PEMANFAATAN KULIT KAKAO MELALUI MESIN PENCACAH DAN PENGHANCUR, PADA SUBAK ABIAN DAN KELOMPOK TERNAK GUBUG

dokumen-dokumen yang mirip
PEMANFAATAN TEKNOLOGI TEPAT GUNA BERUPA MESIN PENCACAH PAKAN TERNAK KAMBING DI DESA SEPANG KABUPATEN BULELENG

KARYA TULIS ILMIAH PENGOLAHAN LIMBAH KAKAO MENJADI BAHAN PAKAN TERNAK

I. PENDAHULUAN. yang memiliki potensi hijauan hasil limbah pertanian seperti padi, singkong, dan

PENGOLAHAN JAJAN BEGINA DAN ULI DENGAN MENGGUNAKAN MESIN VACUUM FRYER BAGI PEMBUAT JAJAN BEGINA & ULI

PEMANFAATAN LIMBAH PASAR SEBAGAI PAKAN RUMINANSIA SAPI DAN KAMBING DI DKI JAKARTA

PENINGKATAN EKONOMI MASYARAKAT MELALUI PENINGKATAN PRODUKTIFITAS TERNAK SAPI POTONG DI KELURAHAN MERDEKA KECAMATAN KUPANG TIMUR KABUPATEN KUPANG

SILASE TONGKOL JAGUNG UNTUK PAKAN TERNAK RUMINANSIA

Jurnal Pengabdian Masyarakat Peternakan ISSN: Vol. 2 No. 1 Tahun 2017

PENDAHULUAN. yang sangat penting untuk peningkatan kualitas sumber daya manusia Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Salah satu faktor penentu keberhasilan usaha peternakan adalah ketersediaan

I. PENDAHULUAN. Peternakan di Indonesia setiap tahunnya mengalami peningkatan, sehingga

TINJAUAN PUSTAKA. A. Perkembangan Produksi Kakao di Indonesia. Kakao (Theobrema cocoa L.) merupakan salah satu jenis tanaman perkebunan

RENCANA PENGEMBANGAN PETERNAKAN PADA SISTEM INTEGRASI SAWIT-SAPI DI KALIMANTAN SELATAN

cair (Djarwati et al., 1993) dan 0,114 ton onggok (Chardialani, 2008). Ciptadi dan

I. PENDAHULUAN. Nenas adalah komoditas hortikultura yang sangat potensial dan penting di dunia.

Sistem Usahatani Terpadu Jagung dan Sapi di Kabupaten Takalar Provinsi Sulawesi Selatan

TEKNOLOGI PENGOLAHAN LIMBAH PERTANIAN TONGKOL JAGUNG UNTUK MENGATASI MASA PACEKLIK PAKAN TERNAK

PEMBERDAYAAN KARANG TARUNA MELALUI PEMANFAATAN LIMBAH BULU AYAM UNTUK PEMBUATAN PAKAN BEBEK

I. PENDAHULUAN. Pakan merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan usaha peternakan,

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan daging sapi setiap tahun selalu meningkat, sementara itu pemenuhan

Ditulis oleh Mukarom Salasa Minggu, 19 September :41 - Update Terakhir Minggu, 19 September :39

TINJAUAN PUSTAKA. keberhasilan usaha pengembangan peternakan disamping faktor bibit dan

I. PENDAHULUAN. kehidupan dan kelangsungan populasi ternak ruminansia. Menurut Abdullah et al.

PENDAHULUAN. akan protein hewani berangsur-angsur dapat ditanggulangi. Beberapa sumber

SAMPAH POTENSI PAKAN TERNAK YANG MELIMPAH. Oleh: Dwi Lestari Ningrum, SPt

BAB I. PENDAHULUAN 1.2 Analisis Situasi Mitra pupuk organik.

