BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia beriklim tropis (Utomo, 2004). Iklim tersebut dapat mempermudah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit kulit banyak di jumpai di Indonesia, hal ini disebabkan karena

I. PENDAHULUAN. Skabies adalah penyakit menular disebabkan infestasi dan sensitasi Sarcoptes

Skripsi Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Meraih Derajad Sarjana S-1 KEPERAWATAN. Diajukan Oleh : NURMA RAHMAWATI J

BAB I LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Hominis (kutu mite yang membuat gatal). Tungau ini dapat menjalani seluruh

BAB I PENDAHULUAN. tubuh dari pengaruh lingkungan hidup. Organ ini merupakan alat tubuh

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sehat,tidak bau, tidak menyebarkan kotoran atau menyebabkan penyakit

BAB I PENDAHULUAN. Skabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh infestasi dan sensitisa

HUBUNGAN PENGETAHUAN SANTRIWATI TENTANG PENYAKIT SKABIES DENGAN PERILAKU PENCEGAHAN PENYAKIT SKABIES DI PONDOK PESANTREN

PENGARUH SIKAP TENTANG KEBERSIHAN DIRI TERHADAP TIMBULNYA SKABIES ( GUDIK ) PADA SANTRIWATI DI PONDOK PESANTREN AL-MUAYYAD SURAKARTA

GLOBAL HEALTH SCIENCE, Volume 2 Issue 2, Juni 2017 ISSN

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh tungau yaitu Sarcoptes scabiei yang berada di liang bawah

BAB I PENDAHULUAN. Banyak faktor yang mempengaruhi kesehatan, di antaranya adalah

gatal-gatal (Yulianus, 2005). Walaupun tidak sampai membahayakan jiwa, penyakit skabies perlu mendapatkan perhatian karena tingkat penularannya yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan pesantren yang memberikan pendidikan dan pengajaran agama Islam dengan cara

BAB I PENDAHULUAN. dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat. kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya (DepKes RI, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kelembaban tinggi. Pedikulosis kapitis merupakan infestasi kutu kepala Pediculus

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Hubungan Personal Higiene dengan Kejadian Skabies pada Santri Pondok Pesantren Al Falah Putera Kecamatan Liang Anggang Tahun 2016

BAB I PENDAHULUAN. pesantren. Istilah pondok, mungkin berasal dari kata funduk, dari bahasa Arab

BAB 1 PENDAHULUAN. (Heukelbach et al. 2006). Skabies terjadi pada kedua jenis kelamin, di segala usia,

BAB I LATAR BELAKANG

HUBUNGAN PERILAKU PERSONAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN SCABIES PADA SANTRI PUTRA DAN PUTRI DI PONDOK PESANTREN AN-NUR NGRUKEM SEWON BANTUL YOGYAKARTA

BAB 1 : PEMBAHASAN. penelitian ini menggunakan desain penelitian case control study sehingga kemungkinan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. tinggi. Berbagai program telah dilaksanakan oleh pemerintah guna menurunkan

BAB 1 : PENDAHULUAN. memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi. Pembangunan

I. PENDAHULUAN. serta merupakan cermin kesehatan dan kehidupan (Siregar, 2004). Penyakit

PERSONAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN PENYAKIT SKABIES PADA SANTRI WUSTHO (SMP) DI PESANTREN AL-FALAH BANJARBARU

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Kelurahan Buol termasuk di Kecamatan Biau Kabupaten Buol Ibu Kota

Hubungan Kebersihan Perorangan dan Kondisi Fisik Air dengan Kejadian Scabies di Desa Wombo Kecamatan Tanantovea Kabupaten Donggala

BAB I PENDAHULUAN. Sehat adalah hak asasi bagi setiap makhluk hidup baik fisik maupun mental.

