ranah afektif siswa dalam emosionalnya. e. Meningkatkan hubungan (interaksi) dengan siswa. f. Sebagai indikasi untuk meningkatkan kegiatan belajar mengajar. g. Meningkatkan rasa tanggung jawab siswa.

9 h. Sebagai bahan penelitian bagi peneliti selanjutnya. 2. Siswa a. Meningkatkan prestasi belajar. b. Meningkatkan partisipasi siswa dalam kegiatan pembelajaran. c. Menumbuhkan sikap positif dan motivasi dalam belajar. d. Kemampuan siswa dalam mengingat materi pelajaran menjadi lebih baik. 3. Sekolah a. Penelitian ini dapat memberikan sumbangan yang bermanfaat dalam rangka perbaikan pembelajaran dan mutu sekolah. b. Dapat memberikan masukan dalam mengefektifkan pembinaan dan pengelolaan proses belajar mengajar dalam pelaksanaan pendidikan.