PENDAHULUAN. rendah adalah masalah yang krusial dialami Indonesia saat ini. Catatan Direktorat

PEMANFAATAN SILASE KULIT BUAH KAKAO UNTUK MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS KAMBING PADA SISTEM INTEGRASI KAKAO-KAMBING

Seminar Nasional Hasil Penelitian dan Pengabdian Masyarakat 2016, ISBN

PENERAPAN IPTEKS BAGI MASYARAKAT (IbM) KELOMPOK TANI KALISAPUN DAN MAKANTAR KELURAHAN MAPANGET BARAT KOTA MANADO

PERBAIKAN KUALITAS PAKAN DAN PENGOLAHAN LIMBAH KANDANG GUNA MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS DAN KESEHATAN LINGKUNGAN DI KECAMATAN TEMBALANG KOTA SEMARANG

LUMBUNG PAKAN RUMINANSIA. Bernadete Barek Koten 1), Lilo J.M. Ch. Kalelado 1) dan Redempta Wea 1)

IBM KELOMPOK MASYARAKAT PETANI BAWANG MERAH DI DESA NUSAJAYA HALMAHERA TIMUR PROVINSI MALUKU UTARA. Sofyan Samad 1, Sundari 2

BAB I PENDAHULUAN. Rumput gajah odot (Pannisetum purpureum cv. Mott.) merupakan pakan. (Pannisetum purpureum cv. Mott) dapat mencapai 60 ton/ha/tahun

Strategi Peningkatan Produktivitas Sapi Bali Penggemukan Melalui Perbaikan Pakan Berbasis Sumberdaya Lokal di Pulau Timor

I. PENDAHULUAN. kontinuitasnya terjamin, karena hampir 90% pakan ternak ruminansia berasal dari

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan selama 13 minggu, pada 12 Mei hingga 11 Agustus 2012

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR : 30 TAHUN 2007 TENTANG PENGELOLAAN DANA PENGUATAN MODAL USAHA SUBAK ABIAN

OPTIMALISASI USAHA PENGGEMUKAN SAPI DI KAWASAN PERKEBUNAN KOPI

PENDAHULUAN. kebutuhan zat makanan ternak selama 24 jam. Ransum menjadi sangat penting

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Musim kemarau di Indonesia menjadi permasalahan yang cukup

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada Desember 2014 Februari 2015 di Jurusan

RENCANA OPERASI PENYINGKIR HALANGAN (BROP) PEMBUATAN DEMPLOT KEBUN TERPADU

PENERAPAN IPTEKS. Hafni Indriati Junifa Layla Sihombing Jasmidi Kinanti Wijaya

II. TINJAUAN PUSTAKA. Nama Desa Sukoharjo berasal dari tokoh di Kecamatan Sukoharjo pada saat itu,

1) Pencarian dan sewa lahan yang digunakan untuk tempat penggemukan sapi. BAB V RENCANA AKSI. 5.1 Kegiatan

PENDAHULUAN. terhadap produktivitas, kualitas produk, dan keuntungan. Usaha peternakan akan

PROSPEK DAN ARAH PENGEMBANGAN AGRIBISNIS JAGUNG. Edisi Kedua. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian AGRO INOVASI

PEMANFAATAN KULIT KAKAO SEBAGAI PAKAN TERNAK KAMBING PE DI PERKEBUNAN RAKYAT PROPINSI LAMPUNG

I. PENDAHULUAN. membuat kita perlu mencari bahan ransum alternatif yang tersedia secara

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. besar untuk dikembangkan, sapi ini adalah keturunan Banteng (Bos sundaicus)

PEMBUATAN PUPUK ORGANIK ASAL KOTORAN SAPI Hasil sampingan pemeliharaan ternak sapi atau sering juga disebut sebagai kotoran sapi tersusun dari feses,

PENDAHULUAN. memadai, ditambah dengan diberlakukannya pasar bebas. Membanjirnya susu

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Analisis Situasi

BAB I PENDAHULUAN. nutrisi makanan. Sehingga faktor pakan yang diberikan pada ternak perlu

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi

Buletin Peternakan Edisi IV 2017 Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Prov. Sulawesi Selatan

PROSPEK PENGEMBANGAN TANAMAN JAGUNG SEBAGAI SUMBER HIJAUAN PAKAN TERNAK

POTENSI PRODUKSI DAN BESARNYA PANGSA PASAR SORGUM DI JAWA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Teknologi Pengolahan Kopi Cara Basah Untuk Meningkatkan Mutu Kopi Ditingkat Petani

Pengembangan ternak ruminansia di negara-negara tropis seperti di. kemarau untuk memenuhi kebutuhan pakan ternak ruminansia yang memiliki