Jurnal Ilmiah Universitas Batanghari Jambi Vol.17 No.3 Tahun 2017

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Skabies adalah penyakit kulit pada manusia yang. disebabkan oleh Sarcoptes scabiei var.

dan Negara Indonesia yang ditandai oleh penduduk yang hidup dengan perilaku dan satunya dilaksanakan melalui pencegahan dan pemberantasan penyakit

REFERENSI SKRIPSI. Oleh : YUDHA PRAWIRA MANDALA WIJAYA No.BP

LEMBAR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN. sebagai salah satu kegiatan penelitian Untuk Memperoleh Gelar Ahli Madya

BAB V KESIMPULAN, SARAN DAN RINGKASAN. A. Kesimpulan. Kesimpulan yang dapat diambil pada penelitian ini antara lain:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kondisi ekonomi menengah kebawah. Skabies disebabkan oleh parasit Sarcoptes

BAB I PENDAHULUAN. diperhatikan karena akan mempengaruhi kesehatan dan psikis seseorang

BAB 1 : PENDAHULUAN. Pediculosis humanus capitis (kutu) adalah salah satu ektoparasit penghisap

BAB I PENDAHULUAN. dan berat dapat menimbulkan komplikasi yang berbahaya (Golant dikutip

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

BAB I PENDAHULUAN. Dari lingkungan baru inilah sifat dan perilaku manusia terbentuk dengan sendirinya.

BAB I PENDAHULUAN. mandi, handuk, sisir haruslah dihindari (Depkes, 2002).

BAB I PENDAHULUAN prevalensi scabies di Indonesia sebesar 5,60-12,95 % dan scabies

Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Higienitas Pasien Skabies di Puskesmas Panti Tahun 2014

ABSTRACT. Key words: scabies, environment, behavior ABSTRAK

A. Pendahuluan. Sumber: Dokumen Pribadi Penulis (2015). Buku Pendidikan Skabies dan Upaya Pencegahannya

BAB I PENDAHULUAN. yang setinggi-tingginya. Masyarakat diharapkan mampu berperan sebagai pelaku

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU PENCEGAHAN PENYAKIT SCABIES PADA SANTRI DI PONDOK PESANTREN AS AD OLAK KEMANG SEBERANG KOTA JAMBI TAHUN

PERBEDAAN ANGKA KEJADIAN SKABIES DI KAMAR PADAT DAN KAMAR TIDAK PADATDI PONDOK PESANTREN MODERN ISLAM PPMI ASSALAAM SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Kakimantan Tengah, Kalimantan selatan, Sulawesi Tengah, dan Gorontalo

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikis. Dalam kehidupan

LAPORAN PENGABDIAN MASYARAKAT

HUBUNGAN PERSONAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN SKABIES PADA SANTRI DI PONDOK PESANTREN CIPASUNG KABUPATEN TASIKMALAYA

BAB 1 PENDAHULUAN. lingkungan, remaja adalah masa transisi dari kanan-kanak menuju dewasa

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kesehatan lingkungan merupakan faktor penting dalam kehidupan sosial

BAB I PENDAHULUAN. dan diperkirakan lebih dari 300 juta orang setiap tahunnya terinfeksi dengan

Hubungan Antara Personal Hygiene Kulit Dengan Angka Kejadian Scabies Pada Remaja Di Pondok Pesantren Al-Hidayah Ketegan Tanggulangin Sidoarjo

BAB III METODE PENELITIAN

ANALISIS FAKTOR RISIKO SCABIES PADA SANTRI DI PONDOK PESANTREN NURUL HIKMAH DESA KEBONAGUNG KECAMATAN PAKISAJI KABUPATEN MALANG ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. World Health Organization (WHO) mendefinisikan kesehatan adalah suatu

Nanda Intan Windi Hapsari Fakultas Kesehatan, Universitas Dian Nuswantoro Semarang, 2014 ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Debu merupakan gabungan dari partikel detrimen. yang berasal dari rambut, daki, bulu binatang, sisa

*Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Sam Ratulangi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Universitas Lambung Mangkurat Abstrak

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Saat ini penduduk dunia yang tinggal di perkotaan bertambah banyak. Pada

HUBUNGAN HIGIENE PERORANGAN, SANITASI LINGKUNGAN DANRIWAYAT KONTAK DENGAN KEJADIAN SKABIES

HUBUNGAN PERSONAL HYGIENE DAN SANITASI LINGKUNGAN DENGAN KEJADIAN SKABIES DI PONDOK PESANTREN AL-KAUTSAR PEKANBARU

HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG PERILAKU PENCEGAHAN SKABIES DENGAN KEJADIAN SKABIES PADA SISWI KELAS VII MADRASAH TSANAWIYAH MUHAMMADIYAH 15 LAMONGAN