PELUANG PEMANFAATAN LIMBAH PISANG SEBAGAI PAKANTERNAK

PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI (ANGKA RAMALAN II TAHUN 2015)

PROSPEK DAN ARAH PENGEMBANGAN AGRIBISNIS KEDELAI. Edisi Kedua. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian AGRO INOVASI

BAB III MATERI DAN METODE. dilaksanakan pada bulan Maret Juni Lokasi penelitian di kandang

PENDAHULUAN. menyusutnya luas lahan pertanian karena sudah beralih hngsi menjadi kawasan

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Letak Geografis dan Topografi CV. Anugrah Farm

SISTEM PERTANIAN TERPADU TEBU-TERNAK MENDUKUNG SWASEMBADA GULA DAN DAGING

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki berbagai jenis tanaman yang dapat tumbuh subur di

Ditulis oleh Mukarom Salasa Minggu, 19 September :41 - Update Terakhir Minggu, 19 September :39

I. PENDAHULUAN. Budidaya merupakan suatu kegiatan pemeliharaan sumber daya hayati yang

UPAYA PENINGKATAN PRODUKSI KAPUR PERTANIAN MASYARAKAT NAGARI SITANANG-HALABAN KABUPATEN LIMA PULUH KOTA

FORMULASI RANSUM PADA USAHA TERNAK SAPI PENGGEMUKAN

VI. ANALISIS USAHATANI DAN EFEKTIVITAS KELEMBAGAAN KELOMPOK TANI

Jurnal Pengabdian pada Masyarakat Volume 29, Nomor 4 Agustus Desember 2014

I. PENDAHULUAN. Kelapa sawit adalah salah satu komoditas non migas andalan Indonesia.

APLIKASI COMPLETE FEED FERMENTASI LIMBAH PERTANIAN PADA KELOMPOK TANI DI KECAMATAN KOTA BARU KOTA JAMBI

Jurnal Al-Ikhlas ISSN : Volume 3 Nomor 1, Oktober 2017

PAKAN LENGKAP BERBASIS BIOMASSA SAWIT: PENGGEMUKAN SAPI LOKAL DAN KAMBING KACANG

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

BIDANG KEGIATAN : PKM PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT

II. TINJAUAN PUSTAKA. tapioka termasuk industri hilir, di mana industri ini melakukan proses pengolahan

BAB I PENDAHULUAN. secara signifikan yang pada akhirnya menimbulkan dampak dampak negatif

SAMBUTAN GUBERNUR KALIMANTAN BARAT PADA ACARA PANEN RAYA PADI DI DESA SENAKIN KECAMATAN SENGAH TEMILA KABUPATEN LANDAK

DAMPAK PENGGUNAAN TEKNOLOGI TEPAT GUNA PADA UKM BUNGA KERING DI DESA RENON DENPASAR

I. PENDAHULUAN. pertumbuhan tubuh dan kesehatan manusia. Kebutuhan protein hewani semakin

BAB I PENDAHULUAN. Berbagai wilayah di Indonesia memiliki lahan pertanian yang dapat ditanami

POTENSI LIMBAH KULIT KOPI SEBAGAI PAKAN AYAM

I. PENDAHULUAN. yang dimiliki oleh suatu negara. Indonesia merupakan negara berkembang

ANALISIS BIAYA PRODUKSI PENGOLAHAN PAKAN DARI LIMBAH PERKEBUNAN DAN LIMBAH AGROINDUSTRI DI KECAMATAN KERINCI KANAN KABUPATEN SIAK

PENINGKATAN PENDAPATAN MASYARAKAT MELALUI USAHA KOMPOS BOKASHI, BUDIDAYA SAYUR DAN JAMUR MERANG ABSTRAK

PENDAHULUAN. yang berasal dari bagian biji pada kebanyakan tanaman lebih banyak. diantaranya adalah daun singkong (Manihot utilisima).

KOMPOSISI KIMIA BEBERAPA BAHAN LIMBAH PERTANIAN DAN INDUSTRI PENGOLAHAN HASIL PERTANIAN

BAB I. PENDAHULUAN. pertanian atau sisa hasil pertanian yang bernilai gizi rendah sebagai bahan pakan

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Muhammadiyah Yogyakarta pada bulan Mei 2016 sampai bulan Agustus 2016.

I. PENDAHULUAN. Permintaan pangan hewani terutama daging sapi meningkat cukup besar

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

S Ket : Tan 1 = Tanaman 1 Tan 2 = Tanaman 2 Tan 3 = Tanaman 3 K= Perlakuan Kontrol A = Perlakuan A B = Perlakuan B C = Perlakuan C

Transkripsi:

PEMANFAATAN KULIT KAKAO MELALUI MESIN PENCACAH DAN PENGHANCUR, PADA SUBAK ABIAN DAN KELOMPOK TERNAK GUBUG I Ketut Suherman, ST.,MT.; Achmad Wibolo, ST.,MT.; I Nengah Darma Susila, ST.,M.Erg. Jurusan Teknik Mesin Politeknik Negeri Bali Bukit Jimbaran, Badung Bali RINGKASAN EKSEKUTIF Kegiatan Program Iptek bagi Masyarakat (IbM) dilakukan dengan tujuan ingin mengatasi berbagai permasalahan yang dihadapi oleh mitra kelompok petani Kakao Subak Abian Gubug sehingga dapat mengatasi peningkatan jumlah limbah kulit buah kakao agar dapat diolah menjadi pakan ternak. Melihat permasalahan mitra tersebut terutama pada saat proses penanganan kulit buah kakao pascapanen, maka dicoba untuk mengaplikasikan mesin pencacah dan penggiling (penghancur) kulit buah kakao menjadi dedak sebagai pakan ternak tambahan yang bisa disimpan. Prosesnya adalah limbah kulit buah kakao dimasukkan melalui lubang masuk mesin pencacah sehingga akan tercacah menjadi ukuran yang kecil-kecil (± 1 cm) lalu dilakukan permentasi sesuai dengan kebutuhan untuk menjadikan pakan ternak. Setelah proses permentasi kulit buah tersebut dikeringkan dengan cara diangin-anginkan, kemudian barulah kulit buah kakao tersebut diproses penggilingan dengan menggunakan mesin penggiling (penghancur) sehingga memperoleh hasil seperti dedak. Berdasarkan luaran yang diharapkan dari program ini maka hasil yang telah dicapai dalam pelaksanaan adalah indikator limbah kulit buah kakao dapat dilihat dengan dari hanya dibuang menjadi dimamfaatkan. Indikator metode pemberian pakan dari diberikan langsung kepada ternak menjadi diolah untuk dijadikan dedak sehingga bisa dicampur dengan pakan lainnya. Indikator nilai ekonomi diketahui dari kulit buah yang tidak bisa disimpan menjadi bisa disimpan sehingga bisa digunakan pada saat diperlukan atau memungkinkan untuk dijual kepada peternak yang membutuhkan Kata Kunci: Limbah kulit kakao dan Pakan ternak A. PENDAHULUAN Kehidupan pertanian di Pulau Bali tidak bisa dilepaskan pada pola dimana tidak hanya terpaku pada bercocok tanam di lahan pertanian, tapi juga sebagai peternak terutama sapi ataupun kambing. Hal ini dimaksudkan untuk menyeimbangkan penghasilan pertanian apabila musim paceklik, petani tidak kekurangan dalam penghasilan tambahan. Sumber pakan juga masih bisa ditanam di areal pertanian mereka dan kotoran ternak bisa digunakan sebagai tambahan pupuk pada tanaman pertaniannya. Namun demikian, pola pemberian pakan tradisional dengan rumput ataupun daun-daunan pada ternak belum bisa mengasilkan ternak yang bermutu dengan harga jual tinggi sehingga petani masih merasa kekurangan dalam mendapatkan penghasilan tambahan. Perlu diberikan pakan tambahan sebagai alternatif sehingga bisa meningkatkan mutu ternak petani. Amirroenas (1990) dan Hartati (2008) di jurnal Adi Sudarma (2013), dilaporkan bahwa pertumbuhan sapi yang mengonsumsi ransum mengandung 30% kulit