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN KEJADIAN SKABIES

HUBUNGAN SANITASI LINGKUNGAN DAN PERSONAL HYGIENE

BAB I PENDAHULUAN. mencegah kesakitan dan mencegah terjangkitnya penyakit terutama penyakit yang

PENGARUH SANITASI LINGKUNGAN DAN PERILAKU SEHAT SANTRI TERHADAP KEJADIAN SKABIES DI PONDOK PESANTREN KABUPATEN PASURUAN JAWA TIMUR.

BAB I PENDAHULUAN. M. Federspiel, salah seorang pengkaji ke-islaman di Indonesia, menjelang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. disebabkan oleh infestasi dan sensitisasi Sarcoptes scabiei varietas hominis

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Pesantren Rhoudlotul Quran di Kauman. Semarang dan waktu penelitian bulan Maret sampai Mei 2014.

EKARINA MARIANA

PENGARUH KEBIASAAN PERSONAL HYGIENE TERHADAP KEJADIAN SKABIES

BAB III METODE PENELITIAN

GAMBARAN KONDISI SANITASI LINGKUNGANDAN PERILAKU SANTRI TERKAIT PENYAKIT SKABIES (STUDI DI PONDOK PESANTREN DARUSSALAM BANYUWANGI)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. rumah responden beralaskan tanah. Hasil wawancara awal, 364

PERILAKU SANTRI DALAM UPAYA PENCEGAHAN PENYAKIT SKABIES DI PONDOK PESANTREN ULUMU QUR AN STABAT

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 1, April 2015 ISSN

BAB 1 PENDAHULUAN. menurut WHO (1947) adalah suatu keadaan yang sempurna baik fisik, mental

Universitas Sumatera Utara

JIMKESMAS JURNAL ILMIAH MAHASISWA KESEHATAN MASYARAKAT VOL. 2/NO.6/ Mei 2017; ISSN X,

DAFTAR ISI. xii. ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga xii. Tesis WA RINA

KARYA TULIS ILMIAH PENGETAHUAN USTADZAH TENTANG PENYAKIT SCABIES. Di Pondok Pesantren Putri AL-MAWADDAH Ponorogo

LEMBAR INFORMASI. D III Keperawatan Malang, oleh karena itu mohon kesediaan untuk menjadi

Siti Nor Ismihayati 1, Pawiono 1, Suparyanto 1

HUBUNGAN ANTARA KEBERSIHAN DIRI DAN LAMA TINGGAL DENGAN KEJADIAN PENYAKIT SKABIES DI PON-PES AL- HAMDULILLAH REMBANG

BAB I PENDAHULUAN. biak dan ekosistem di vagina terganggu sehingga menimbulkan bau tidak sedap

HUBUNGAN ANTARA PRAKTIK KEBERSIHAN DIRI DAN ANGKA KEJADIAN SKABIES DI PESANTREN KYAI GADING KABUPATEN DEMAK


FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEJADIAN DERMATITIS PADA SANTRI DI PESANTREN MODERN AL MUKHLISHIN TANJUNG MORAWA KABUPATEN DELI SERDANG TAHUN 2014

BAB 1 PENDAHULUAN. usus yang masih tinggi angka kejadian infeksinya di masyarakat. Penyakit ini