buah kakao lebih baik dibandingkan dengan yang mengandung 30 % rumput gajah (0,980 vs 0,750 kg/hari). Akan tetapi, kulit buah kakao yang cukup potensial tersebut belum dimanfaatkan secara optimal, karena mengandung lignin tinggi dan serat kasar tinggi serta protein kasar yang rendah. Oleh karena itu, dibutuhkan suatu teknik atau cara dalam pemanfaatannya sebagai pakan ternak dalam jumlah besar dengan teknologi pakan yang sudah berkembang saat ini. Dusun Pempatan Desa Batungsel ini terletak di ketinggian di atas 1000 mdpl. Penduduk daerah ini rata-rata bermata pencaharian sebagai petani kebun serta memiliki peliharaan ternak sebagai penghasilan tambahan. Ternak yang dimiliki adalah kambing dan sapi. Seperti daerah lainnya di Bali, petani di daerah ini tergabung dalam satu kelompok yang bernama Subak Abian. Seperti fungsi subak pada umumnya adalah untuk mengatur pengairan serta mengoordinasikan hal-hal yang dipandang penting untuk dibicarakan bersama demi kepentingan bersama. Petani di Dusun Pempatan ini tergabung dalam kelompok masyarakat yang bernama Subak Abian Gubug. Jumlah anggota Subak Abian Gubug sebanyak 120 orang. Rata-rata kepemilikan lahan tiap penduduk 1-2 hektar dengan demikian luasan daerah perkebunan untuk Subak Abian Gubug ± 440 hektar. Namun, tidak semua ditanami dengan tanaman kakao. Ada juga ditanami tanaman perkebunan lainnya seperti kopi, jeruk, dan durian. Tanaman kakao tidak mengenal musim sehingga hasilnya sangat berlimpah sepanjang tahun sehingga tanaman kakao sangat diminati oleh masyarakat. Luas lahan yang ditanami kakao hampir mencapai 130 ha. Rata-rata kepemilikan tanaman kakao per anggota hampir 1 ha dengan jumlah sekali panen untuk buah kakao mencapai 1 ton per hektar. Namun, kondisi ini tidak berlaku untuk semua lahan yang ada karena rentang waktu panen tidak bersamaan. Rata-rata untuk sekali panen di Subak Abian Gubug mencapai 10-30 ton buah kakao. Panen biasanya dilakukan sebulan sekali bergiliran yang diatur oleh Ketua Subak untuk mengatur ketersediaan biji kakao yang siap jual sehingga harga bisa dibuat standar. Meningkatnya jumlah pengolahan buah ini tidak diimbangi dengan kebutuhan akan pakan ternak yang ada akan menimbulkan korelasi lurus dengan jumlah limbah kulit buahnya. Ini akan menimbulkan permasalahan baru, yaitu pertumbuhan penyakit buah kakao yang disebabkan oleh mikroorganisme akan semakin meningkat. Petani mengharapkan suatu pengolahan yang mampu untuk menangani permasalahan dengan memanfaatkan kulit kako menjadi pakan yang bisa disimpan. Melihat kondisi yang ada dengan pengolahan buah pascapanen menggunakan mesin yang telah diberikan sebelumnya, maka kulit buah kakao yang dihasilkan juga semakin banyak. Kulit buah kakao selama ini digunakan sebagai pakan tambahan pada ternak namun pada kondisi mentah dan masih segar. Petani mengharapkan adanya bantuan pengolahan terhadap kulit buah kakao tersebut sehingga bisa disimpan lebih lama dan dapat digunakan sebagai pakan tambahan ternak mereka. Gambar 3. Pengolahan buah kakao pasca panen dengan mesin pemecah Melihat permasalahan tersebut maka dapat dirumuskan, Bagaimana mengolah limbah kulit buah kakao menjadi pakan ternak yang bisa disimpan lama untuk kebutuhan pakan tambahan?

B. SUMBER INSPIRASI Sumber inpirasi dari program pengabdian ini adalah kelompok subak abian Gubug dan kelompok ternak Gubug yang profilnya bisa di lihat sebagai berikut Profil kelompok Subak Abian Gubug yang telah berjalan saat ini dapat disampaikan sebagai berikut : a. Sumber Daya Manusia Subak Abian Gubug dalam kegiatan kerjanya terdiri dari : NO Kualifikasi/Jabatan Jumlah 1 Ketua Kelompok 1 2 Wakil Ketua 1 3 Sekretaris 1 4 Bendahara 1 5 Anggota 69 b. Struktur Organisasi Subak Abian Gubug Dusun Pempatan memiliki struktur Organisasi: Ketua I Made Wendra Wakil Ketua I Wayan Wiatna Sekretaris I Nyoman Suaria Bendahara I Made Suliarta ANGGOTA 69 orang Gambar 1. Kelompok Subak Abian Gubug Profil kelompok Ternak Gubug yang telah berjalan saat ini dapat disampaikan sebagai berikut : a. Sumber Daya Manusia Kelompok Ternak Gubug dalam kegiatan kerjanya terdiri dari : NO Kualifikasi/Jabatan Jumlah 1 Ketua Kelompok 1 2 Wakil Ketua 1 3 Sekretaris 1 4 Bendahara 1 5 Anggota 69

b. Struktur Organisasi Kelompok Ternak Gubug Dusun Pempatan memilki struktur Organisasi: Ketua I Wayan Sudipa Wakil Ketua I Nengah Wenda Sekretaris I Made Kardika Bendahara I Made Suarya ANGGOTA 40 orang Gambar 2. Kelompok Ternak Gubug Ketua kelompok sebagai koordinator dan pengontrol seluruh aktivitas kelompok seperti : penyediaan dan pendistribusian pupuk serta obat-obatan untuk perawatan tanaman. Wakil ketua bertugas membantu fungsi ketua dalam menjalankan tugasnya. Sekretaris bertugas mencatat serta mendokementasikan segala kegiatan yang ada. Bendahara bertugas untuk mengatur jalannya keuangan serta mengatur jalannya pendistribusian bantuan apabila ada bantuan lunak yang diberikan oleh pihak ketiga. Kelompok masyarakat Subak Abian Gubug terletak di Dusun Pempatan Desa Batungsel Kecamatan Pupuan Kabupaten Tabanan. Lokasi kelompok ini dari Kampus Politeknik Negeri Bali berjarak kurang lebih 150 km dengan jarak tempuh kurang lebih 3 jam perjalanan. Proses pengelolaan kegiatan dalam hal ini koordinasi dan pemantauan ke lapangan dilakukan dua minggu sekali atau sesuai dengan keperluan guna memperlancar proses pelaksanaan kegiatan ini. Usaha maksimal akan dilakukan hingga terjalinnya mitra kerja yang baik, saling menguntungkan dan berkelanjutan. C. METODE Melihat permasalahan mitra tersebut terutama pada saat proses penanganan buah kakao pascapanen terutama pada limbah kulit buah kakao, maka dicoba untuk mengaplikasikan mesin pencacah dan penghancur kulit buah kakao menjadi dedak sebagai pakan ternak tambahan yang bisa disimpan. Prosesnya limbah kulit buah kakao dimasukkan melalui lubang masuk mesin pencacah sehingga akan tercacah menjadi ukuran yang kecil-kecil (± 1 cm) kemudian dipermentasi sesuai dengan kebutuhan untuk menjadikan pakan ternak. Setelah proses permentasi, kulit buah tersebut dikeringkan dengan cara diangin-anginkan. Setelah kering barulah kulit buah tersebut dihancurkan dengan menggunakan mesin penghancur sehingga memiliki ukuran sesuai dengan kebutuhan (secara visual sama dengan dedak)

D. KARYA UNGGULAN Mesin ini diharapkan dapat memberikan nilai tambah dan nilai guna terhadap masyarakat dalam pengolahan limbah kulit buah kakao pascapanen, sehingga dapat dimanfaatkan menjadi pakan ternak tambahan. Sebagai indikator kinerja yang dijadikan parameter dalam mengukur ketercapaian target kegiatan ini adalah sebagai berikut : No. Aspek 1 2 Limbah buah kakao Metode pemberian pakan 3 Nilai Ekonomi Tabel 1. Indikator kinerja Indikator Kinerja Sebelum Program Setelah Program kulit Terbuang Dimanfaatkan Langsung dalam kondisi mentah Tidak bisa disimpan Menjadi dedak sebagai pakan tambahan Bisa disimpan E. ULASAN KARYA Metode yang digunakan untuk mengaplikasikan mesin ini berdasarkan tahapan aktivitas seperti tertera pada skema pada gambar 8 sebagai berikut Mulai Sosialisasi IbM pada Masyarakat Pelatihan Pengoperasian dan Perawatan Mesin Pemantauan Lapangan Material Pelaporan Selesai Gambar 4. Metode pelaksanaan Gambar 5. Mesin pencacah dan penggiling kulit kakao yang diserahkan pada kelompok masyarakat