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penyakit kulit banyak dijumpai di Indonesia, hal ini disebabkan karena Indonesia beriklim tropis (Utomo, 2004). Iklim tersebut dapat mempermudah perkembangan bakteri, parasit maupun jamur. Penyakit yang sering muncul karena kurangnya kebersihan diri adalah berbagai penyakit kulit (Kristiwiani, 2005). Pengetahuan yang salah tentang Scabies dapat mengakibatkan penularan penyakit yang dapat terjadi secara langsung maupun tidak langsung apalagi masih sering di jumpai di Indonesia dan tetap menjadi masalah kesehatan masyarakat (Rohmahwati, 2010). Scabies merupakan penyakit endemi di masyarakat yang banyak dijumpai pada anak dan dewasa muda, tetapi dapat terjadi semua golongan umur (Harahap, 2000). Penyakit ini mudah menular dan banyak faktor yang dapat membantu penularannya antara lain kemiskinan, hygiene individu yang jelek dan lingkungan yang tidak sehat (Sudirman, 2006). Penyakit scabies pada umumnya menyerang individu yang berkelompok seperti di asrama, pesantren, lembaga pemasyarakatan, rumah sakit, perkampungan padat, dan rumah jompo (Sudirman, 2006). Prevalensi scabies di negara berkembang dilaporkan sebanyak 6,27% dari populasi umum dan insiden tertinggi pada anak sekolah dan remaja. Berdasarkan data Kelompok Studi Dermatologi Anak Indonesia ( KSDAI ) tahun 2005, dari sembilan rumah sakit di tujuh kota besar di Indonesia, jumlah penderita scabies terbanyak didapatkan di Jakarta yaitu 335 kasus di tiga rumah sakit. 1

2 Penularan scabies terjadi lebih mudah karena faktor lingkungan dan perilaku yang tidak bersih. Prevalensi scabies disebuah pondok pesantren di Jakarta mencapai 78,70% (Mansyur, 2007). Berdasarkan penelitian Ma rufi (2005) tentang hubungan kebersihan diri dan perilaku santri terhadap prevalensi scabies di Pondok Pesantren Darul Ulum Lamongan, penilaian hygiene perorangan dalam penelitian tersebut meliputi frekuensi mandi, memakai sabun atau tidak, pakaian dan handuk bergantian, dan kebersihan alas tidur. Sebagian besar santri di Pesantren Lamongan (63%) mempunyai hygiene perorangan yang jelek dengan prevalensi penyakit scabies 73,70%. Perilaku yang tidak mendukung santri berperilaku hidup bersih dan sehat dalam mencegah scabies diantaranya adalah sering memakai baju atau handuk bergantian dengan teman serta tidur bersama dan berhimpitan dalam satu tempat tidur. Berdasarkan wawancara peneliti dengan direktur dan kepala pondok pesantren putri AL-MAWADDAH tidak ada penderita scabies. Berdasarkan observasi peneliti di lingkungan pondok pesantren putri AL- MAWADDAH didapatkan 1 kamar diisi 20-25 santri,berukuran 7mx7m,tidur dilantai, dan pada setiap kamar terdiri tempat tidur, kamar mandi, tempat menjemur dan terdapat bekas luka scabies pada kaki santri. Berdasarkan wawancara dengan Ustadzah dan santri didapatkan pemakaian perlengkapan santri seperti handuk, dan jilbab secara bergantian. Peneliti mengambil Ustadzah karena profesi sebagai pendidik dan panutan bagi santri yang tinggal berkelompok di pondok. Penyakit scabies mudah terjadi penularannya melalui kebiasaan yang kurang sehat seperti memakai handuk bersamaan antar teman, pakaian, handuk dan selimut. Kebiasaan dan kondisi ini yang mempengaruhi penularan

3 penyakit scabies mengingat penyakit ini disebabkan pola dan kebiasaan hidup yang kurang bersih dan benar (Iskandar, 2000). Penyebab penyakit scabies sudah dikenal lebih dikenal dari 100 tahun lalu sebagai akibat infeksi tangau yang dinamakan Acarus scabiei termasuk filum Arthropoda, kelas Arachnida, ordo Acarina, super famili Sarcoptes (Surdirman, 2006). Penyakit scabies ini mudah terjadi penularannya melalui kebiasaan yang kurang sehat seperti memakai handuk bersamaan antar teman, pakaian, handuk dan selimut. Kebiasaan dan kondisi inilah yang mempengaruhi penularan penyakit scabies mengingat penyakit ini disebabkan pola dan kebiasaan hidup yang kurang bersih dan sehat. Komplikasi scabies Infeksi kulit sekunder terutama oleh S. aureus sering terjadi, terutama pada anak. Komplikasi skabies dapat menurunkan kualitas hidup dan prestasi belajar. Ustadz dan ustadzah yang membimbing para santri, perbuatannya diterima dan dipatuhi. Ustadzah juga mengajarkan kepada para santri bahwa kebersihan merupakan sebagian dari iman, mempunyai peran terhadap perilaku santri dalam memelihara kesehatannya. Ustadz dan ustadzah dapat berperan sebagai konselor, pemberi instruksi, motivator, manajer, dan model dalam menunjukkan sesuatu yang baik misalnya dalam perilaku hidup sehat. Dengan demikian ustazah diharapkan dapat berperan terhadap cara menghindari penyakit scabies yang terjadi di lingkungan pondok pesantren yang mereka tempati (Natalina, 2009). Untuk mencegah atau mengurangi angka kejadian penyakit scabies,ustadz dan ustadzah menyarankan santrinya untuk meningkatkan kebersihan perorangan dan lingkungan, menghindari kontak langsung dengan orang orang yang terkena penyakit scabies,