Dari alur kerja diatas dapat dideskripsikan sebagai berikut, dilakukan sosialisasi program IbM kepada masyarakat tentang mesin pencacah kulit buah kakao, yang selanjutnya dilakukan pelatihan pengoperasian dan perawatan mesin sehingga masyarakat bisa menngoperasikan dan melakukan perawatan terhadap mesin yang dibuat, selanjutnya dilakukan pemantauan lapangan material. Dari program ini maka hasil yang telah dicapai dalam pelaksanaan adalah sebagai berikut: 1. Indikator limbah kulit buah kakao, yang dulunya dibuang menjadi dimanfaatkan. Sebelum program ini, kulit buah kakao setelah dipanen lebih banyak dibuang begitu saja tanpa ada pemanfaatan lebih lanjut. Dari penelitian yang ada menunjukkan bahwa kulit buah kakao memiliki kandungan protein dan serat yang tinggi. Protein dan serat ini sangat bagus sebagai pakan ternak untuk proses penggemukan. Setelah program ini, kulit buah kakao sudah dimanfaatkan menjadi pakan ternak tambahan terutama kambing yang menjadi peliharaan masyarakat. 2. Indikator metode pemberian pakan dari diberikan langsung kepada ternak menjadi diolah untuk dijadikan dedak sehingga bisa dicampur dengan pakan lainnya. Selama ini proses pemberian kulit buah kakao sebagai pakan ternak tambahan hanya diberikan langsung dalam kondisi mentah. Hal ini menyebabkan ternak hanya memakan bagian yang lunak dan bisa dikunyah oleh ternak. Masih banyak bagian yang terbuang menyebabkan zat yang terdapat dalam kulit buah tidak dapat dimakan oleh ternak. Kulit buah yang terbuang memicu timbulnya lalat buah nantinya akan berpengaruh terhadap produksi buah kakao. Mesin pengolahan yang diberikan digunakan untuk mengiris kulit buah kakao menjadi bagian yang lebih kecil agar bisa dikeringkan. Kulit buah kakao yang telah kering kemudian digiling menjadi tepung dalam ukuran yang bisa diatur sesuai kebutuhan dengan mengganti saringan pada alat penggiling. Kulit buah kakao yang telah diubah menjadi tepung ini dapat disimpan dalam tempat yang kering untuk diberikan kepada ternak sebagai pakan tambahan. Bentuk tepung kulit buah kakao ini juga bisa diberikan pada ternak lainnya. 3. Indikator nilai ekonomi diketahui dari kulit buah yang tidak bisa disimpan menjadi bisa disimpan sehingga bisa digunakan pada saat diperlukan atau memungkinkan untuk dijual kepada peternak yang membutuhkan. Hasil penjualan ini dapat memeberikan penghasilan tambahan bagi masyarakat. Anggaran yang dicairkan untuk tahap pertama sebesar 70% dari total anggaran yang disetujui oleh DIKTI. Total anggaran yang disetujui sebesar Rp 42.500.000,00 dengan dana tahap awal sebesar Rp 29.750.000,00 dipotong pajak. Dana tahap kedua dicairkan setelah laporan kemajuan dilaksanakan sebesar Rp 12.750.000,00. Dana tahap kedua ini digunakan untuk melaksanakan kelanjutan program berupa monitoring sampai mesin tersebut benar-benar sudah siap digunakan oleh masyarakat. Sesuai dengan uraian pelaksanaan di atas pengeluaran selama pelaksanaan dapat dilihat pada tabel berikut ini. Dana yang terpakai sebesar Rp 42.500.000,00 dengan pencapaian kegiatan sebesar 100%. Masyarakat sangat antusias dengan adanya program seperti ini. Bantuan yang diberikan benar-benar merupakan alat yang dibutuhkan. Mesin yang diberikan tidak hanya berfungsi untuk mengolah kulit buah kakao, tetapi bisa dimanfaatkan untuk mengolah hasil pertanian lainnya. Seperti mesin pencacah yang mampu untuk mengiris singkong sebagai bahan keripik, mengiris batang pisang untuk pakan ternak babi, mengiris pandan arum sebagai bahan upacara agama. Mesin penggiling yang diberikan bisa digunakan untuk menggiling kopi, jagung dan lainnya yang memerlukan pengolahan

menjadi tepung. Masyarakat juga banyak memberikan bantuan sehingga program ini berjalan sinergi antara perguruan tinggi dan masyarakat. Perencanaan tahapan berikutnya melihat permasalahan yang dihadapi petani setelah proses pencacahan adalah proses pengeringan biji kakao. Pada tahapan ini petani mengharapkan diberikannya suatu alat yang mampu melakukan proses pengeringan menjadi lebih cepat. Adanya bantuan mesin pengering akan sangat membantu proses pengolahan kuli kakao tanpa terpengaruh oleh faktor cuaca. Mesin pengering kulit kakao diharapkan mampu untuk meningkatkan jumlah produksi sehingga bisa menambah nilai ekonomi buah kakao. F. PENUTUP Setelah melaksanaan program Iptek bagi Masyarakat pada Subak Abian Gubug ini maka ada beberapa simpulan yang didapatkan yaitu : 1. Petani memang mengharapkan sekali adanya program-program seperti ini yang sangat membantu kinerja dalam pengolahan buah kakao pasca panen serta diharapkan untuk dilanjutkan dengan memberikan bantuan mesin-mesin pengolahan lain yang berhubungan dengan buah kakao untuk meningkatkan nilai ekonomis dan pendapatan masyarakat. 2. Berdasarkan luaran yang diharapkan maka mesin yang diserahkan kepada petani sudah mampu memenuhi kriteria dimana mampu mengolah kulit buah kakao menjadi pakan ternak tambahan dengan memiliki nilai ekonomi. Adapun saran yang dapat diberikan adalah sebagai berikut : 1. Proses pencairan dana pengabdian agar sesuai dengan kontrak pelaksanaan sehingga tidak memengaruhi jadwal pelaksanaan yang sudah disiapkan. Hal ini memengaruhi pelaksanaan yang bersentuhan dengan petani yang tentunya tidak akan bisa melakukan hal-hal terutama berkaitan dengan pengumpulan anggota kelompok. Petani juga memiliki aktivitas lain yang berkaitan dengan pendapatan sampingan untuk kehidupan keluarganya. 2. Perlunya diberikan kesempatan kembali untuk melanjutkan program IbM dengan mesin yang berbeda sehingga proses pengolahan buah kakao pascapanen dapat dilakukan secara optimal untuk mendapatkan hasil yang maksimal seperti memberikan mesin pengering kulit kakao. G. DAFTAR PUSTAKA Adi Sudarma I Made, 2013, Pengolahan Kulit Kakao Sebagai Sumber Pakan Ternak Alternatif Berkualitas, Jurnal Manajemen Sumber Daya Peternakan, Universitas Nusa Cendana, Kupang Ashari Agus, Drs. 1987, Pengendalian Produksi, Yogyakarta, BPFE. Ferdinand L Singer, 1995, Ilmu Kekuatan Bahan, Jakarta, Erlangga. G.Niemann, 1986, Elemen Mesin, Jakarta, Erlangga. Joseph.E Shigly, 1984, Perencanaan Teknik Mesin, Jakarta, Erlangga.

Popov. E P, 1984, Mekanika Teknik, Jakarta, Erlangga. Rochim Toufik. Dr. Ir, 1993, Teori & Teknologi Proses Pemesinan, ITB Bandung. Sularso, 1980, Dasar-Dasar Perencanaan dan Pemilihan Elemen Mesin, PT. Pradnya Jakarta, Paramita..., 2005, Mekanika Teknik 2, Politeknik Negeri Bali. H. UCAPAN TERIMA KASIH Pada kesempatan ini kami mengucapkan penghargaan kepada P3M yang telah memfasilitasi pelaksanaan kegiatan ini demikian juga pada mitra kegiatan yang telah bekerjasama, sehingga dapat mengatasi masalah yang dihadapi.