4 mencuci/menjemur alat-alat tidur serta tidak memakai pakaian dan handuk bersama-sama. Seluruh orang yang tinggal ditempat yang sama dengan penderita scabies juga harus diobati. Semua pakaian, handuk, bantal, kasur harus dijemur di bawah sinar matahari, agar tungau mati. Selama ini belum ada penelitian yang meneliti ke ustadzah tentang pengetahuan mengenai scabies (Harahap, 2000). Berdasarkan latar belakang diatas penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang pengetahuan ustadzah tentang penyakit scabies di pondok pesantren putri AL-MAWADDAH Ponorogo. 1.2 Rumusan Masalah Bagaimana Pengetahuan Ustadzah Tentang Penyakit Scabies Di Pondok Putri AL-MAWADDAH Ponorogo? 1.3 Tujuan Penelitian Mengetahui gambaran pengetahuan ustadzah tentang penyakit scabies di pondok pesantren putri AL-MAWADDAH Ponorogo 1.4 Manfaat Penelitian 1. Dinas Kesehatan dan Poskestren Sebagai masukan dan informasi di program kesehatan dalam rangka mencegah scabies. 2. Ustadzah Memberikan pendidikan kepada responden supaya memperhatikan hal hal yang berhubungan dengan scabies.

5 3. Peneliti Menambah wawasan ilmu pengetahuan kesehatan, khususnya mengenai penyakit scabies di pondok pesantren. 1.5 Keaslian Penulisan 1. Riris Nur Rohmahwati, 2010, Hubungan antara faktor pengetahuan dan perilaku dengan scabies di pondok pesantren Al- Muayyad Surakarta Metode penelitian bersifat observasional dengan pendekatakan case control.subyek penelitian ini adalah seluruh santri yang tinggal menetap di Pondok Pesantren Al Muayyad Surakarta. Penentuan sampel penelitian dilakukan dengan fixed diasease sampling yang menggunakan merupakan prosedur pencuplikan berdasarkan status penyakit subyek. Perbedaan penelitian ini terletak pada variabelnya yang membahas Hubungan antara faktor pengetahuan dan perilaku dengan scabies di pondok pesantren Al- Muayyad Surakarta. Perbedaan penelitian terletak pada variable penelitian, metode, tempat penelitian. Persamaan meneliti tentang scabies. 2. Yasin, 2009, Prevalensi scabies dan faktor faktor yang mempengaruhi pada siswa siswi pondok pesantren Darul Mujadah Kabupaten Tegal Provinsi Jawa Tengah. Metode penelitian ini menggunakan desain studi observasional cross- sectional. Pebedaan penelitian ini terletak pada variabel yang membahas Prevalensi skabies dan faktor faktor yang mempengaruhi pada siswa siswi pondok pesantren Darul Mujadah Kabupaten Tegal Provinsi Jawa Tengah. Perbedaan penelitian terletak

6 pada variable penelitian, metode, tempat penelitian. Persamaan meneliti tentang scabies. 3. Acmad Rizal, 2011, Pengaruh sikap tentang kebersihan diri terhadap timbunya scabies. Jenis penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan metode penelitian cross sectional. Pengujian hipotesis dengan menggunakan chi kuadrat. Perbedaan penelitian ini terletak pada variabel yang membahas pengaruh sikap tentang kebersihan diri terhadap timbulnya scabies. Perbedaan penelitian terletak pada variable penelitian, metode, tempat penelitian. Persamaan meneliti tentang scabies.